Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


GASTROENTERITIS (GE)

Oleh :

Siti Afiyah, S.Kep


03.20.047

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Keperawatan Anak dengan Gastroenteritis (GE)

Telah Disetujui Pada,

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

Mengetahui

Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP MEDIS
1. Defnisi Gastroentritis
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Arif
Muttaqin, 2011).
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana seseorang buang air besar dengan
konsisteni lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari (DEPKES 2016). Gastroentritis
dapat terjadi pada siapa saja, baik dewasa maupun anak-anak. Namun bayi dan anak-
anak lebih mudah terkena diare, karena perkembangan sistem pencernaan pada bayi
dan anak-anak belum sempurna sehingga lebih terserang virus penyebab
gastroentritis.

2. Etiologi Gasroentreitis
1) Factor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, infeksi internal meliputi:
a. Infeksi bakteri Vibrio, E. coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia,
aeoromonas dan sebagainya.
b. Infeksi virus Entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus,
rotavirus, astovirus dan lain-lain.
c. Infeksi parasit Cacing, protozoa dan jamur.
2) Factor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak,
malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein. Disakarida (intoleransi laktosa, maltose
dan sukrosa). Monosakarisa (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak.
Disamping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3) Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi makanan dapat mengakibatkan diare.
4) Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci
tangan setelah BAB atau sebelum mengkonsumsi makanan.
5) Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan
peristaltic usus.

3. Klasifikasi Gastroentritis
Jenis diare ada dua yaitu diare akut dan diare persisten atau diare kronik. Diare
akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.sementara Diare persisten
atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
1) Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah yang berlangsung kurang dari satu minggu
2) Diare kronik adalah yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non
infeksi
3) Diare persisten adalah yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi
4. Patofisiologi / WOC Gastroentritis

WOC gastroenteritis ( Nanda aplikasi, 2015)


5. Manifestasi Gastroentritis
Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteritis, antara lain :
a. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
b. Suhu badan meningkat
c. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
d. Timbul diare
e. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lendir
f. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
g. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
h. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot
dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir terlihat kering
i. Berat badan menurun
j. Pucat
k. lemah
Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan) tanda
tandanya :
a. berak cair 1-2 kali sehari
b. muntah
c. nafsu makan tidak berkurang
d. masih ada keinginan bermain.
Pada anak yang mengalami diare dehidrasi ringan / sedang . tanda –tandanya:
a. berak cair 4-9 kali sehari
b. muntah 1-2 kali sehari
c. suhu tubuh meningkat
d. tidak nafsu makan ,haus, badan lemah
Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat tanda-tandanya:
a. berak cair terus-menerus
b. muntah terus-menerus, haus
c. mata cekung, bibir kering dan biru
d. tangan dan kaki dingin, lemahz
e. tidak ada nafsu makan
f. Tidak keinginan bermain
g. Tidak BAK selama 6 jam
6. Komplikasi Gastroentritis
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,dapat terjadi
berbagai macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi (ringan,berat,hipotonik,isotonik,atau hipertonik)
b. Syok hipovolemik
c. Hipokalemia(dengan gejala hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
EKG)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder,sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan villi mukosa usus halus
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein,karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan. ( Wijaya Putri, 2013)

7. Pemeriksaan Penunjang Gastroentritis


1) Pemeriksaan feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman untuk
mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotic serta
untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
2) Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K dan P
serum pada diare yang disertai kejang), anemia (hipokronik, kadang-kadang
nikrosiotik) dan dapat terjadi karena malnutrisi / malabsorbsi tekanan fungsi
sumsum tulang (proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel darah putih,
pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
3) Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar natrium, kalium, kalsium, bikarbonat.
4) Duodenal intubation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada
diare kronik.

8. Penatalaksanaan dan Terapi Gastroentritis


1) Pemberian cairan
a. Cairan per oral : pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan
glukosa. Untuk diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan atau
sedang kadar natrium 50-60 meg/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan
garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam.
b. Cairan parenteral :
a) Dehidrasi ringan : 1 jam pertama 25-50 ml/kgBB/hari. Kemudian 125
ml/kgBB/oral.
b) Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100 ml/kgBB/hari. Kemudian 125
ml/kgBB/oral.
c) Dehidrasi berat :
- Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg, 1 jam
pertama 40 ml/kgBB/jam : 10 tetes/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 15
tetes atau 13 tetes/kgBB/menit), 7 jam berikutnya 12 ml/kgBB/jam : 3
tetes/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 125
ml/kgBB oralit per oral, bila anak mau minum, teruskan dengan 2A
intravena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg, 1 jam
pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml : 20 tetes), 7
jam kemudian 127 ml/kgBB oralit per oral, bila anak tidak mau minum
dapat diteruskan dengan 2A intravena 2 tetes/kgBB/menit atau 3
tetes/kgBB/menit.
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg, 1 jam pertama 20
ml/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 105
ml/kgBB oralit per oral.
2) Diatetik (pemberian makanan)
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus pada klien dengan
tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien. Hal-hal yang
perlu diperhatikan : memberikan ASI, memberikan bahan makanan yang
mengandung cukup kalori, protein, mineral dan vitamin, makanan harus bersih.
3) Obat-obatan
a. Obat antiseri
b. Obat anti spasmolitik
c. Obat antibiotic
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2012), pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses
keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari pasien,
untuk informasi yang diharapkan dari pasien. Pengkajian yang dilakukan pada anak
yang mengalami diare adalah sebagai berikut:
1) Identitas Klien
Pada klien mengenai nama/inisial, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama
alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis. Pada penanggung jawab
mengenai nama orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, umur,
suku bangsa dan alamat.
2) Keluhan Utama
Pasien mengeluh buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB cair < 4
kali (diare tanpa dehidrasi), BAB cair 4-10 kali (dehidrasi ringan/sedang) dan
BAB cair > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung < 14 hari maka
diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah
diare persisten (Nursalam, 2008).
3) Riwayat kesehatan sekarang
Awal serangan jika pasien diare : cengeng, gelisah suhu tubuh meningkat,
anoreksia kemudian timbul diare.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pernah menderita diare sebelumnya karena alergi makanan atau yang
lainnya, riwayat imunisasi.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat menular
ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak dijamin
kebersihannya yang disajikan kepada anak. Riwayat keluarga melakukan
perjalanan ke daerah tropis (Nursalam, 2008).
6) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Post natal (Yuliastati & Amelia, 2016):
- Tidak ASI eksklusif, memberikan MP ASI terlalu dini.
- Menggunakan botol susu yang tidak higienis.
- Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
- Kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk.
- Anak menderita penyakit imunodefisiensi atau imunosupresi dan penderita
campak
7) Riwayat psikososial
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta higiene dan sanitasi yang buruk dapat
memudahkan anak terkena kuman penyebab diare. Pencemaran air di rumah juga
dapat menjadi penyebaran kuman diare jika tempat penyimpanan tidak tertutup
(Sodikin, 2011).
8) Kebutuhan dasar
a. Nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, sehingga menyebabkan
penurunan BB pasien.
b. Istirahat tidur : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
c. Kebersihan diri : Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah
membuang feses atau sebelum makan dapat menjadi penyebaran kuman penyebab
diare (Sodikin, 2011).
d. Elminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
e. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.
9) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : klien lemah, panas, muntah, diare.
b. Kesadaran : composmentis – penurunan kesadaran.
c. zzTTV : nadi cepat, nadi cepat, suhu biasanya tinggi.
d. Berat badan
Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008), anak yang mengalami diare dengan
dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan, sebagai berikut:
% Kehilangan Berat Badan
Tingkat Dehidrasi Bayi Anak
Dehidrasi Ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi Sedang 5-10% 6% (60 ml/kg)
(50-100 ml/kg)
Dehidrasi Berat 10-15% 9% (90 ml/kg)
(100-150 ml/kg)
Sumber: Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Nursalam,
2008)

e. Kepala
Inspeksi: Kepala simetris, warna rambut normal, kondisi rambut normal, kondisi
kepala normal, tidak ada lesi.
Palpasi: Ubun-ubun besar cekung pada bayi yang dehidrasi.
f. Wajah
Inspeksi: wajah simetris, pucat, tidak ada lesi.
Palpasi: Tidak nyeri tekan.
g. Mata
Inspeksi: Simetris, sklera putih, pupil isokor, konjungtiva merah muda, diare tanpa
dehidrasi: kelopak matanya normal, dehidrasi ringan/sedang: kelopak matanya
cekung, pada dehidrasi berat: kelopak matanya sangat cekung.
Palpasi: Tidak nyeri tekan.
h. Telinga
Inspeksi: Simetris, kondisi telinga normal, bersih, tidak ada lesi.
Palpasi: Tidak nyeri tekan.
i. Hidung
Inspeksi: Simetris, kebersihan hidung normal, ada pernapasan cuping hidung jika
dehidrasi berat, tidak ada lesi.
Palpasi: Tidak nyeri tekan.
j. Mulut
Inspeksi: Simetris, kebersihan mulut normal, jumlah gigi normal, diare tanpa
dehidrasi: mulut dan lidah basah, diare dehidrasi ringan: mulut dan lidah kering,
diare dehidrasi berat : mulut dan lidah sangat kering, tidak ada stomatitis.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
k. Leher
Inspeksi: Simetris, warna kulit normal, tidak ada lesi.
Palpasi: Tidak ada pembesaran vena jugularis, t i d a k a d a kelenjar getah bening
dan kelenjar tiroid.
l. Thorak
- Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak terlihat.
Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS IV midklavikula sinistra (bayi), ICS V
midklavikula sinistra (anak).
Perkusi: Redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kasus diare
masih dalam batas normal.
Auskultasi: Anak diare tanpa dehidrasi: denyut jantung normal, dehidrasi
ringan/sedang: denyut jantung normal hingga meningkat, dehidrasi berat:
takikardi dan bradikardi.
- Paru-paru
Inspeksi: simetris, bentuk dada normal, Anak diare tanpa dehidrasi:
z pernapasan normal, dehidrasi ringan: pernapasan normal hingga cepat,
dehidrasi berat: pernapasannya cepat dan dalam.
Palpasi: Vocal fremitus sama.
Perkusi: Sonor.
Auskultasi: Tidak ada suara tambahan.
m. Abdomen
Inspeksi: Simetris, terdapat distensi abdomen, tidak ada lesi.
Auskultasi: Bising usus meningkat (normal anak: 5- 15x/menit).
Perkusi: Hipertimpani.
Palpasi: Supel, turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien
diare dehidrasi ringan/sedang kembali 1-2 detik, pada pasien dehidrasi berat
kembali > 2 detik.
n. Integumen
Inspeksi: Warna kulit sianosis pada dehidrasi berat, kondisi kulit pada anak diare
dehidrasi ringan normal, dehidrasi sedang agak kering, dehidrasi berat kering, tidak
ada lesi.
Palpasi: Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary Refill Time (CRT) normal,
akral teraba hangat, dehidrasi ringan CRT kembali < 2 detik, akral dingin, dehidrasi
berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba dingin.

o. Ekstremitas
Kekuatan otot normal, tidak edema, tidak fraktur.
p. Genetalia
Inspeksi: Anus dan area sekitarnya menjadi lecet karena seringnya defekasi.
Palpasi: Tidak nyeri tekan.
10) Pemeriksaan penunjang (Muttaqin & Kumala Sari, 2011)
a. Pemeriksaan darah rutin, untuk mendeteksi kadar berat jenis plasma dan kadar
leukosit (meningkat).
b. Pemeriksaan elektrolit (Na, Ca, K dan fosfat).
c. Pemeriksaaan analisa gas darah, untuk mengidentifikasi gangguan keseimbangan
asam basa dalam darah.
d. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin, untuk mengetahui faal ginjal.
e. Pemeriksaan enzim, untuk menilai keterlibatan rotavirus.
f. Pemeriksaan feses, untuk mendeteksi agen penyebab.
g. Pemeriksaan endoskopi, dengan sigmoidoskopi dapat mendeteksi penyakit
kolitis pseudomembran.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipovolemi b.d kekurangan intake cairan
b. Defisit nutrisi b.d anoreksia
c. Diare b.d malabsorbsi
d. Hipertermi b.d dehidrasi
e. Resiko gangguan kerusakan intregitas kulit b.d kulit disekitar anus lecet dan iritasi
3. Intervensi Keperawatan
NO
DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI
.
1. Hipovolemi Tujuan : Setelah Manajemen hipovolemia
b.d dilakukan proses (I.03116)
kekurangan keperawatan selama Observasi
intake cairan 3x24 jam diharapkan 1. Periksa tanda dan gejala
(D.0034) status cairan hopovolemia (mis.
membaik. Frekuensi nadi meningkat,
Kriteria Hasil : nadi terabah lemah,
Status Cairan tekanan darah menurun,
(L.03028) turgor kulit menurun,
- Kekuatan nadi membran mukosa kering,
meningkat volume urine menurun)
- Turgor kulit 2. Monitor intake dan output
meningkat output cairan
urin meningkat Terapeutik
- Membran mukosa 1. Hitung kebutuhan cairan
membaik 2. Berikan posisi modified
- Suhu tubuh trendelenburg
membaik 3. Berikan asupan cairan oral
- Intake cairan Edukasi
membaik 1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mid.
Albumin, plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian
produk darah
2. Defisit nutrisi Tujuan : Setelah Manajemen nutrisi (I.03119)
dilakukan proses Observasi
b.d anoreksia
keperawatan selama 1. Identifikasi alergi dan
(D.0032) 3x24 jam diharapkan intoleransi makanan
status nutrisi 2. Identifikasi makanan yang
membaik. disukai
Kriteria Hasil : 3. Monitor berat badan
Status Nutrisi Terapeutik
(L.03030) 1. Lakukan oral hygiene
- Porsi makan yang sebelum makan
dihabiskan 2. Sajikan makanan secara
meningkat menasik dan suhu yang
- Berat badan sesuai
membaik 3. Berikan makanan tinggi
- Frekuensi makan serat untuk mencegah
membaik konstipasi
- Nafsu makan 4. Berikan makanan tinggi
membaik kalori dan tinggi protein
5. Berikan suplemen makan,
jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk jika
makan
2. Ajak anak untuk makan
bersama
3. Ajarkan anak untuk makan
sendiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan
3. Diare b.d Tujuan : Setelah Manajemen diare (I.03101)
dilakukan proses Observasi:
malabsorbsi
keperawatan selama 1. Identifikasi penyebab
(D.0020) 3x24 jam diharapkan diare
eliminasi fekal 2. Identifikasi riwayat
membaik. pemberian makanan
Kriteria Hasil: 3. Monitor warna, volume,
Eliminasi fekal frekuensi, dan konsistensi
(L.04033) tinja
- Kontrol 4. Monitor tanda dan gejala
pengeluaran feses hipovolemia
meningkat 5. Monitor iritasi di daerah
- Keluhan defekasi perineal
lama dan sulit 6. Monitor jumlah
menurun pengeluaran diare
- Mengejan saat Terapeutik:
defekasi menurun 1. Berikan asupan cairan oral
- Distensi abdomen 2. Pasang jalur intravena
menurun 3. Berikan cairan IV
- Nyeri abdomen 4. Ambil sampel darah untuk
menurun pemeriksaan darah
- Kram abdomen lengkap dan elektrolit
- Konsistensi feses 5. Ambil smapel feses untuk
mebaik kultur
- Frekuensi defekasi Edukasi:
membaik 1. Anjurkan makan porsi
- Peristaltik usus kecil tapi sering secara
membaik bertahap
2. Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung
laktosa
3. Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
2. Kolaborasi pemberian obat
pengeras fese

4. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana tindakan keperawatan di susun maka untuk selanjutnya adalah
pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah di susun tersebut. Dalam pelakasaan implementasi maka perawat dapat
melakukan obesrvasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau keluarga tentang
tindakan yang akan di lakukan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan, evaluasi dilakuakan dengan
pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa, planning ). Dalam evaluasi ini
dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus
dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Lukman Zulkifli. 2015. Tatalaksana diare akut. Countituning medical. Education,
CDK-230/Vol.42.No.7

Haryono dan Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah : sistem pencernaan. Yogyakarta :
Gosyen Publising

Muttaqin dan Kumala. 2011. Gangguan Gastroentestinal_aplikasi asuhan keperawatan


medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai