Penyakit Epidemiologi
Penyakit Epidemiologi
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah mahasiswa mampu mengetahui secara umum
tentang ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta fakor yang terkait di
tingkat populasi (Epidemiologi) pada lingkungan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
ilmu lain seperti demografi, sosiologi, antropologi, geologi, lingkungan fisik, ekonomi,
budaya dan statiska.
Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan
karena belum semua ahli bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada
epidemioogi.Hal ini disebabkan karena perbedaan paradigma dalam menangani masalah
kesehatan antara ahli pengobatan dengan metode epidemiologi terutama pada saat
berlakunya paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.Keberhasilan
menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para ilmuwan terkenal di
kala itu.Seperti sekitar 1000 SM Cina dan India telah mengenalkan variolasi, Abad ke 5
SM muncul Hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,water and places,
selanjutnya Galen melengkapi dengan factor atmosfir, faktor internal serta faktor
predisposisi. Abad 14 dan 15 terjadi karantina berbagai penyakit yang di pelopori oleh V.
Fracastorius dan Sydenham, selanjutnya pada tahun 1662 John Graunt memperkenalkan
ilmu biostat dengan mencatata kematian PES & data metriologi.
Pada tahun 1839 William Farr mengembangkan analisis statistik, matematik
dalam epidemiologi dengan mengembangkan system pengumpulan data rutin tentang
jumlah dan penyebab kematian dibandingkan pola kematian antara orang-orang yang
menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya di inggris.Upaya
yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan penyakit secara terus
menerus dan menggunakaninformasi itu untuk perencanaan dan evaluasi program telah
mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.
Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam
menjawab epidemi cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis
wabah, terakhir penggunaan metode epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker.
Perkembangan epidemiologi surveilans setelah perang dunia II disusul perkembangan
epidemiologi khusus. hal yang sama juga dilakukan Edwin Chadwik. Pada tahun 1892
yaitu melakukan riset tentang masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle, robert koch,
Pasteur mengembangkan teori kontak penularan.
Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup
sekurangkurangnya 3 elemen, yakni :
a) Mencakup semua penyakit Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik
penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan
gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan
3
sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga
kegiatan pelayanan kesehatan
c) Pendekatan ekologi Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang
pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun
sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada
seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
4
TENTANG PENDUDUK. Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini
EPIDEMIOLOGI adalah : “Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan
Distribusi (Penyebaran) serta Determinan masalah kesehatan pada sekelompok
orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang
Mempengaruhinya). Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya,
perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam
perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak
hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit
degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya.
Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut.
5
Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi Deskriptif berkaitan dengan definisi epidemiologi sebagai ilmu
yang mempelajari tentang distribusi penyakit atau masalah kesehatan
masyarakat.Hasil pekerjaan Epidemiologi Deskriptif diharapkan mampu menjawab
pertanyaan mengenai faktor who, where, dan when. Merupakan langkah awal untuk
mengetahui masalah kesehatan dari segi epidemiologi dengan menjelaskan siapa yang
terkena dan dimana serta kapan terjadinya masalah tersebut.Siapa: bisa berupa
variabel umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Populasi yang berpotensi atau punya peluang untuk menderita sakit atau mendapat
resiko biasanya disebut Population at risk(penduduk punya resiko).Dimana :
pertanyaan ini mengenai faktor tempat dimana masyarakat tinggal atau bekerja, atau
dimana saja ada kemungkinan mereka mengadapimasalah kesehatan.Kapan : kejadian
penyakit berhubungan juga dengan waktu. Faktor waktu ini dapat berupa jam,
minggu, bulan, dan tahun, musim.
Epidemiologi Analitik
Epidemiologi analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk
menganalisis faktor-faktor determinan masalah kesehatan. Di sisi diharapkan
epidemiologi mampu menjawab pertanyaan Kenapa, atau apa penyebab terjadinya
masalah tersebut.
2. Studi kohort (Cohort studies). Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan
(ekxposed) pada satu penyebab penyakit (agent). Kemudian diambil sekelompok
orang lagi yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama, tetapi
tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok kedua ini
disebut kelompok kontrol. Setelah beberapa saat yang telah ditentukan kedua
kelompok tersebut dibandingkan, dicari perbedaan antara kedua kelompok tersebut
bermakna atau tidak.
6
Epidemiologi Eksperimental
Salah satu hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu
faktor sebagai penyebab tejadinya faktor luaran (penyakit), maka perlu diuji
faktor kebenarannya dengan percobaan atau eksperimen. Misalnya kalu rokok
dianggap sebagai penyebab kanker paru maka perlu dilakukan eksperimen
bahwa jika rokok dikurangi, maka kanker paru akan menurun.
Epid klinik
Epid kependudukan
Ruang Lingkup
Epidemiologi Epid gizi
7
dan kelainan-kelainan organ tubuh lain penyakit jantung, pembuluh darah, penyakit
tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis, berat badan lebih, osteoporosis, kanker
usus, depresi dan kecemasan.
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di
Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan
penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat
merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi
dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.
Dalam sambutannya Menkes menjelaskan, proporsi angka kematian akibat PTM
meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5%
pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah
stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif
kronis. Kematian akibat PTM terjadi di perkotaan dan perdesaan.
Menkes mengatakan, PTM dipicu berbagai faktor risiko antara lain merokok, diet yang
tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat. Riskesdas 2007
melaporkan, 34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari, 93,6% kurang
konsumsi buah dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik.
10
Sebagian besar penyakit tidak menular dapat dicegah bila kita menghindari 4
faktor risiko (perilaku) yang utama yaitu:
1. Pemakaian tembakau (merokok).
2. Kurangnya aktivitas fisik.
3. Konsumsi alkohol.
4. Diet yang tidak sehat.
11
b) Parainfluenza
Penyakit virus pernafasan ini menjadi penting karena penularannya
yang sangat cepat seperti halnya penyakit menular lewat pernapasan lainnya. Pada
umumnya penyakit ini terjadi oleh infeksi virus parainfluenza saja gejalanya hanya
ringan atau subklinis.
c) Demam Berdarah
Cara penularannya melalui virus yang terdapat pada nyamuk Aighes
Aygepti yang menghisap darah organ.
d) Penyakit Kelamin
Cara penularannya melalui hubungan sex yang tidak sehat dan sering
berganti pasangan. Penyakit yang timbul bukan hanya menyerang alat kelamin saja
tetapi dapat menjalar ke organ lain.
e) HIV/AIDS
Virus yang berasl dari simpanse ini dapat merusak sistem imunitas,
tetapi virus ini tidak menimbulkan kematian. Tapi jika virus HIV mengenai
penyakit lain seperti menyerang organ vital bias menimbulkan kematian. Apabila
sistem imun pada tubuh telah rusak resiko berbagai virus akan masuk ke tubuh pun
sangat besar dan tubuh akan rentan terhadap penyakit.
12
2. Kekebalan kelompok (Herd Immunity)
Yaitu kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu
terhadap serangan/penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu
didasarkan pada tingkat kekebalan tubuh suatu anggota kelompok tersebut. Herd
Immunity adalah faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta
kelangsungan penyakit tersebut.
3. Angka serangan (Attack Rate)
Yaitu sejumlah kasus yang berkembang dan muncul dalam satu satuan
waktu tertentu dikalangan anggota kelompok yang mengalami kontak serta
memiliki resiko/kerentanan terhadap penyakit tersebut. Angka serangan ini
bertujuan untuk menganalisis tingkat penularan dan tingkat keterancaman dalam
keluarga, dimana tata cara dan konsep keluarga, sistem hubungan keluarga
dengan masyarakat serta hubungan individu dalam kehidupan sehari – hari pada
kelompok populasi tertentu merupakan unit epidemiologi tempat penularan
penyakit berlangsung.
Tindakan Pencegahan
Pencegahan penyakit datang dari diri sendiri, individu dapat
meminimalkan pola hidup yang tidak sehat dan memaksimalkan pola hidup sehat.
Dibawah ini beberapa tindakan pencegahan untuk penyakit menular dan penyakit
tidak menular, diantaranya :
13
kita tanpa sengaja memegang bekas ludah atau kotoran, maka penyakit mudah
sekali masuk kedalam tubuh.
5) Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi lebih baik diberkan mulai sejak Balita untuk
mencegah penularan penyakit.
Berbagai hasil yang diperoleh dari para klinisi tersebut, merupakan data
informasi yang sangat berguna dalam analisis epidemiologi, tetapi harus pula diingat
bahwa epidemiologi bukanlah terbatas pada data dan informasi saja tetapi merupakan
suatu disiplin ilmu yang memiliki metode pendekatan serta cara penerapannya secara
khusus. Dengan demikian maka sewajar-nyalah apabila setiap dokter yang akan
bertugas, dibekali pengetahuan dan keterampilan khusus tentang cara pendekatan
epidemiologi.
Dewasa ini para dokter yang bekerja di Puskesmas cukup banyak dibebani
dengan tugas ganda yaitu selain sebagai klinisi, mereka juga harus berfungsi sebagai
pelaksana usaha kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Tugas utamanya sebagai
seorang dokter akan terganggu dengan berbagai tugas lain yang mem-butuhkan waktu
dan tenaga, sehingga tidak jarang dijumpai pelayanan penderita yang sangat bersifat
kuratif saja. Para penderita akan terperangkap dalam suatu lingkaran setan, yakni
mereka secara individu akan sembuh setelah pengobatan, tetapi kemudian mereka
kembali ke lingkungan yang sama dengan kemungkinan untuk menjadi sakit lagi.
16
Dalam alam kemajuan industri medis cukup banyak menyerap modal dan
tenaga kerja, maka peranan epidemiologi manajemen dalam menganalisis biaya
pengobatan dan biaya pelayanan kesehatan lainnya merupakan hal yang cukup penting.
Para ahli epidemiologi bersama dengan ahli perencanaan yang pada umumnya
berorientasi pada hasil keluaran suatu proses, dapat merupakan tim yang serasi dalam
menyusun suatu rencana pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Sistem
pendekatan epidemiologi dalam perencanaan kesehatan cukup banyak digunakan oleh
para perencana pelayanan kesehatan, baik dalam bentuk analisis situasi, penentuan
prioritas, maupun dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan kesehatan yang bersifat
umum maupun dengan sasaran yang khusus .
17