PENYAKIT TUBERCULOSIS
Dosen Pengampu: Ns. Ulfah Nuraini Karim, S.Kep., M.Kep
Disusun Oleh:
Kelompok 5
2. Frizky - 012021027
3. Martin L. T - 012021028
UNIVERSITAS BINAWAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul Asuhan Keperawatan Keluarga dengan penyakit TB. Tujuan penyusunan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Family Nursing pada Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas
Binawan.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan,
namunatas bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat
menyelesaikan praktik asuhan keperawatan ini. Oleh karena itu izinkan kami
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Illah Sailah, M. Si., Psikolog selaku Rektor Universitas Binawan
2. Ns. Harizzah Pertiwi, S.Kep., MN selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Kebindanan Universitas Binawan
3. Ns. Zuriati, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Program Studi Keperawatan
4. Ns. Ulfah, Nuraini Karim, S.Kep., M.Kep selaku Dosen Pembimbing
5. Djuaiyah Chanafie, SKp, M.Kep selaku Dosen Pembimbing
6. Hj. Widanarti Setyaningsih S.Kp., N selaku Dosen Pembimbing
Semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan memberikan balasan atas segala
kebaikan dari semuapihak yang telah mendukung melalui berbagai macam cara
dalam proses penyusunanmakalah ini. Kami menyadari makalah ini masih banyak
kekurangannya, sehingga kami mengharapkan masukan dari semua pihak yang
membaca untukperbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
memberikanmanfaat bagi seluruh lapisan keilmuan.
Kelompok V
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................ 3
Bab 1 Pendahuluan.................................................................................... 4
Latar Belakang............................................................................................. 4
Ruang Lingkup ............................................................................................ 5
Tujuan ......................................................................................................... 5
Bab II Tinjauan Kasus.............................................................................. 6
Konsep Keluarga.......................................................................................... 6
Konsep Penyakit Tuberkulosis .................................................................... 14
Bab III Asuhan Masalah........................................................................... 15
Kasus ........................................................................................................... 15
Pengkajian Keluarga.................................................................................... 15
Analisa Data................................................................................................. 36
Skoring ........................................................................................................ 38
Intervensi ..................................................................................................... 40
Implementasi ............................................................................................... 44
Daftar Pustaka.............................................................................................. 50
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya hingga menyebabkan kematian.
Komplikasi tuberkulosis seperti halnya emfisema, efusi pleura pada komplikasi
dini dan Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SPOT), sindrom gagal nafas
dewasa pada komplikasi lanjut (Pratikanya, 2017).
4
meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Apabila setiap keluarga sehat akan
tercipta keluarga yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu
anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain (Kemenkes
RI. 2017).
Fungsi keluarga dalam upaya kesehatan terdiri dari dua aspek yaitu
pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan
mencakup upaya kuratif (pengobatan penyakit), rehabilitative (pemulihan
kesehatan setelah sembuh dari sakit). Peningkatan kesehatan mencakup
kesehatan preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan
kesehatan) oleh sebab itu kesehatan promotif harus selalu diupayakan
mengandung makna kesehatan seseorang kelompok, individu Dan harus selalu
diupayakan sampai tingkat kesehatan yang optimal (Notoatmodjo dalam LEO,
R, 2016).
B. Ruang Lingkup
1. Objektif: Objek pembahasan meliputi perawatan keluarga dengan penyakit
Tb paru
2. Subjektif: Populasi kasus meliputi keluarga
C. Tujuan
1. Tujuan Umun
Penulis mampu memahami tentag Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
kasus Tuberkulosis menerapkan Asuhan Keperawatan secara
komprehensif pada keluarga
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari asuhan keperawatan keluarga pada kasus di
atas diantaranya sebagai berikut:
a. Mengkaji pada keluarga dengan kasus TB Paru
5
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan kasus TB
Paru
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada keluarga dengan kasus TB
Paru
d. Melaksanakan intervensi keperawatan pada keluarga dengan kasus TB
Paru
e. Mengevaluasi pada keluarga dengan kasus TB Paru
6
BAB II
TINJAUAN KASUS
7
4) Single Adult yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang
dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang menikah atau
tidak mempunyai suami
5) Extended Family yaitu keluarga yang terdiri dari keluarga inti
ditambah dengan keluarga lain seperti paman, bibi, kake, dan
sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia
di daerah pedesaan
6) Middle-aged or elderly couple adalah orang tua yang tinggal sendiri
dirumah (baik suami/ istri atau keduanya) karena anak-anaknya sudah
membangun karir sendiri atau sudah menikah
7) Kin-network family bebrapa keluarga yang tinggal bersama atau
saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti
dapur dan kamar mandi yang sama.
b. Tipe keluarga non tradisional
1) Unmarried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri atas
orang tua dan anak dari hubungan tanpa menikah
2) Cohabitating couple adalah orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena bebrapa alasan tertentu
3) Gay and lesbian family adalah seorang yang mempunyai persamaan
jenis kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami
istri
4) The nonmarital hetero sexual cohabiting family adalah keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
4. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam penelitian Dhawe
(2018) yaitu:
a. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka
keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama,
membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisasi
8
kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab,
dan harga diri.
b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai saat lahir dan janya diakhiri dengan kematian,
sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,
karena individu secara continue mengubah perilaku mereka sebagai
respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang mempengaruhi status
kesehatan anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang
paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga
3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan
4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan menciptakan suasana
rumah yang sehat
5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas
Berbagai fungsi formal keluarga menurut Nasrul Effendy (1998) dalam
penelitian Maesaroh (2016) terdapat 3 fungsi pokok keluarga terjadap
anggota keluarganya, yaitu:
a. Asih: memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan
kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai dengan usia dan kebutuhannya.
9
b. Asuh: yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka
anak-anak baik fisik, mental, sosial dan spiritual,
c. Asah: yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.
10
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
2) Memfokuskan kembali hbungan perkawinan
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak
f. Keluarga melepas anak usia dewasa muda
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga
baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak
2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
3) Membantu orang tua yang lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami
atau istri
g. Keluarga dengan usia pertengahan
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
2) Mempertahankan hbungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia dan anak-anak, memperkokoh hubungan
perkawinan
h. Keluarga dengan usia lanjut
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan hidup)
11
Dalam penelitian Maesaroh (2016), tugas kesehatan dibagi menjadi 5
pokok yaitu:
1) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,
maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan
terjadinya.
2) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga dengan petimbangan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluaraga maka segera dilakukan tindakan yang
tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi.
3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau ke pelayanan
kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih
parah tidak terjadi
4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan anggota keluarga
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
12
hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakuka yang bersifat promotive,
preventif, kuratif dan rehabilitative.
b. Pendidik
Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi
kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan, mererncanakan, dan
melaksanakan pendidikan kesehatan agar keluarga dapat berperilaku
sehat secara mandiri
c. Konselor
Peran dan fungsi sebagai konselor adalah memberikan konseling atau
bimbingan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu untuk membantu
mengatasi masalah kesehatan keluarga.
d. Kolabirator
Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah melaksanakan kerja
sama dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian masalah
kesehatan di keluarga.
Selain peran perawat di atas, terdapat peran perawat keluarga dalam
pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Peran perawat dalam primer yaitu mempunyai peran yang penting
dalam upaya pencegaha terjadinya penyakit dan memelihara hidup
sehat.
2. Pencegahan Sekunder
Upaya yang dilakukan oleh perawat dalam pencegahan sekunder yaitu
mendeteksi dini terjadinya penyakit pada kelompok resiko, disgnosis,
dan penanganan segera yang dapat dilakukan oleh perawat. Tujuan
dari pencegahan sekunder adalah mengendalikan perkembangan
penyakit dan mencegah kecacatan lebih lanjut. Peran perawat adalah
merunjuk semua anggota keluarga untuk skrining. Melakukan
pemeriksaan dan mengkaji riwayat kesehatan.
3. Pencegahan Tersier
13
Peran perawat dalam pencegahan tersier bertujuan mengurangi
luasnya dan keparahan masalah kesehatan, sehingga dapat
meminimalkan ketidakmampuan dan memulihkan atau memelihara
fungsi tubuh. Focus utama adalah rehabilitasi. Rehabilitasi meliputi
pemulihan terhadap individu yang cacat akibat penyakit dan luka
sehingga mereka dapat berguna pada tingkat yang paling tinggi secara
fisik, sosial dan emosional.
2. Etiologi
Tuberculosis disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari
dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikrobakteria tuberculosis yaitu tipe
Human dantipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang
menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak
ludah (ludah) dan di udara yang berasal dari penderita tuberculosis dan
orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya (Nurarif, 2015).
14
3. Patofisiologi
Tuberkulosis adalah infeksi bakteri di udara yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis yang mempengaruhi bagian tubuh dan paling
sering paru-paru. Mycobacterium. Tuberculosis terkena udara sebagai inti
droplet dari batuk, bersin, berteriak atau bernyanyi dari individu dengan
Tuberkulosis Paru. Penularan terjadi melalui inhalasi inti droplet yang
melewati rongga mulut atau hidung, saluran pernapasan bagian atas,
bronkus dan akhirnya mencapai alveoli paru-paru. Setelah Mycobacterium
Tuberculosis atau Tubercle bacilli mencapai Alveoli, mereka tertelan oleh
Makrofag Alveolar yang mengakibatkan penghancuran atau penghambatan
proporsi yang lebih besar dari basil tuberkulum yang dihirup.
Proporsi kecil yang tidak terpengaruh berlipat ganda dalam Makrofag
dan dilepaskan setelah kematian Makrofag. Bakteri Tuberkulum yang
disebarkan langsung menyebar melalui aliran darah atau saluran limfatik ke
bagian jaringan tubuh atau organ tubuh selain area infeksi Tuberkulosis
yang sangat rentan seperti paru-paru, laring, kelenjar getah bening, tulang
belakang, tulang atau ginjal. Dalam sekitar 2 sampai 8 minggu, respon imun
dipicu yang memungkinkan sel darah putih untuk membungkus atau
menghancurkan sebagian besar basil tuberkulum. Enkapsulasi oleh sel darah
putih menghasilkan penghalang di sekitar Tuberkulum Bacilli membentuk
Granuloma.
Begitu masuk ke dalam shell penghalang, basil tuberkulum dikatakan
berada di bawah kontrol dan dengan demikian membentuk keadaan infeksi
Tuberkulosis laten. Orang pada tahap ini tidak menunjukkan gejala
Tuberkulosis, tidak dapat menyebarkan infeksi dan dengan demikian tidak
dianggap sebagai kasus Tuberkulosis. Di sisi lain, jika sistem kekebalan
gagal untuk menjaga basil tuberkulum di bawah kontrol, perbanyakan cepat
basil terjadi kemudian yang mengarah ke perkembangan dari infeksi
Tuberkulosis laten ke kasus Tuberkulosis. Waktu untuk pengembangan ke
Tuberkulosis mungkin segera setelah infeksi tuberkulosis laten atau lebih
lama setelah bertahun-tahun. Kasus Tuberkulosis sangat menular dan dapat
menyebarkan basil ke orang lain (Agyemen, 2017).
15
4. Pathway
Penyakit TB paru
Mycobacterium tuberculosis
Orang sehat
Saluran pernafasan
Berlanjut
16
pencegahan dan pengobatan Keluarga cemas dengan keadaan
penyakit TB paru dan keluarga bertanya-tanya
Kurang pengetahuan
keluarga
17
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB
paru adalah
a. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan
darah tepi pada umumnya akan memperlihatkan adanya:
1) Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun
2) Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
b. Pemeriksaan sputum. Pemeriksaan sputum / dahak sangat penting
karena dengan di ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis
sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu:
dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua.
Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA
positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu
diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali
positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum, Positif jika ditemukan
bakteri tahan asam. 4. Skin test (PPD, Mantoux) Hasil tes mantoux
dibagi menjadi dalam:
1) Indurasi 0-5 mm (diametenya) mantoux negative
2) Indurasi 6-9 mm (diameternya) hasil meragukan
3) Indurasi 10-15 mm (diameternya) hasil mantoux positif
4) Indurasi lebih 16 mm (diameternya): hasil mantoux positif kuat 20
5) Reaksi timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intra cutan, berupa
indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni
persenyawaan
6) Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan,
berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni
persenyawaan antara antibody dan antigen tuberculin. d. Rontgen
dada, menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas,
timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan.
Perubahan yang menunjukkan perkembangan tuberkulosis meliputi
adanya kavitas dan area fibrosa.
d. Pemeriksaan histology / kultur jaringan, Positif bila terdapat
mikobakterium tuberkulosis.
e. Biopsi jaringan paru, menampakkan adanya sel-sel yang besar yang
mengindikasikan terjadinya nekrosis.
f. Pemeriksaan fungsi paru Turunnya kapasitas vital, meningkatnya
ruang fungsi, meningkatnya rasio residu udara pada kapasitas total paru,
dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim /
fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari
tuberkulosis kronis).
6. Komplikasi
Menurut Wahid & Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada
TB paru adalah:
a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
c. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d. Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ
lain seperti otak, tulang persendian, ginjal dan sebagainya.
7. Klasifikasi
Dalam jurnal Wahyudiyanto (2019) klasifikasi tuberculosis di dapat sebagai
berikut:
a. Tuberkulosis Paru Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru
dibagi dalam:
1) Tuberkulosis Paru BTA (+), Sekurang-kurangnya 2 dari spesimen
dahak SPS hasilnya BTA (+).
2) spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
3) Tuberkulosis Paru BTA (-), Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran
tuberkulosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan
22 ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan dada
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas
b. Tuberculosis Ekstra Paru TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada
tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
1) TBC Ekstra paru ringan Misalnya: TBC kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan
kelenjar adrenal.
2) TBC ekstra-paru berat Misalnya: meningitis, millier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC
usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin
8. Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya tipe penderita menurut
(Irwandi, 2017) yaitu:
a. Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
b. Kambuh (Relaps)
Adalah penderita tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali
lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
c. Pindahan (Transfer In) 23
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita
pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09). d.
Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out) Adalah penderita
yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau
lebih, kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
(+).
10. Penatalaksanaan
Menurut Rahmaniar (2017) penatalaksanaan tuberculosis terbagi menjadi
tiga bagian, pengobatan dan penemuan penderita sebagai berikut:
a. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif. Pemeriksaan
meliputi tuberculin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberculin positif,
maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan
mendatang. Bila masih negative, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif,
berate terjadi konversi hasil tes tuberculin dan diberikan
kemoprofilaksis.
b. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-
kelompok populasi tertentu misalnya:
1) Karyawan rumah sakit/puskesmas/balai pengobatan
2) Penghuni rumah tahanan
c. Vaksinasi BCG, dapat melindungi anak yang berumur kurang dari 15
tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna pada test
tuberculin. Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang
dicurigai menderita tuberculosis, yakni:
1) Pada etnis kulit putih dan bangsa asia dengan test heaf positif dan
pernah berkontak denggan pasien yang mempunyai sputum positif
harus diawasi
2) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negative, namun test heafnya
positif dan pernah berkontak dengan pasien penyakit paru
3) Yang belum pernah mendapat kemotrapi dan mempunyai
kemungkinan terkena
4) Bila tes tuberculin negative maka harus dilakukan test ulang setelah 8
minggu dan bila tetap negative maka dilakukan vaksinasi BCG.
Apabila tuberculin sudah mengalami konversi, maka pengobatan
harus diberikan.
d. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menhancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah
bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan
kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:
1) Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberculin positfi karena
resiko timbulnya tuberculosis miler dan meningitis TB
2) Anak dan remaja dibawah 20 tahun dengan hasil tuberculin positif
yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular
3) Individu yang menunjukan konversi hasil test tuberculin dari
negative menjadi positif
4) Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
immunosupresif jangka panjang
5) Penderita dengan diabetes mellitus
Penatalaksanaan pengobatan tuberculosis paru, berikut adalah beberapa
hal yang perlu diketahui mekanisme kerja obat anti tuberculosis (OAT)
a. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimfamisin (R)
dan Streptomisin (S)
2) Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimfamisin dan
Isoniazid (INH)
b. Aktivitas sterilisasi, terhadap the persister (bakteri semidormat)
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimfamisin dan
Isoniazid
2) Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rimfamisin
dan Isoniazid, untuk very slowly growing bacilli, digunakan
Pirazinamid (Z)
c. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas
bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam
1) Ektraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol €,
asam para-amino salistik (PAS), dan sikloserine
2) Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh
Isoniazid dalam keadaan telah terjadi resistensi sekunder.
Pengobatan tubekulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Panduan obat yang digunakan
sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rimfamisin, Isoniazid,
Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol.
A. Kasus
B. Pengkajian Keluarga
1. Data Umum
a. Identitas keluarga
Tn. I dengan jenis kelamin laki-laki, usia 68 tahun, berstatus
menikah dan sebagai kepala keluarga, beragama Islam,
pendidikan terakhir SMP, pekerjaan wiraswasta, dan alamat
rumah saat ini berada di Sumberporong, Lawang. Dengan
diagnose tuberculosis.
b. Komposisi keluarga
No Nama Umur Sex Hubungan Pendidikan Pekerjaan
dengan KK
1 Tn. Iwan 68 th L KK SMP Wiraswasta
2 Ny. Sri 60 th P Istri Tn. I SMP IRT
3 Tn. Adi 35 th L Anak Tn. I SMP Wiraswasta
4 Ny. Budi 29 th P Menantu Tn. I SD IRT
5 An. Tn. A 7,5 th L Cucu SD Pelajar
6 Ny. Norma 28 th P Anak Tn. I SMP IRT
7 Tn. Rudi 41 th L Menantu Tn. I SMP Wiraswasta
8 An. Tn. R 2,5 th L Cucu - Belum
sekolah
c. Genogram
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
d. Tipe keluarga
e. Suku/Budaya
f. Agama
3. Data Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh dengan kesehatan keluarga,
lingkungan yang cenderung kurang bersih akan memperparah sakit
yang di derita oleh Tn. I. sedangkan lingkungan yang bersih dan
nyaman akan mempermudah penyembuhan.
a. Karakteristik Rumah
1) Perumahan
Jenis rumah permanen dengan luas bangunan 40 m2. Status
rumah milik pribadi dengan atap rumah menggunakan asbes.
Ventilasi rumah dengan luas <10% luas lantai dengan
pencahayaan kurang, yaitu cahaya tidak dapat masuk ke
dalam rumah pada siang hari sehingga tampak gelap dan
lembab. Penerangan dirumah menggunakan listrik.
Lantai dirumah menggunakan ubim. Kondisi kebersihan
rumah secara keseluruhan kotor. Bagian-bagian rumah
terdapat ruang tamu, ruang tidur, dapur da kamar mandi
bergabung dengan wc.
2) Pengelolaan sampah
Keluarga mempunyai pembuangan sampah terbuka.
Biasanya sampah-sampah rumah tangga tersebut diikat
dengan kantong plastic hitam dan setiap pagi dibuang
ditempat pembuangan sampah yang ada di dekat rumahnya
3) Sumber air
Keluarga mempunyai sumber air pompa tangan untuk
keperluan MCK. Untuk keperluan air minum keluarga Tn. I
membeli air minum yang sudah matang di warung (air
mineral). Keadaan air tidak berwarna, tidak berasa, tidak ada
endapan, dan tidak berbau.
4) Jamban keluarga
Keluarga mempunyai WC sendiri dengan jenis leher angsa
dan pembuangan tinja dengan sumber air yaitu 10 menter
5) Pembuangan air limbah
Keluarga mempunyai saluran pembuangan air limbah
dengan kondsi mengalir memlaului selokan dan berakhir ke
sungai/kali
6) Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan
Terdapat fasilitas kesehatan dilingkungan rumah yaitu
puskesmas, posyandu, balai pengobatan mandiri, dokter
praktek, dan bidan/mantra praktek. Fasilitas kesehatan
tersebut dapat terjangkau keluarga dengan berjalan kaki atau
naik kendaraan bermotor.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Hubungan antar tetangga Tn. I baik, saling menghormati,
kerukunan terjaga, bila ada yang memiliki kesulitan maka saling
membantu dengan gotong royong
c. Mobilitas geografi keluarga
Keluarga Tn. I selama ini sebagai penduduk asli Ds.
Sumberporong dan tidak pernah pindah rumah
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Interaksi dengan keluarga paling sering terjadi saat pagi hari dan
malam hari, biasanya interaksi terjadi saat menonton TV. Tn.I
mengikuti kegiatan sosial di kampung seperti: pengajian setiap
malam jumat
e. System pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yaitu 8 orang yang terdiri dari kepala
keluarga, istri, 2 orang anak kandung, yang terdiri 1 anak laki-
laki dan 1 anak perempuan, 2 cucu laki-laki dan 2 menantu yaitu
1 laki-laki dan 1 perempuan.
4. Struktur keluarga
a. Pola komunitas keluarga
Pola komunikasi kurang efektif. Cara berkomunikasi yang
sering diterapkan dalam keluarga yaitu secara langsung dalam
komunikasi, yang paling domaminan adalah Tn. I dengan
menggunakan bahasan Indonesia.interaksi yang berlangsung
biasanya hanya sekedar. Tidak ada konflik dalam keluarga
tentang pola interaksi
b. Struktur kekuatan keluarga
Menurut Tn. I hanya dirinya yang sakit dan anggota keluarga
lainnya dalam keadaan sehat
c. Struktur peran
Pembagian peran dalam anggota keluarga yaitu Tn. I sebagai
kepala keluarga, sebagai bapak untuk anak-anaknya, sebagai
kakek dari cucu-cucunya, dan sebagai pencari nafkah.
Sedangkan anak sebagai anggota keluarga dan sebagai
istri/suami bagi pasangannya, serta menjadi orang tua dari anak-
anaknya. Ny. S sebagai ibu dan nenek. tidak ada perubahan
peran atau konflik ketidaksesuaian peran dalam keluraga
d. Nilai dan norma keluarga
Tn. I bersuku jawa. Dalam keluarga tidak ada nilai-nilai tertentu
dan nilai agama yang bertentangan dengan kesehatan karena
menurut keluarga kesehatan merupakan hal yang penting
5. Fungsi-fungsi Keluarga
Keluarga sangat berperan dalam penyembuhan penyakit yang
diderita klien. Dengan adanya keluarga, dapat membantu dalam
pengobatan seperti mengantar klien untuk Kontrol ke dokter
mengenai penyakitnya, dan mengingatkan untuk rajin minum obat
saat dirumah.
a. Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga saling menyayangi dan keluarga
merasa bangga apabila salah satu anggota keluarga berhasil.
Respon keluarga terhadap kehilangan yaitu berduka, namun
selama ini keluarga saling menguatkan dan menjaga satu sama
lain.
b. Fungsi Sosialisasi
7. Pemeriksaan Fisik
N Aspek Tn. I Ny.S Tn.A Ny.B An.Tn.a Ny .N Tn.R An.T
o
1 kesadaran compos com compo compo compos compo Compos compo
mentis posm smenti smenti mentis smenti menti smenti
entis s s s s s
2 Tanda vital
Fungsi
6 Mulut Mukosa Muk Mukos Mukos Mukosa Mukos Mukosa Mukos
bibir osa a bibir a bibir bibir a bibir bibir a bibir
Keadaan
kering bibir lemba lemba lembab lemba lembab lemba
Fungsi lemb b b b b
Pengecap Pengeca Pengecap
baik ab Pengec Pengec p baik Pengec baik Pengec
ap ap ap baik ap
Peng
baik baik baik
ecap
baik
7 Telinga Pend Pende Pende Pendeng Pende Pendenga Pende
enga ngaran ngaran aran ngaran ran baik ngaran
Fungsi Pendeng
ran baik baik baik baik baik
aran baik
Keadaan baik
8 Leher Tidak Tida Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
ada k ada ada ada ada ada ada ada
KGB
pembeng pem pembe pembe pemben pembe pembeng pembe
kakan beng ngkaka ngkaka gkakan ngkaka kakan ngkaka
kelenjar kaka n n kelenjar n kelenjar n
tiroid n kelenja kelenja tiroid kelenja tiroid dan kelenja
dan limfa kelen r tiroid r tiroid dan r tiroid limfa r tiroid
jar dan dan limfa dan dan
tiroid limfa limfa limfa limfa
dan
limfa
9 Dada Tida Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
k ada ada ada ada ada ada nyeri ada
Nyeri dada Tidak
nyeri nyeri nyeri nyeri nyeri dada nyeri
ada
Bentuk dada dada dada dada dada dada
Suara
dada ada
Suar Suara Suara Suara Suara nafas Suara
tarikan
Suara nafas a nafas nafas nafas nafas vesikuler nafas
intercost
nafas vesikul vesikul vesikule vesikul vesikul
ae, suara
vesik er er r er er
paru
uler
ronchi,
tedrapat
retraksi
dinding
dada,
suara
nafas
irregular
10 Abdomen bulat bulat bulat bulat bulat bulat bulat bulat
datar, datar datar, datar, datar, datar, datar, datar,
Bentuk
bising , bising bising bising bising bising bising
Nyeri tekan usus 12 bisin usus usus usus 14 usus usus 12 usus
x/ menit, g 13 x/ 12 x/ x/ 12 x/ x/ menit, 12 x/
hepar usus menit, menit, menit, menit, hepar dan menit,
dan lien 14 x/ hepar hepar hepar hepar lien tak hepar
tak meni dan dan dan lien dan teraba., dan
teraba., t, lien lien tak lien suara lien
suara hepa tak tak teraba., tak perut tak
perut r dan teraba. teraba. suara teraba. timpani teraba.
timpani. lien , suara , suara perut , suara , suara
tak perut perut timpani perut perut
terab timpan timpan timpan timpan
a., i i i i
suara
perut
timp
ani
11 Ekstreminit tidak ada tidak tidak tidak tidak tidak tidak ada tidak
as atas odema ada ada ada ada ada odema ada
pada ode odema odema odema odema pada odema
Keadaan
ekstrimit ma pada pada pada pada ekstrimit pada
Ekstreminit as baik pada ekstri ekstri ekstrimi ekstri as baik ekstri
as bawah ekstrimit ekstr mitas mitas tas baik mitas ekstrimit mitas
Analisa Data
Data objektif:
Data objektif:
C. Skroring Masalah
1. Resiko terjadinya penularan pada anggota keluarga yang lain
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pencegahan penularan tuberculosis
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1 Sifat masalah: 2 1 2/3 x 1 Keluarga tidak tahu
ancaman = 2/3 penyakitnya mudah menular
kesehatan
2 Kemungkinan 2 1 2/2x1 = Dapat dirubah dengan
masalah dapat 1 melakukan penyuluhan tentang
diubah: mudah penularan penyakit Tb dan
menganjurkan Tn. I untuk tidak
membuang dahak sembarangan
dan rajin membuka jendela
rumah pada pagi dan siang hari
3 Potensi 3 1 3/3x1 = Keluarga mau diajak kerja sama
pencegahan: 1 (kooperatif)
cukup
4 Menonjolnya 2 1 2/2x1 Bila tidak segera di tangani
masalah: berat =1 memungkinkan penyembuhan
harus segera lama dan terjadi penularan
ditangani kepada anggota keluarga yang
lain
Total skor 3 2/3
Info Media.
Cipta.
Jogyakarta: Padan
https//www.who.go.id
https//:www.riskesdas.go.id.