Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PEMBERIAN REWARD DAN EDUCATIVE PUNISHMENT TERHADAP

PERILAKU DISIPLIN SISWA DI SMP NEGERI 1 SLEMAN

THE EFFECTS OF THE PROVISION OF REWARD AND EDUCATIVE PUNISHMENT ON


STUDENTS’ DISCIPLINE BEHAVIOR AT SMP NEGERI 1 SLEMAN

Oleh: Rakhmadani Akbar Kurniawandan Dr. Nasiwan, M. Si


Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
r.akbark@yahoo.com

Abstrak

Reward dan Educative Punishment merupakan dua faktor yang diduga berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya perilaku disiplin siswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. pengaruh
pemberian reward terhadap perilaku disiplin siswa, 2. pengaruh pemberian educative punishment
terhadap perilaku disiplin siswa, 3. pengaruh pemberian reward dan educative punishment secara
bersama-sama terhadap perilaku disiplin siswa di SMP Negeri 1 Sleman.
Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Populasi
penelitian terdiri dari seluruh siswa kelas VII dan VIII SMP N 1 Sleman yang berjumlah 448 siswa,
teknik sampling yang digunakan yaitu teknik proportional random sampling dengan jumlah 211
sampel siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Uji validitas
menggunakan korelasi product moment dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Uji
prasyarat analisis terdiri dari uji normalitas, uji linearitas, dan uji multikolinearitas. Pengujian
hipotesis menggunakan regresi sederhana dan regresi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. ada pengaruh positif dan signifikan pemberian
reward terhadap perilaku disiplin siswa, ditunjukkan dengan (rx1y) sebesar 0,390 dan nilai thitunglebih
besar dari ttabel (6,122 > 1,960). 2. ada pengaruh positif dan signifikan pemberian educative punishment
terhadap perilaku disiplin siswa, ditunjukkan dengan (rx2y) sebesar 0,585 dan nilai thitunglebih besar
dari ttabel (10,422 > 1,960). 3. ada pengaruh positif dan signifikan atara pemberian reward dan
educative punishment terhadap perilaku disiplin siswa di SMP N 1 Sleman yang ditunjukkan dengan
hasil (rxy(12)) sebesar 0,597 dan nilai Fhitunglebih besar dari Ftabel (57,622>3,03). Sumbangan Relatif
masing-masing variabel yaitu pemberian reward 21,3% dan educative punishment 78,7% sedangkan
Sumbangan Efektif masing-masing variabel pemberian reward sebesar 7,6% dan educative
punishment sebesar 28%.

Kata Kunci: reward, educative punishment, perilakudisiplinsiswa.

ABSTRACT
Reward and educative punishment are two factors that are suspected to have effects on the
high or low level of students’ discipline behavior. This study aimed to find out: 1) the effect of the
provision of reward on students’ discipline behavior, 2) the effect of the provision of educative
punishment on students’ discipline behavior, and 3) the effect of the provision of reward and educative
punishment as an aggregate on students’ discipline behavior at SMP Negeri 1 Sleman.

This was a correlational study using the quantitative approach. The research population
comprised all students of grades VII and VIII of SMPN 1 Sleman with a total of 448 students. The
sampling technique was the proportional random sampling technique and the sample consisted of 211
students. The data were collected by a questionnaire and documentation. The validity was assessed by
product moment correlation and the reliability by Cronbach’s Alpha formula. Tests of analysis
assumptions were tests of normality, linearity, and multicollinearity. The hypothesis testing used
simple regression and multiple regression.

801
The results of the study show that: 1) there is a significant and positive effect of the provision
of reward on students’ discipline behavior, indicated by rx1y = 0.390 and tobserved> ttable (6.122 >
1.960); 2) there is a significant and positive effect of the provision of educative punishment on
students’ discipline behavior, indicated by rx2y = 0.585 and tobserved> ttable (10.422 > 1.960); and 3)
there is a significant and positive effect of the provision of reward and educative punishment on
students’ discipline behavior at SMPN 1 Sleman, indicated by rxy(12) = 0.597 and Fobserved> Ftable
(57.622 > 3.03). The relative contribution of the provision of reward is 21.3% and that of educative
punishment is 78.7%, while the effective contribution of the provision of reward is 7.6% and that of
educative punishment is 28%.

Keywords:reward, educative punishment, students’ discipline behavior

PENDAHULUAN kesenangan dan kesakitan. Bentuk kesenangan


Guru memiliki peran dalam sebagai penguatan positif dapat berupa pujian,
menumbuhkan dan menanamkan perilaku perhatian, hadiah, dan ganjaran, sedangkan
disiplin bagi siswa. Menurut Undang-undang bentuk kesakitan sebagai penguatan negatif
No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal dapat berupa teguran dan pemberian hukuman.
1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah Kedua tenaga pendorong tersebut dapat
pendidik profesional dengan tugas utama digunakan oleh guru untuk mengubah perilaku
mendidik, mengajar, membimbing, siswa. Bentuk tenaga pendorong untuk
mengarahkan, melatih, menilai, dan kesenangan dapat menggunakan reward
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan sedangkan bentuk tenaga pendorong untuk
anak usia dini jalur pendidikan formal, kesakitan dapat menggunakan educative
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. punishment.
Berdasarkan tugas-tugas tersebut, mendidik Pemberian reward dan educative
adalah salah satu tugas guru yang diantaranya punishment dapat diterapkan oleh guru dalam
menumbuhkan sikap siswa agar berperilaku proses pembelajaran sebagai salah satu cara
disiplin. Cara yang dapat diberikan guru untuk untuk memberikan penguatan positif dan
mendidik siswa agar berperilaku disiplin salah penguatan negatif. Penguatan positif yang dapat
satunya dengan pemberian reward dan diberikan kepada siswa antara lain: pemberian
educative punishment. hadiah kepada siswa yang memiliki nilai tinggi,
Pemberian reward dan educative menyetujui dan memperkuat argumen siswa,
punishment bertujuan untuk membentuk serta memberi tepuk tangan terhadap hasil
perilaku yang disiplin bagi siswa. Menurut teori pekerjaan siswa. Berbeda dengan peguatan
behavioristik dari Skinner dalam bukunya positif, untuk penguatan negatif atau
Sugihartono, dkk, (2013: 97) bahwa perilaku punishment guru bisa memberikan hukuman
dikontrol melalui proses operant conditioning, yang edukatif seperti, tidak memberi hadiah
yaitu suatu proses penguatan perilaku operan untuk siswa yang melanggar aturan,
(penguatan positif atau negatif) yang dapat memberikan tugas tambahan untuk siswa, dan
mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang menegur siswa yang melakukan kesalahan.
kembali atau menghilang sesuai dengan Pemberian reward dan punishment
keinginan. Skinner membagi penguatan ini diberikan dengan tujuan dapat membentuk
menjadi dua, yaitu: penguatan positif dan perilaku yang diharapkan oleh guru dalam hal
penguatan negatif. Penguatan positif dalam hal ini adalah perilaku disiplin. Sunaryo (1989:11)
ini reward sebagai stimulus, dapat menyatakan bahwa pemberian hadiah secara
meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah psikologis akan berpengaruh terhadap tingkah
laku itu sedangkan penguatan negatif dalam hal laku seseorang yang menerimanya. Pemberian
ini educative punishment dapat mengakibatkan reward dalam hal ini ditujukan untuk siswa
perilaku berkurang atau menghilang. dengan harapan ketika siswa diberikan reward
Jeremy Bethan dalam bukunya ia akan berusaha menjaga penghargaan tersebut
Schaefer (2003: 21) menyatakan bahwa dalam sehingga ia akan berperilaku sesuai dengan
diri manusia ada dua tenaga pendorong yaitu aturan, sedangkan dengan pemberian

802
punishment siswa akan merasa bersalah dan itu, perlu upaya untuk mengurangi bahkan
berusaha tidak mengulangi perbuatannya. menghilangkan pemberian hukuman yang tidak
Hukuman merupakan tindakan yang bijak bagi siswa. Salah satu upaya yang dapat
diambil oleh seorang guru untuk dilakukan untuk mengurangi pemberian
menghilangkan perilaku negatif siswa agar hukuman yang tidak bijak yaitu dengan
tidak terulang kembali. Pemberian hukuman pemberian reward dan educative punishment.
kepada siswa didasarkan pada perbuatan atau Pembelajaran yang baik salah satunya
perilaku yang tidak sesuai dengan aturan yang diwujudkan melalui sikap dan perilaku disiplin
berlaku di lingkungan sekolah. Hukuman siswa. Daryanto & Tarno (2015: 83)
tersebut bertujuan agar siswa tidak mengulangi menyatakan bahwa kedisiplinan sangat penting
kesalahannya. artinya dalam mewujudkan budaya dan iklim
Pemberian penghargaan (reward) dan sekolah yang kondusif melalui penciptaan
hukuman edukatif (educative punishment) kedisiplinan belajar. Berdasarkan hal tersebut,
merupakan salah satu cara menanamkan kedisiplinan siswa sangat penting karena akan
perilaku disiplin siswa tanpa melalui kekerasan menentukan jalannya proses dan hasil
baik fisik maupun mental. Pemberian hukuman pembelajaran.
yang edukatif justru akan lebih mendidik Kedisiplinan siswa dapat
dibandingkan dengan hukuman fisik yang ditumbuhkan dalam proses pembelajaran di
mengarah pada kekerasan. Imron (2011: 170) sekolah. Menurut Samani,dkk (2009: 139)
mengungkapkan hukuman yang efektif sekolah yang tertib, aman, dan teratur
dilakukan jika guru meminta ganti rugi atau merupakan prasyarat agar siswa dapat belajar
kompensasi kepada siswa dalam bentuk secara optimal. Sekolah yang memiliki tingkat
melakukan pekerjaan-pekerjaan di perpustakaan kedisiplinan tinggi akan menciptakan proses
atau laboratorium. pembelajaran yang baik sedangkan sekolah
Dewasa ini masih banyak praktik yang memiliki tingkat kedisiplinan rendah akan
kekerasan di dunia pendidikan khususnya di menciptakan proses pembelajaran yang kurang
lingkungan sekolah. Kekerasan tersebut terjadi baik. Dengan demikian, adanya kedisiplinan
melibatkan guru maupun siswa. Bentuk siswa di sekolah bertujuan untuk menciptakan
kekerasan yang dilakukan salah satunya terjadi lingkungan sekolah yang disiplin baik di luar
karena pemberian hukuman yang tidak bijak kelas maupun di dalam kelas.
misalnya: memukul, menjewer, ataupun Siswa seharusnya menciptakan
mencubit, meskipun tujuannya baik akan tetapi lingkungan yang nyaman agar proses
hukuman tersebut termasuk dalam tindakan pembelajaran berjalan dengan baik, namun
kekerasan pada siswa. Menurut Data Komisi dalam praktiknya tidak demikian. Realitasnya
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), seperti dalam dunia pendidikan masih banyak siswa
dilansir keterangan tertulis Kemendikbud yang tidak sadar akan pentingnya kedisiplinan,
sepanjang Januari 2011 sampai Juli 2015 ada sehingga proses pembelajaran di sekolah pada
1.880 kasus kekerasan yang terjadi di umumnya dan di kelas pada khususnya tidak
lingkungan pendidikan. berjalan dengan baik. Perilaku tidak disiplin
Tabel 1. Data Kekerasan di Lingkungan dari siswa salah satunya masih dijumpai di
Pendidikan tahun 2011-2015 SMP Negeri 1 Sleman. Pada saat praobservasi
Tahun JumlahKekerasan peneliti masih menjumpai siswa yang
2011 276 melakukan pelanggaran-pelanggaran seperti
2012 552 datang terlambat, tidak membawa dasi,
2013 371 memakai sepatu selain hitam, dan memakai
2014 461 pakaian yang tidak sesuai. Selanjutnya dalam
2015 220 (sampaibulanJuli) proses pembelajaran masih dijumpai siswa yang
Sumber: Kemendikbud, Komisi Perlindungan berbicara dengan temannya serta keluar ke
Anak Indonesia kantin pada jam pelajaran. Hal tersebut
membuat proses pembelajaran menjadi
Jumlah kasus kekerasan di atas salah terhambat dan tidak nyaman termasuk dalam
satunya terjadi akibat adanya pemberian pembelajaran IPS.
hukuman yang tidak bijak. Hukuman yang tidak Pembelajaran IPS mempunyai peran
bijak tersebut memiliki dampak yang negatif dalam menumbuhkan dan menanamkan
baik bagi guru maupun bagi siswa. Oleh karena perilaku disiplin. Supardi (2011: 190)

803
menyatakan bahwa pembelajaran IPS harus Pemberian reward dan educative
memfokuskan perannya pada upaya melahirkan punishment diberikan kepada siswa yang telah
individu-individu sosial yang berdimensi melakukan perbuatan tertentu. Pemberian
personal misalnya berbudi luhur, disiplin, kerja reward diberikan kepada siswa yang telah
keras, dan mandiri. Kenyataannya, berdasarkan melakukan perbuatan yang positif seperti siswa
hasil wawancara praobservasi dengan Ibu Nur yang rajin, disiplin, dan taat aturan. Sebaliknya
Khasanah selaku Guru Mata Pelajaran IPS pemberian educative punishment dapat
mengatakan bahwa masih dijumpai diberikan kepada siswa yang melakukan
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh perbuatan negatif dan melanggar aturan tata
siswa seperti tidak mengerjakan PR, tidak tertib sekolah seperti datang terlambat,
membawa buku pelajaran, rambut panjang membolos, tidak memakai seragam sesuai
untuk siswa laki-laki, rambut diberi warna, aturan dan sebagainya. Kedua hal tersebut
datang terlambat, dan baju dikeluarkan. diberikan kepada siswa sesuai dengan
Akibatnya siswa tersebut mendapatkan perbuatan yang telah dilakukannya.
hukuman seperti mengerjakan tugas-tugas di Siswa yang telah melakukan
perpustakaan, meringkas materi pembelajaran, perbuatan tertentu mendapatkan respon yang
membersihkan lingkungan sekolah, dan berbeda-beda oleh guru. Siswa yang melakukan
membersihkan ruang kelas. perbuatan positif dapat diberikan reward yang
Pelanggaran-pelanggaran berupa penguatan positif seperti motivasi,
ketidakdisiplinan siswa salah satunya memberikan hadiah, memberikan pujian, atau
disebabkan oleh kurangnya kepedulian guru memberikan senyuman. Sedangkan untuk siswa
dalam memperhatikan kedisiplinan siswa. yang melakukan perbuatan negatif dapat
Masih dijumpai guru yang membiarkan diberikan educative punishment seperti
siswanya melanggar aturan dengan alasan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
pelanggaran tersebut masih dapat di toleransi berupa soal-soal, meringkas materi
seperti mengeluarkan baju. Berdasarkan data pembelajaran, membersihkan ruang kelas,
pelanggaran siswa dari tahun 2015 sampai membersihkan perpustakaan, membersihkan
tahun 2017 (bulan April) terdapat 375 siswa sampah sekolah, dan sebagainya. Oleh karena
yang datang terlambat di sekolah, 51 siswa itu, untuk mengetahui seberapa besar masalah
yang tidak mengikuti upacara, dan 17 siswa tersebut mempengaruhi kedisiplinan siswa
yang memakai pakaian tidak sesuai aturan maka peneliti tertarik untuk melakukan
sekolah. penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian
Upaya mengatasi ketidakdisiplinan Reward dan Educative Punishment terhadap
siswa melalui pemberian reward dan educative Perilaku Disiplin Siswa di SMP Negeri 1
punishment belum sepenuhnya dipahami dan Sleman”.
dilaksanakan oleh guru. Dalam praktiknya pada METODE PENELITIAN
praobservasi masih dijumpai guru yang belum Desain Penelitian
menerapkan pemberian reward dan educative Penelitian ini merupakan penelitian
punishment secara optimal. Hal tersebut korelasi dengan pendekatan kuantitatif.
dibuktikan dengan masih banyaknya Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan di
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa SMP Negeri 1 Sleman. SMP Negeri 1 Sleman
meskipun sudah ada hukuman untuk siswa. berlokasi di Jalan Bhayangkara No 27 Medari,
Berdasarkan data pelanggaran siswa pada tahun Sleman. Waktu penelitian dimulai dari awal
2015 sampai pada tahun 2017 (sampai bulan mengajukan judul sampai dengan penyelesaian
April) mencapai 375 siswa yang datang laporan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
terlambat di sekolah. Pada tahun 2015 terdapat Oktober 2016 sampai dengan Juli 2017.
sebanyak 176 siswa yang datang terlambat. Variabel bebas dalam penelitian ini
Pada tahun 2016 terdapat 145 siswa yang adalah pemberian reward dan educative
datang terlambat. Pada tahun 2017 sampai punishment. Variabel terikat dalam penelitian
bulan April terdapat 54 siswa yang datang ini yaituperilaku disiplin siswa.
terlambat. Hal tersebut menunjukkan belum Populasi penelitian ini berjumlah 448
optimalnya pemberian reward dan educative yang kemudian diperoleh jumlah sampel
punishment sehingga masih perlu upaya untuk sebesar 211 siswa. Pengambilan sampel dalam
meningkatkan dan mengoptimalkan pemberian penelitian ini menggunakan teknik
reward dan educative punishment. proportionalrandom sampling.

804
Instrumenpenelitiantersebutdiujidengan Mean (M) sebesar 60,82, Median (Me) sebesar
validitas konstruk dan validitas 61,00 Modus (Mo) sebesar 61 dan Standar
empiris.Pengujian validitas konstruk dilakukan Deviasi (SD) sebesar 6,372.
oleh dosen yang dianggap ahli dalam materi Berdasarkan data variabel perilaku
(experts judgement). Pengujian validitas dalam disiplin diperoleh skor tertinggi sebesar 80 dan
penelitian ini dilakukan oleh dosen skor terendah sebesar 51. Hasil analisis Mean
pembimbing. Pengujian validitas empiris (M) sebesar 67,18, Median (Me) sebesar 68,00
dilakukan dengan mengujicobakan instrumen Modus (Mo) sebesar 66 dan Standar Deviasi
angket kepada siswa di luar yang dijadikan (SD) sebesar 7,181.
sampel. Jumlah responden uji coba adalah 30 Uji Prasyarat Analisis
siswa SMP N 1 Sleman. Hasil uji validitas Uji Normalitas
instrumen Instrumen reward terdiri dari 20 Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
pernyataan. Setelah dilakukan analisis NilaiAsy TarafSigni
Variabel Ket.
menggunakan program SPSS versi 22 for mp.Sig fikansi
windows diperoleh hasil 19 item pernyataan Reward 0,093 0,05 Normal
valid. Item pernyataan yang tidak valid tidak Educativ 0,096 0,05 Normal
akan dipakai untuk instrumen penelitian. e
Instrumen Educative Punishment terdiri dari 20 Punishm
pernyataan. Setelah dilakukan analisis ent
menggunakan program SPSS versi 22 for Perilaku 0,058 0,05 Normal
windows diperoleh hasil 18 item pernyataan Disiplin
valid. Item pernyataan yang tidak valid tidak (Sumber: Data Primer yang Diolah 2017)
akan dipakai untuk instrumen penelitian.
Instrumen perilaku disiplin terdiri dari 20 Hasil uji normalitas menunjukkan
pernyataan. Setelah dilakukan analisis bahwa semua variabel penelitian ini
menggunakan program SPSS versi 22 for mempunyai nilai signifikansi lebih dari 0,05
windows diperoleh hasil 20 item pernyataan pada (sig>0,05), sehingga dapat disimpulkan
valid. bahwa data penelitian tersebut berdistribusi
Reliabilitas diperoleh dengan dengan normal. Maka dengan begitu dapat melakukan
menggunakan alpha cronbach. Nilai reliabilitas uji regresi.
instrumen angket yang digunakan dalam Uji Linearitas
penelitian setelah diuji coba yaitu, nilai Hasil uji linearitas pada variabel
reliabiltas instrumen reward 0,894, instrumen reward dan perilaku disiplin menunjukkan
educative punishment 0,859, dan instrumen bahwa Fhitung< FTabel yaitu 1,322 < 3,04 dan
perilaku disiplin 0,911. Hal tersebut berarti signifikansi sebesar 0,139 > 0,05. Sedangkan
bahwa instrumen sangat kuat untuk digunakan pada variabel educative punishment dan
sebagai alat pengumpul data karena memiliki perilaku disiplin menunjukkan bahwa Fhitung<
koefesien lebih dari 0,6. FTabel yaitu 1,394 < 3,04 dan signifikansi
Teknik analisis data dalam penelitian sebesar 0,105 > 0,05. Hal tersebut menunjukkan
ini meliputi deskripsi data,uji prasyarat analisis bahwa kedua variabel tersebut dikatakan linier.
terdiri dari uji normalitas, uji linearitas, dan uji Uji Multikolinearitas
multikolinearitas. Pengujian hipotesis Hasil perhitungan diperoleh nilai VIF
menggunakan regresi sederhana dan regresi mendekati 1 untuk semua variabel bebas
ganda. sebesar 1,310. Demikian pula, nilai tolerance
HASIL PENELITIAN mendekati 1 untuk semua variabel bebas
Deskripsi Data Penelitian sebesar 0,763. Sedangkan untuk koefesien
Berdasarkan data variabel reward korelasi sebesar -,487 < 0,5. Dengan demikian
diperoleh skor tertinggi sebesar 76 dan skor dapat disimpulkan bahwa dalam regresi antara
terendah sebesar 45. Hasil analisis Mean (M) variabel bebas pemberian reward (x1) dan
sebesar 61,53, Median (Me) sebesar 62,00 educative punishment (x2) terhadap perilaku
Modus (Mo) sebesar 58 dan Standar Deviasi disiplin (y) tidak terjadi multikolinearitas antar
(SD) sebesar 6,678. variabel bebas, sehingga uji regresi berganda
Berdasarkan data variabel educative dapat dilanjutkan.
punishment diperoleh skor tertinggi sebesar 72 Pengujian Hipotesis
dan skor terendah sebesar 44. Hasil analisis Hipotesis Pertama

805
Koefesien korelasi menunjukkan nilai Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai
sebesar 0,390. Hal tersebut menunjukkan Fhitung sebesar 57,622. Jika dibandingkan dengan
karena nilai (r) bernilai positif maka dapat nilai Ftabel sebesar 3,03 pada taraf signifikansi
dinyatakan bahwa variabel reward berpengaruh 5% maka nilai Fhitung>FTabel. Dengan demikian,
positif terhadap perilaku disiplin siswa. hipotesis ketiga diterima, berarti ada pengaruh
Nilai signifikansi (Sig) hitung lebih positif dan signifikan pemberian reward dan
kecil dari nilai signifikansi (Sig) Tabel yaitu educative punishment terhadap perilaku disiplin
0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan siswa di SMP N 1 Sleman.
bahwa ada pengaruh signifikan pemberian Sumbangan efektif (SE) dari kedua
reward terhadap perilaku disiplin siswa (Y). variabel dalam penelitian ini sebanyak 35,6%.
Uji signifikansi dengan Variabel reward sebesar 7,6% dan educative
menggunakan uji t diperoleh nilai thitung sebesar punishment sebesar 28%, sedangkan sisanya
6,122 dan nilai tTabel sebesar 1,960 pada taraf 64,4% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang
signifikansi 5%. Kesimpulan yang dapat tidak diteliti dalam penelitian ini. Sedangkan
diambil adalah thitung > tTabel (6,122>1,960). Jadi sumbangan relatif dari kedua variabel yaitu
dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama 21,3% dari variabel reward dan 78,7% dari
diterima, hal tersebut berarti ada pengaruh variabel educative punishment.
positif dan signifikan pemberian reward (X1) PEMBAHASAN
terhadap perilaku disiplin siswa (Y). 1. Pengaruh pemberian reward terhadap
Hipotesis Kedua perilaku disiplin siswa di SMP N 1
Koefesien korelasi r menunjukkan nilai Sleman.
sebesar 0,585. Hal tersebut menunjukkan Berdasarkan hasil analisis regresi
karena nilai (r) bernilai positif maka dapat sederhana menunjukkan bahwa variabel reward
dinyatakan bahwa ada pengaruh positif berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pemberian educative punishment terhadap perilaku disiplin siswa di SMP N 1 Sleman.
perilaku disiplin siswa. Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai thitung
Nilai signifikansi (Sig) hitung lebih sebesar 6,122. Jika dibandingkan dengan nilai
kecil dari nilai signifikansi (Sig) Tabel yaitu tTabel sebesar 1,960 pada taraf signifikansi 5%
0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan maka nilai thitung>tTabel. Hasil analisis juga
bahwa ada pengaruh signifikan pemberian diperoleh nilai koefesien korelasi sebesar 0,390,
educative punishment terhadap perilaku disiplin berdasarkan interprestasi tabel koefisien nilai r
siswa (Y). tersebut termasuk dalam tingkat hubungan yang
Uji signifikansi dengan menggunakan rendah dan karena nilai koefesien korelasi (r)
uji t diperoleh nilai thitung sebesar 10,422 dan bernilai positif maka dapat dinyatakan bahwa
nilai tTabel sebesar 1,960 pada taraf signifikansi ada pengaruh positif dan signifikan pemberian
5%. Kesimpulan yang dapat diambil adalah reward terhadap perilaku disiplin siswa di SMP
thitung > tTabel (10,422>1,960). Jadi dapat N 1 Sleman.
disimpulkan bahwa hipotesis pertama diterima, Hasil analisis diperoleh sumbangan
hal tersebut berarti ada pengaruh signifikan dan efektif sebesar 7,6%. Nilai tersebut
positif pemberian educative punishment (X2) menunjukkan bahwa pengaruh pemberian
terhadap perilaku disiplin siswa (Y). reward terhadap perilaku disiplin siswa sebesar
Hipotesis Ketiga 7,6% yang bermakna bahwa perilaku disiplin
Koefesien korelasi r menunjukkan siswa di SMP N 1 Sleman dapat dipengaruhi
nilai sebesar 0,597. Hal tersebut menunjukkan sebesar 7,6% oleh pemberian reward yang
karena nilai (r) bernilai positif maka dapat diantaranya berupa benda nyata dan benda non
dinyatakan bahwa variabel reward dan nyata seperti pujian, perhatian, dan perasaan
educative punishment berpengaruh positif terkenal.
terhadap perilaku disiplin siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi
Nilai signifikansi (Sig) hitung lebih perilaku disiplin siswa adalah pemberian
kecil dari nilai signifikansi (Sig) Tabel yaitu reward. Adanya pemberian reward akan
0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan menunjukkan motivasi bagi siswa untuk
bahwa ada pengaruh signifikan pemberian berperilaku positif. Hal ini memperkuat teori
reward dan educative punishment terhadap yang dinyatakan oleh para ahli salah satunya
perilaku disiplin siswa (Y). oleh Suharno(2008: 64) bahwa reward
dapatdiberikan oleh guru kepada siswa yang

806
mempunyai kepribadian baik, tidak pernah Pemberian educative punishment mampu
melanggar tata tertib dan peraturan sekolah. meningkatkan perilaku disiplin siswa.
Siswa yang memiliki kepribadian baik dan Pemberian educative punishment memiliki
menjaga perilakunya untuk selalu tertib dan taat pengaruh lebih tinggi dibandingkan dengan
aturan memiliki peluang yang besar untuk reward, hal ini terjadi karena educative
mendapatkan reward. punishment diberikan setelah siswa melanggar
2. Pengaruh pemberian educative punishment aturan sehinggaberdampak langsung terhadap
terhadap perilaku disiplin siswa di SMP N perilaku disiplin siswa.
1 Sleman. 3. Pengaruh pemberian reward dan educative
Berdasarkan hasil analisis regresi punishment terhadap perilaku disiplin
sederhana menunjukkan bahwa variabel siswa di SMP N 1 Sleman.
educative punishment berpengaruh positif dan Berdasarkan hasil analisis regresi
signifikan terhadap perilaku disiplin siswa di berganda menunjukkan bahwa variabel reward
SMP N 1 Sleman. Berdasarkan hasil uji t dan educative punishment secara bersama-sama
diperoleh nilai thitung sebesar 10,422. Jika berpengaruh positif dan signifikan terhadap
dibandingkan dengan nilai tTabel sebesar 1,960 perilaku disiplin siswa di SMP N 1 Sleman.
pada taraf signifikansi 5% maka nilai Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai Fhitung
thitung>tTabel. Hasil analisis juga diperoleh nilai sebesar 57,622. Jika dibandingkan dengan nilai
koefesien korelasi sebesar 0,585, berdasarkan FTabel sebesar 3,03 pada taraf signifikansi 5%
interprestasi tabel koefisien nilai r tersebut maka nilai Fhitung>FTabel. Hasil analisis juga
termasuk dalam tingkat hubungan sedang dan diperoleh nilai koefesien korelasi sebesar 0,597,
karena nilai koefesien korelasi (r) bernilai berdasarkan interprestasi tabel koefisien nilai r
positif maka dapat dinyatakan bahwa ada tersebut termasuk dalam tingkat hubungan
pengaruh positif dan signifikan pemberian sedang dan karena nilai koefesien korelasi (r)
educative punishment terhadap perilaku disiplin bernilai positif maka dapat dinyatakan bahwa
siswa di SMP N 1 Sleman. ada pengaruh positif dan signifikan pemberian
Hasil analisis diperoleh sumbangan reward dan educative punishment terhadap
efektif sebesar 28%. Nilai tersebut perilaku disiplin siswa di SMP N 1 Sleman.
menunjukkan bahwa pengaruh pemberian Hasil analisis diperoleh sumbangan
educative punishment terhadap perilaku disiplin efektif sebesar 35,6%. Nilai tersebut
siswa sebesar 28% yang bermakna bahwa menunjukkan bahwa pengaruh pemberian
perilaku disiplin siswa di SMP N 1 Sleman reward dan educative punishment terhadap
dapat dipengaruhi sebesar 28% oleh pemberian perilaku disiplin siswa sebesar 35,6% yang
educative punishment yang diantaranya berupa bermakna bahwa perilaku disiplin siswa dapat
menghalangi pengulangan tingkah laku, dipengaruhi sebesar 35,6% oleh pemberian
mendidik, dan memotivasi siswa. reward dan educative punishment secara
Salah satu faktor yang mempengaruhi bersama-sama diantaranya penghargaan primer
perilaku disiplin siswa adalah pemberian yang berupa benda nyata dan penghargaan
educative punishment. Hukuman dilakukan sekunder yang berupa bukan benda nyata
dengan tujuan harus mendukung atau seperti pujian, perhatian, dan perasaan terkenal
mempertahankan perbuatan positif yang sesuai serta dipengaruhi oleh pemberian educative
dengan aturan atau tata tertib sekolah. Hal ini punishment yang diantaranya berupa
memperkuat teori yang dinyatakan oleh para menghalangi pengulangan tingkah laku,
ahli salah satunya oleh Schaefer (2003: 106) mendidik, dan memotivasi siswa. Sedangkan
yang menyatakan bahwa tujuan jangka pendek sisanya sebesar 64,4% dipengaruhi oleh faktor
dari diberikannya hukuman yaitu untuk lain.
menghentikan tingkah laku siswa yang salah Hal ini memperkuat teori yang
dan tujuan jangka panjangnya yaitu agar siswa dinyatakan oleh para ahli yaitu oleh Suharno
mampu belajar mengarahkan dirinya sendiri (2008: 64) bahwa reward dapat diberikan oleh
untuk menghentikan tingkah laku mereka yang guru kepada siswa yang mempunyai
salah. Berdasarkan uraian tersebut, maka kepribadian baik, tidak pernah melanggar tata
pemberian hukuman memiliki tujuan yang baik tertib dan peraturan sekolah. Siswa yang
untuk mengendalikan perilaku siswa agar sesuai memiliki kepribadian baik dan menjaga
aturan sekolah baik dalam jangka pendek perilakunya untuk selalu tertib dan taat aturan
maupun dalam jangka panjang. memiliki peluang yang besar untuk

807
mendapatkan reward. Selanjutnya teori yang semakin tinggi pula perilaku disiplin
dinyatakan oleh Schaefer(2003: 106)yang siswa.
menyatakan bahwa tujuan jangka pendek dari 3. Ada pengaruh positif dan signifikan
diberikannya hukuman yaitu untuk pemberian reward dan educative
menghentikan tingkah laku siswa yang salah punishment terhadap perilaku disiplin
dan tujuan jangka panjangnya yaitu agar siswa siswa di SMP Negeri 1 Sleman yang
mampu belajar mengarahkan dirinya sendiri ditunjukkan dengan nilai koefesien
untuk menghentikan tingkah laku mereka yang korelasi (rx12y) sebesar 0,597, dan nilai
salah. Berdasarkan uraian tersebut, maka Fhitunglebih besar dari Ftabel pada taraf
pemberian hukuman memiliki tujuan yang baik signifikansi 5% sebesar 57,622 > 3,03.
untuk mengendalikan perilaku siswa agar sesuai Dengan demikian, semakin besar
aturan sekolah baik dalam jangka pendek pemberian educative punishment, maka
maupun dalam jangka panjang. semakin tinggi pula perilaku disiplin
Penelitian ini hasilnya pemberian siswa.
educative punishment lebih besar pengaruhya Saran
dibandingkan pengaruh pemberian reward, hal Berdasarkan hasil penelitian dan
tersebut dikarenakan pemberian educative kesimpulan yang telah diuraikan di atas, dapat
punishment berdampak secara langsung diberikan beberapan saran sebagai berikut:
terhadap perilaku disiplin siswa, dimana ketika 1. Bagi Guru
siswa melakukan pelanggaran tata tertib maka a. Guru disarankan untuk meningkatkan
educative punishment langsung diberikan. pemberian reward seperti pemberian
Berbeda hal nya dengan pemberian reward hadiah ataupun pujian sehingga dapat
yang diberikan secara monoton di kelas memotivasi siswa agar berperilaku
sehingga siswa kurang mampu menangkap disiplin.
bahwa hal tersebut bagian dari pengendalian b. Guru disarankan untuk memberikan
diri untuk berperilaku disiplin. hukuman yang lebih bijak yaitu dengan
SIMPULAN DAN SARAN pemberian educative punishment seperti
Simpulan siswa diminta membersihkan lingkungan,
Berdasarkan hasil analisis dan mengerjakan tugas, meringkas materi
pembahasan tentang pengaruh pemberian pembelajaran, dan membersihkan kelas.
reward dan educative punishment terhadap 2. Bagi Sekolah
perilaku disiplin siswa di SMP N 1 Sleman, a. Sekolah disarankan untuk mengoptimalkan
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: pemberian reward dan educative
1. Ada pengaruh positif dan signifikan punishment agar perilaku disiplin siswa
pemberian reward terhadap perilaku meningkat.
disiplin siswa di SMP Negeri 1 Sleman Daftar Pustaka
yang ditunjukkan dengan nilai koefesien Daryanto & Tarno, H. (2015). Pengelolaan
korelasi (rx1y) sebesar 0,390, koefesien Budaya dan Iklim Sekolah. Yogyakarta:
determinasi (r2) sebesar 0,152, nilai Gava Media.
thitunglebih besar dari ttabel pada taraf
signifikansi 5%sebesar 6,122 > 1,960. Imron, A. (2011). Manajemen Berbasis
Dengan demikian, semakin besar Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
pemberian reward, maka semakin tinggi
pula perilaku disiplin siswa. Kemendikbud. (2016). DPD RI Apresiasi
2. Ada pengaruh positif dan signifikan Mendikbud Terbitkan Regulasi
pemberian educative puishment terhadap Penanggulangan Kekerasan di Sekolah.
perilaku disiplin siswa di SMP Negeri 1 Diambil dari
Sleman yang ditunjukkan dengan nilai http://www.kemdikbud.go.id/main/blog
koefesien korelasi (rx2y) sebesar 0,597, /2016/06/dpd-ri-apresiasi-mendikbud-
koefesien determinasi (r2) sebesar 0,357, terbitkan-regulasi-penanggulangan-
nilai thitunglebih besar dari ttabel pada taraf kekerasan-di-sekolah, pada tanggal 19
signifikansi 5% sebesar 10,422 > 1,960. Desember 2016 pukul 10.43 WIB.
Dengan demikian, semakin besar
pemberian educative punishment, maka Samani, M. dkk. (2009). Manajemen Sekolah
Panduan Praktis Pengelolaan Sekolah.

808
Yogyakarta: Dewan Pendidikan Kota Sunaryo. (1989). Strategi Belajar Mengajar
Yogyakarta dan Adicita Karya Nusa. dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial. Malang: Departemen
Schaefer, C. (2003). Bagaimana Mendidik Anak Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
dan Mendisiplinkan Anak. Jakarta: Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Restu Agung. Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan.
Sugihartono, dkk. (2013). Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Supardi. (2011). Dasar-Dasar Ilmu Sosial.
Yogyakarta: Ombak.
Suharno. (2008). Manajemen Pendidikan
Pengantar bagi Para Calon Guru. Undang-Undang No 14 tahun 2005 pasal 1
Surakarta: UNS Press ayat 1 tentang Guru dan Dosen.

809

Anda mungkin juga menyukai