Anda di halaman 1dari 39

Dear READER,

Rangkuman buat ujian mini cex ini ga terlalu


lengkap atau bahkan ada kesalahan dalam
beberapa dosis obat yang dipakai, jadi harus
cermat dan cerdas ya, bacanya diperbanyak dari
sumber lainnya yang mungkin kalian miliki, dan
ini tidak menjadi patokan karena ini hanya
sebatas rangkuman untuk mempermudah ujian
mini cex

NADA ATIKAH
Take action
CATATAN MINI CEX
 Years of hands on experience
 Excellents with oral communication
skill
 A passion to learn and to increase
ISK skill
 Let’s make the world scream your
DF DAN DHF name

TIFOID Thank you for taking time to read my note of


mini cex

PNEUMONIA

ASMA

TB ANAK

ANEMIA

MALNUTRISI Sincerely,

DIARE Nada Atikah


ISK
DEFINISI : Infeksi saluran kemih dikarenakan tumbuh dan berkembang biaknya kuman atau mikroba
dalam jumlah bermakna.
 ISK bawah: uretra, vesica urinaria
 ISK atas : vesicouretero junction, ureter, pelvicouretero junction, ginjal.

ETIOLOGI : kuman penyebab gram (-) seperti, E.coli 85%, Klebsiella, Enterobacter,
proteus, pseudomonas
gram (+) seperti, Staph. Aureus, strep. Fecalis, TBC, jamur, virus
 Penyebaran secara hematogen pada neonates, dan secara ascending pada anak-anak

 Faktor predisposisi : fimosis, refluk vesikoureter, obstruktif (kelainan struktur, urolitiasis, benda
asing dll), diaper rash (pada anak cewek kebanyakan), kelainan kongenital buli-buli (extrofia
dimana buli tidak menutup sempurna sehingga ada penonjolan keluar)

PATOFISIOLOGI secara ascending:


Berasal dari tinja  naik ke uretra secara ascending  kemudian ke vesica urinary (sebenarnya VU
punya glycoprotein mucin layer yang fungsinya mencegah perlekatan kuman dengan mukosa VU)
akan tetapi karena infeksi yang berlebihan ditambah refluk maka robek jaringan tersebut  bakteri
gampang untuk melekat  membuat koloni dipermukaan mukosa VU  dengan mudahnya masuk
ke uroepitelial  terjadi peradangan di VU  gangguan kontraktilitas otot polos dinding vesica 
gangguan peristaltic ureter.
Bisa refluk ke atas lewat 2 mekanisme yang satunya films of fluid (lapisan cairan tipis) dan terjadi
infeksi ke saluran kemih bagian atas dan yang satunya karena statis urine (kalo nahan kencing) bisa
mengakibatkan gangguan kontraktilitas musculus destrusor  menjadi sangat kuat soalnya mau
ngeluarin cairan di vesika yg udah banyak selain itu, kenapa kontraktilitasnya kuat? soalnya kan
obstruksi karena kolonisasi bakteri (butuh effort) dan akhirnya klep pada vesikauretero junctionnya
kebuka dan terjadi refluks ke atas.

MANIFESTASI KLINIS:
- Saluran kemih bagian bawah : demam tinggi oleh karena kolonisasi bakteri  faktor inflamasi
meningkat. Sering buang air kencing, dysuria (nyeri saat kencing), perubahan warna, anyang-
anyangan, bau, hematuria. UL (yeast/ jamur)
- Saluran kemih atas : demam tinggi sampai menggigil, mual muntah, anoreksia, fungsi ginjal
terganggu.

PEMERIKSAAN:
Suhu: >37.5 C
Nyeri ketok sudut kosto vertebral (SKA) nyeri tekan suprapubic (SKB)
Lihat faktor predisposisi : fimosis, belom khitan, ganti popoknya dll
Laboratorium:
- UL: ada eritrosit 2-5/lp, leukosit >5/lp, nitrit (tes dipstik)
- Mikros : bakteri +1 bakteri/lp (88%), +2 bakteri/lp (97.6%) tidak disentrifugasi, kalo
disentrifugasi bakteri +1 (95%)
- Urin porsi tengah caranya pipis kemudian tahan dan pipis lagi (itu yang diambil) bagusnya pagi
hari terus dibiakkan (laki-laki >104 koloni kuman pada perempuan >103 koloni kuman)
- Buat bayi pake kateter trans-uretral (>105)
- Radiologi : USG bila curiga ISK atas
- Kalo pada UL ada protein sama eritrosit  periksa BUN SK curiga ke arah GNAPS
- Curiga ke GNAPS atau Pyelonefirtis  ukur TD (Hipertensi), periksa ekstremitas (adakah edem
anasarka) dan biasanya ada Hematuria atau malah oligouri.
- Radiologi thoraks  lihat ukuran jantung pake rumus CXR >54% anak2 dan >58% neonatus
(jantung dikatakan membesar)

TATALAKSANA :
Lini 1st : amoksisilin 20-40 mg/KgBB/hari 3 dd (evaluasi selama 3 hari
Kotrimoksazol (TMO) 6-12 mg/KgBB/hari pemakaian AB, kalo efek baik
(SMX) 30-60 mg/KgBB/hari 2 dd lanjutkan, tapi kalo buruk
Lini 2nd : Ampisilin 50-100 mg/KgBB/hari setiap 6 jam IV ganti)
Sefalosporin gen 3: sefixim 8 mg/KgBB/hari 2dd
Seftriakson 75 mg/KgBB/hari IV
Sefotaxim 50 mg/KgBB/hari setiap 6 jam

Profilkasis ISK berulang: TMO 1-2 mg/KgBB/hari


SMX 5-10 mg/KgBB/hari

KOMPLIKASI :
Gangguan ginjal akut pyelonephritis berulang: renal scarring
Sepsis, Hipertensi, AKI  lama lama bisa CKD

EDUKASI :
Menjaga kebersihan genitalia dengan mencuci sehabis BAK atau BAB dimulai dari depan kebelakang
usahakan menggunakan air mengalir, jika menggunakan tissue basah hanya boleh satu kali usapan
dari depan kebelakang, jangan bolak-balik. Rajin ganti popoknya tiap 3 jam kali jangan menunda-
menunda.
INDIKASI KRS
Jika sudah tidak demam 24-48 jam tanpa antipiretik
Klinis membaik
Makan dan minum baik
Hasil UL bakteri -, leukosit -, eritrosit –

 Sekilas tentang GNAPS


- Adalah suatu peradangan non-supuratif di glomerulus yang didahului oleh infeksi kuman
strep.beta hemoliticus A tipe nefrogenik di luar ginjal (ISPA, impetigo) dan biasanya pada anak
usia sekolah 5-15 th, jarang pada <3 th
- PATOGENESIS  oleh karena radang di glomerolusnya  filtrasi di glomerulus berkurang dan ga
seimbang sama bahan yang masuk buat di filtrasi  karena filtrasi yang berkurang akhirnya
reabsorbsi di tubulus distal juga berkurang  tubulus distal akhirnya akan bekerja lebih keras
supaya reabsorbsinya nambah dengan cara inhibisi ekskresi Na dan air.
- Ada triasnya: edem anasarca, proteinuria dan hipoalbuminemia
Lihat tungkai, periorbita apakah ada edem?
Lihat apakah ada hypoalbuminemia dengan cara lihat kukunya pucat membentuk pita putih
Lihat apakah ada protein di hasil UL nya
- PEMERIKSAAN : UL (proteinuria, hematuria makros, mikros juga); pemeriksaan ASTO (Anti
Streptolisin O) >100 naik, kompemen C3 <50 mg/dl pada minggu 1 tapi pada GN tipe membrano
proliferative endapan C3+
- TATALAKSANA : immunosupresan pake kortikosteroid (Prednison 1 mg/KgBB/hari) selama 6-8
minggu terus kalo protein <200, albumin serum >3,5 maka prednisone di tap off.
Diet rendah protein 0,8 g/KgBB/hari (buat ngurangin terjadinya proteinuria oleh karena
kegagalan filtrasi sama reabsorbsi)
Kontrol lemak darah dengan HMGCoA reductase (nah belom baca lagi metabolism lemak aku)
ANAMNESIS (DEMAM)
- Demam sejak kapan?
- Awalnya sumer-sumer atau langsung tinggi?
- Tingginya saat malam hari atau setiap waktu?
- Sempet di chek atau tidak pak untuk suhunya? Jika iya berapa?
- Ada menggigil tidak?
- Diikuti kejang tidak?
- Ada pemakaian obat-obatan untuk penurun panas? Obat apa? Membaik tidak?
- Disertai Ruam tidak? Jika iya dimana aja? Hilang dengan penekanan atau tidak?
- Disertai pusing atau nyeri kepala? Jika iya nyerinya dibagian mana?
- Disertai keluhan nyeri telinga? Jika iya sebelah mana? Disertai keluar cairan tidak?
- Adakah keluhan batuk pilek?
- Badan pegal-pegal ada tidak?
- Adakah nyeri telan? Lihat mulut adakah faring hiperemis dan lidah kotor
- Mual muntah? Disertai nyeri perut tidak? Jika iya, dibagian mana?
- Nafsu makannya bagaimana? Berapa kali sehari? Berapa banyak?
- Untuk minumnya banyak tidak?
- Keluhan BAK, berapa kali? Warna apa? Banyak atau sedikit? Ada bau tidak?
- Keluhan BAB, berapa kali? Konsistensinya? Berapa banyak? Baunya bagaiman?
- Ada riwayat perjalanan dari daerah endemis malaria (banyuwangi, pacitan) endemis DB (surabaya)
- Riwayat Penyakit Dahulu?
- Riwayat Penyakit Keluarga?
- Riwayat Pengobatan Sebelumnya? Obat apa?
- Riwayat Pekerjaan Orangtua? Ayah dan Ibu?
- Riwayat Tempat tinggal? Dimana? Padat penduduk? Ventilasi rumah? Air minum? Jarak tempat
pembuangan dengan tempat airminum? Satu rumah isi berapa?
- Riwayat Kehamilan? Kontrol kehamilan sebelumnya berapa kali tiap bulan? Adakah minum-minum
vitamin?
- Riwayat Kelahiran? Lahir normal atau SC? Cukup bulan? Langsung nangis? Ada kebiruan? BBL?
PBL?
- Riwayat Asupan? ASI dari-sampai berapa bulan? MPASI usia berapa bulan? Makan-makanan
penyandang misal sayur atau daging-dagingan? Ada alergi?
- Riwayat Tumbuh Kembang? Usia merangkak, Usia duduk, Usia Berdiri, Usia berjalan, Usia bicara
dan ngoceh-ngoceh?
- Riwayat Imunisasi? Sudah imunisasi apa aja? Usia sekarang?
Dengue Fever dan Dengue Hemorrragic Fever
ETIOLOGI : merupakan infeksi virus dengue oleh vector nyamuk betina aedes aygepti yang
mengandung virus
di salivanya (jam operasi nyamuk 10.00-16.00) virusnya memilik 4 serotype DEN1, DEN2,
DEN3, dan DEN4.

PATOFIOLOGI : oleh karena infeksi virus  masuk lewat gigitan nyamuk betina AE  bereplikasi dan
menyerang organ target yaitu sel PMN di jaringan limfe  lewat ke sirkulasi darah  bereplikasi 
resppon tubuh meningkatkan jumlah produksi antibody akhirnya terjadi gangguan dipembuluh
darah (vaskulopati, trombopati dan koagulopati)  berkembang lebih lanjut ke hepar dan spleen dll.
Akibat gangguan pada system sirkulasi :
- Vaskulopati: disfungsi endothel
- Tormbopati: gangguan pada fungsi trombosit
- Koagulopati: gangguan pada faktor pembekuan darah, khususnya pada benang-benang fibrin.

Karena gangguan diatas maka mengakibatkan terjadinya manifestasi perdarahn spontan


(epitaksis, perdarahan gusi, ascites dan efusi), perdarahan provokasi: uji torniquet,
trombositopeni, peningkatan HCT dan lekopeni.

MANIFESTASI KLINIS :
- Mendadak demam tinggi, tidak mempan dengan penurun panas membentuk saddle back fever
atau pelana kuda
- Disertai nyeri retro-orbita, ruam, nyeri otot atau pegal-pegal (kalo bayi rewel)
- Nafsu makan menurun, not doing well, mual dan muntah.
- Manifestasi perdarahan tidak selalu ada, tapi bisa berupa uji torniquet (ptekie), pada DHF bisa
ada gusi berdarah, epitaksis, melena, hematemesis
Bedanya DFdan DHF dilihat dari HCT dan bleeding sign, DHF ditegakkan jika hitungan HCT dari
minimal 2 serial DL meningkat >dari 20% dengan atau tanpa bleeding sign.
DF/DHF/DSS Derajat Manifestasi Laboratorium
Dengue Fever - Febris, ruam, (myalgia, Lekopeni (<4.000)
nyeri retro-orbita, mual Trombositopeni
muntah) bisa ada bisa (<100rb)
tidak, tanda perdarahan HCT mningkat 5-10%
provokasi kadang Serologi +
ada/tidak
DHF I Tanda diatas, disertai uji Hasil diatas disertai
provokasi ada HCT>20%, terdapat
tanda kebocoran plasma
DHF II DHF I dengan Hasil diatas disertai
perdarahan spontan +/- HCT>20%, terdapat
tanda kebocoran plasma
DSS III presyok DHF II dengan tanda- Hasil diatas disertai
tanda presyok kegagalan HCT>20%, terdapat
sirkulasi nadi lemah dan tanda kebocoran plasma
cepat (>120 kali), TD
mepet, akral dingin
basah,
Perdarahan spontan +
DSS IV dengan syok Profound Shock: nadi Hasil diatas disertai
lemah dan tidak teraba, HCT>20%, terdapat
TD tidak terukur, akral tanda kebocoran plasma
dingin basah pucat,
hepatomegaly
Perdarahan spontan
ascites, efusi

PEMERIKSAAN :
- Klinis pasien mulai dari keluhan utama, penyerta (lihat apakah ada tanda-tanda perdarahan) dan
Vital sign
- NS1 antigen untuk diagnosis dini 1-3 hari
- IgM dan IgG anti dengue setelah demam hari ke5 sakit
- Laboratorium DL (pada kondisi presyok bagusnya 2x sehari) tapi kalo tidak bisa 2x1 bisa dengan
1x1/1x2hari
- SGOT/PT: meningkat OT nya kalo yg PT jarang
- Radiologi foto thoraks buat deteksi efusi.
 Cara test provokasi/Uji torniquet: manset letakkan di brachialis dan ukur systole dan diastole
Hitung (systole+diastole)/2

Pertahankan diangka tersebut selama 5-10 menit

Hitung ptekie pada bagian volar dalam 1 inchi atau diameter 2,5 cm
jika >10 maka + (Ingat ptekie tidak hilang dengan penekanan)

TATALAKSANA :
Asimptomatatis aja, yang terpenting kearah pemberian cairan karenakan virus dengue
mengakibatkan peradangan di faring, mual muntah yang bisa mengakibatkan nafsu makan dan
minum menurun dan akhirnya juga berpengaruh ke hemokonsentrasi (pengentalan darah)
Terapi cairan pada DF cukup dengan Holliday segar (pake yang D5, Kaen 3B yang normal saline aja)
- 10 kg pertama x 100
- 10 kg kedua x 50
- Sisa Kg x 20
 Buat DHF Pake cairan Kristaloid yang syok (RL, Ringer asetat, RLD5)
 Untuk DF I dan II dengan rumus 7cc/kgBB/1 jam kemudian membaik  jadi 5cc membaik  3cc
sambil check vital sign per jam jika tidak membaik dengan 7 cc/KgBB/1jam maka diganti dengan
10 cc/KgBB/1jam
 Untuk DHF III (presyok) rumus 10-20cc/KgBB/<30 menit check TTV jika membaik turunkan ke
10cc/KgBB/1jam lanjut 7-5-3. Tapi jika memburuh dari 10-20cc/KgBB/<30 menit maka ubah
cairan kristaloid ke koloid 20cc/KgBB/cepat jika memburuk lanjut  koloid 10cc/KgBB/1jam
jika membaik  7-5-3
 Koloid (dextran, Haess Gelofusin)
 Untuk DHF IV (DSS) rumus 20cc/KgBB/<30 menit check TTV jika membaik turunkan ke
10cc/KgBB/1jam lanjut 7-5-3. Tapi jika memburuh dari 10-20cc/KgBB/<30 menit maka ubah
cairan kristaloid ke koloid 20cc/KgBB/cepat jika memburuk lanjut  koloid 10cc/KgBB/1jam
jika tetep memburuk  lihat apakah terdapat perdarahan atau tidak jika iya (tranfusi WBC), jika
tidak ada perdarahan kasih inotropic jika membaik lanjut 7-5-3

 TERAPI CAIRAN BUAT NEONATUS-ANAK


- Untuk cairan pada neonates usia 1-3 hari dikasihnya D10%,
- Untuk usia 3 hari-3 minggu dikasihnya D10 0,18%
- Untuk usia <6 bulan dikasin NacL 0,45%
- Untuk usia 6 bulan – 3 tahun dikasih D5 ¼
- Untuk usia >3 tahun pake D5 ½

EDUKASI :
- Apabila pada hari ke 6-7 timbul merah-merah (stocking atau gloves) ini adalah rash konvalesen
tanda penyembuhan pada pasien DBD
- Beritahu tanda-tanda warning sign (nyeri perut, muntah berkepanjangan, perdarahan mukosa,
letargi atau lemas, terdapat akumulasi cairan, hepatomegaly >2cm, HCT >20%)
- Faktor penyebab DB (3M+1M) Mengubur barang-barang tidak dipakai, Menguras tempat air,
Menutup tampat air dan Memantau tempat perkembang biakan nyamuk.

INDIKASI KRS
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
Nafsu makan membaik
Trombosit meningkat >50.000
HCT turun perlahan
TIFOID
ETIOLOGI: penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri gram negative Salmonella thypoid

PATOFISIOLOGI :
Kuman masuk secara fecal oral  masuk saluran cerna  dilambung Salmonella bisa survive karena
dia tahan asam  masuk ke usus halus  bertemu dengan imunitas humoral IgA sekretori
(mencegah perlekatan kuman dengan mukosa usus)  difagosit oleh makrofag  dan dibawa ke
payer patch (di ileum bagian distal)  karena salmonella menghasilkan endoksitosisn oleh kompleks
lipopolisakarida maka  makrofag mengeluarkan sitoki-sitokin pro inflamatori  minggu I
peradangan pada payer patch , minggu kedua nekrosis pada payer patch dan minggu ke3 bisa terjadi
ulkus  ke sirkulasi dan menginfeksi RES seperti hati dan limfe (BAKTERIMIA I)  masuk ke
sirkulasi lagi lewat ductus thoracicus dan mulai menginfeksi lebih jauh (SSP, Sutul, dll) dan dia bisa
re-enter ke usus lewat bile duct (BAKTERIMIA II).

MANIFESTASI
Panas >5hari tipenya step ladder (oleh karena peningkatan sitokin-sitokin proinflamasi)
Diare atau bahkan obstipasi, mual muntah, nyeri perut, kembung
Lidah kotor, hepatomegaly, splenomegaly
Gejala sentral : delirium, nyeri kepala frontal dll

PEMERIKSAAN
- Demam suhu>37.5
- Nyeri kepala frontal
- Pemeriksaan mulut (thypoid tongue)
- Pemeriksaan abdomen: nyeri epigastric
- Laboratorium darah: lekopeni, shift to the left
- GOLD STANDARD  Kultur empedu pake gall culture , untuk sediaannya:
 Minggu 1-2 ambil sediaan darah
 Minggu 2 ambil sediaan tinja
 Minggu 2-3 ambil sediaan urin
 Minggu 4 ambil sediaan sutul
- Serologi diperiksa kalo >5 hari
- Widal diperiksa dengan cara aglutinasi AgO (akut) AgH (pernah) : apabila titer >1/200 (+)
- Tubex dengan metode IMBI (Inhibition Magnetic Binding Immunoassay) IgM dan IgG >4 (+)
- SGOT/PT bila curiga terjadi komplikasi kearah hepar
- Lipase dan amilase jika curiga komplikasi kearah pancreas
- Radiologi BOF bila curiga perforasi (lihat apakah ada step ladder, atau adanya udara dicavum
abdomen)

TATALAKSANA
Simptomatis (kalo pusing kasih obat pusing)
 Antibiotic 1st line :
- Kotrimoksazol : 50-75 mg/KgBB/hari (oral/IV )4 dd
- Amoksisilin : 100 mg/KgBB/hari (oral/IV) 4 dd
- Ampisilin : 200 mg/KgBB/hari 4 dd selama 21 hari
 Antibiotic 2nd line:
- Sefalosporin generasi III : Ceftriaxone 50 mg/KgBB/x 2 dd atau 80 mg/KgBB/hari 1 dd IV selama
5-7 hari
- Cefixime 15-20 mg/KgBB/hari 2 dd (oral)
JIKA MDR atau TAMPILAN KLINIS BERAT

Fluroquionolone oral/IV 15 mg/KgBB/hari 2 dd

Azitromisin oral 8-10 mg/KgBB/hari

Meropenem 3 bulan -12 tahun : 10-20 mg/KgBB tiap 8jam

BB >50 Kg dosis dewasa.

KOMPLIKASI
- Intestinal / GIT : Ulkus, perforasi, peritonitis
- Paru : pneumonia
- UTI : nefritis akut, cystitis, orchitis
- CNS : meningitis, encephalitis, polyneuritis
- Osteomyelitis, arthralgia, hepatitis, relaps, tromboplebitis

EDUKASI
- Vaksinasi untuk mencegahan infeksi thypoid ada dua jenis 1. Berdasarkan sub-unit antigen
tertentu, mengandung Vi polisakarida diberikan cukup sekali secara SC/IM pada usia >2tahun
booster setiap 3 tahun. 2. (Whole cell) dari virus hidup yang dilemahkan, diberikan secara oral
berbentuk kapsul enterocoated atau sirup diberikan 3 dosis dengan selang sehari pada perut
kosong untuk anak >5tahun booster tiap tahun dan tidak boleh diberikan antibiotic 1 minggu
sebelum dan 1 minggu sesudah vaksin.
- Tirah baring untuk mencegah terjadinya perforasi atau perdarahan karena saat kita aktif maka
fungsi tubuh kita juga aktif
- Diet rendah serat untuk mengurangi kerja usus
- Boleh makan-makanan diluar asalkan dalam kondisi panas karena S.thypi mati pada suhu 60
derajat
- Jangan jajan sembarangan, harus jaga kebersihan tangan maupun makanan, seperti mencuci
tangan dengan bersih karena penyebaran lewat fecal oral dimana makanan atau alat makan atau
tangan terkontaminasi bekas tinja penderita.

INDIKASI KRS
- Sudah tidak demam 48 jam
- Makan minum baik
- BAK dan BAB baik
- Keluhan lainnya membaik
PNEUMONIA
DEFINISI : Peradangan paru oleh karena mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan protozoa,
parasit).
ETIOLOGI :
Umur Kuman penyebab
Group B streptococcus
Lahir - 3 minggu
Gram negative (E.coli)
Virus (RSV, parainfluenza, Influenza A dan B type, Adenovirus)
3 minggu - 3 bulan Chlamydia trachomatis
Strep. Pneumoniae
Strep. Pneumoniae
Virus
4 bulan – 4 tahun Group A strep. (Strep. pyogenes)
Mycoplasma pneumoniae
Strep. Lain-lainnya
Mycoplasma pneumoniae
Lebih dari 5 tahun Chlamydia pneumoniae
Strep. pneumoniae

- Bronkopneumonia merupakan pneumoni yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak
- Pneumonia lobaris sering ditemukan dengan pertambahan umur
- Pneumonia intersitial
 WHO membagi menjadi 3 bagian:
1. Bukan pneumonia : tidak terdapat trias pneumonia (demam, batuk, sesak)
2. Pneumonia : terdapat pernapasan cepat tapi sesak belum ada
3. Pneumonia berat : terdpat napas cepat, sesak (+) pernapasan lewat cuping hidung, retraksi
dinding dada.
 Macam-macam Pneumonia
1. CAP (Community Acquired Pneumonia) terjadi dalam 48 jam pertama masuk RS
2. HAP (Hospital Acquired Pneumonia) terjadi setelah 48 jam pertama masuk RS tapi belum
intubasi
3. HCAP (Health Care Acquired Pneumonia) akibat kontak dengan tenaga medis > 1 hari rawat
inap dalam 90 hari terakhir
4. VAP (Ventilator Acquired Pneumonia) terjadi paska 48 jam ventilator.
PATOFISIOLOGI :
Patofisologi pneumonia ada beberapa mekanisme karena saluran pernapasan tubuh kit aitu
dilindungi oleh beberapa system pertahanan
a. Pada bagian pertama system pernapasan ada HIDUNG dimana di hidung ada rambut-rambut
kecil yang berfungsi sebagai filtrasi partikel sebelum masuk saluran pernapasan
b. Turun agak kebawah sebelum laring ada EPIGLOTTIS yang memiliki fungsi mencegah aspirasi ke
saluran pernapasan
c. Kemudian ada REFLEKS BATUK yang dapat membuang partikel atau ekpulsi benda asing
d. Dan dalam saluran bronkiolus terminalis terdapat MUKOSILIER yang berfungsi membersihkan
partikel benda asing kea rah kranial
e. Terdapat MAKROFAG ALVEOLAR sebagai fagositer untuk memfagositosit partikel asing
f. Dan terdapat IMUNITAS LOCAL untuk menetralisir kuman, serta SYSTEM LIMFATIK sebagai
drainase.

MANIFESTASI :
Demam tinggi oleh karena peningkatan kadar sitokin
Bisa didahului dengan keluhan pernapasan (batuk dan sesak, kebiruan disekitar mulut)
Biasanya anak suka berbaring pada posisi yang sakit
Sesak dilihat dari bantuan otot pernapasan

BEDANYA BRONKIOLITIS, PENUMONIA


BRONKIOLITIS PNEUMONIA
USIA <2 tahun banyak 3-6 bulan Semua usia
PENYEBAB Virus Bakteri maupun virus
ONSET Cepat Lebih lama
Inspiratory effort:
Ekspiratory effort:
Inspeksi: Retraksi dinding dada, cuping
Inspeksi: retraksi dinding dada (subkosta,
hidung, dan sianosis.
PEMERIKSAAN interkosta, supraklavikula) ke dalam.
Auskultasi: suara napas
auskultasi wheezing, fine respiratory
bronkovesikuler/bronkial mengeras,
crackles/ronkhi
rhonki basah halus
Peribronchial opacity, air trapping,
Patchy Infiltrate, ada bronchogram
FOTO THORAKS hiperinflasi paru (bedakan sama
atau konsolidasi
pneumoni)
PCCR RSV ++ -

PEMERIKSAAN :
- Demam tinggi
- Dispnea (respiratory effort): retraksi dinding dada, cuping hidung, takipnea
- Pemeriksaan thoraks
Inspeksi: Gerakan dinding thoraks dapat berkurang pada daerah yang terkena
Palpasi: Fremitus menurun
Perkusi: normal atau redup
Auskultasi: suara napas utama melemah atau mengeras, terdapat ronkhi basah halus
- Pemeriksaan DL: Leukositosis >15.000, shift to the left tapi kalo virus bisa ke kanan
- LED jika >30 maka merupakan infeksi bakteri
- CRP (C reactive Protein) diperiksa 6-8 jam sebagai respon inflamasi >80 mg/L curiga bakteri
- Procalcitonin lebih baik dari CRP deteksi bakteri
- Kultur darah untuk membantu pada kasus yang tidak respon dengan pengobatan, sputum/swab
orofaring (sering kontaminasi sama flora normal dimulut)
- BGA dapat berguna bila curiga keadaan asidosis
Lihat PH: normal 7,35-7,45 (high: acidosis, kalo low: alkalosis)
Ingat PCO2: normal 35-45 (high: acidosis, kalo low: alkalosis)
Dan HCO3: normal 22-26 (high: alkalosis, low: acidosis)
• How to interpret:
Step1 pH tell you ‘bout acidosis or alkalosis
Step2  is PaCO2 mostly affected so its Respiratory. But is HCO3 mostly affected so its
Metabolic
For example pH : 7,55 and PaCO2 : 47 and HCO3 : 25
So  pH tell acidosis and who affected with pH is paCO2 cause its near to acidosis too
The interpretation is acidosis repiratory terkompensasi
- Foto dada: patchy infiltrate parahiler (dari tengah ke pinggir), bronchogram atau konsolidasi
penyebar (gambaram penebalan tapi biasanya pada pneumonia lobaris), penarikan trakea ke
arah yang sakit (komplikasi kalo ke arah atelektasis), terdapat gambaran loosen 2 sisi D/S dan
terdapat barrel chest serta jantung pendulum (tear drop) pada komplikasi dengan emfisema

INDIKASI RAWAT INAP:


- Usia <6 bulan
- Ada kesukaran dalam bernapas
- Sianosis
- Ada penyulit, seperti muntah-muntah maupun dehidrasi
- Imunokompremise (gizi buruk dll)
- Diduga infeksi oleh staph
- Tidak respon dengan pengobatan antibiotic oral

TATALAKSANA :
AIRWAY: lihat saturasi oksigen dengan oxymetri (normal: >97%), jika ada batuk dan sekresi lendir
yang berlebihan bisa berikan terapi inhalan dengan PZ
BREATHING : bisa diberikan oksigenasi nasal prong jika (SpO2 <95%) dan mask jika (SpO2 <90%)
CIRCULATION : berikan cairan dan kalori secara parenteral apabila tidak bisa lewat oral, jika sesak
berkurang bisa dilatih dengan diet enteral lewat NGT bertahap terus ke oral biasa.
ASIMPTOMATIS (kalo batuk kasih obat batuk tapi tidak untuk batuk kering, ya, kalo demam bisa
dikasih penurun panas )
ANTIBIOTIC
a. Pada penderita baru dan belum pernah masuk RS serta di rawat di RS lainnya sebelumnya
- Ringan yang bisa rawat jalan: amoksisilin 50-80 mg/KgBB/hari dalam 3 dd atau dengan
amoksisilin + asam klavulanat 50 mg/KgBB dalam 3 dd.
- Memerlukan rawat inap: ampisilin 100 mg/kgBB/hari IV 4 dd atau dengan ampisilin sulbactam
100 mg/KgBB/hari IV 4 dd.
- Memerlukan rawat inap dengan penyakit penyerta (ISK, Morbili, GE) : ampisilin sulbactam 100
mg/KgBB/hari IV 4 dd kalo sepsis  ampisilin 200 mg/KgBB/hari IV dalam 4 dd.
b. Pada penderita yang dirujuk dari RS lain
- Perawatan di RS lain <72 jam  ampisilin sulbactam 100 mg/KgBB/hari 4 dd
- Perawatan di RS lain >72 jam  sefotaksim 200 mg/KgBB/hari IV 3 dd atau seftriakson 100
mg/KgBB/hari 2 dd.
c. Pada penderita dengan penyakit penyerta tidak menular
- Misal penyakit jantung bawaan, kelainan hematologi dll, antibiotiknya sesuai dengan poin
pertama pake amoksisilin 50-80 mg/KgBB/hari dalam 3 dd atau dengan amoksisilin + asam
klavulanat 50 mg/KgBB dalam 3 dd.
d. Penderita dengan infeksi kuman atipik
- Spiramisin 50 mg/KgBB/hari 3dd (10-14 hari)
- Eritromisin 30-50 mg/KgBB/hari 3-4 dd (10-14 hari)
- Azitromisin 10 mg/KgBB/hari 1dd (5 hari)
- Klaritromisin 15 mg/KgBB/hari 2 dd (7-10 hari)

KOMPLIKASI :
Atelectasis
Efusi pleura
Pneumothoraks atau piopneumothoraks
Abses paru
Gagal napas
Pneumoni berulang

EDUKASI :
- Pemberian imunisasi untuk mencegah pneumonia (Influenza type B) usia 6 bulan dengan booster
usia 18 bulan kemudian diulangi tiap 1 tahun sekali dosis 0,5 ml secara IM, imunisasi (PCV) usia
2, 4 dan 6 bulan kemudian booster usia 12 bulan dengan dosis 0,5 ml IM/SC
- Pemberian ASI yang cukup
- Lingkungan rumah harus cukup ventilasi, sinar matahari bisa masuk, jangan merokok
Batuk dan Sesak

- Batuk sejak kapan? Berdahak atau tidak? Jika berdahak warna apa? Kental atau tidak? Disertai darah
atau tidak?
- Disertai dengan menggonggong atau tidak?
- Batuk ada sampai kebiruan tidak?
- Disertai demam atau tidak?
- Disertai pilek atau tidak?
- Ada Sesak? sejak kapan?
- Sesaknya bagaimana? (Dilihat dari cara pasien bernapas tersengal-sengal atau napas dalam)
- Adakah faktor pencetus timbulnya sesak? Misal: disertai infeksi atau demam sebelumnya
- Sesaknya muncul sepanjang hari atau pada waktu tertentu? Sesaknya
- memberat saat bangun atau malah saat tidur, sampai mengganggu tidur? Berapa kali dalam sehari?
Posisi yang disukai pasien saat sesak muncul? Atau posisi kalo tidur gimana?
- Adakah penggunaan obat-obatan sesak dirumah? Jika iya, digunakan berapa kali sehari? / berapa kali
penyemprotan?
- Adakah riwayat Batuk atau Sesak sebelumnya?
- Adakah riwayat alergi sebelumnya?
- Adakah riwayat alergi pada keluarga?
- Riwayat Penyakit Dahulu?
- Riwayat Penyakit Keluarga?
- Riwayat Pengobatan Sebelumnya? Obat apa?
- Riwayat Pekerjaan Orangtua? Ayah dan Ibu?
- Riwayat Tempat tinggal? Dimana? Padat penduduk? Ventilasi rumah? Air minum? Jarak tempat
pembuangan dengan tempat airminum?
- Riwayat Kehamilan? Kontrol kehamilan sebelumnya berapa kali tiap bulan?
- Riwayat Kelahiran? Lahir normal atau SC? Cukup bulan? Langsung nangis? Ada kebiruan? BBL? PBL?
- Riwayat Asupan? ASI berapa bulan? MPASI usia berapa bulan? Makan-makanan penyandang misal
sayur atau daging-dagingan? Ada alergi?
- Riwayat Tumbuh Kembang? Usia merangkak, Usia duduk, Usia Berdiri, Usia berjalan, Usia bicara dan
ngoceh-ngoceh?
- Riwayat Imunisasi? Sudah imunisasi apa aja? Usia sekarang?
ASMA

DEFINISI : Penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi kronik yang mengakibatkan obstruksi
dan hiperreaktifitas saluran respiratori dengan derajat bervariasi.
KLASIFIKASI
- Berdasarkan kapan timbulnya
Kekerapan Uraian kekerapan gejala asma

Intermiten <6x/tahun atau jarak antar gejala ≥6


minggu

Persisten >1x/bulan, <1x/minggu

ringan

Persisten >1x/minggu, namun tidak setiap hari


sedang

Persisten Gejala asma terjadi hampir tiap hari

berat

- Berdasarkan derajat serangan

Asma serangan Asma serangan berat Serangan asma dengan


ancaman henti napas
ringan-sedang

• Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata • Mengantuk


• Lebih senang duduk • Duduk bertopang • Letargi
daripada berbaring lengan • Suara napas tak terdengar
• Tidak gelisah • Gelisah
• Frekuensi napas • Frekuensi napas
meningkat meningkat
• Frekuensi nadi • Frekuensi nadi
meningkat meningkat
• Retraksi minimal • Retraksi jelas
• SpO2 (udara kamar): 90 • SpO2 (udara kamar)
– 95% < 90%
• PEF > 50% prediksi atau • PEF < 50% prediksi
terbaik atau terbaik
- Asma dikatakan terkontrol apabila
1) tidak ada gejala malam,
2) tidak ada keterbatasan aktivitas, dan
3) pemakaian reliever yang ringan.

PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI
Batuk/mengi →episodik/berulang, norkturnal, reversible, faktor pencetus, riwayat atopi
Batuk kronik berulang, sering terjadi dini hari/berhubungan dengan faktor pencetus
Batuk, wheezing, sesak napas, dada tertekan dan produksi sputum
Gejala timbul secara episodic dan berulang
Riwayat dan gejala penyakit atopi (rhinitis, dermatitis) pd pasien dan keluarga
Faktor pencetus:
o Iritan : asap, suhu dingin, udara kering, minuman dingin, pengawet penyedap pewarna makanan
o Allergen: debu, tungau debu rumah, serbuk sari
o Infeksi respiratori akut: salesma, commond cold, rinofaringitis
o Aktivitas fisik: berlarian, berteriak, menangis
Variabilitas: intensitas gejala bervariasi, ,biasanya malam hari lebih berat
Reversibilitas: gejala dpt membaik spontan atau dg obat Pereda

PEMERIKSAAN
 Pemeriksaan Fisik:
Auskultasi: Wheezing ekspirasi, pd asma berat tidak terdengar krn penurunan aliran napas “silent
chest”
Tanda-tanda alergi: geographic tongue, dermatitis atopi, allergic shiners
Tanda komplikasi/penyakit penyerta: anafilaksis, pneumonia, pneumothorax

 Pemeriksaan penunjang:
DL, igE
Peak flowmeter, spirometer (arus puncak ekspirasi)
Skin prick test dan uji tuberculin jika perlu
Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, hipertonik saline.

TATALAKSANA
Obat pengontrol dibutuhkan sesuai derajat asma bila,
Berat ASMA Medikasi Pengontrol harian
Asma intermitten Reliever aja dan digunakannya ga lebih dari 4x
sehari
Asma persisten ringan-sedang Glukokortikoid low dose (budesonide 200-400
mcg/hari) 1-2x semprot/hari terus tap off jadi 200
mcg/hari atau 1 kali semprot
Asma persisten berat Glukokortikoid medial dose (budesonide 400-800
mcg/hari) 2-4x semprot/hari + LABA (folmoterol
24 mcg/hari) 2x semprot/hari. Ingat habis itu di tap
off
Asma mengancam jiwa Glukortikosteroid high dose (>800 mcg) 4x
semprot/hari + LABA + steroid oral (prednisone 1
mg/KgBB/hari). Ingat habis itu di tap off

KOMPLIKASI
Asma resisten
Pneumothoraks
Pneumomediastinum
Gagal napas
Atelectasis
Bronchitis

EDUKASI
Mengendalikan faktor pencetus (lingkungannya, asma kan reaksi alergi oleh kompleks imun tap ikan
kita ga tau pencetusnya, makanya usahakan kira2 faktor yang bikin terjadi reaksi imunologi apa?
Misal debu /tungau/bulu binatang dll)
Hindari makanan yang berpotensi menimbulkan alergi

INDIKASI KRS
Keluhan terkendali
Perbaikan RR dan Spo2 nya udah ga dibawah 97%
Makan minum membaik
DIARE

DEFINISI : frekuensi nya >3 kali dalam sehari disertai perubahan konsistensi (peningkatan volume
air) cair. Tapi bedain ya buat neonates yang usia 1-2bulan kalo dia diare tapi tidak disertai dengan
penurunan BB berarti bisa jadi INTOLERANSI LAKTOSA.
- KLASIFIKASI :
a. Diare akut <7 hari
b. Diare berkepanjangan 7-14 hari
c. Diare kronis >14 hari

ETIOLOGI :
ETIOLOGI CIRI DIARE TATALAKSANA
Rotavirus Demaam, Diare cair, kekuningan. Ada Rehidrasi + Zinc (<6 bulan 10 mg
pantat merah karena sifat asam dari BAB kalo >6 bulan 20mg) selama 10-14
nya hari berturut-turut
Shigelosis (disentri Demam, diare >10x, lendir (+), darah (+), Cotrimoksazol 24 mg/KgBB.hari 2
basiler) tenesmus + kram perut, lemas (+) dd selama 3 hari atau ceftriaxone
50-100 mg/KgBB idd IM/IV selama
2-5 hari
Entamoeba H. Diare 4-6x, lendir (+), darah (+), bau Metronidazole 10 mg/KgBB 3 dd
(disentri amoeba) busuk selama 5 hari
-cara bedain sama entamoeba coli dalam
pemeriksaan mikros tropozoitnya ada 4
kista, kalo yang (ent.coli tropozoit ada 8
kista)
Giardia lambia Diare berlemak Metronidazole 5 mg/KgBB 3 dd
-cara bedain sama balantidium coli dalam selama 5 hari
pemeriksaan mikros bentuknya kayak
layangann dan punya flagela, sedangkan
kalo (balantidium coli bulet dan punya
rambut getar)
Vibrio cholera Diare seperti cucian beras Tetracyclin 12,5 mg/KgBB 2 dd
selama 3 hari atau Eritromisin 12,5
mg/KgBB 4 dd selama 3 hari.
Clostridium difficle Diare oleh karena pemakaian antibiotic Metronidazole 5 mg/KgBB 3 dd
(bakteri anaerob) yang lama selama 5 hari
Salmonella Demam, tenesmus (+), darah kadang- Ini sama kayak tifoid ya
kadang, warna kehijauan. pengobatannya

Kalo diare yang diakibatkan oleh E.Coli


a. EPEC (EnteroPatogenic)  Pediatri
b. ETEC (EnteroToxic)  Traveller
c. EIEC (EnteroInvasive)  Bloody Diare
d. EHEC (EnteroHemorragic)  Hemorragic Colitis o/k HUS (Hemolitic Uremic Syndrome) yang ini
mirip sama shigellosis makanya disebut Shigella like toxic jadi dia punya 2 toxin yang
mengakibatkan inflamasi pada usus disertai adanya Gangguan Hemolitic, Trombositopeni dan
AKI (ini syndrome HUS)
e. EAEC (EnteroAggregative)  pada orang yang HIV

PATOFISIOLOGI : ada dua patfis utamanya


a. Secretory  toxin bakteri masuk  meningkatkan aktivitas adenyl siklase  CAMP meningkat 
efeknya mengakibatkan inhibisi absorbs Na sama K diusus  banyak ikut keluar makanya ntar di
BABnya selain berair volumenya juga banyak tapi osmolaritasnya normal. Ini BAHAYA soalnya
bisa mengakibatkan imbalance elektrolit
b. Osmotic  adalah suatu gangguan absorbs oleh karena invasi dari bakteri maupun virus yang
selanjutnya lama-kelaman mengakibatkan  kerusakan pada vili-vii intestinal (yang
mengandung enzim lactase sama lipase)  jadi makanan yang mengandung laktosa sama lipase
bakalan ga dipecah dan ga di absirbsi di usus akhirnya  masuk ke usus besar yang disana ada E.
Coli  sama E. COli akhirnya di fermentasi  menjadi CO2 (kentutnya banyak dan kembung),
H2S (BAB bau busuk) dan NH3 (pH Asam), selain itu tandanya bisa pantat merah terus
osmolaritasnya tinggi  bisa dihentikan dengan berpuasa dulu.

MANIFESTASI :
Sesuai kayak bakteri penyebabnya ya…tapi bisa kit acari untuk tanda-tanda dehidrasi
- Misal kita tanyakan kencingnya banyak apa dikit, warnanya gimana
- Keluhan penyerta kayak demam, batuk pilek, rewel
- Tanyain juga intake makan dan minumnya gimana?

PEMERIKSAAN :
Tanda-tanda dehidrasi:
- Penurunan kesadaran ada apa nggak?
- Lihat mata cowong ada apa nggak?
- Turgor kulit
- Akral
- CRT
- TD kalo anak >5 tahun
- HR dan RR
- Bising usus nya didengar meningkat pada kondisi lapar atau bahkan pada diare karena
motilitas ususnya
 LABORATORIUM
- DL (Hb, Plt, Hct, Leu, Hitung leukosit, Albumin)
- FL
- GD
- Clini test  curiga ke arah intoleransi laktosa
- Benzidine test  buat liat adakah perdarahan yang ga dapat dilihat dengan makros maupun
mikros
- Floating test  buat lihat telur dengan metode apung
- Kultur indikasi pada diare berkepanjangan atau pada diare kronis
- SE kalo curiga imbalance cairan

TATALAKSANA :
Ingat OZANA
- Oralit
- Zinc
- ASI atau asupan makanan yang rendah serat
- Nasehat orang tua
- Antibiotic selectiv sesuai kuman penyebab
KOMPLIKASI :
- Dehidrasi
- Gangguan elektrolit :
Kalo terjadi Hyper Na (>150 mmol/L) hipertensi sama edem
Kalo terjadi hypo Na (<130 mmol/L) TD turun, syok
Kalo terjadi hyper K (>5 mmol/L) cardiac arrest otot jantung
Kalo terjadi hypo K (<3,5 mmol/L) bisa mengakibatkan kelemahan otot, ileus paralitik, gangguan
fungsi ginjal, dan aritmia jantung

EDUKASI :
Bakteri penyebab diare bisa ditularkan lewat fecal oral jadi butuh pencegahan
- Mencuci tangan sehabis nyebokin anaknya sampe bersih
- Cara memberikan ASI yang bener:
• Kenali apakah bayi haus? (dilihat bayi biasanya buka mulut kayak nguap atau malah
nangis dan biasanya mencari-cari dengan nolehin kepala kesan kemari)
• Saat memberikan ASI jangan sodorkan putting susu ibu tapi biarkan bayi mencarinya
dengan cara dekatkan kepala bayi ke arah susu ibu
• Setelah bayi menemukan putting susu ibu, biarkan dia membuka mulut yang lebar posisi
yang benar yaitu bagian bawah mulut bayi menyentuh bagian bawah areola dengan bibir
menghadap kearah luar sehingga tidak ada celah
• Putting menempel diatas dinding mulut bayi sehingga pengeluaran asinya lancer dan tidak
mengakibatkan rasa sakit pada putting ibu
• Bayi yang menyusu dengan baik pipinya akan mengembung
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyuapi anaknya pada pemberian MPASI
- Penggunaan air bersih
- Pemberian susu formula botol yang bener:
 Menyajikan air panas sampai 100 derajat, tunggu sampai 75 derajat lalu diisi susu
 lalu pengocokan tidak boleh ujung dot menyentuh tangan melainkan harus ditutup pakai tutup
botolnya dulu baru dikocok.
 Kan ini panas ya,,,jadi kalo mau didinginin biar rada angetgitu direndam di air biasa
- Pembersihan dot bayi :
 Menggunakan air panas, terus letakkan dibaskom
 Pisahkan botol dan dot nya kemudian rendam
 Bersihkan menggunakan sikat botol, agar bagian yang dalam bisa dibersihkan
 Bilas dengan air mengalir
 Kemudian keringkan sebelum dipakai/disimpan
- Imunisasi

INDIKASI KRS :
- Jika keluhan membaik
- Makan dan minum baik
- Output Kembali normal
MALNUTRISI

DEFINISI: didefiniskan sebagai suatu keadaan klinis diakibatkan oleh karena tidak terpenuhnya
kebutuhan protein dan energi. bisa karena asupan yang kurang/kebutuhan dan pengeluaran yang
meningkat/ kedua-duanya secara bersamaan. Sering disertai dengan kekurangan zat gizi lainnya

KLASIFIKASI:
 KEP primer  keadaan akibat kekurangan asupan nutrisi yang didasari oleh masalah social
ekonomi, Pendidikan serta rendahnya pengetahuan dalam bidang gizi.
 KEP sekunder  oleh karena infeksi kronis / penyakit bawaan / kelainan pada system pencernaan
dan metabolic sehingga mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang
menurun dan kehilangan yang meningkat.

PATOFISIOLOGI :
Berkaitan dengan pemecahan bahan makanan ditubuh yang diubah kemudian menjadi energi
- Jika makanan tidak adekuat maka  mobilisasi cadangan makanan untuk menghasilkan kalori,
yaitu pembakaran karbohidrat awalnya terus kalo udah habis maka yang akan dipecah
selanjutnya adalah cadangan lemak dan protein dalam tubuh  proses ini disebut katabolic.
- Pada kondisi terjadi infeksi pada anak tersebut  maka akan terjadi peningkatan kebutuhan
protein buat infeksinya tapi kan protein tadi dah dipecah juga buat energi (stress katabolik) 
defesiensi protein dalam tubuh. Terus kalo lama-lama maka energi pun bakal berkurang.
- Makanya tahapannya kalo kejadian KEP ini:
1. Kwarshiorkor karena awalnya defisiensi protein yang parah kan biasanya kurvanya di -3SD
dimana perawakannya mata sayu, wajah bulat dan sembab, edem kaki, rambut jagung, dan crazy
pavement dermatosis (kulit sehat kan warna pink nah pada anak ini warnanya berubah jadi
coklat kehitaman dan terkelupas)
2. Marasmik-kwarshiorkor ini tahapan selanjutnya dimana kurva nya mulai dibawah -3SD kalo
dari ciri anaknya ada ciri dari marasmus dan kwarshiorkor
3. Marasmus ini tahapan yang terakhir dari KEP, dimana tad ikan defisiensi protein yang berat nah
pada marasmus disertai defisiensi energi yang parah juga, kurvanya di bawah -3SD dan sulit buat
naik, ciri pada anaknya look like an old man, iga gambang sama Baggy pants

PEMERIKSAAN
- Pada anak malnutrisi biasanya ada Disfunctional organ, like:
- Jantung : nilai cardiac output pasien, lihat TD nya, lihat perfusi di perifernya
- GIT : karena ada kekurangan asupan jadi pasti PH lambungnya meningkat, terus motilitas
ususunya juga
- Urologi : nilai output urine nya sama BAB nya
- Immune : karena kan dia defisiensi protein jadi pembentukan immune (AB) terganggu, makanya
kalo kena infeksi ga bakal ada tanda2 peradangan ditemukan, jadi kalo kena infeksi bakal terjadi
hipoglikemi sama hipothermi.
- Liver : sintesis protein menurun, kerja bile duct buat detoksifikasi juga turun, gluconeogenesis
juga turun akhirnya bisa terjadi hipoglikemi.
- Endokrin system : insulin turun soalnya kan ga ada intake makanan jadi ga ada glukosa yang
perlu diangkut ke sel, tapi kortisol naik karena ada stress terus buat fungsi2 kortisol yang lain
adalah (meningkatkan glukosa darah dengan cara glikogenolisis dan gluconeogenesis, terus
meningkatkan proteolysis dan lipolysis, antiimunitas tubuh dengan menghambat system limfosit
dan AB).
- Kulit, otot dan kelenjar : terjadi atrofi otot

TATALAKSANA  INGAT 10 LANGKAH dalam 3 FASE


1. Fase Stabilisasi 1-2 hari
a. Hipoglikemi (<54 mg/dl), dilihat dari klinisnya ada Letargi, Hipothermi.
 What to do?  F75 pertama buat anak sadar, kalo ternyata F75 ga ada  kasih glukosa
10% sebanyak 50 cc oral/NGT dan beri makan setiap 2-3 jam sedikit-sedikit
 Buat anak yang ga sadar  glukosa 10% 5cc/KgBB dan larutan gula pasir 50 cc secara
NGT
 Terus cek GDA 30 menit kemudian
b. Hipothermi (<35,5 derajat celcius)  jaga tetep hangat dengan berikan pakaian sampe
kepala, dan letakkan dibawah lampu yang 40W dengan jarak 5 cm
c. Dehidrasi karena tandanya ga khas jadi liat dari output yang meningkat atau bahkan ga ada
sama input yang berkurang
 What to do?  kasih ReSoMal (mengandung Na: 37,5 mmol/L, K: 40 mmol/L dan Mg: 3
mmol/L) 5 ml/KgBB setiap 30 menit selama 2 jam  kemudian setelah 2 jam lanjut 5-
10 cc/KgBB/jam selang seling sama F75 jumlahnya sama selama 10 jam
2. Fase Transisi
a. Elektorlit  biasanya defisiensi Mg dan K, sedangkan Na tinggi makanya edem
(kwarshiorkor) so terapinya kasih  mineral mix yang udah ada F75/F100/ReSoMal kalo ga
ada mineral mix
Diganti bubuk KCL cara buat cairannya gini:
 Oralit WHO 1 sach (200 ml) + gula pasir 10 g + larutan mix 8 ml (kalo ga ada ganti
bubuk KCL 0,8 mg) + air 400 ml.
b. Infeksi : kaasih profilaksis
 Cotrimoksazol : 25mg/5 ml 2 dd selama 5 hari
 Ampisilin (kalo ada letargi, syok atau komplikasi lainnya) : 50 mg/KgBB/hari 4 dd
selama 2 hari terus lanjut pake amoxicillin 15 mg/KgBB/hari 3 dd selama 5 hari
 Kloramphenicol (kalo ga baik dalam 48 jam dengan pemberian ampisilin sama
amoxilin tambahin kloram) : 25 mg/KgBB/hari 3 dd selama 5 hari
c. Def. zat mikro (multivitamin)
 Asam folat (5 mg pada hari 1 selanjutnya 1 mg/hari)
 Seng (2 mg/KgBB/hari)
 Tembaga (0,3 mg/KgBB/hari)
 Vitamin A sesuai usia
< 6 bulan : 50.000 (1/2 kapsul BIRU)
6-12 bulan : 100.000 (1 kapsul BIRU)
>12 bulan : 200.000 (2 kapsul MERAH)
d. Pemberian makanan awal
 Ngasihnya dalam jumlah sedikit tapi sering (rendah osmo dan laktosa)
ZAT GIZI Stabilisasi Transisi Rehabilitasi
Kalori 80- 100 100-150 150-270
Protein 1- 1,5 2-3 4-6
Cairan 100- 130 150 150-200

Jangan lupa monitoring  BB, BAB dan BAK, jumlah makannya sama apakah ada
muntah?
 Kenaikan BB baiknya >10gram/hari (kalo <5 gram kurang baik)
3. Fase Rehabilitasi
a. Zat gizi mikro ini lanjutan dari fase transisi ya (Ferrosulfat aja dikasihnya 3
mg/KgBB/hari)
b. Tumbuh kejar  tandanya anak mencapai fase ini : nafsu makan baik, edem minimal/hilang
makanan dari F75 ganti ke F100,
c. Stimulasi sensorik  ungkapan kasih saying, kasih lingkungan yang ceria, terapi bermain
selama 15-30 menit/hari
d. Dermatosis pada kwarshiorkor  terjadi pengelupasan/ ulserasi pada tungkai, perineum
maupun paha  kompres pake KmnO4 terus kasih salep antifungal.

KOMPLIKASI
- REFEEDING SYNDROME : Oleh karena pemberian kalori yang langsung tinggi  KASIHNYA
BERTAHAP dari 50% terus 75% lanjut 100%
Tanda refeeding syndrome adalah HipoFosfat, HipoKalemi, HipoMg  disaritmia, heart failure,
gagal napas akut, koma, paralisis, disfungsi hati, nefropati.
- OVERFEEDING SYNDROME : oleh karena peningkatan kadar CO2
Tandanya hiperventilasi, edema paru, dan gagal napas
TB ANAK

DEFINISI
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI
PEMERIKSAAN
TATALAKSANA
KOMPLIKASI
EDUKASI
INDIKASI KRS
ANEMIA

DEFINISI
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI
PEMERIKSAAN
TATALAKSANA
KOMPLIKASI
EDUKASI
INDIKASI KRS

Anda mungkin juga menyukai