Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk membentuk manusia
menjadi pribadi cerdas, bermoral, dan bertanggungjawab. Melalui pendidikan
seseorang dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, maupun keterampilan
secara optimal. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Dalam konteks ini, pendidikan nasional Indonesia berfungsi
mengembangkan kemampuan dan nmembentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Di samping
itu, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.
Mengingat begitu pentingnya peran pendidikan, maka pendidikan
harus dirancang dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya. Artinya, pendidikan
harus dikembangkan menuju kearah yang lebih maju dengan memperhatikan
berbagai potensi peserta didik dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh
karena itu, pendidikan hendaknya tidak hanya berpusat pada pendidik/guru,
tetapi dipusatkan pada peserta didik. Peran guru hanya sebatas sebagai
pembimbing dan fasilitator terhadap pengembangan potensi peserta didik.
Berkaitan dengan persoalan tersebut, terdapat salah satu aliran dalam filsafat
pendidikan yang mendukung adanya perubahan dalam pelaksananaan
pendidikan. Aliran filsafat yang dimaksud adalah progresivisme. Aliran ini
merupakan sebuah gerakan yang menentang pelaksanaan pendidikan secara

1
tradisional seperti halnya aliran esensialisme dan perennialisme. Aliran
progresif mendukung adanya pelaksanaan pendidikan yang dipusatkan pada
peserta didik dan mengembangkan berbagai kemampuannya sebagai bekal
menghadapi kehidupkan sosial di lingkungannya. Filsafat progresivisme
menaruh kepercayaan terhadapap kekuatan alamiah manusia, yakni kekuatan
yang diwarisi manusia sejak lahir Lebih lanjut mereka menjelaskan bahwa
manusia sejak lahir telah membawa bakat dan kemampuan atau potensi dasar,
terutama daya akalnya, sehingga manusia akan dapat mengatasi segala
problematika hidupnya, baik itu tantangan, hambatan, ancaman maupun
gangguan yang timbul dari lingkungan hidupnya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian filsafat pendidikan progresivisme.
2. Latar belakang munculnya filsafat progresivisme
3. Tokoh-tokoh aliran filsafat progresivisme
4. Pandangan filsafat progresivisme tentang pendidikan.
C. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa mampu memahami filsafat pendidikan progresivisme.
2. Mahasiswa mengetahui latar belakang timbul dan munculnya aliran filsafat
pendidikan progresivisme.
3. Agar mahasiswa mengetahui tokoh-tokoh aliran filsafat pendidikan
progresivisme.
4. Mahasiswa mampu mengetahui pandangan-pandangan progresivisme
tentang pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah munculnya Filsafat Progresivisme


Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan
pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada
masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat
pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan
kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang
wajar dandapat menghadapi dan mengatasi masalah- masalah yang bersifat
menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri. Oleh karena kemajuan
atau progres ini menjadi suatu statement progrevisme, maka beberapa ilmu
pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan
bagian utama dari kebudayaan yang meliputi ilmu-ilmu hayat, antropologi,
psikologi dan ilmu alam.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum.
Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal, tidak
pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut
progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman
baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan.
Belajar berfungsi untuk : (1) mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat
kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu
kurikulum yangsetiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Progresivisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi
penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil
belajar “dunia nyata” dan juga pengalaman teman sebaya. Aliran progesivisme
telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran
ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak
didik. Anak didik diberikan kebaikan, baik secara fisik maupun cara berpikir,

3
guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya
tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain.
Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan
yang otoriter. Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau
aliran filsafat yang berdiri sendiri, malainkan merupakan aliran suatu gerakan
dan perkumpulan yang didirikantahun 1918. Selama 20 tahun menjadi gerakan yang
sangat kuat di Amerika Serikat banyak guru yang ragu-ragu terhadap gerakan ini.
Gerakan progeresik terkenal luas karena reaksinya terhadap formalisme dan
sekolah tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras
belajar fisik dan banyak hal-hal kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan.
Pengaruh progresivisme terasa di seluruh dunia, terlebih-lebih di Amerika
Serikat. Usaha pembaharuan di dalam lapangan pendidikan pada umumnya
terdorong oleh aliran progresivisme ini. John Dewey memandang bahwa
pendidikan sebagai proses dan sosialisasi. Maksudnya sebagai proses
pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman
lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan
masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah
saja. Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi
pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah
bagian dari masyarakat. Untuk itu, sekolah harus dapat mengupayakan
pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah
di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus
menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada
anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu.
Untuk itulah, fisafat progesivisme menghendaki sistem pendidikan dengan
bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by doing.
Progresivisme menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya
progresif. Tujuan pendidikan hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi
pengalaman yang terus-menerus, agar peserta didik dapat berbuat sesuatu yang
inteligen dan mampu mengadakan penyesuaian dan penyesuaian kembali
sesuai dengan tuntutan dari lingkungan. Biasanya aliran progresivisme ini di

4
hubungkan dengan pandangan hidup liberal (the liberal road to), dan budaya.
Maksudnya adalah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut: fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu
doktrin tertentu), curios (ingin mengetahui, ingin menyelidiki), toleran dan
open-minded (mempunyai hati terbuka). Sejarah mengatakan perkembangan
aliran progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan
jelas pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat
ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani purba. Misalnya Hiraclitus
(544), Socrates (469), Protagoras (480) dan Aristoteles. Mereka pernah
mengemukakan pendapat yang dapat dianggap sebagai unsur-unsur yang ikut
menyebabkan sikap jiwa yang disebut pragmatisme-Progresivisme. Heraclitus
mengemukakan bahwa sifat yang utama dari realita ialah perubahan. Tidak ada
sesuatu yang tetap di dunia ini, semuanya berubah-ubah, kecuali asa perubahan
itu sendiri. Socrates berusaha mempersatukan epsitemologi dan aksiologi. Ia
mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kunci untuk kebajikan. Yang baik
dapat dipelajari dengan kekuatan intelek, dan pengetahuan yang baik menjadi
pedoman bagi manusia untuk melakukan kebajikan. Ia percaya bahwa manusia
sanggup melakukan baik. Protagoras mengajarkan bahwa kebenaran dan norma
atau nilai tidak bersifat mutlak, melainkan relatif, yaitubergantung pada waktu
dan tempat. Sedangkan Aristoteles menyarankan moderasi dan kompromi
(jalan tengah bukan jalan ekstrim) dalam kehidupan.
Sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan
Hagel dapat disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran
progresivisme. Francis Bacon memberikn sumbangan dengaan usahanya
memperbaiki dan memperhalus metode ilmiah dalam pengetahuan alam. Locke
dengan ajarannya tentang kebebasan politik. Rousseau dengan keyakinanannya
bahwa kebaikan berada di dalam manusia karena kodrat yang baik dari para
manusia. Kant memuliakan manusia, menjunjung tinggi akan kepribadian
manusia, memberi martabat manusia suatu kedudukan yang tinggi. Hegel
mengajarkan bahwa alam dan masyarakat bersifat dinamis, selamanya berada
dalam keadaan bergerak, dalam proses perubahan dan penyesuaian yang tidak

5
ada hentinya. Dalam abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak
terdapat di Amerika Serikat. Thomas Paine dan Thomas Jefferson memberikan
sumbangan pada progresivisme karena kepercayaan mereka pada demokrasi
dan penolakan sikap yang dragmatis, terutama dalam agama. Charles S. Peirce
mengemukakan teori tentang pikiran dan hal berfikir itu hanya berguna bagi
manusia apabila pikiran itu bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil)
baginya. Fungsi berfikir adalah membiasakan manusia untuk berbuat. Perasaan
dan gerak jasmania adalah manifestasi dari aktifitas manusia dan keduanya itu
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berfikir.
B. Tokoh-tokoh aliran Filsafat Progresivisme
Ada beberapa tokoh progresivisme yang berperan penting dalam
mengembangkanaliran ini, antara lain :
1. William James (1842- 1910).
William James seorang psychologist dan seorang filsuf Amerika
yang sangat terkenal. Paham dan ajarannya demikian pula kepribadiannya
sangat berpengaruh di berbagai negara Eropa dan Amerika. Meskipun
demikian dia sangat pandai berceramah di bidang filsafat, juga terkenal
sebagai pendiri pragmatisme. James berkeyakinan bahwa otak atau
pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai
fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dia menegaskan agar fungsi
otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok
dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk membebaskan
ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar
ilmu perilaku. Buku karangannya yang berjudul Principles of Psychology
yang terbit tahun 1890 yang membahasdan mengembangkan ide-ide
tersebut, dengan cepat menjadi buku klasik dalam bidang itu, hal inilah
yang mengantar William James terkenal sebagai ahli filsafat pragmatisme
dan empirisme radikal. Demikian pula kepribadiannya sangat berpengaruh
di berbagai negara Eropa dan Amerika. Meskipun demikian dia sangat
terkenal dikalangan umum Amerika sebagai penulisyang sangat brilian,

6
dosen serta penceramah di bidang filsafat, juga terkenal sebagai pendiri
pragmatisme.
2. John Dewey (1859 - 1952).
John Dewey adalah seorang profesor di Universitas Chicago dan
Columbia (Amerika). Teori Dewey tentang sekolah adalah
"Progressivism" yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya
daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child Centered
Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme mempersiapkan
anak masa kini disbanding masa depan yang belum jelas, seperti yang
diungkapkan Dewey dalam bukunya "My Pedagogical Creed", bahwa
pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang
akan datang. Dewey mengembangkan pragmatisme dalam bentuknya yang
orisinil, tapi meskipun demikian, namanya sering pula dihubungkan
terutama sekali dengan versi pemikiran yang disebut instrumentalisme.
Adapun ide filsafatnya yang utama, berkisar dalam hubungan dengan
problem pendidikan yang konkret, baik teori maupun praktik. Reputasi
internasionalnya terletak dalam sumbangan pikirannya terhadap filsafat
pendidikan Progressivisme Amerika.
Dewey tidak hanya berpengaruh dalam kalangan ahli filsafat
profesional, akan tetapi juga karena perkembangan idenya yang
fundamental dalam bidang ekonomi, hukum, antropologi, teori politik dan
ilmu jiwa. Dia adalah juru bicara yang sangat terkenal di Amerika Serikat
dari cara-cara kehidupan demokratis. Diantara karya-karya Dewey
yangdianggap penting adalah Freedom and Cultural, Art and Experience,
The Quest of Certainty Human Nature and Conduct (1922), Experience
and Nature (1925), dan yang paling fenomenal adalah Democracy and
Education (1916).
3. Hans Vaihinger (1852-1933).
Hans Vaihinger berpendapat bahwa tahu itu hanya mempunyai arti
praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan, satu-
satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani

7
Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala
pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu
berguna.untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu
saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
C. Pandangan Filsafat Progresivisme tentang Pendidikan
Dasar filosofis dari aliran progresivisme adalah realisme spiritualistik
dan humanismebaru. Realisme spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan
pendidikan progresif bersumberdari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif
dari Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak.
Sedangkan humanism baru menekankan pada penghargaan terhadap harkat dan
martabat manusia sebagai individu. Dengan demikian orientasinya
individualistik. Ada beberapa pandangan filsafat progresivisme, antara lain:
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut pandangan aliran ini adalah
pendidikan harus memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat
untuk berinteraksi dengan lingkungan yang berada dalam proses
perubahan secara terus menerus. Yang dimaksud dengan alat-alat adalah
keterampilan pemecahan masalah yang dapat digunakan individu untuk
menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah. Pendidikan
bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan memecahkan berbagai
masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau
dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses
perubahan. Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik
untuk menjadi warga negara yang demokratis. Proses belajar mengajar
terpusatkan pada perilaku dan disiplin diri. Tujuan keseluruhan pendidikan
sendiri adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara
sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan
sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Agar dapat bekerja siswa
diharapkan memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial, dan
memiliki pengalaman problem solving.

8
2. Kurikulum Pendidikan
Kalangan progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbu
sekolah (student-centered). Mereka lalu berupaya mengembangkan
kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan,
kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Jadi, ketertarikan anak adalah titik
tolak bagi pengalaman belajar. Imam Barnadib menyatakan bahwa
kurikulum progresivisme adalah kurikulum yang tidak beku dan dapat
direvisi, sehingga yang cocok adalah kurikulum yang berpusat pada
pengalaman. Sains sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan
dalam pengalaman-pengalaman siswa, dalam pemecahan masalah serta
dalam kegiatan proyek Disini guru menggunakan ketertarikan alamiah
anak untuk membantunya belajar berbagai keterampilan yang akan
mendukung anak menemukan kebutuhan dan keinginan terbarunya.
Akhirnya, ini akan membantu anak (subjek didik) mengembangkan
keterampilan-keterampilan pemecahan masalah dan membangun informasi
yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sosial. Kurikulum disusun
dengan pengalaman siswa, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman
sosial, selain sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam
pengalaman-pengalaman siswa dan dalam pemecahan masalah serta dalam
kegiatan proyek. Sekolah yang baik itu adalah sekolah yang dapat
memberi jaminan para siswanya selama belajar, maksudnya yaitu sekolah
harus mampu membantu dan menolong untuk tumbuh dan berkembang
serta memberi keleluasaan tempat untuk para siswanya dalam
mengembangkan bakat dan minatnya melalui bimbingan guru dan
tanggung jawab kepala sekolah.
Kurikulum dikatakan baik apabila bersifat fleksibel dan
eksperimental (pengalaman) dan memiliki keuntungan-keuntungan untuk
diperiksa setiap saat. Sikap progressvisme, memandang segala sesuatu
berasaskan fleksibilitas, dinamika dan sifat-sifat yang sejenis, tercermin

9
dalam pandangannya mengenai kurikulum sebagai pengalaman yang
edukatif, bersifat eksperimental dan adanya rencana dan susunan yang
teratur. Menurut progresivisme, Kurikulum hendaknya : (a) tidak universal
melainkan berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang ada, (b) disesuaikan
dengan sifat-sifat peserta didik (minat, bakat, dan kebutuhan setiap peserta
didik), (c) berbasis pada masyarakat, dan (c) bersifat fleksibel dan dapat
berubah atau direvisi.
3. Metode Pendidikan,
Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran
progresivisme diantaranya adalah :
a. Metode Pendidikan Aktif, pendidikan progresif lebih berupa
penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan
berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk
mengembangkan bakat dan minatnya.
b. Metode Memonitor Kegiatan Belajar, mengikuti proses kegiatan anak
belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan
yang sifatnya memperlancar berlangsung kegiatan belajar tersebut.
c. Metode Penelitian Ilmiah, pendidikan progresif merintis digunakannya
metode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep.
d. Pemerintahan Pelajar, pendidikan progresif memperkenalkan
pemerintahan pelejar dalam kehidupan sekolah dalam rangka
demokratisasi dalam kehidupan sekolah.
e. Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, pendidikan progresif
mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan keluarga
dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak
untuk mengekspresikan secara alamiah alamiah semua minat dan
kegiatan yang deiperukan anak.
f. Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan, sekolah tidak
hanya tempat untuk belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratoriun
dan pengembangan gagasanbaru pendidikan.
4. Pendidikan

10
Progresivisme didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus
berpusat pada anak bukanlah memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
Menurut progresivisme, pendidikan selalu dalam proses perkembangan
dan sebagai suatu rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus.
Progresivisme menekankan enam prinsip mengenai pendidikan dan
belajar, yaitu :
a. Pendidikan seharusnya adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk
kehidupan
b. Belajar harus langsung berhubungan dengan minat anak.
c. Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya diutamakan daripada
pemberian bahanpelajaran.
d. Guru berperan sebagai pemberi advise, bukan untuk mengarahkan.
e. Sekolah harus menggerakkan kerjasama daripada kompetensi.
f. Demokrasilah satu-satunya yang memberi tempat dan menggerakkan
pribadi-pribadisaling tukar menukar ide secara bebas, yang diperlukan
untuk pertumbuhan sesungguhnya.
5. Pelajar
Kaum progresif menganggap subjek-subjek didik adalah aktif,
bukan pasif, sekolah adalah dunia kecil (miniatur) masyarakat besar,
aktifitas ruang kelas difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta
atmosfer sekolah diarahkan pada situasi yang kooperatif dan demokratis.
Mereka menganut prinsip pendidikan perpusat pada anak (child-centered).
Mereka menganggap bahwa anak itu unik. Anak adalah anak yang sangat
berbeda dengan orang dewasa. Anak mempunyai alur pemikiran sendiri,
mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan
kecemasan sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.
6. Pengajar (guru)
Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai :
a. Fasilitator, orang yang menyediakan diri untuk memberikna jalan
kelancaran proses belajar sendiri siswa.

11
b. Motivator, orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terus
giat belajarsendiri.
c. Konselor, orang yang membantu siswa menemukan dan mengatasi
sendiri masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap siswa. Dengan
demikian guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang
karakteristik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa,
serta kecintaan pada anak agat dapat menjalankan perannya dengan
baik
D. Pandangan Umum Filsafat Progresivisme
1. Pandangan Secara Ontologi
Asal Hereby atau asal keduniaan, adanya kehidupan realita yang
amat luas tidak terbatas, sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan
dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia
atas segala sesuatu, pengalaman manusia tentang penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, keindahan dan lain-lain adalah realita manusia hidup sampai
mati. Pengalaman adalah suatu sumber evolusi yang berarti perkembangan
maju setapak demi setapak mulai dari yang mudah-mudah menerobos
kepada yang sulit-sulit (proses perkembangan yang lama). Pengalaman
adalah perjuangan, sebab hidup adalah tindakan dan perubahan-perubahan.
Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi
perjuangan, perubahan dan berani bertindak. Ontologi progresivisme
mengandung pengertian dan kualitas evolusionistis yang kuat. Pengalaman
diartikan sebagai ciri dinamika hidup, dan hidup adalah perjuangan
tindakan dan perbuatan. Sifat-sifat pengalaman :
a. Pengalaman itu dinamis adalah dalam kehidupan terjadi perubahan
yang terjadi terusmenerus.
b. Pengalaman itu temporal adalah terjadi perubahan dan perbedaan
pengalaman dari waktu ke waktu.
c. Pengalaman itu spatial adalah terjadi disuatu tempat dalam lingkungan
manusia.

12
d. Pengalaman itu pluralistis yaitu pengalaman itu terjadi seluas adanya
interaksi dalam individu terlibat.
2. Pandangan secara Epistemologi
Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses,
kekuasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi
pengalaman. Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung melalui
pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya,
ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui catatan (buku-buku,
kepustakaan). Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu. Epistimologi
mengkaji tentang teori-teori pengetahuan, menangani persoalan tentang
sifat dasar pengetahuan manusi. Makin sering kita menghadapi tuntutan
lingkungan dan makin banyak pengalaman kita dalam praktek, maka
makin besar persiapan menghadapi tuntutan masa depan. Pengetahuan
harus disesuaikan dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan.
Kebenaran dan kemampuan suatu ide memecahkan masalah, kebenaran
adalah (sekuen dan pada sesuatu ide, realita pengetahuan dan daya guna).
Ada tiga hal yang dibicarakan dalam Epistimologi Filsafat yaitu :
a. Objek Filsafat
Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya,
yang terdalam.Susunan hasil pemikiran disebut sistematika filsafat
atau struktur filsafat yang terdiri atasontologi, epistimologi, dan
aksiologi. Isi setiap cabang filsafat ditentukan oleh objek apayang
diteliti (dipikirkan). Jika memikirkan pendidikan, jadilah filsafat
pendidikan, dan   seterusnya. Objek penelitian filsafat lebih luas dari
objek penelitian sain sebab filsafatmeneliti objek yang ada dan
mungkin ada.
b. Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Berfilsafat ialah berfirkir, dan berfikir itu menggunakan akal. Dari
sini timbul masalah apa itu “akal“. Akal ini diperdebatkan oleh ahli
akal (Locke,Voltaire, Will Durant, David Hume, dan sebagainya dan
orang-orang yang secara intensif menggunakan akalnya. Untuk itu

13
mereka menerima bahwa “bahwa akal itu ada”, dan ia bekerja
berdasarkan suatu cara yang tidak begitu kita kenal. Aturan kerjanya
disebut “ logika “. Sejauh akal itu bekerja menurut aturan logika,
agaknya kita dapat menerima kebenarannya. Kerja akal yaitu berfikir
mendalam, menghasilkan filsafat.
c. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan filsafat merupakan pengetahuan yang logis . Ukuran
kebenaran filsafat ialah logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis
benar, bila tidak logis, salah. Ukuran logis tidaknya terlihat pada
argumen yang menghasilkan kesimpulan (teori). Argumen menjadi
kesatuan dengan konklusi, dan konklusi ini disebut teori filsafat. Bobot
teori filsa fat terletak pada kekuatan argumen, maka diterima pendapat
yang mengatakan bahwa filsafat itu argumen. Kebenaran konklusi
ditentukan 100% oleh argumen.
3. Pandangan Secara Aksiologi
Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian
adanya pergaulan. Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai.
Bahasa adalah sarana ekspresi yang berasal dari dorongan, kehendak,
perasaan, kecerdasan dari individu-individu. Nilai itu benar atau salah,
baik atau buruk dapat dikatakan adalah menunjukkan kecocokan dengan
hasil pengujian yang dialami manusia dalam pergaulan manusia.
4. Pandangan dari Sudut Budaya
Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam berbagai bentuk
dan manifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang
tidak kaku, melainkan selalu berkembang dan berubah. Filsafat
progresivisme menganggap bahwa pendidikan telah mampu merubah dan
membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
kultural dan tantangan zaman, sekaligus menolong manusia menghadapi
transisi antara zaman tradisional untuk memasuki zaman modern
(progresif).

14
Manusia sebagai makhluk berakal dan berbudaya selalu berupaya
untuk mengadakan perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif
dan dinamis manusia terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang
semakin terus maju. Kenyataan menunjukkan bahwa pada zaman
purbakala manusia hidup di pohon-pohon atau gua-gua. Hidupnya hanya
bergantung dengan alam. Alamlah yang mengendalikan manusia. Dengan
sifatnya yang tidak iddlecuriousity (rasa keingintahuan yang terus
berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsa yang telah dapat
mengubah alam menjadi suatu yang berguna. Alamlah yang dikendalikan
oleh manusia. Hidup manusia tidak lagi di pohon-pohon atau gua-gua,
akan tetapi dengan potensi akalnya manusia telah membangun gedung-
gedung yang menjulang tinggi, rumah-rumah mewah. Filsafat
progresivisme yang memiliki konsep manusia memiliki kemampuan-
kemampuan yang dapat memecahkan masalah hidupnya, telah
mempengaruhi pendidikan, di mana dengan pembaharuan-pembaharuan
pendidikan telah dapa tmempengaruhi manusia untuk maju (progress).
Sehingga semakin tinggi tingkat berpikirnya manusia maka semakin tinggi
pula tingkat budaya dan peradaban manusia. Akibatnya anak-anak tumbuh
menjadi dewasa, masyarakat yang sederhana dan terbelakang menjadi
masyarakat yang komplek dan maju.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan
penyelenggaraanpendidikan disekolah berpusat pada anak (student-centered),
sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru
(teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered). Progresivisme
menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif. Tujuan pendidikan
hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus,
agar peserta didik dapat berbuat sesuatu yang inteligen dan mampu
mengadakan penyesuaian dan penyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan dari
lingkungan. Meskipun progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang
baru muncul dengan jelas pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis
perkembangannya dapat ditarik jauhk ebelakang sampai pada zaman Yunani
purba yaitu melalui pemikiran-pemikiran Hiraclitus, Socrates, Protagoras, dan
Aristoteles. Kemudian sejak abad ke-16, Francis Bacon, JohnLocke, Rousseau,
Kant, dan Hegel dapat disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya
aliran progresivisme. Sedangkan pada abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-
tokohProgresivisme banyak terdapat di Amerika Serikat diantaranya adalah
Thomas Paine, Thomas Jefferson, Charles S. Peirce.
Progresivisme berpandangan bahwa tujuan keseluruhan pendidikan
adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis,
mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Mereka berupaya
mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada
kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Metode pendidikan yang
biasa mereka pergunakan diantaranya adalah metode pendidikan aktif, metode
memonitor kegiatan belajar, metode penelitian ilmiah, pemerintahan pelajar,
kerjasama sekolah dengan keluarga, sekolah sebagai laboratorium
pembaharuan.

16
B. Saran
Diharapkan agar mahasiswa mampu mendapat referensi yang banyak agar
pengetahuan mengenai progresivisme dapat menambah wawasan pembaca dan
penulis.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fadlillah M. 2017. Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran. Aliran


progresivisme dalam pendidikan di indonesia. Universitas
Muhammadiyah Ponorogo. 5(1): 17-24
Imam, Barnadib. 1988. Filsafat Pendidikan, Sistem Dan Metode. Yogyakarta :
Andi Offset.
Redja, Mudyahardjo. 2006. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Usiono. 2006. Pengantar filsafat pendidikan, Jakarta : Hijri Pustaka Utama,.
Uyoh, Sadulloh. 2003.Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta

18

Anda mungkin juga menyukai