Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH CARA PEMBAKARAN PIROLISIS TERHADAP

KARAKTERISTIK
DAN EFISIENSI ARANG DAN ASAP CAIR YANG DIHASILKAN

Kemas Ridhuan1, Dwi Irawan2, Yulita Zanaria3, Nugroho Adi4,


1,2,4
Program Studi Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Metro
3
Program Studi Akuntasi, Universitas Muhammadiyah Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung.
kmsridhuan@yahoo.co.id - dwi_irawan12@yahoo.co.id
yulitazanaria13@gmail.com - adinugroho177@yahoo.com

Abstrak
Pembakaran merupakan serangkaian reaksi-reaksi kimia eksotermal antara bahan bakar dan
oksigen berupa udara yang disertai dengan produksi energi berupa panas dan konversi senyawa
kimia. Pelepasan panas dapat mengakibatkan timbulnya cahaya dalam bentuk api. Bahan bakar
yang umum digunakan dalam pembakaran adalah senyawa organik, khususnya hidrokarbon
dalam fasa gas, cair atau padat. Pada pembakaran pirolisis tidak memungkinkan adanya udara
sehingga pembakarannya tidak sempurnah. Pembakaran pirolisis dapat dilakukan dengan
berbagai cara pembakaran agar didapat hasil yang maksimal namun demikian tentunya juga
akan berdampak pada hasil produk piroisis yang didapat. Seperti semakin tinggi suhu
pembakaran, semakin lama waktu pembakaran jenis bahan bakar juga mempengaruhi. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh cara pembakaran pirolisis berbeda terhadap
karakteristik dan efisiensi arang dan asap cair yang dihasilkan. Metode penelitian menggunakan
tiga cara pembakaran pirolisis berbeda yang divariasikan yaitu pembakaran langsung,
pembakaran dengan LPG dan pembakaran dengan biomassa. Biomassa yang digunakan kayu
jengkol. Pengujian mencatat suhu pembakaran,waktu, efisiensi pembakaran, banyaknya
biomassa dan bio-arang yang dihasilkan. Karaktristik meliputi nilai kalor, kadar air, kadar abu
dan massa jenis. Penelitian dilakukan di Lab Teknik Mesin UM.Metro dan Lab Polinela. Hasil
penelitan menunjukan bahwa efisiensi pengarangan terendah pada pembakaran biomassa
14,33% dan tertinggi dari pembakaran langsung 30,00%, Efisiensi bahan bakar yang terendah
yaitu pembakaran biomassa 27,27% dan tertinggi dari prmbakaran LPG 75,71%. Waktu
terlama 450 menit pada pembakaran LPG dan tersingkat pada pembakaran langsung 300 menit.
Hasil arang yang sedikit dari pembakaran biomassa yaitu 4,3 kg yang terbanyak dari
pembakaran LPG yaitu 9 kg. Untuk karakteristik arang nilai kalor yang rendah 6,341.70 cal/g
pembakaran LPG dan tertinggi 7,631.87 cal/g.pembakaran biomassa. Kadar air yang sedikit
7,03 dari pembakaran berbahan kayu paling banyak 25.18 cal/g dari pembakaran LPG. Umtuk
kadar abu nilai yang rendah 5.84 cal/g dari pembakaran berbahan kayu dan tertinggi 38.69
cal/g dari pembakaran LPG.

Kata kunci : Pembakaran, LPG, Biomassa, Pirolisis, Kalor, Arang

1. PENDAHULUAN
Kemajuan pesat teknologi saat ini tidak dapat dilepaskan ketersediaan akan kebutuhan energi,
karena setiap gerak roda perkembangan teknologi akan membutuhkan suplay energi. Pemenuhan
akan kebutuhan energi harus segera diantisipasi dengan ketersediaan akan sumber-sumber energi
baru dan terbarukan. Salah satu jenis energi terbarukan yang cukup potensial yaitu biomassa.
Biomassa merupakan jenis matrial organik yang dihasilkan dari proses fotosintetis. Biomassa
berasal dari sisa tumbuh-tumbuhan. Biomassa memiliki keunggulan seperti lestari tidak akan habis,
tersedia secara berlimpah, Ramah lingkungan (rendah atau tidak ada limbah dan polusi. Dan
terkadang keberadaan biomassa disebagian tempat sangat tidak diinginkan karena merupakan limbah
dan sangat menggangu lingkungan, oleh karena itu keberadaan limbah biomassa perlu diolah menjadi
suatu yang bermanfaat.
Untuk mengolah biomassa menjadi energi dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya
yaitu pembakaran pirolisis. Pembakaran pada pirolisis berbeda dengan pembakaran pada umumnya
yang memerlukan udara sebagai unsur utama untuk pembakaran sempurnah. Pada pembakaran
pirolisis udara tidak diperlukan udara, karena keberadaan udara akan mengakibatkan bahan bakar
padat terbakar sempurnah menjadi abu sehingga tidak menghasilkan arang, dan pembakaran pirolisis

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 141
juga menghasilkan bio-oil atau asap cair. Pirolisis merupakan salah satu teknologi termokimia untuk
mengubah biomassa menjadi energi dan produk kimia yang terdiri dari bio-oil cair, biochar padat,
dan gas pirolitik dan tergantung pada tingkat pemanasan dan waktu tinggal.
Untuk mendapatkan hasil produk cair maupun padat yang maksmal dan efisien maka cara
pembakaran pirolisis dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti langsung, pembakarang dengan
menggunakan bahan bakar LPG dan pembakaran menggunakan bahan bakar biomassa. Cara
pembakaran berbeda tersebut akan menghasilkan suhu dan waktu serta efektifitas berbeda masing-
masiong cara sehingga perlu dikaji lenih jauh.

1.1. Biomassa
Biomassa merupakan bahan baku padat dari makhluk hidup yang tergolong mengandung
senyawa-senyawa seperti lignin, selulosa, dan holoselulosa. Biomassa didefinisikan sebagai bahan
organik berumur relatif muda yang berasal dari tumbuhan ataupun hewan, baik yang terbentuk dari
hasil produksinya, sisa metabolisnya, ataupun limbah yang dihasilkan. Biomassa juga digunakan
sebagai sumber energi (bahan bakar) yang umumnya digunakan sebagai bahan bakar adalah
biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah buangan.
Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber
energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat menyediakan sumber energi secara
berkesinambungan (suistainable). Biasanya, bahan pembuat biomassa ini berasal dari dua jenis, dari
kategori hewan yang bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme dan juga bahan-bahan
energi biomassa dari tumbuhan seperti tanaman sisa pengolahan ataupun hasil panen secara
langsung. Energi biomassa ini muncul berdasarkan adanya siklus carbon di bumi. Dimana, hampir
semua unsur kehidupan, mulai dari tumbuhan, hewan hingga manusia memiliki unsur karbon yang
pada dasarnya terus berputar. Karena itulah, biomassa sendiri bisa dibuat bahan bakar karena juga
mengandung unsur carbon.
Kompenen dari biomassa sendiri sebagian besar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Persentase dari ketiga unsur tersebut adalah selulosa 40-45% (untuk tumbuhan kasar dan halus),
lignin 25-35% (untuk tumbuhan halus) dan 17-25% (untuk tumbuhan kasar), hemiselulosa 20%
(untuk tumbuhan halus) dan 17-25% (untuk tumbuhan kasar).

1.2. Kayu Jengkol


Tumbuhan jengkol merupakan tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara dengan ukuran
pohon yang tinggi yaitu ± 20m, tegak bulat berkayu, licin, percabangan simpodial, cokelat kotor.
Bentuk majemuk, lonjong, berhadapan, panjang 10 – 20 cm, lebar 5 – 15 cm, tepi rata, ujung runcing,
pangkal membulat, pertulangan menyirip, tangkai panjang 0,5 – 1 cm, warna hijau tua. Struktur
majemuk, berbentuk seperti tandan, diujung dan ketiak daun, tangkai bulat, panjang ± 3cm, berwarna
ungu kulitnya, bentuk buah menyerupai kelopak mangkok, benag sari kuning, putik silindris, kuning
mahkota lonjong, putih kekuningan. Bulat pipih berwarna coklat kehitaman, berkeping dua dan
berakar tunggang. Pohon Jengkol sangat bermanfaat dalam konservasi air di suatu tempat hal ini
dikarenakan ukuran pohonnya yang sangat tinggi

Tabel 1. Kandungan beberapa unsur pada kayu Jengkol


Kandungan kimia Nilai Kandungan

Selulosa 42,03 – 54,95 %


Lignin 22,66 – 35,20 %
Pentosan 15,36 – 17,15 %
Sumber: Sokandi dkk 2013

1.3. Pembakaran Pirolisis


Pembakaran dapat didefinisikan sebagai proses atau reaksi oksidasi yang sangat cepat antara
bahan bakar (fuel) dan oksidator dengan menimbulkan panas atau nyala : Bahan bakar padat +
O2 Gas buang + abu - ΔH. Nonkarbonisasi merupakan proses pembakaran sempurnah karena terjadi

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 142
dengan pemberian udara atau adanya udara yang masuk, pembakaran metana merupaka reaksi
pembakaran sempurna, karena menghasilkan karbon dioksida dan air.
Pelepasan panas dapat mengakibatkan timbulnya cahaya dalam bentuk api. Bahan bakar yang
umum digunakan dalam pembakaran adalah senyawa organik, khususnya hidrokarbon dalam fasa
gas, cair atau padat. Pembakaran yang sempurna dapat terjadi jika ada oksigen dalam prosesnya.
Oksigen (O2) merupakan salah satu elemen bumi paling umum yang jumlahnya mencapai 20.9% dari
udara. Bahan bakar padat atau cair harus diubah ke bentuk gas sebelum dibakar. Biasanya diperlukan
panas untuk mengubah cairan atau padatan menjadi gas. Bahan bakar gas akan terbakar pada keadaan
normal jika terdapat udara yang cukup.
Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjadi
penguraian komponen-komponen penyusun, istilah lain dari pirolisis adalah penguraian yang tidak
teratur dari bahan-bahan organik yang di sebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan
dengan udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apa bila biomassa dipanaskan tanpa
berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, Maka akan terjadi penguraian. Peroses
pirolisi didefinisikan sebagai degradasi termal dari matrial padat (biomassa) pada kondisi udara
/oksigen terbatas dan dari proses ini dihasilkan gas, tar dan char.
Pada proses pirolisis, perbandingan persentase ketiga produk tersebut char (berwujud pada),
tar (berwujud cairan) dan gas sangat tergantung pada beberapa kondisi operasi, di antaranya adalah
temperatur akhir proses pirolisis dan lama penahanan temperatur akhir (bolding time). Menurut
Wijayanti (2013) hasil pirolisis berupa tiga jenis produk yaitu padatan (charcoal/arang), gas (fuel
gas) dan cairan (bio-oil). Dan umumnya proses pirolisis berlangsung pada suhu di atas 300°C dalam
waktu 4-7 jam. Namun keadaan ini sangat bergantung pada bahan baku dan cara pembuatannya.
Temperatur pirolisis untuk mereduksi sampah dicapai secara optimal pada 300°C
1.4. Cara pembakaran pirolisis
Beberapa cara pembakaran pirolisis yang dapat dilakukan yaitu :
a. Pembakaran Langsung yaitu semua bahan baku biomassa yang digunakan yang juga
sebagai bahan bakarnya dimasukkan ke dalam reaktor kemudian dibakar, setelah terbakar
lalu ditutup. Pembakaran ini menghasilkan jumlah udara yang banyak sehingga efisiensi
pembakarannya kurang tapi waktu pembakarannya lebih cepat karena terjadi pembakaran
sempurnah sehingga hasil produk cendrung asap cair akan lebih banyak jika dibanding
dengan bio-arangnya.
b. Pembakaran LPG, yaitu semua bahan baku biomassa di dalam reaktor dan tertutup rapat,
kemudian dibakar dari bawah dengan menggunakan bahan bakar LPG. Pembakaran ini
menghasilkan campuran kaya dimana udara sangat sedikit. Api pembakaran yang
kontinyu dan stabil sehingga waktu pembakaran sedikit lebih lama. Produk yang
dihasilkan cendrung lebih banyak bio-arang dibandingkan asap cairnya.
a. Pembakaran Biomassa, yaitu bahan baku biomassa di dalam reaktor dan tertutup dengan
rapat, kemudian dibakar dari bawah dengan menggunakan bahan bakar biomassa juga
sebagai sumber panasnya. Api pembakaran yang dihasilkan kurang stabil sehingga waktu
pembakaran tidak bisa diperediksi dan hasil produk juga tidak bisa diukur antara bio-
arang dan asap cairnya. Bahan bakar yang diperlukan bias lebih banyak.
Ketiga cara pembakaran tersebut memiliki keunggunalan dan kelemahan masing-masing,
seperti suhu pembakaran yang dihasilkan tinggi, waktu pembakaran yang cepat termasuk banyaknya
hasil asap cair dan bio-arang yang dihasilkan serta efisien dan efektifitas proses kerja pembakaran
tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ravneet (2015) bahwa suhu adalah parameter yang
paling berpengaruh terhadap hasil produk cairan, kisaran suhu 500-550°C cocok untuk menghasilkan
cairan maksimum. Karena kompleksitas biomassa, sulit untuk mendapatkan biofuel dengan
kemurnian dan hasil tinggi.

1.5. Bio-arang
Bio-arang merupakan bahan bakar padatan yang berwarna kehitaman yang dibuat dari bahan
tumbu-tumbuhan dengan cara proses pembakaran pirolisis dengan sedikit atau tanpa udara dan
dengan kwalitas kalori yang lebih baik dibanding arang biasa. Pembakaran pirolisis atau karbonisasi
merupakan proses penguraian selulosa menjadi karbon pada suhu berkisar 275°C. Menurut Fadillah
(2015) Interaksi suhu dan waktu pirolisis sangat berpengaruh nyata terhadap rendemen tar dan arang.

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 143
Proses ini sangat juga dipengaruhi juga oleh bahan biomassa, karena akan menentukan kualitas dari
arang karbon yang dihasilkan, seperti kekerasan dan kandungan kimia lainnya.
Arang yang hitam, ringan, mudah hancur, dan menyerupai batu bara tediri dari 85% sampai
98% karbon sisanya adalah benda kimia lainnya. Arang dihasilkan dari bahan-bahan yang
mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung,
diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang
mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi.
1.6. Asap Cair
Asap cair didefinisikan sebagai kondensat berair alami dari kayu yang telah mengalami aging
dan filtrasi untuk memisahkan senyawa tar dan bahan-bahan tertentu. Asap cair merupakan hasil
kondensasi dari pirolisis kayu yang mengandung sejumlah besar senyawa yang terbentuk akibat
proses pirolisis konstituen kayu seperti sellulosa, hemisellulosa dan lignin. Hasil pirolisis dari
senyawa sellulosa, hemisellulosa dan lignin diantaranya akan menghasilkan asam organik, fenol,
karbonil yang merupakan senyawa yang berperan dalam pengawetan bahan makanan. Senyawa-
senyawa tersebut berbeda proporsinya diantaranya tergantung pada jenis, kadar air kayu, dan suhu
pirolisis yang digunakan. Dalam asap cair terdapat kandungan kimia asam asetat. asam asetat
digunakan sebagai pengatur keasaman. dirumah tangga asam asetat encer juga digunakan sebagai
pelunak air. Kondisi asam akan menghambat pertumbuhan bakteri, menjaga makanan aman dari
kontaminasi.
Contoh kegunaan dari asap cair adalah Asap cair bermanfaat sebagai bahan pengawet pangan
seperti ikan segar, daging, mie basah, baso, dan tahu, serta penghilang bau busuk pada pengolahan
karet. Asap cair yang dihasilkan dari limbah padat kelapa sawit, khususnya sabut, tempurung dan
cangkang kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai pengawet makanan

2. METODE PENELITIAN
2.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan satu unit reaktor pirolisis berbentuk silinder dengan diameter 50 cm
tinggi 100 cm dan kondensor berbentuk silinder berdiameter 30 cm tinggi 50 cm beserta alat ukur
suhu termokopel. Satu unit burner LPG. Dan bahan biomassa yang digunakan adalah kayu jengkol
dengan massa 30 kg dan banyak jumpai di indonesia. Kemudian biomasa tersebut dijemur terlebih
dahulu setelah itu baru di bakar di dalam reactor pirolisis dengan menggunakan tiga (3) cara
pembakaran berbeda yaitu pembanrang langsung, pembakaran LPG dan pembakaran biomassa.
Pengujian dilakukan Lab Teknik Mesin UM. Metro. Beberapa data-data yang ambil seperti suhu
pembakaran di api, di asap/gas pembakaran, waktu pembakaran. Setelah selesai pembakaran bio-
arang dikeringkan setelah itu baru diukur massa bio-arang. kemudian komposisi kimia bio-arang
seperti nilai kalor, kadar air, kadar abu yang diuji di lab Polinela.

Gambar 1. Reaktor Pirolisis dan rangkaian Condensor


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 144
Setelah dilakukannya pengujian dengan menggunakan tiga cara pembakaran pirolisis berbeda
yaitu pembakaran langsung, pembakaran LPG dan pembakaran biomassa dengan bahan biomassa
kayu jengkol maka di dapat hasil-hasil berbagai karaktristik pembakaran dan hasil bio-arang yaitu
sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil pengujian cara pembakaran dengan berbagai karaktristik


Cara Waktu Suhu Suhu Kalori Air Abu Efisiensi
Pembakaran (menit) Gas/Asap Api Bio (cal/g) (%) (%) Arang (%)
Pembakaran 290 209 384 7475,87 9.19 45.20 27,66
lansung
Pembakaran 310 156 468 7631,87 7.03 5.84 14,33
biomasa
Pembakaran 350 178 623 6341,70 25.18 38.69 30,00
LPG

3.2. Hubungan suhu api dan waktu terhadap jenis pembakaran


Pembagian dari zona pembakaran terdiri atas zona drying, devolalitisasi dan pembakaran char.
Sesuai dengan teori pembakaran bahan bakar padat bahwa pembakaran biomassa dibagi menjadi 3
tahap secara berurutan (Borman dan Ragland, 1998). Tahap pertama adalah pengeringan yang
ditandai dengan penurunan massa yang berjalan secara lambat. Tahap kedua adalah devolatilisasi
yang ditandai dengan penurunan massa yang mulai meningkat. Tahap ketiga adalah pembakaran
arang yang ditandai dengan penurunan massa yang sangat cepat. Proses pembakaran terus meningkat
ditandai dengan temperatur yang naik secara signifikan. Pada gambar 2. menujukkan bahwa rata-rata
kenaikan suhu maksimum terjadi pada menit ke 30, selanjutnya lebih stabil. Pada cara pembakaran
LPG akibat dari laju pemanasan yang redah sehingga menghasikan suhu pembakaran kecil mulai
pada menit ke 70 hingga menit 230 suhu gas asap terlihat konstan pada suhu 210℃., namun seiring
pertambahan waktu terjadi kenaikan suhu lebih tinggi dibandingkan cara pembakaran yang lain yaitu
623℃, hal ini dikarenakan suhu api yang dihasikan dari pembakaran LPG lebih konstan sehingga
panas yang dihasilkan dapat kontinu dan stabil mampu membakar biomassa yang ada di dalam
reaktor dan waktu pembakaran yang terjadi lebih lama dibanding yang lain yaitu 350 menit.
Sementara cara pembakaran biomassa menghasilkan suhu yang sedikit lebih kecil yaitu 468℃
dibandingkan pembakaran LPG karena api pembakaran yang dihasilkan kurang stabil dan tidak
merata sehingga panas yang dihasilkan kurang maksimal dan tidak terakumulasi untuk membakar
biomassa yang ada di dalam reaktor dan waktu pembakaran juga lebih pendek dibanding pembakaran
LPG, dan waktu pembakaran yang terjadi juga lebih pendek yaitu 310 menit. Sementara itu
pembakaran langsung menghasilkan suhu pembakarang yang paling kecil yaitu hanya 384℃, hal ini
dikarenakan pembakaran yang terjadi didalam reaktor itu sendiri dan tidak ada sumber panas dari
luar sehingga tidak ada udara yang masuk sehingga pembakaran yang terjadi tidak sempurna dan
suhu tidak bisa lebih tinggi lagi kemudian waktu pembakaran yang terjadi juga lebih pendek yaitu
290 menit.

4.3. Hubungan suhu gas/asap dan waktu terhadap jenis pembakaran


Berdasarkan gambar 3. terlihat bahwa suhu gas atau asap yang terjadi lebih kecil dibanding
suhu api biomassanya. Rata-rata kenaikan suhu terjadi pada menit ke 20, dan terus meningkat namun
tidak signifikan. Untuk pembakaran biomassa suhu gas asap meningkat hingga menit ke 310
mencapai suhu 156℃. Hal ini dikarenakan bahwa api pembakaran biomasa cukup konstan dan
tersebar merata tetapi tetap lebih kecil dari pembakaran LPG. Kemudian untuk pembakaran langsung
suhu gas asap yang terjadi cendrung naik turun namun tidak besar hingga suhu tertinggi yaitu 209℃
hingga berhenti pada menit ke 290. Laju pemanasan yang lebih lambat pada pembakaran LPG namun
suhu akhir lebih besar yaitu 178℃ dari pembakaran biomassa dan berhenti pada menit 340,
berdampak pada lebih tingginya persentase arang yang diperoleh dari hasil pirolisis dibandingkan
dengan pembakaran lain.

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 145
Gambar 2. Suhu api biomassa pada tiap cara pembakaran

Gambar 3. Suhu Gas/Asap pada tiap pembakaran

4.4 Pengaruh suhu dan waktu terhadap nilai kalor dari arang
Berdasarkan gambar 4. terlihat bahwa ada pengaruh suhu terhadap nilai kalor bio-arang. Nilai
kalor merupakan jumlah karbon murni yang terkandung di dalam arang. Suhu yang semakin tinggi
pada proses karbonisasi sangat berpengaruh pada kualitas dari arang, termasuk kadar karbon.
Penentuan kadar karbon bertujuan untuk mengetahui kandungan karbon setelah karbonisasi.
Pembakaran biomassa menghasilkan nilai kalor sedikit lebih besar yaitu 7631,87 cal/gr dibanding
pembakaran langsung yang sedikit kecil yaitu 7475,87 cal/gr. Namun berbeda jauh dengan
pembakaran LPG karena suhunya yang tinggi sehingga nilai kalor yang dihasilkan lebih kecil yaitu
6341.7 cal/gr.
Peningkatan nilai kalor arang yang beriringan dengan peningkatan suhu pirolisis dapat
diakibatkan karena peningkatan suhu pirolisis meningkatkan penguapan volatile matter sehingga
mengakibatkan penurunan kadar air dan menyisakan karbon pada arang sehingga berakibat pada
peningkatan nilai kalor arang tersebut. Penurunan nilai kalor arang pada pembakaran LPG terjadi
karena vollatilematter yang terkandung mengalami devolatilisasi lanjutan dan lebih banyaknya lignin
yang terdekomposisi.

4.5. Pengaruh suhu dan waktu terdahap Kadar air dan kadar abu.
Berdasarkan gambar 5. bahwa semakin lama waktu pembakaran maka kadar air pada bio-
arang akan semakin banyak. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu karbonisasi, maka pori
- pori dari arang akan makin terbuka, terjadi kontak langsung antara arang yang bersifat higroskopis
dengan udara sehingga arang banyak menyerap uap air. Pada pembakarang LPG kadar air sebesar
25,18% berbeda jauh pada pembakaran biomassa hanya 7,03% dan pembakaran langsung yang
hanya 9,19%. Hal ini sesuai berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh Hartanto dan Ratnawati
(2010) yang dilakukan pada tempurung kelapa sawit.

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 146
Kemudian Abu adalah oksida - oksida logam dalam arang yang terdiri dari mineral yang tidak
dapat menguap pada proses karbonisasi. Kandungan abu sangat berpengaruh pada kualitas arang
yang dihasilkan. Keberadaan abu yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pori
- pori pada arang sehingga luas permukaan arang menjadi berkurang. Penentuan kadar abu bertujuan
untuk menentukan kandungan oksida logam dalam arang. Semakin meningkatnya suhu dan waktu
karbonisasi maka kadar abu akan semakin tinggi. Pada pembakaran LPG menghasilkan kadar abu
yang tinggi yaitu 38,69% hal ini dikarenakan suhu pembakarannya tinggi. Sementara pada
pembakaran biomassa menghasilkan kadar abu yang kecil yaitu hanya 5,84% kerana suhu
pembakaran biomassa kecil. Kemudian untuk pembakaran langsung menghasilka kadar abu yang
paling besar yaitu 45,2% dikarenakan pembakaran langsung pada saat awal pembakaran tutup reaktor
dibuka terlebih dahulu untuk proses pembakaran sehingga ada kontak dengan udara. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian Purwanto (2011) yang dilakukan pada tempurung kelapa sawit, dimana
semakin meningkat suhu dan waktu karbonisasi, kadar abu yang dihasilkan semakin meningkat

Gambar 4. Nilai kalor arang pada tiap pembakaran

Gambar 5. Kadar air dan abu arang pada tiap pembakaran

4.6. Jumlah arang yang dihasilkan


Berdasarkan gambar 6. menunjukkan bahwa jumlah arang yang dihasilkan pada tiap
pembakaran bervariasi banyaknya. Pada pembakaran langsung menghasilkan arang cukup banyak
yaitu 8,3 kg sedangkan pada pembakatan biomassa menghasilkan arang yang sedikit yaitu 4,3 kg
dan pada pembakaran LPG sendiri menghasilkan arang lebih banyak yaitu 9 kg. Hal ini dikarenakan
bahwa pembakaran LPG terjadi dengan laju pemanasan yang lebih lambat walaupun suhu akhirnya
menjadi lebih besar karena semua biomassa terbakar dan pembakarannya menghasilkan suhu yang
stabil dan merata serta kontinu sehingga proses pengarangan berlangsung secara merata dan pasti.

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 147
Gambar 6. Hasil arang pada tiap pembakaran

4.7. Jumlah asap cair yang dihasilkan


Berdasarkan gambar 7. bahwa suhu dan waktu sangat berpengaruh pada hasil arang dan asap
cair, semakin tinggi suhu dan lama waktu maka semakin banyak asap cair yang dihasilkan. Pada
pembakaran langsung menghasilkan sebanyak 148 ml atau 0,31% dan untuk pembakaran biomassa
menghasilkan sebanyak 172 ml atau 0,43% dan pembakaran LPG menghasilkan sebanyak 244 ml
atau 0,72%. Hal ini dikarenakan bahwa semakin lama waktu pembakaran maka semakin banyak asap
yang berproduksi dan semakin tinggi suhunya maka akan semakin banyak padatan biomassa yang
teroksidasi dan terurai menjadi asap dan pada gilirannya menjadi cairan. Kecepatan proses
pengarangan mempengaruhi jumlah rendemen asap yang dihasilkan. Kecepatan proses pengarangan
mengakibatkan penguapan air lebih cepat dan tidak dapat dikondensasikan secara maksimal. Reaksi
pembakaran meliputi penggabungan zat arang dari sekam dengan oksigen akan membentuk air. Asap
dalam pembakaran berubah menjadi uap, turun dan menjadi dingin, kemudian mencair menjadi zat
yang disebut asam pyrologneus atau asap cair.

Gambar 7. Presentase hasil asap cair yang dihasilkan

Tungku pembakaran berperan penting dalam menghasilkan rendemen asap cair. Apabila
tungku pembakaran kurang sempurna, adanya kebocoran asap atau nyala api yang kurang besar
sehingga asap yang dikeluarkan sedikit, maka asap cair yang dihasilkan akan sedikit dan memiliki
kualitas yang kurang baik. Selain itu, pipa kondensor yang digunakan juga memiliki peran yang
sama, apabila terjadi kebocoran maka asap akan banyak terbuang dan tidak berjalan sempurna.

4.6. Efisiensi hasil arang yang didapat


Berdasakna gambar 8. bahwa efisiensi arang yang dihasilkan menunjukkan bahwa efisiensi
arang dari pembakaran langsung sebesar 27,66% atau 8,3 kg sedangkan pembakaran biomasa
menghasilkan sebesar 14,33% atau 4,3 kg dan pembakaran LPG menghasilkan sebesar 30% atau 9
kg. Hal ini dikarenakan suhu pembakaran yang merata dan konstan akan mengoksidasi bahan
padatan biomassa menjadi arang akan lebih baik dan teratur atau terukur bertahap. Kemudian laju
pembakaran yang lebih lambat dan suhu perlakuan yang rendah (gambar 3) pada pembakaran LPG
akan meningkatkan jumlah arang. Menurut Kasmudjo (1992) dikatakan bahwa tinggi rendahnya

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 148
rendemen dalam produksi karbonisasi arang dipengaruhi beberapa faktor antara lain iklim, musim,
unsur tanaman, keadaan tanah, bahan baku, dan cara pembakaran.

Gambar 8. Efisiensi arang yang dihasilkan pada tiap pembakaran

4. KESIMPULAN
a. Karakteristik arang yang dihasilkan terbaik pada pembakaran biomassa yaitu nilai kalor
yang tertinggi yaitu 7,631.87 cal/, kadar air yang lebih sedikit yaitu 7,03% dan kadar abu
lebih sedikit yaitu 5.84% dibandingkan pembakaran yang lain.
b. Hasil arang dan asap cair terbaik pada pembakaran LPG yaitu menghasilkan arang lebih
banyak yaitu 9 kg dan Asap cair yang dihasilkan lebih banyak yaitu 244 ml dibandingkan
pembakaran yang lain.
c. Efisiensi hasil bio-arang terbaik yaitu pembakaran LPG 30% dan efisiensi hasil Asap cair
yaitu 0,72% lama waktu pembakaran yaitu 350 menit dibandingkan pada pembakaran yang
lain.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia yang sudah mendukung
penelitian ini dalam program Penelitian Strategi Nasional Nomor : 2108/SP2H/K2/KM/2018. Dan
tidak lupa pula kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Metro serta Ketua Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Metro.

DAFTAR PUSTAKA
Balasi, 2008. Modeling chemical and physical processes of wood and biomassa pyrolisis, program
in energy and combustion science 34,47-99
Belonio, 2005.Rice Husk Gas Stove Hand Book, Departement Of Agriculturar engenering And
Enviromental Managemen College Of agriculturar Central Philippine University Lioilo City,
Philippine.
Borman,G.L., Kenneth W. Ragland., 1998, Combustion Engineering, Mc Graw-Hill, New York.
Fadillah, Haris,. Alfiarty, Alivia,. 2015, The Influence Of Pyrolysis Temperature And Time To The
Yield And Quality of Rubber Fruit (Hevea brasiliensis) Shell Liquid Smoke, Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693-4393, Yogyakarta.
Hartanto, Singgih dan Ratnawati, 2010, Pembuatan Karbon aktif dari Tempurung Kelapa Sawit
dengan Metode Aktivasi Kimia, Jurnal Sains Materi Indonesia Vol. 12, No. 1, hal : 12 – 16.
ISSN : 1411-1098. Program Studi Teknik Kimia, FTI-ITI. Tangerang,
Himawanto D A, 2012. Optimasi kondisi pirolisis sampah bambu guna mendapatkan energi
terbarukan. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Jalal, 2013. Perbandingan Karakteristik Antara Briket – Briket Berbahan Dasar Sekam Padi Sebagai
Energi Terbarukan. Jurusan Fisika, Universitas Jember.

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 149
Kan, Tao,. Strezov, Vladimir,. Evans, Tim J., 2016, Lignocellulosic biomass pyrolysis: A review of
product properties and effects of pyrolysis parameters, Jurnal Renewable and Sustainable
Energy Reviews Volume 57, Pages 1126–1140
Kasmudjo. 1992. Dasar-dasar Pengolahan Minyak Kayu Putih. Yayasan Pembina Fakultas
Kehutanan Univesitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Pari, G., dan Hartoyo, 1983.Beberapa Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang dari Limbah Arang
Aktif. Puslitbang Hasil Hutan. Bogor.
Purwanto Djoko, Arang Dari Limbah Tempurung Kelapa Sawit, Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Vol. 29 No. 1, Maret 2011: 57- 66, Bogor, 2011.
Ravneet, Kaur,. Poonam, Gera,. Kumar, Jha Mithilesh,. 2015, Study on Effects of Different
Operating Parameters on the Pyrolysis of Biomass: A Review, Journal of Biofuels and
Bioenergy, Volume : 1, Issue : 2, Page : 135-147, ISSN : 2454-860X. Online ISSN : 2454-
8618. Article DOI : 10.5958/2454-8618.2 015. 00015.2

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 150

Anda mungkin juga menyukai