Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN 2

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN NERS PONTIANAK


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
SEMESTER GENAP TA. 2020-2021

MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II (KMB II)


KOMPETENSI : GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER (GAGAL JANTUNG)

NAMA : DEA DESTIN RAHMA DANY


NIM : 191121009
KELAS : TK 2 SATERNERS

A. KONSEP KEBUTUHAN PENYAKIT TERKAIT GANGGUAN YANG


DIIDENTIFIKASI
1. Pengertian
Gagal jantung didefinisikan sebagai sindroma klinis akibat ketidakmampuan
jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dengan
berbagai etiologi, karakteristik gejala maupun tanda. Pada gagal jantung terjadi hubungan
kompleks antara sirkulasi, neurohormonal dan abnormalitas tingkat molekuler, inflamasi,
perubahan biokimia pada miosit atau interstitial jantung (Park, 2010; Daphne dkk., 2009).
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat mempertahankan
sirkulasi yang adekuat yang ditandai oleh adanya suatu sindroma klinis berupa dispneu
(sesak napas), dilatasi vena dan edema yang diakibatkan oleh adanya kelainan struktur
atau fungsi jantung Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien
dan oksigen.

2. Etiologi
Penyebab kegagalan jantung yaitu :
a. Disritmia, seperti : bradikardi, takikardi,dan kontraksi premature yang sering
dapat menurunkan cura jantung.
b. Malfungsi katup, dapat menimbulkan kegagalan pompa baik oleh kelebihan beban
tekanan (obstruksi pada pengaliran keluar dari pompa ruang, seperti stenosis
katup aortik atau stenosis pulmonal), atau dengan kelebihan beban volume yang
menunjukan peningkatan volume darah ke ventrikel kiri.
c. Abnormalitas otot jantung, menyebabkan kegagalan ventrikel meliputi infark
miokard, aneurisme ventrikel, fibrosis miokard luas ( biasanya dari aterosklerosis
coroner jantung atau hipertensi lama), atau hipertrofi 1 uas karena hipertensi
pulmonal, stenosis aorta, atau hipertensi sistematik.
d. Ruptur miokard, terjadi sebagai awitan dramatik dan sering membahayakan
kegagalan pompa dan dihubungkan dengan mortalitas tinggi.

3. Patofisiologi/Mekanisme Gangguan Kebutuhan Terkait


Pada sebagian kecil pasien, gagal jantung yang berat terjadi pada hari/minggu
pertama pasca lahir, misalnya sindrom hipoplasia jantung kiri, atresia aorta, koarktasio
aorta atau anomali total drainase vena pulmonalis dengan obstruksi. Terhadap mereka,
terapi medikmentosa saja sulit memberikan hasil, tindakan invasif diperlukan segera
setelah pasien stabil. Kegagalan untuk melakukan operasi pada golongan pasien ini
hampir selalu akan berakhir dengan kematian.
Pada gagal jantung akibat Penyakit Jantung Bawaan (PJB) yang kurang berat,
pendekatan awal adalah dengan terapi medis adekuat, bila ini terlihat menolong maka
dapat diteruskan sambil menunggu saat yang bik untuk koreksi bedah. Pada pasien
penyakit jantung rematik yang berat yang disertai gagal jantung, obat-obat gagal jantung
terus diberikan sementara pasien memperoleh profilaksis sekunder, pengobatan dengan
profilaksis sekunder mungkin dapat memperbaiki keadaan jantung.
Pada bayi dan anak lebih baik daripada orang dewasa bila ditolong dengan
segera. Hal ini disebabkan oleh karena belum terjadi perburukan pada miokardium. Ada
beberapa faktor yang menentukan prognosa, yaitu:
 Waktu timbulnya gagal jantung.
 Timbul serangan akut atau menahun.
 Derajat beratnya gagal jantung.
 Penyebab primer.
 Kelainan atau besarnya jantung yang menetap.
 Keadaan paru
 Cepatnya pertolongan pertama
 Respon dan lamanya pemberian digitalisasi
 Seringnya gagal jantung kambuh
4. Tanda dan Gejala
1) Nafsu makan menurun
2) Badan lemah
3) Nyeri diarea dada
4) Batuk berdahak/kering
5) Pusing
6) Jantung berdetak cepat
7) Kaki membengkak
8) Tungkai membengkak
9) Sering kencing terutama di malam hari
10) Rasa tidak enak di perut kanan

5. Komplikasi Penyakit
Komplikasi dapat berupa :
1) Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya
dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari
gagal jantung dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
2) Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi
kerusakan pada katup jantung.
3) Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang
menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab
jaringan parut yang mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi dengan baik.
4) Serangan jantung dan stroke.
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung
daripada di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda
akan mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko
terkena serangan jantung atau stroke

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Dongoes pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosa CHF yaitu:
1) Elektro kardiogram (EKG)
Hipertropi atrial atau ventrikule r, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia,
takikardi, fibrilasi atrial.
2) Scan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding.
3) Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram dopple)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur
katup, atau area penurunan kontraktili tas ventrikular.
4) Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
5) Rongent dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
6) Enzim hepar meningkat dalam gagal / kongesti hepar.
7) Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretik.
8) Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut
menjadi kronis.
9) Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
10) Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin Peningkatan
BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin
merupakan indikasi gagal ginjal.
11) Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre pencetus
gagal jantung.

7. Penatalaksanaan Medik
1) Glikosida jantung. Digitalis
Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi
jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena
dan volume darah dan peningkatan diuresisi dan mengurangi edema
2) Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan
harus hati hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
3) Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan
peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat
diturunkan.
4) Diet Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Aktivitas dan Istirahat Gejala:
Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa berdenyut dan berdebar. Mengeluh sulit
tidur (ortopneu, dispneu paroksimal nokturnal, nokturia, keringat malam hari). Tanda:
Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan karena kerja, takpineu, dan dispneu.
b) Sirkulasi Gejala:
Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik hipertensi, kongenital: kerusakan
arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung dan palpitasi, serak, hemoptisisi,
batuk dengan/tanpa sputum, Ciwayat anemia, riwayat shock hipovolema. Tanda:
Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung: Sl keras, pembukaan yang keras,
takikardia. Irama tidak teratur, fibrilasi arterial.
c) Integritas Ego Tanda:
Menunjukan kecemasan: gelisah, pucat, berkeringat, gemetar. Takut akan kematian,
keinginan mengakhiri hidup, merasa tidak berguna, kepribadian neurotik.
d) Makanan/Cairan Gejala:
Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan diuretik. Tanda: Edema
umum, hepatomegali dan asistes, pernafasan payah dan bising terdengar krakela dan
mengi.
e) Neurosensoris Gejala:
Mengeluh kesemutan, pusing Tanda: Kelemahan
f) Pernafasan Gejala:
Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal. Tanda: Takipneu, bunyi nafas:
krekels, mengi, sSputum berwarna bercak darah, gelisah.
g) Keamanan Gejala:
Proses infeksi/sepsis, riwayat operasi Tanda: Kelemahan tubuh
h) Penyuluhan/pembelajaran Gejala
Menanyakan tentang keadaan penyakitnya.

Tanda: Menunjukan kurang informasi


2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
c. Resiko penurunan curah jantung ditandai dengan perubahan irama jantung

3. Intervensi
a. Dx 1: Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah jantung
meningkat, dengan
Kriteria hasil:
1) Kekuatan nadi perifer meningkat
2) Bradikardi menurun
3) Lelah menurun
4) Tekanan darah membaik
INTERVENSI
PERAWATAN JANTUNG
1) Identifikasi tanda atau gejala primer penurunan curah jantung
2) Identifikasi tanda atau gejala sekunder penurunan curah jantung
3) Monitor tekanan darah
4) Monitor saturasi oksigen
5) Monitor EKG 12 sadapan
6) Monitor aritmia

b. Dx 2: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hambatan upaya nafas
dapat teratasi, dengan
Kriteria Hasil:
1) Penggunaan otot bantu napas menurun
2) Frekuensi nafas membaik
3) Kedalaman nafas membaik
4) Ekskursi dada membaik
INTERVENSI
MANAJEMEN JALAN NAPAS
1) Monitor pola nafas
2) Monitor bunyi nafas
3) Lakukan fisioterapi dada
4) Posisikan semi-fowler atau fowler
5) Berikan oksigen jika perlu

c. Resiko penurunan curah jantung ditandai dengan perubahan irama jantung


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka diharapkan curah jantung
meningkat, dengan
Kriteria hasil:
1) Kekuatan nadi perifer meningkat
2) Bradikardi menurun
3) Lelah menurun
4) Tekanan darah membaik
INTERVENSI
PERAWATAN JANTUNG
1) Identifikasi tanda atau gejala primer penurunan curah jantung
2) Identifikasi tanda atau gejala sekunder penurunan curah jantung
3) Monitor tekanan darah
4) Monitor saturasi oksigen
5) Monitor EKG 12 sadapan
6) Monitor aritmia

4. Tindakan dan Rasional Tindakan


Tindakan dan Rasional Tindakan atau yang biasa disebut Implementasi adalah tindakan–
tindakan yang dilakukan oleh pihak–pihak yang berwenang dan berkepentingan, baik
pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita–cita serta tujuan yang
telah ditetapkan. Implementasi berkaitan dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk
melaksanakan dan merealisasikan program yang telah disusun demi tercapainya tujuan
dari program yang telah direncanakan, karena pada dasarnya setiap rencana yang
ditetapkan memiliki tujuan atau target yang hendak dicapai.
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
Implementasi
1) Mengidentifikasi tanda atau gejala primer penurunan curah jantung
2) Mengidentifikasi tanda atau gejala sekunder penurunan curah jantung
3) Memonitor tekanan darah
4) Memonitor saturasi oksigen
5) Memonitor EKG 12 sadapan
6) Memonitor aritmia
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
Implementasi:
1) Memonitor pola nafas
2) Memonitor bunyi nafas
3) Melakukan fisioterapi dada
4) Memposisikan semi-fowler atau fowler
5) Memberikan oksigen jika perlu
c. Resiko penurunan curah jantung ditandai dengan perubahan irama jantung
Implementasi:
1) Mengidentifikasi tanda atau gejala primer penurunan curah jantung
2) Mengidentifikasi tanda atau gejala sekunder penurunan curah jantung
3) Memonitor tekanan darah
4) Memonitor saturasi oksigen
5) Memonitor EKG 12 sadapan
6) Memonitor aritmia
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan
cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat dalam rencana keperawatan. Evaluasi ini akan mengarahkan asuhan keperawatan,
apakah asuhan keperawatan yang dilakukan ke pasien berhasil mengatasi masalah pasien
ataukan asuhan yang sudah dibuat akan terus berkesinambungan terus mengikuti siklus
proses keperawatan sampai masalah pasien benar-benar teratasi
C. DAFTAR PUSTAKA

PDF ONLINE.
http://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4c7df406c8f94fe36e5db1d0c018250e.pdf
(Diakses 1 Juli 2021)
PDF ONLINE. Dwi Puji. Gagal Jantung. 2017.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/c38a3a71220e878974174928d0a
5dc3c.pdf (Diakses 1 Juli 2021)
Ayu. Lp gagal jantung. 2016.
https://www.scribd.com/doc/311181938/LaporanPendahuluan-Gagal-Jantung (Diakses 1
Juli 2021)
Ahman riva’I. laporan pendahuluan gagal jantung. 2018.
https://www.scribd.com/doc/167178690/LP-Gagal-Jantung-HF (Diakses 1 Juli 2021)
PDF ONLINE.
http://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4c7df406c8f94fe36e5db1d0c018250e.pdf
(Diakses 1 Juli 2021)
PPNI DPP SDKI Pokja Tim. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.
PPNI DPP SIKI Pokja Tim. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta:
DPP
PPNI.
PPNI DPP SLKI Pokja Tim. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI
Mengetahui,

Pembimbing PKK 2 Orang Tua

Dr. Kelana Kusuma Dharma, S.Kp, M.Kes Giyatno

Anda mungkin juga menyukai