Anda di halaman 1dari 51

(6B) UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT ESENSIAL

PROMOSI KESEHATAN

A. TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas, menurut Peraturan
Menteri Kesehatan republik Indonesia Pasal 2 Ayat 1, 2, dan 3, Nomor 43, Tahun
2019, bertujuan untuk mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat dengan
masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat.
b. Mampu menjangkau Pelayanan Kesehatan bermutu,
c. Hidup dalam lingkungan sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat
Pelayanan dasar dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan urusan
pemerintahan wajib yang diselenggarakan Pemerintah daerah baik Pemerintah
Provinsi maupun Pemerintah Daerah. Urusan Pemerintahan wajib yang berkaitan
dengan pelayanan dasar yang selanjutnya menjadi jenis SPM terdiri atas :
1. Pendidikan.
2. Kesehatan.
3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
4. Perumahan Rakyat dan Kawasan permukiman.
5. Ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarkat.
6. Sosial.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor;
1114/MENKES/SK/VII/2005, tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Keseharan di
Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran diri, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.1
Indonesia memiliki visi, misi, dan strategi promosi kesehatan yang sangat jelas
sebagai suatu lembaga atau institusi atau suatu program, sehingga melalui visi dan
misi tersebut lembaga atau program memiliki arah dan tujuan yang akan dicapai. Visi
promosi kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di
Indonesia, seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun
2009, yaitu: “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi–tingginya,
sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”.2
Visi dari promosi kesehatan yaitu menciptakan/membuat masyarakat yang :
1. Mau (willingess) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
2. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
3. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit.
4. Melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan.
5. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan
kesehatannya. Kesehatan perlu ditingkatkan karena derajat kesehatan baik
individu, kelompok atau masyarakat itu bersifat dinamis tidak statis.2
Sebagaimana disebut dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan nasional Promosi Kesehatan dan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama Promosi kesehatan
adalah1,3
1) Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan
pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, menciptakan lingkungan sehat serta
berperan aktif dalam penyelanggaraan setiap upaya kesehatan
Pemberdayaan di bagi menjadi tiga yaitu terhadap individu, keluarga dan masyarakat
yang diselenggarakan sesuai dengan sosial budaya masyarakat setempat.
a. Pemberdayaan Individu
Pemberdayaan terhadap individu dilakukan oleh setiap petugas kesehatan
puskesmas terhadap individu-individu yang datang memanfaatkan pelayanan
puskesmas. Di samping itu, individuindividu yang menjadi sasaran kunjungan
misal, upaya keperawatan kesehatan masyarakat, Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS).
Tujuan dari upaya tersebut adalah memperkenalkan perilaku baru kepada
individu yang mungkin mengubah perilaku yang selama ini dipraktikkan oleh
individu tersebut. Metode yang digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi
dari dialog, demonstrasi, konseling dan bimbingan. Demikian pula media
komunikasi yang digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi dari lembar
balik, leaflet, gambar/foto (poster) atau media lain yang mudah dibawa untuk
kunjungan rumah.
b. Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan keluarga yang dilakukan oleh petugas puskesmas yang
melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga, yaitu keluarga dari individu
pengunjung puskesmas atau keluargakeluarga yang ebrada di wilayah kerja
puskesmas.
Tujuan dari pemberdayaan keluarga juga untuk memperkenalkan perilaku
baru yang mungkin mengubah perilaku yang selama ini dipraktikan oleh
keluarga tersebut. Pemberian informasi tentang perilaku yang diperkenalkan
seperti tersebut diatas perlu dilakukan secara sistematis agar anggota-anggota
keluarga yang dikunjungi oleh petugas puskesmas dapat menerima dari tahap
“tahu” ke “mau” dan jika sarana untuk melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan tersedia diharapkan sampai ke tahap “mampu” melaksanakan.
Metode dan media komunikasi yang digunakan untuk pemberdayaan keluarga
dapat berupa pilihan atau kombinasi. Metodenya antara lain dialog, demonstrasi,
konseling dan media komunikasi seperti lembar balik, leaflet, gambar/foto
(poster) atau media lain yang mudah dibawa saat kunjungan rumah.
c. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan terhadap masyarakat (sekelompok anggota masyarakat) yang
dilakukan oleh petugas puskesmas merupakan upaya penggerakan atau
pengorganisasian masyarakat. Penggerakan atau pengorganisasian masyarakat
diawali dengan membantu kelompok masyarakat mengenali masalah-masalah
yang menganggu kesehatan sehinggga masalah tersebut menjadi masalah
bersama. Kemudian masalah tersebut dimusyawarahkan untuk dipecahkan secara
bersama. Dari hasil tersebut tentunya masyarakat melakukan upaya-upaya
kesehatan tersebut bersumber dari masyarakat sendiri dengan dukungan dari
puskesmas. Peran aktif masyarakat tersebut diharapkan dalam penanggulangan
masalah kesehatan di lingkungan mereka dengan dukungan dari puskesmas.
Peran aktif masyarakat tersebut diharapkan dalam penanggulangan masalah
kesehatan di lingkungan mereka dengan dukungan dari puskesmas.

Hal-hal yang harus dilakukan puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat


yang berwujud UKBM antara lain:
• Upaya kesehatan ibu dan anak : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita
• Upaya pengobatan : Pos Obat Desa, Pos Kesehatan Desa
• Upaya perbaikan gizi : Posyandu, Panti pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi)
• Upaya kesehatan sekolah : dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali
murid, Saka Bakti Husada, Pos Kesehatan Pesantren.
• Upaya Kesehatan Lingkungan : kelompok pemakai air (Pokmair),

2) Bina Suasana
Upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang mendorong
individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan
berperan aktif dalam setiap upaya penyelenggaraan kesehatan.
Seorang akan terdorong untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan apabila lingkungan sosialnya (keluarga, tokoh panutan,
kelompok pengajian, dll) mendukung. Metode yang tepat adalah dengan
penggunaan media, seperti misalnya pembagian selebaran (leaflet),
pemasangan poster atau penayangan video berkaitan dengan permasalahan di
daerah tersebut.

3) Advokasi
Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (tokoh-
tokoh masyarakat informal dan formal) agar masyarakat di lingkungan
puskesmas berdaya untuk mencegah serta meningkatkan kesehatannya serta
menciptakan lingkungan sehat. Perlu diperhatikan bahwa sasaran advokasi
hendaknya diarahkan/dipandu untuk menempuh tahapan-tahapan berikut agar
dapat dikatakan berhasil
a. Memahami/menyadari persoalan yang diajukan
b. Tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang diajukan
c. Mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam berperan
d. Menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan
e. Menyampaikan langkah tindak lanjut

4) Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi, prinsip-prinsip
kemitraan harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas
kesehatan Puskesmas dengan sasarannya dan pihak lainnya yang dapat
membantu tercapainya tujuan. Tiga prinsip dasar kemtiraan yang harus
diperhatikan dan dipraktikkan adalah
a. Kesetaraan: dicapai bila semua pihak bersedia mengembangkan
hubungan kekeluargaan, yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan
bersama.
b. Keterbukaan: diperlukan kejujuran dari masing-masing pihak. Setiap
usul/saran/komentar harus disertai dengan itikad yang jujur, sesuai
fakta, tidak menutupi sesuatu
c. Saling menguntungkan: solusi yang diajukan hendaknya selalu
memberikan keuntungan untuk semua pihak (puskesmas, masyarakat,
dan pihak donatur).

Terdapat tujuh landasan (tujuh saling) yang harus diperhatikan dan


dipraktikkan dalam mengembangkan kemitraan:
a. Saling memahami kedudukan, tugas, dan fungsi masing-masing
b. Saling mengakui kapasitas dan kemampuan masing-masing
c. Saling berupaya untuk membangun hubungan
d. Saling berupaya untuk mendekati
e. Saling terbuka terhadap kritik/saran, serta mau membantu dan dibantu
f. Saling mendukung upaya masing-masing
g. Saling menghargai upaya masing-masing

Secara operasional, upaya promosi kesehatan di puskesmas dilakukan


agar masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai
bentuk pemecahan maslaah-masalah kesehatan yang dihadapinya, baik
masalah-masalah kesehatan yang diderita maupun yang berpotensi
mengancam, secara mandiri, disamping itu, petugas kesehatan puskesmas
diharapkan mampu menjadi teladan bagi pasien, keluarga dan masyarakat
untuk melakukan PHBS.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Hal ini terdiri dari 4 bidang:3
a. Pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan
lingkungan.
• Perilaku mencuci tangan dengan sabun
• Pengelolaan air minum dan makanan yang memenuhi syarat
• Menggunakan air bersih
• Menggunakan jamban sehat
• Pengelolaan limbah cair yang memenuhi syarat
• Memberantas jentik nyamuk
• Tidak merokok di dalam ruangan, dll

b. Kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana


• Meminta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
• Menimbang balita setiap bulan
• Mengimunisasi lengkap bayi
• Menjadi aksepto keluarga berencana, dll

c. Gizi dan farmasi


• Perilaku makan dengan gizi seimbang
• Minum tablet tambah darah selama hamil
• Memberi bayi air susu ibu (ASI) eksklusif
• Mengonsumsi garam beryodium, dll.

d. Pemeliharaan kesehatan
• Ikut serta dalam jaminan pemeliharaan kesehatan
• Aktif mengurus dan atau memanfaatkan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM)
• Memanfaatkan puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan
lain, dll.
Dalam praktiknya telah disepakati lima tatanan dalam pelaksanaan
PHBS. Akan tetapi, untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS, praktik
PHBS yang diukur adalah yang dijumpai di tatanan rumah tangga. Telah
ditetapkan 10 indikator untuk menetapkan apakah sebuah rumah tangga telah
mempraktikkan PHBS, dimana kesepuluh indikator tersebut dianggap sudah
mewakili keseluruhan perilaku. Berikut adalah PHBS dalam berbagai
tatanan3,4
1. PHBS di Rumah Tangga
Indikator PHBS pada tatanan rumah tangga yang digunakan Provinsi
Jawa tengah ada 16 yang terdiri berdasarkan poin-poin berikut:
a. KIA dan Gizi
1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
2) Bayi mendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan
3)Anggota rumah tangga mengkonsumsi beranekaragam
makanan dalam jumlah cukup untuk mencapai gizi seimbang
4) Penimbangan balita

b. Kesehatan Lingkungan
1) Anggota rumah tangga menggunakan air bersih
2) Anggota rumah tangga menggunakan jamban sehat
3) Anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal
9m2 per orang
4) Anggota rumah tangga menggunakan lantai rumah kedap air
5) Anggota rumah tangga membuang sampah pada tempatnya

c. Gaya Hidup
1) Anggota rumah tangga melakukan aktivitas fisik/olahraga
2) Anggota rumah tangga tidak merokok
3) Anggota rumah tangga terbiada mencuci tangan sebelum
makan dan sesudah BAB
4) Anggota rumah tangga menggosok gigi minimal 2 kali
sehari
5) Anggota rumah tangga tidak minum miras dan tidak
menyalahgunakan narkoba

d. Upaya Kesehatan Masyrakat


1) Anggota rumah tangga menjadi peserta JPK (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan)
2) Anggota rumah tangga melakukan PSN minimal seminggu
sekali Berdasarkan indikator diatas starat PHBS pada
tatanan rumah tangga dibagi menjadi empat. Strata pratama,
apabila nilai indakator antara 0 s/d 5. Strata madya, apabila
nilai indakator antara 6 s/d 10. Strata utama, apabila nilai
indakator antara 11 s/d 15. Strata paripurna, apabila nilai
indakator antara 16. Indikator PHBS pada tatanan rumah
tangga berdasarkan rapat Koordinasi Promosi Kesehatan
Tingkat Nasional, tahun 2007 direduksi menjadi 10, antara
lain :
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberikan bayi ASI eksklusif
c. Menimbang balita setiap bulan
d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik nyamuk
h. Mengonsumsi buah dan sayur setiap hari
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
j. Tidak merokok di dalam rumah

2. PHBS di Institusi Pendidikan


Terdapat 15 indikator PHBS pada tatanan institusi pendidikan, antara
lain pada aspek-aspek berikut :
a. Kesehatan lingkungan
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban sehat
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Warung sekolah sehat
b. Gaya hidup
1) Kebersihan kuku
2) Tidak merokok di lingkungan sekolah
3) Menggosok gigi minimal 2 kali sehari
4) Memakai sepatu
5) Tidak menggunakan NAPZA
6) Berolahraga secara teratur
7) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
c. Upaya kesehatan masyarakat
1) Dana sehat/jaminan pelayanan kesehatan
2) Gerakan pemberantasan sarang nyamuk
3) Dokter kecil/kader kesehatan Remaja
4) UKS dan Peralatan P3K
Indikator tersebut kemudian dibagi menjadi 4 strata. Strata pratama,
apabila nilai indikator antara 0 s/d 6. Strata madya, apabila nilai indikator
antara 7 s/d 11. Strata utama, apabila nilai indikator 12 s/d 15.

3. PHBS di Tempat Kerja


Indikator PHBS pada tatanan tempat kerja (kantor, pabrik, dll) antara
lain;
a. Tidak merokok di tempat kerja
b. Membeli dan mengonsumsi makanan sehat
c. Melakukan olahraga/aktifitas fisik secara teratur
d. Mencuci tangan sengan sabun dan air mengalir
e. Memberantas sarang nyamuk secara rutin
f. Menggunakan air bersih
g. Menggunakan jamban sehat
h. Membuang sampah pada tempatnya
i. Menggunakan alat pelindung diri

4. PHBS di Tempat Umum


Indikator PHBS pada tantanan tempat umum (tempat ibadah, pasar,
pertokoan, terminal, dermaga, dll)
a. Menggunakan air bersih
b. Menggunakan jamban sehat
c. Membuang sampah pada tempatnya
d. Tidak merokok di tempat umum
e. Tidak meludah sembarangan
f. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk

5. PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Indikator PHBS pada tatanan Fasilitas Pelayanan Kesehatan (klinik,
puskesmas, rumah sakit, dll) antara lain
a. Menggunakan air bersih
b. Menggunakan jamban sehat
c. Membuang sampah pada tempatnya
d. Tidak merokok di institusi kesehatan
e. Tidak meludah sembarangan
f. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk

Untuk mewujudkan PHBS di setiap tatanan masyarakat, diperlukan


pengelolaan manajemen program PHBS berupa pengkajian, perencanaan,
penggerakan pelaksanaan dan pemantauan, dan penilaian. Tujuan pengkajian adalah
untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan masalah perilaku yang berkaitan
dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi pengkajian PHBS secara kuantitatif,
pengkajian PHBS secara kualitatif dan pengkajian sumber daya (dana, sarana dan
tenaga).
a. Pengkajian PHBS secara kuantitatif
Dengan pengumpulan data sekunder selanjutnya dibuat simpulan hasil analisis
data sekunder, data tersebut diolah dan dianalisis sehingga dapat dibuat pemetaan
nilai IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat) sehingga semua masalah PHBS dapat
diintervensi dengan tepat dan terarah selain itu juga dapat ditentukan prioritas
utama. Adapun besar pengambilan sampel PHBS sederhana rekomendasi WHO:

b. Pengkajian PHBS secara kualitatif


Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan
pengkajian kualitatif. Tujuannya untuk memperoleh informasi yang lebih
mendalam tentang kebiasaan, kepercayaan, sikap, norma, budaya perilaku
masyarakat yang tidak terungkap dalam kajian kuantitatif PHBS.
c. Pengkajian sumber daya (dana, tenaga dan sarana)
Pengkajian sumber daya dilakukan untuk mendukung pelaksanaan program
PHBS. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
564/MENKES/SK/VIII/2006, tentan Pedoman Pelaksanaan Pengembangan
Desa Siaga, desa siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara
mandiri.5,6
Berdasarkan Depkes tahun 2007 desa yang dimaksud adalah kelurahan atau
istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batasbatas wilayah,
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan negara Kesatuan Republik
Indonesia.5,6
Menurut Depkes tahun 2009, konsep desa siaga adalah pembangunan suatu
sistem di suatu desa yang bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat
itu sendiri, di bawah bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan dan 2 orang
kader desa. Pengurus desa juga dilibatkan untuk mendorong peran serta
masyarakat dalam program kesehatan seperti imunisasi dan posyandu.5
Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah terwujudnya
masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan
di wilayahnya. Secara khusus tujuan pengembangan desa siaga berdasarkan
Depkes tahun 2006 antara lain:5,6
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan
b. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap
risiko dan bahaya yang menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah,
kegawatdaruratan dan sebagainya)
c. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat
d. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

Berdasarkan Depkes tahun 2006, suatu desa dikatakan desa siaga apabila
memenuhi kriteria berikut:5
1. Memiliki 1 orang tenaga kebidanan yang menetap di desa tersebut dan
sekurang-kurangnya 2 orang kader desa
2. Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta
peralatan dan perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh
masyarakat (UKBM) yang melaksanakan kegiatan minimal:
a. Pengamatan epidemioloogis penyakit menular dan yang berpotensi
menjadi kejadian luar biasa serta faktor-faktor risikonya
b. Penanggulangan penyakit menular dan ayng berpotensi menjadi KLB
serta kekurangan gizi
c. Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan
d. Pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan kompetensinya Kegiatan
pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS, penyehatan
lingkungan, dll.

Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi


empat kriteria.5,6
1. Tahap Bina
Pada tahap ini dilakukan sosialisasi dan survei mawas diri (SMD) dengan
kegiatan antara lain: sosialisasi, pengenalan kondisi desa, membentuk kelompok
masyarakat yang melaksanakan SMD, pertemuan pengurus, kader dan warga
desa untuk merumuskan masalah kesehatan yang dihadapi dan menentukan
masalah prioritas yang akan diatasi. Forum masyarakat desa mungkin belum
aktif, tetapi telah ada forum atau lembaga masyarakat desa yang telah berfungsi
dalam bentuk apa saja misalnya kelompok rembuk desa, kelompok pengajian,
dll.
2. Tahap Tambah
Dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya terdiri dari penentuan
prioritas masalah dan perumusan alternatif pemecahan masalah. Forum
masyarakat desa telah aktif dan anggota forum mengembangkan UKBM sesuai
kebutuhan masyarakat, selain posyandu, demikian juga dengan polindes dan
posyandu sedikitnya pada tahap madya
3. Tahap Kembang
Merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring. Pada tahap ini, forum
kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif dan mampu mengembangkan
UKBM sesuai kebutuhan dengan biaya berbasis masyarakat
4. Tahap Paripurna.
Kegiatan evaluasi atau penilaian dengan kegiatan berupa pertanggung
jawaban. Semua indikator dalam kriteria siaga sudah terpenuhi. Masyarakat
sudah hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku hidup bersih dan sehat.
Atas dasar kriteria desa dan kelurahan siaga aktif yang telah ditetapkan, maka
perlu dilakukan pentahapan dalam pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif,
sehingga dapat dicapai tingkatan-tingkatan atau kategori desa siaga aktif atau
kelurahan siaga aktif sebagai berikut.8
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi.9
Tujuan umum posyandu adalah menunjang percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak balita
(AKABA) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Dengan sasaran
bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusi juga pasangan usia subur
(PUS). Pengelolaan posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan,
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra pemerintah,
dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu dan memiliki waktu dan kepedulian
terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di posyandu. Kader posyandu adalah
anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk
menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela.9
Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/tambahan. Kegiatan utama terdiri dari beberapa kegiatan, Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) yang menjadi sasaran adalah ibu hamil, ibu nifas dan menyusui,
bayi dan anak balita. Selain itu, kegiatan Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi,
dan pencegahan dan penanggulangan diare. Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat
menambah kegiatan posyandu apabila cakupan kegiatan utama sudah diatas 50% dan
tersedia sumber daya yang mendukung. Penetapan kegiatan diambil berdasarkan
Survey Mawas Diri (SMD) dan disepakati bersama melalui forum Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD).9
Pembinaan dan pengawasan posyandu dilakukan secara berjenjang dari pusat,
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan. Bentuk pembinaan dan
pengawasan dilakukan melalui:9
1. Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan dan pengawasan di tingkat
Provinsi terhadap pelaksanaan layanan kesehatan dasar dan layanan sosial
dasar lainnya di Posyandu.
2. Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan di tingkat kabupaten/kota
terhadap pelaksanaan layanan kesehatan dasar dan layanan sosial dasar
lainnya di Posyandu.
3. Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan di tingkat kecamatan
terhadap pelaksanaan layanan kesehatan dasar dan layanan sosial dasar
lainnya di Posyandu.
4. Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan layanan
kesehatan dasar dan layanan kesehatan sosial dasar lainnya di Posyandu
desa/kelurahan, Bupati/Walikota dapat melimpahkan kepada Camat
5. Kepala desa melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan layanan kesehatan
dasar dan layanan sosial dasar lainnya di Posyandu;
6. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana tersebut diatas dilakukan melalui:
a. Sosialisasi
b. Rapat koordinasi
c. Konsultasi
d. Workshop
e. Lomba
f. Pernghargaan
g. Orientasi dan pelatihan

Perkembangan masing-masing Posyandu tidak sama. Dengan demikian,


pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing Posyandu juga berbeda. Untuk
mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah dikembangkan metode dan alat
telaahan perkembangan Posyandu, yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirian
Posyandu. Tujuan telaahan adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu
yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat yaitu Posyandu pratama, Posyandu
madya, Posyandu purnama, dan Posyandu mandiri. Berikut adalah indikator
perkembangan Posyandu.9
Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh Kader
Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Pada saat
penyelenggaraan Posyandu minimal jumlah kader adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini
sesuai dengan jumlah langkah yang dilaksanakan oleh Posyandu, yakni yang
mengacu pada sistim 5 langkah. Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap langkah
serta para penanggungjawab pelaksanaannya secara sederhana dapat diuraikan
sebagai berikut:9
a. Langkah Pertama : Pendaftaran oleh Kader.
b. Langkah Kedua : Penimbangan oleh Kader.
c. Langkah Ketiga : Pengisian KMS oleh Kader.
d. Langkah Keempat : Penyuluhan oleh Kader.
e. Langkah Kelima : Pelayanan Kesehatan oleh Kader atau kader bersama
petugas kesehatan.
Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di Posyandu satu kali
dalam sebulan. Dengan perkataan lain kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas tidak
pada setiap hari buka Posyandu (untuk Posyandu yang buka lebih dari 1 kali dalam
sebulan). Peran petugas Puskesmas pada hari buka
Posyandu antara lain sebagai berikut:9
a. Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana di langkah
5 (lima). Sesuai dengan kehadiran wajib petugas Puskesmas, pelayanan
kesehatan dan KB oleh petugas Puskesmas hanya diselenggarakan satu kali
sebulan. Dengan perkataan lain jika hari buka Posyandu lebih dari satu kali
dalam sebulan, pelayanan tersebut diselenggarakan hanya oleh kader
Posyandu sesuai dengan kewenangannya.
c. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling kesehatan, KB dan gizi
kepada pengunjung Posyandu dan masyarakat luas.
d. Menganalisa hasil kegiatan Posyandu, melaporkan hasilnya kepada
Puskesmas serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya
perbaikan sesuai dengan kebutuhan Posyandu.
Amanat Peraturan Bersama (PB) 4 Kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama dan Kementerian
Dalam Negeri Nomor 6/X/PB/2014; Nomor 73 Tahun 2014; Nomor 41 Tahun 2014
dan Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah (UKS/M), pasal 4 dan 5 mengamanatkan bahwa kegiatan pokok
UKS/M yaitu penanaman dan pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).10
Berdasarkan Depkes tahun 2010, UKS adalah bagian dari program kesehatan
anak usia sekolah. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya terpadu antara lintas
program dan lintas sektor. UKS dapat dijadikan sebagai tempat pelaksanaan
pendidikan dan kesehatan secara bersamaan, terencana dan bertanggung jawab dalam
menciptakan, mengembangkan serta melaksanakan kegiatan hidup bersih dan sehat.
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah.11
Ruang lingkup pembinaan UKS/M di sekolah atau madrasah tercermin dalam
tiga program pokok (Trias UKS) meliputi:10
a. Pendidikan kesehatan, untuk meningkatkan pengetahuan perilaku, sikap,
dan keterampilan hidup bersih. Pembudayaan pola hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Pelayanan kesehatan, yang dimaksudkan adalah immunisasi, screening
kesehatan, pemeriksaan dan perawatan gigi serta mulut, PHBS, tes
kebugaran jasmani, pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pemberian
tablet tambah darah, kecacingan, Tanaman Obat Keluarga, kantin sehat,
keamanan makanan jajanan anak sekolah dan gizi, pertolongan pertama
pada kecelakaan (P3K) dan pertolongan pertama pada penyakit (P3P),
pemulihan pasca sakit, dan rujukan ke Puskesmas/Rumah Sakit.
c. Pembinaan lingkungan sekolah sehat, dimaksudkan adalah pelaksanaan
7K (Kebersihan, Keindahan, Kenyamanan, Ketertiban, Keamanan,
Kerindangan, dan Kekeluargaan). Pemeliharaan lingkungan sehat yaitu
bebas dari narkoba, psikotropika, asap rokok, pornografi, kekerasan dan
perundungan (bullying) pada anak, dan sebagainya.
UKS pada setiap jenjang pendidikan memiliki program yang berbeda.
Berdasarkan program yang dilakukan dibagi dalam empat strata yaitu strata minimal,
standar, optimal dan paripurna. Pada jenjang SD/MI dan SMP progran pada strata
UKS dijabarkan sebagai berikut:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan
Pesantren, pondok pesantren adalah lembaga pendiidkan keagamaan islam yang
berbasis masyarakat baik sebagai satuan pendidikan dan/atau sebagai wadah
penyelenggara pendidikan. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) merupakan salah
satu wujud UKBM yang merupakan upaya fasilitasi, agar warga pondok pesantren
mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan, dan melakukan upaya
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat sesuai situasi, kondisi, dan
kebutuhan setempat. Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan Poskestren, lebih
diutamakan dalam hal pelayanan promotif (peningkatan kesehatan dan preventif
(pencegahan), tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
(pemulihan kesehatan), yang dilandasi semangat gotong royong dengan pembinaan
oleh Puskesmas.12

Daftar Pustaka:
1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan Di Puskesmas. 585/MENKES/SK/V/2007 Indonesia; 2007.
2. Susilowati D. Promosi Keseharan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2016. 201 p.
3. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS). Jakarta, Indonesia; 2011. 97 p.
4. Bupati Klaten. Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Di Kabupaten
Klaten. Nomor 97 Tahun 2019 Indonesia; 2019 p. 17.
5. Pengertian, tujuan, indikator, dan kegiatan Pokok Desa Siaga [Internet].
Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat. 2018 [cited 2021 Jan 15]. Available from:
https://promkes.kemkes.go.id/pengertian-tujuan-indikator-dankegiatan-pokok-
desa-siaga
6. Desa Siaga [Internet]. Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat. 2018 [cited 2021 Jan 15]. Available from:
https://promkes.kemkes.go.id/desa-siaga
7. Surtimanah T, Dedeh H, Rini A. Buku pedoman Desa Siaga Aktif. Dinas
Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat; 2011. 13 p.
8. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
kelurahan Siaga Aktif. 1st ed. Jakarta: Pusat promosi Kesehatan; 2010. 44 p.
9. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta;
2011.
10. M SN, Suharyanto A. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS/M.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dsar dan Menengah Kemeterian
pendidikan dan kebudayaan; 2019. 108 p.
11. Lina PH. Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) Siswa Di SDN 42 Korong
Gadang Kecamatan Kuranji Padang. 2012;12.
9. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penyelenggaraan dan
Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren [Internet]. 2013. Available from:
http://ngada.org/bn163-2013.htm
10. Humas BNN. Penyuluhan Sadar Narkoba Bagi Pelajar SLTP dan SLTA
[Internet]. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2008 [cited 2021 Jan
17]. Available from: https://bnn.go.id/penyuluhansadar-narkoba-bagi-pelajar-
sltp-dan-slta/
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis Penghitungan
Biaya Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2010. 68 p.
B. ANALISIS SITUASI
Upaya promosi kesehatan Puskesmas Salaman 1 pada Bulan September 2020

1. Pengkajian PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat)


a. Jumlah rumah tangga yang di survey

Keterangan :
hasil kegiatan 6044
- Cakupan 1 tahun (%)= X 100 %= X 100 %=41,91 %
sasaran1 tahun 14421
- Cakupan Bulan Berjalan (%)=

hasil kegiatan 6044


X 100 %= X 100 %=55,88 %
sasaran bulan berjalan 10816
cakupan %
- Pencapaian 1 tahun (%) = X 100 % =
target %

41.91 %
X 100 %=41,91 %
100 %
cakupan bulan berjalan %
- Pencapaian bulan berjalan (%) = X 100 % =
target %

55,88 %
X 100 %=55,88 %
100 %
b. Jumlah institusi pendidikan yang disurvey

Keterangan :
hasil kegiatan 30
- Cakupan 1 tahun (%) = X 100 %= X 100 %=65,22 %
sasaran1 tahun 46
- Cakupan Bulan Berjalan (%) =

hasil kegiatan 30
X 100 %= X 100 %=85,71 %
sasaran bulan berjalan 35
cakupan %
- Pencapaian 1 tahun (%) = X 100 % =
target %

65.22%
X 100 %=125,42 %
52%
cakupan bulan berjalan %
- Pencapaian bulan berjalan (%) = X 100 % =
target %

85,71 %
X 100 %=164,83 %
52%

2. Tatanan sehat
a. Jumlah Rumah Tangga Sehat yang memenuhi Strata Utama dan Paripurna
(11 s/d 16 indikator PHBS)

Keterangan :
- Cakupan 1 tahun (%) =

hasil kegiatan 5003


X 100 %= X 100 %=34,69 %
sasaran1 tahun 14421
- Cakupan Bulan Berjalan (%) =

hasil kegiatan 5003


X 100 %= X 100 %=46,25 %
sasaran bulan berjalan 10816
cakupan 1tahun %
- Pencapaian 1 tahun (%) = X 100 % =
target %
34,69 %
X 100 %=46,87 %
74 %
cakupan bulan berjalan %
- Pencapaian Bulan Berjalan (%) = X 100 % =
target %

46,25 %
X 100 %=62,5 %
74 %
b. Jumlah Institusi pendidikan yang memenuhi strata utama (12 s/d 15
indikator PHBS)

Keterangan :
hasil kegiatan 28
- Cakupan 1 tahun (%) = X 100 %= X 100 %=60,87 %
sasaran1 tahun 46
- Cakupan Bulan Berjalan (%) =

hasil kegiatan 28
X 100 %= X 100 %=80 %
sasaran bulan berjalan 35
cakupan %
- Pencapaian 1 tahun (%) = X 100 % =
target %

60.,87 %
X 100 %=98,17 %
62 %
cakupan bulan berjalan %
- Pencapaian bulan berjalan (%) = X 100 % =
target %

80 %
X 100 %=129,03%
62 %

3. Intervensi/penyuluhan
a. Jumlah intervensi/penyuluhan dalam rumah tangga
Keterangan :
hasil kegiatan 19
- Cakupan 1 tahun (%) = X 100 %= X 100 %=26,03 %
sasaran1 tahun 73
- Cakupan Bulan Berjalan (%) =

hasil kegiatan 19
X 100 %= X 100 %=34,55 %
sasaran bulan berjalan 55
cakupan %
- Pencapaian 1 tahun (%) = X 100 % =
target %

34,55 %
X 100 %=26,03 %
100 %
cakupan bulan berjalan %
- Pencapaian bulan berjalan (%) = X 100 % =
target %

34,55 %
X 100 %=34,55 %
100 %
b. Jumlah intervensi/penyuluhan berkaitan dengan PHBS dalam institusi
pendidikan

Keterangan:
hasil kegiatan 29
- Cakupan 1 tahun (%) = X 100 %= X 100 %=63,04 %
sasaran1 tahun 46
- Cakupan Bulan Berjalan (%) =
hasil kegiatan 29
X 100 %= X 100 %=82,86 %
sasaran bulan berjalan 35
cakupan %
- Pencapaian 1 tahun (%) = X 100 % =
target %

63,04 %
X 100 %=74,16 %
85 %
cakupan bulan berjalan %
- Pencapaian bulan berjalan (%) = X 100 % =
target %

82,86 %
X 100 %=97,48 %
85 %

4. Pengembangan Posyandu
a. Jumlah Pembinaan Posyandu

Indikator Target Sasaran 1 Sasaran Hasil Cakupan Cakupan Pencapaian Pencapaian


Tahun tahun Bulan Kegiatan 1 tahun Bulan 1 tahun (%) Bulan
2020 Berjalan (%) Berjalan Berjalan
(%) (%) (%)
Jumlah 100% 73 55 19 26,03% 34,55% 26,03% 34,55%
Pembinaan posyandu posyandu posyandu
Posyandu
Keterangan :
- Cakupan 1 tahun (%)
hasil kegiatan 19
x 100 %= x 100 %=26,03 %
sasaran1 tahun 73
- Cakupan Bulan Berjalan (%)
hasil kegiatan 19
x 100 %= x 100 %=34,55 %
sasaran bulan berjalan 55
- Pencapaian 1 tahun (%)
cakupan % 26,03 %
x 100 %= x 100 %=26,03 %
target % 100 %
- Pencapaian Bulan Berjalan (%)
cakupan bulan berjalan % 34,55 %
x 100 %= x 100 %=34,55 %
target % 100 %

b. Jumlah Posyandu Purnama Mandiri


Indikator Target Sasaran 1 Sasaran Hasil Cakupan Cakupan Pencapaian Pencapaian
Tahun tahun Bulan Kegiatan 1 tahun Bulan 1 tahun (%) Bulan
2020 Berjalan (%) Berjalan Berjalan
(%) (%) (%)
Jumlah 26% 73 55 19 26,03% 34,55% 100,12% 132,88%
Pembinaan posyandu posyandu posyandu
Posyandu
Keterangan :
- Cakupan 1 tahun (%)
hasil kegiatan 19
x 100 %= x 100 %=26,03 %
sasaran1 tahun 73
- Cakupan Bulan Berjalan (%)
hasil kegiatan 19
x 100 %= x 100 %=34,55 %
sasaran bulan berjalan 55
- Pencapaian 1 tahun (%)
cakupan % 26,03 %
x 100 %= x 100 %=100,12%
target % 26 %
- Pencapaian Bulan Berjalan (%)
cakupan bulan berjalan % 34,55 %
x 100 %= x 100 %=132,88 %
target % 26 %

5. Penyuluhan NAPZA
a. Penyuluhan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya)

Indikator Target Sasaran 1 Sasaran Hasil Cakupan Cakupan Pencapaian Pencapaian


Tahun tahun Bulan Kegiatan 1 tahun Bulan 1 tahun (%) Bulan
2020 Berjalan (%) Berjalan Berjalan
(%) (%) (%)
Jumlah 25% 17 13 4 23,53% 30,77% 94,12% 123,08%
Penyuluhan penyuluhan penyuluhan penyuluhan
NAPZA
Keterangan :
- Cakupan 1 tahun (%)
hasil kegiatan 4
x 100 %= x 100 %=23,53 %
sasaran1 tahun 17
- Cakupan Bulan Berjalan (%)
hasil kegiatan 4
x 100 %= x 100 %=30,77 %
sasaran bulan berjalan 13
- Pencapaian 1 tahun (%)
cakupan % 23,53 %
x 100 %= x 100 %=94,12 %
target % 25 %
- Pencapaian Bulan Berjalan (%)
cakupan bulan berjalan % 30,77 %
x 100 %= x 100 %=123,08 %
target % 25 %

6. Pengembangan Desa Siaga Aktif


a. Desa Siaga Aktif Pratama

Indikator Target Sasaran Sasaran Hasil Cakupan Cakupan Pencapaian Pencapaian


Tahun 1 tahun Bulan Kegiatan 1 tahun Bulan 1 tahun (%) Bulan
2020 Berjalan (%) Berjalan Berjalan
(%) (%) (%)
Jumlah 80% 9 desa 7 desa 81 desa 900% 1157,14 1125% 1446,43%
Pengembangan %
Desa Siaga
Aktif Pratama
Keterangan :
- Cakupan 1 tahun (%)
hasil kegiatan 81
x 100 %= x 100 %=900 %
sasaran1 tahun 9
- Cakupan Bulan Berjalan (%)
hasil kegiatan 81
x 100 %= x 100 %=1157,14 %
sasaran bulan berjalan 7
- Pencapaian 1 tahun (%)
cakupan % 900 %
x 100 %= x 100 %=1125 %
target % 80 %
- Pencapaian Bulan Berjalan (%)
cakupan bulan berjalan % 1157,14 %
x 100 %= x 100 %=1446,43 %
target % 80 %

b. Desa siaga aktif purnama dan mandiri

Indikator Target Sasaran Sasaran Hasil Cakupan Cakupan Pencapaian Pencapaian


Tahun 1 tahun Bulan Kegiatan 1 tahun Bulan 1 tahun (%) Bulan
2020 Berjalan (%) Berjalan Berjalan
(%) (%) (%)
Jumlah 10% 1 desa 1 desa 9 desa 900% 900% 9000% 9000%
Pengembangan
Desa Siaga
Aktif Purnama
dan Mandiri
Keterangan :
- Cakupan 1 tahun (%)
hasil kegiatan 9
x 100 %= x 100 %=900 %
sasaran1 tahun 1
- Cakupan Bulan Berjalan (%)
hasil kegiatan 9
x 100 %= x 100 %=900 %
sasaran bulan berjalan 1
- Pencapaian 1 tahun (%)
cakupan % 900 %
x 100 %= x 100 %=9000 %
target % 10 %
- Pencapaian Bulan Berjalan (%)
cakupan bulan berjalan % 900 %
x 100 %= x 100 %=9000 %
target % 10 %

7. Pengembangan dan Pembinaan UKS


a. Sekolah Dasar (SD/MI) dan SMP yang Memenuhi Kriteria UKS Strata
optimal dan Paripurna

Indikator Target Sasaran Sasaran Hasil Cakupan Cakupan Pencapaian Pencapaian


Tahun 1 tahun Bulan Kegiatan 1 tahun Bulan 1 tahun (%) Bulan
2020 Berjalan (%) Berjalan Berjalan
(%) (%) (%)
Jumlah Sekolah 12% 39 29 18 46,15% 62,07% 384,58% 517,25%
Dasar (SD/MI) sekolah sekolah sekolah
dan SMP yang
Memenuhi
Kriteria UKS
Strata optimal
dan Paripurna
Keterangan :
- Cakupan 1 tahun (%)
hasil kegiatan 18
x 100 %= x 100 %=46,15 %
sasaran1 tahun 39
- Cakupan Bulan Berjalan (%)
hasil kegiatan 18
x 100 %= x 100 %=62,07 %
sasaran bulan berjalan 29
- Pencapaian 1 tahun (%)
cakupan % 46,15 %
x 100 %= x 100 %=384,58 %
target % 12 %
- Pencapaian Bulan Berjalan (%)
cakupan bulan berjalan % 62,07 %
x 100 %= x 100 %=517,25 %
target % 12 %

8. Program pengembangan UKM lainnya


a. Pembinaan Kesehatan di Pondok Pesantren

Indikator Target Sasaran Sasaran Hasil Cakupan Cakupan Pencapaian Pencapaian


Tahun 1 tahun Bulan Kegiatan 1 tahun Bulan 1 tahun (%) Bulan
2020 Berjalan (%) Berjalan Berjalan
(%) (%) (%)
Jumlah 32% 10 8 ponpes 7 ponpes 70% 87,5% 218,75% 273,44%
Pembinaan ponpes
Kesehatan di
Pondok
Pesantren
Keterangan :
- Cakupan 1 tahun (%)
hasil kegiatan 7
x 100 %= x 100 %=70 %
sasaran1 tahun 10
- Cakupan Bulan Berjalan (%)
hasil kegiatan 7
x 100 %= x 100 %=87,5 %
sasaran bulan berjalan 8
- Pencapaian 1 tahun (%)
cakupan % 70 %
x 100 %= x 100 %=218,75 %
target % 32 %
- Pencapaian Bulan Berjalan (%)
cakupan bulan berjalan % 87,5 %
x 100 %= x 100 %=273,44 %
target % 32 %
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan data SPM Puskesmas Salaman I Bulan September tahun 2020,
target sasaran SPM sebanyak 14421 RT (100%) untuk dilakukan survey untuk
pengkajian PHBS. Pada bulan berjalan tahun tersebut, sebesar 6044 RT (41,91%)
yang memenuhi cakupan program, yang artinya cakupan bulan berjalan belum
memenuhi target. Berdasarkan cakupan tersebut didapatkan pencapaian bulan
berjalan SPM jumlah rumah tangga yang disurvey di Puskesmas Salaman I
sebesar 55,88%, yang berarti pencapaian belum mencapai 100%. Berdasarkan
data tersebut didapatkan kesalahan dalam peng-inputan pada sasaran 1 tahun
dimana tertulis jumlah sasaran 1 tahun sejumlah 14421 RT, sedangkan jumlah
rumah tangga dalam lingkup kerja Puskesmas Salaman I pada tahun 2020 sebesar
13839 RT. Sehingga dengan menganggap target 100% dengan sasaran 1 tahun
seluruh rumah tangga pada lingkup kerja Puskesmas Salaman I, maka jumlah
sasaran 1 tahun 13839 RT dan sasaran bulan berjalan 10379 RT. Dengan hasil
kegiatan 6044 RT, maka didapatkan cakupan 1 tahun 43,67% dan cakupan bulan
berjalan 58,23%. Berdasarkan cakupan dan target tersebut didapatkan pencapaian
1 tahun 43,67% dan pencapaian bulan berjalan 58,23%, yang artinya pencapaian
bulan berjalan belum mencapai 100%.
Target sasaran SPM untuk jumlah institusi pendidikan yang disurvey
tentang pengkajian PHBS sebanyak 24 sekolah (52%). Pada bulan berjalan tahun
2020, sebesar 30 sekolah (85,71%) yang memenuhi cakupan program, yang
artinya cakupan bulan berjalan telah memenuhi target. Berdasarkan cakupan
tersebut didapatkan pencapaian bulan berjalan SPM jumlah institusi pendidikan
yang disurvey di Puskesmas Salaman I sebesar 164,8%, yang berarti pencapaian
sudah dan bahkan melampaui 100%.
Manajemen PHBS di puskesmas dilaksanakan melalui empat fungsi tahapan
yaitu pengkajian, perencanaan, pemantauan dan penilaian, penggerakan dan
pelaksanaan. Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, masalah perilaku
PHBS dan sumber daya. Pengkajian dapat dilakukan dengan survey PHBS oleh
petugas promosi kesehatan dan kader kesehatan dengan melakukan kunjungan
rumah. Dengan tujuan untuk dapat memetakan masalah PHBS yang dapat
dilanjutkan dengan rumusan masalah dan rencana pemecahan masalah. Apabila
terjadi hambatan dalam tahap pengkajian maka tahapan selanjutnya tidak dapat
dilakukan dan menimbulkan masalah.
Target tahun 2020 SPM jumlah rumah tangga sehat yang memenuhi strata
utama dan paripurna yaitu yang memenuhi 11 s/d 16 indikator PHBS sebesar 74%
(10671 RT). Pada bulan berjalan tahun 2020, sebesar 5003 RT (46,25%) yang
memenuhi cakupan program, yang artinya cakupan bulan berjalan belum
memenuhi target. Berdasarkan cakupan tersebut didapatkan pencapaian bulan
berjalan 62,5%, yang berarti pencapaian belum mencapai 100%. Berdasarkan data
tersebut didapatkan kesalahan dalam peng-inputan pada sasaran 1 tahun dimana
tertulis jumlah sasaran 1 tahun sejumlah 14421 RT, sedangkan jumlah rumah
tangga dalam lingkup kerja Puskesmas Salaman I pada tahun 2020 sebesar 13839
RT. Sehingga dengan menganggap target 74% dengan sasaran seluruh rumah
tangga pada lingkup kerja Puskesmas Salaman I, maka jumlah sasaran 1 tahun
13839 RT dan sasaran bulan berjalan 10379 RT. Dengan hasil kegiatan 5003 RT,
maka didapatkan cakupan 1 tahun 36,15% dan cakupan bulan berjalan 48,2%.
Berdasarkan cakupan dan target tersebut didapatkan pencapaian 1 tahun 48,85%
dan pencapaian bulan berjalan 65,14%, yang artinya pencapaian bulan berjalan
belum mencapai 100%.
Penetapan target pada SPM sesuai dengan target cakupan PHBS Rumah
Tangga yang ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementrian
Kesehatan RI pada tahun 2014 pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 32/Menkes/SK/1/2013, yakni sebesar 70%. Belum tercapainya
target cakupan dapat disebabkan karena belum tercapainya target rumah tangga
yang disurvey terkait pengkajian PHBS sehingga didapatkan hasil cakupan
jumlah rumah tangga yang ber-PHBS dibawah target.
Target tahun 2020 SPM jumlah institusi pendidikan yang memenuhi strata
utama yaitu yang memenuhi 12 s/d 15 indikator PHBS sebesar 62% (29 sekolah).
Pada bulan berjalan tahun 2020, sebesar 28 sekolah (80%) yang memenuhi
cakupan program, yang artinya cakupan bulan berjalan sudah memenuhi target.
Berdasarkan cakupan tersebut didapatkan pencapaian bulan berjalan 129,03%,
yang berarti pencapaian sudah, bahkan melampaui 100%.
Sekolah merupakan institusi pendidikan yang menjadi target PHBS,
sehingga penerapan perilaku tersebut menjadi lebih baik. Hal ini disebabkan
karena terdapatnya banyak data yang menampilkan bahwa sebagian besar
penyakit yang sering diderita anak usia sekolah (usia 6–10) ternyata berkaitan
dengan PHBS. Selain itu, masih kurangnya pelaksanaan PHBS di lingkungan
sekolah dapat menyebabkan dampak lain, yaitu kurang nyamannya suasana
belajar akibat lingkungan kelas yang kotor, menurunnya prestasi dan semangat
belajar siswa, serta dapat membuat citra sekolah menjadi buruk.11
Berdasarkan data SPM tahun 2020, target sasaran SPM jumlah
intervensi/penyuluhan dalam rumah tangga sebanyak 73 RT (100%). Pada bulan
berjalan tahun tersebut, didapatkan cakupan sebesar 19 RT (34,55%), yang
artinya cakupan bulan berjalan belum memenuhi target. Berdasarkan cakupan
tersebut didapatkan pencapaian bulan berjalan SPM jumlah intervensi/penyuluhan
dalam rumah tangga sebesar 55,88%, yang berarti pencapaian belum mencapai
100%. Target SPM Puskesmas Salaman I tahun 2020 pada jumlah
intervensi/penyuluhan dalam institusi pendidikan sebanyak 39 sekolah (85%) dan
didapatkan cakupan bulan berjalan sebesar 29 sekolah (82,86%). Berdasarkan
cakupan dan target tersebut, didapatkan pencapaian bulan berjalan sebesar
97,48%, yang menunjukkan pencapaian kurang dari 100%.
Target sasaran SPM UKM promosi kesehatan untuk pembinaan posyandu
Puskesmas Salaman I sebesar 100% untuk 73 posyandu. Pada tahun 2020,
sebanyak 19 posyandu (34,55%) yang memenuhi cakupan program, yang artinya
cakupan bulan berjalan belum memenuhi target. Berdasarkan data SPM tahun
2020 Puskesmas Salaman I, target posyandu tahun 2020 sebesar 100%. Hal ini
menunjukkan bahwa cakupan bulan berjalan pembinaan posyandu Puskesmas
Salaman I masih rendah dan belum mencapai target sesuai SPM tahun 2020.
Pembinaan posyandu merupakan hal krusial untuk dilakukan yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta kapasitas kader kesehatan
dalam melaksanakan tugasnya. Diharapkan keterampilan kader dalam memotivasi
masyarakat sekitar dapat meningkat, sehingga masyarakat khususnya para ibu, ibu
hamil, serta bayi dan balita dapat selalu sadar akan kesehatannya.
Target SPM untuk posyandu purnama mandiri (PURI) di wilayah kerja
Puskesmas Salaman I adalah 26% dari total sasaran, yaitu 19 posyandu.
Sedangkan untuk cakupan bulan berjalan jumlah posyandu purnama mandiri
(PURI) Puskesmas Salaman I pada tahun 2020 sebesar 34,55%. Hal ini
menandakan cakupan bulan berjalan sudah memenuhi target. Kemudian,
berdasarkan data cakupan dan target didapatkan pencapaian bulan berjalan
sebesar 132,88% yang artinya pencapaian posyandu purnama mandiri sudah
melebihi 100%. Berdasarkan tingkatan nasional posyandu, posyandu purnama
merupakan posyandu yang sudah dapat melaksanakan keiatan jam buka >8 kali
per tahun, rata-rata jumlah kader ≥5 dengan cakupan kegiatan utama sudah
melebihi 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, sudah ada kegiatan
dana sehat, tetapi peserta masih <50% Kepala Keluarga (KK). Posyandu mandiri
seperti posyandu purnama denan perbedaan yang terlatak pada kepesertaan
kegiatan dana sehat yang sudah melebihi 50% KK.
Untuk program penyuluhan NAPZA, berdasarkan data SPM Puskesmas
Salaman I tahun 2020 didapatkan cakupan bulan berjalan jumlah penyulihan
NAPZA sebanyak 4 penyuluan NAPZA (30,77%) yang sudah mencapai target,
yaitu 25%. Berdasarkan data cakupan dan target, didapatkan pencapaian bulan
berjalan jumlah penyuluhan NAPZA sebanyak 123,08% yang menandakan
pencapaian sudah melebihi 100%. Tindakan penyuluhan NAPZA merupakan
salah satu bentuk usaha untuk menurunkan angka penyalahgunaan obat terlarang
di kalngan masyarakat, khususnya remaja dengan cara meningkatkan kesadaran
dan pengetahuan masyarakat tentang bahaya penggunaan narkoba. Terlebih lagi,
kasus penyalahgunaan obat terlarang di Jawa Tengah masih tergitung tinggi, yaitu
290 kasus pada tahun 2008 yang berhasil diungkap oleh Penyidik Polri.
Data cakupan berjalan jumlah pengembangan desa siaga aktif pratama
didapatkan sebanyak 81 desa (1157,14%) dan sudah melebihi target SPM 2020
Puskesmas Salaman I, yaitu 7 desa (80%). Berdasarkan data cakupan dan target
didapatkan pencapaian pengembangan desa siaga aktif pratama sebesar 1446,43%
yang artinya sudah melebihi 100%. Namun, sasaran tahunan untuk
pengembangan desa siaga akif pratama perlu diperhitungkan kembali agar
didapatkan jumlah sasaran tahunan yang lebih sesuai.
Target pengembangan desa siaga aktif purnama dan mandiri pada tahun
2020 ditetapkan sebanyak 1 desa (10%), sedangkan cakupan bulan berjalan
didapatkan sebanyak 9 desa (900%) yang artinya sudah mencapai target SPM
2020 Puskesmas Salaman I. Berdasarkan target dan cakupan bulan berjalan
didapatkan pencapaian bulan berjalan untuk pengembangan desa siaga aktif
purnama dan mandiri sebesar 9000% yang berarti sudah melampaui 100%.
Penetapan taret jumlah desa siaga aktif sudah sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 741/MENKES/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota serta Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota
yang menetapkan bahwa pada tahun 2015 sebanyak 80% desa telah menjadi Desa
Siaga Aktif.
Cakupan buan berjalan SD/MI dan SMP yang memenuhi kriteria UKS strata
optimal dan paripurna adalah sebesar 62,07% (18 sekolah). Cakupan ini sudah
mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2020 yaitu sebanyak 5 sekolah
(12%). Pencapaian bulan berjalan didapatkan sebesar 517,25% yang sudah
melampaui 100%.
Berdasarkan data SPM 2020 untuk pembinaan kesehatan di pondok
pesantren didapatkan cakupan bulan berjalan sebesar 87,5% (7 pondok pesantren)
dan sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 32% (3 pondok
pesantren). Pencapaian bulan berjalan didapatkan sebesar 273,44% yang artinya
sudah melampaui 100%. Perhitunan ulang untuk target sasaran tetap perlu
dilakukan untuk mendapatkan jumla target sasaran yang lebih sesuai.
D. MASALAH
Berdasarkan data tersebut didapatkan masalah sebagai berikut
1. Pencapaian bulan berjalan dari jumlah rumah tangga yang disurvei untuk
pengkajian PHBS dalam tatanan rumah tangga 55,88% belum mencapai
target tahun 2020 yaitu 100%
2. Pencapaian bulan berjalan dari jumlah rumah tangga sehat yang
memenuhi strata utama dan paripurna (11 s/d 16 indikator PHBS) 62,5%
belum mencapai target tahun 2020 yaitu 74%
3. Pencapaian bulan berjalan dari jumlah intervensi/penyuluhan dalam
rumah tangga 34,55% belum mencapai target tahun 2020 yaitu 100%
4. Pencapaian bulan berjalan dari jumlah pembinaan posyandu 34,55%
belum mencapai target tahun 2020 yaitu 100%
E. PRIORITAS MASALAH
1. Besarnya Masalah

Pencapaian Besar Masalah


No. Masalah
(<100%) (100% - %pencapaian)

Jumlah rumah tangga yang disurvey


1. untuk pengkajian PHBS dalam tatanan 55,88% 44,12%
rumah tangga

Jumlah rumah tangga sehat yang


2. memenuhi strata utama dan paripurna (11 62,5% 34,8%
s/d 16 indikator PHBS)

Jumlah intervensi/penyuluhan dalam


3. 34,55% 65,45%
rumah tangga

4. Jumlah pembinaan posyandu 34,55% 65,45%


 Rumus Sturgess: K = 1 + 3,3 log n
n=4

K = 1 + 3,3 log 4
= 3 kelas

 Nilai besar masalah:


Interval= (nilai terbesar – nilai terkecil) : jumlah kelas

65,45−34,8
= =16,10
3

Skala Interval Nilai


17,14 – 33,24 1
33,25 – 49,35 2
49,36 – 65,46 3

 Pengelompokkan masalah sesuai kelas interval:

Pencapaian Besar Masalah


No. Masalah Nilai
(<100%) (100% - %pencapaian)

Jumlah rumah tangga yang disurvey


1. untuk pengkajian PHBS dalam 55,88% 44,12% 2
tatanan rumah tangga

Jumlah rumah tangga sehat yang


2. memenuhi strata utama dan paripurna 62,5% 34,8% 2
(11 s/d 16 indikator PHBS)

Jumlah intervensi/penyuluhan dalam


3. 34,55% 65,45% 3
rumah tangga

4. Jumlah pembinaan posyandu 34,55% 65,45% 3

a. Kegawatan Masalah

Asal
No. Masalah U S G Total
Masalah

Jumlah rumah tangga yang disurvei untuk


1. SPM 2 1 3 6
pengkajian PHBS dalam tatanan rumah tangga
Jumlah rumah tangga sehat yang memenuhi
2. SPM strata utama dan paripurna (11 s/d 16 indikator 2 1 2 5
PHBS)

Jumlah intervensi/penyuluhan dalam rumah


3. SPM 3 1 3 7
tangga

4. SPM Jumlah pembinaan posyandu 2 1 2 5

b. Kemudahan dalam penanggulangan

No. Masalah Nilai

Jumlah rumah tangga yang disurvei untuk pengkajian PHBS dalam tatanan
1. 4
rumah tangga
Jumlah rumah tangga sehat yang memenuhi strata utama dan paripurna (11 s/d
2. 2
16 indikator PHBS)
3. Jumlah intervensi/penyuluhan dalam rumah tangga 2
4. Jumlah pembinaan posyandu 2

Hasil
No. Masalah P E A R L
Kali

Jumlah rumah tangga yang disurvei untuk


1. 1 1 1 1 1 1
pengkajian PHBS dalam tatanan rumah tangga

Jumlah rumah tangga sehat yang memenuhi


2. strata utama dan paripurna (11 s/d 16 indikator 1 1 1 1 1 1
PHBS)

Jumlah intervensi/penyuluhan dalam rumah


3. 1 1 1 1 1 1
tangga

4. Jumlah pembinaan posyandu 1 1 1 1 1 1


c. Faktor PEARL

d. Prioritas Masalah
Nilai
No. Masalah A B C D Prioritas
(NPT)
Jumlah rumah tangga yang disurvei untuk
1. pengkajian PHBS dalam tatanan rumah 2 6 4 1 32 1
tangga

Jumlah rumah tangga sehat yang memenuhi


2. strata utama dan paripurna (11 s/d 16 2 5 2 1 14 4
indikator PHBS)

Jumlah intervensi/penyuluhan dalam rumah


3. 3 7 2 1 20 2
tangga

4. Jumlah pembinaan posyandu 3 5 2 1 16 3

E. Analisis Penyebab Masalah


Pencapaian bulan berjalan dari jumlah rumah tangga yang disurvei untuk
pengkajian PHBS dalam tatanan rumah tangga sebesar 55,8% yang belum
mencapai target SPM Puskesmas Salaman I sebear 100%. Penyebab masalah ini
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Input
a. Man
 Masih kurangnya jumlah kader kesehatan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Salaman I, dalam hal ini
perbandingan jumlah kader dengan rumah tangga masih
rendah (beban kerja kader yang tinggi)
 Masih rendahnya pembekalan, pengetahuan, dan
keterampilan kader kesehatan untuk melakukan survey
PHBS
b. Money
 Kurangnya anggaran untuk program PHBS, seperti
anggaran metode survey PHBS.
c. Method
 Tidak sesuainya jadwal kunjungan kader ke masing-
masing rumah tangga untuk survey PHBS dikarenakan
adanya perbedaan kesibukan
 Rekrutmen kader kesehatan tidak bisa dilakukan secara
langsung oleh puskesmas, namun harus melalui
pengajuan laporan keterbutuhan kepada dinas kesehatan
terlebih dahulu
d. Material
 Media survey PHBS kurang efektif dan efisien, misal
menggunakan form cetak yang harus diisi langsung
oleh petugas di lapangan.
e. Machine
 Proses input data survey PHBS seluruh rumah tangga
masih diinput manual dikarenakan survey PHBS masih
menggunakan form cetak.
2. Proses
a. P1 (Perencanaan)
 Belum matangnya perencanaan metode serta
keterampilan kader dalam melakukan survey PHBS ke
rumah tangga
 Belum ada koordinasi antara kader dengan warga
(rumah tangga) untuk menentukan waktu survey
sehingga kegiatan survey masih belum maksimal
b. P2 (Pelaksanaan, Penggerakan)
 Adanya pandemic COVID-19 yang mengharuskan
adanya kebijakan social distancing menyebabkan
proses survey jadi terhambat
c. P3 (Pengawasan, Pengendalian, Penilaian)
 Kurang maksimalnya pengawasan terhadap keigatan
survey, bisa diakibatkan karena tidak adanya sistem
pelaporan hasil survey dari kader ke pengawas secara
langsung atau kurangnya follow-up pengawas ke kader.
Money Kurangnya anggaran
kegiata survey
Keterbatasan proses PHBS, misal
rekrutmen kader pengadaan form, dsb

Pencapaian bulan
berjalan dari jumlah
rumah tangga yang
disurvey untuk
pengkajian PHBS
edia pengisian Kader kesehatan dalam tatanan rumah
rvey beum sesuai tangga (55,88%)
enggunakan dengan jumlah RT belum mencapai target
rm cetak yang (beban kerja SPM 2020 (100%)
rang efisien dan tinggi) Kurangnya
kader dalam
survei
Material Man

F. RENCANA INTERVENSI

Tabel ………….. Rencana Intervensi Masalah UKM Promosi Kesehatan Survei PHBS Rumah Tangga

No Masalah Strategi Program Kegiatan Tujuan Lokasi Sasaran Pelaksanaan


Pemecahan
Masalah
1 Pencapaian Optimalisasi - Pengembangan - Memperkenalkan Seluruh kader, - Lokasi : - Staff Puskesmas
bulan berjalan dan metode survey metode survey PHBS pemangku Wilayah kerja yang bertanggung
dari jumlah pemberdayaan PHBS tatanan via form online masyarakat, dan Puskesmas jawab dalam
rumah tangga kader kesehatan rumah tangga kepada pemangku warga di wilayah Salaman I kegiatan survey
yang disurvey menggunakan form masyarakat terlebih kerja Puskesmas - Sasaran : PHBS rumah tangga
untuk online untuk dahulu seperti ketua Salaman I dapat Warga yang ada sebagai pengawas
pengkajian mengantisipasi RT dan ketua PKK memahami dan di wilayah kerja dan penangungjawab
PHBS dalam masalah kendala agar kemudia ikut berpartisipasi Puskesmas - Kader kesehatan
tatanan rumah survey secara diajarkan ke warga- secara aktif Salaman I
tangga langsung ke rumah warga. dalam kegiatan
(55,88%) tangga karena - Dibuatkan form/grup survey PHBS
belum adanya kebijakan diskusi online, rumah tangga.
mencapai target social distancing misalnya
SPM 2020 selama pandemic menggunakan aplikasi
(100%) COVID19 grup obrolan online
- Plotting kader dan mengenai kegiatan
rumah tangga yang survey PHBS.
akan disurvey, Diharapkan
misalnya kader monitoring survey
memegang rumah PHBS dapat
tangga di terlaksana dengan
lingkungan/alamat baik.
RT yang sama
sehingga
memudahkan
komunikasi dan
survey.

Anda mungkin juga menyukai