Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS PENDEKATAN SEMANTIK PADA SYAIR PAKKIOK

BUNTING MAKASSAR
¹Siti Aulia Insani, ²Ida Sartika Amnur
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
¹insaniaulia016@gmail.com, ²idasartikaamnur@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan teori-teori semantik pada syair
Pakkiok Bunting Makassar. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskripsi kualitatif. Data yang diperoleh dari penelitian ini menghasilkan teori
semantik yang terdapat pada syair Pakkiok Bunting Makassar. Terdapat beberapa
jenis-jenis teori semantik yang yang terkandung pada syair pilihan peneliti yaitu,
makna leksikal, kategori pendamping nomina pelaku, kategori prndamping verba
kualitas, kategori pendamping adjektiva kualitas, dan pendamping klausa harapan.
Kata kunci : Semantik, syair Pakkiok Bunting Makassar.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sastra
1. Pengertian Sastra

Sastra merupakan bagian dari gambaran kehidupan social yang


disajikan melalui perenungan sehingga dapat hasil karya yang tercipta
benar-benar citraan dari perkemangan zaman yang terjadi pada
masyarakat. Di dalam karya sastra sering kita jumpai berbagai kisah
yang menggambarkan kehidupan sosial masyarakat seperti politik,
ekonomi sosial, budaya, dan agama. Oleh karena itu, meskipun
dikatakan karya fiksi, sebuah karya sastra tidak serta-merta murni
sebuah hayalan dan imajinasi. Akan tetapi, sebuah karya sastra lahir
melalui tempaan pengalaman penulisnya.

Parsons (dalam Wahid, 2004: 15) mengatakan bahwa sastra


adalah sebuah pola tindakan komunikasi, kolektif, ekspresif dan dapat
bersifat instrumental ataupun menjadi lembaga primer dalam suatu
lingkungan subkultural tertentu. Kesusastraan adalah mengungkapkan
dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan
manusia dan masyarakat melalui bahasa sebagai medium dan punya
efek positif terhadap kehidupan manusia.

Karya sastra merupakan media bagi pengarang untuk


menuangkan dan mengungkapkan ide-ide hasil perenungan tentang
makna dan hakikat hidup yang dialami, dirasakan dan disaksikan.
Seorang pengarang sebagai salah satu anggota masyarakat yang kreatif
dan selektif ingin mengungkapkan pengalamannya dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari kepada para penikmatnya. (Rokhmansyah
2014)

2. Jenis-jenis sastra
a. Puisi
Kata puisi berasal dari bahasa Yunani kuno ‘poieo’ atau
‘poio’yang berarti saya mencipta. Secara mudahnya, puisi
didefinisikan sebagai seni tertulis di manabahsa digunakan untuk
kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Menurut Waluyo (dalam Damayanti, 2013: 10) menyatakan bahwa
puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulang
suara sebagai ciri khasnya.

Menurut Wirdjosoedarmo (dalam Damayanti 2013: 12), puisi


merupakan karangan yang terikat oleh banyak baris dalam tiap bait,
banyak kata dalam tiap baris, banyak suku kata dalam tiap baris, rima,
dan irama. Sedangkan menurut Sayuti (2008: 3) puisi adalah
pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi
di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional,
dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individu dan
sosialnya, yang diungkapkan dengan teknik tertentu, sehingga puisi itu
dapat mengakibatkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca
atau pendengarnya.(Rokhmansyah 2014)

Jenis-jenis puisi
1) Puisi lama
a) Karmina
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh :
Dahulu parang sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
b) Seloka

Seloka adalah pantun berkait. Contohnya adalah sebagai


berikut:

Lurus jalan ke Payakumbuh


Kayu jati bertimpal jalan
Di mana hati takkan rusuh’
Ibu mati bapak berjalan.
c) Gurindam

Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2


baris,bersajak a-a-a-a, berisi nasihat. Contohnya adalah sebagai
berikut:

Kurang piker kurang siasat (a)


Tentu dirimuakan tersesat (a)
d) Syair

Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan cirri


tiapbait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.

Contoh :

Pada zaman dahulu kala (a)


tersebutlah sebuah cerita (a)
sebuah negeriyang aman dan sentosa (a)
dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
e) Talibun

Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8,


ataupun 10 baris. Contohnya sebagai berikut :

Kalau anak pergi ke pecan


Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Indung semang cari dahulu (Akmal 2015)
f) Mantra
Mantra adalah salah satu genre puisi lisan. Banyak ragam
mantra yang dimiliki oleh kelompok etnik atau pun masyarakat
tradisi, baik sebagai rangkaian ritual maupun sebagai semacam
doa-doa keseharian dalam mendekatkan diri Sang Pencipta.
Menurut Zaidan dkk. (2007: 127) mengemukakan bahwa mantra
adalah puisi melayu lama yang dianggap mengandung kekuatan
gaib, yang biasanya diucapakan oleh pawang atau dukun untuk
mempengaruhi kekuatan alam semesta dan binatang. Sedangkan
Djamaris (1990: 20) bahwa mantra itu tidak lain adalah suatu
gubahan bahasa yang diresapi oleh kepercayaan kepada dunia yang
ghaib dan sakti. (Hamidin 2016)

2) Puisi Baru
Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan
yang ada pada puisi lama. Puisi baru memiliki tujuh jenis, yaitu:
ode, epigram, romance, elegi, satire, himne, dan balada (Ristri
Wahyuni, 2014:51-68).

a) Ode
Ode adalah puisi yang mengungkapkan sanjungan atau
pujaan kepada orangorang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat
resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang
mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau
peristiwa umum.
b) Epigram
Epigram adalah puisi yang berisi tentang ajaran hidup atau
tuntutan ke arah kebenaran.
c) Roman
Roman adalah puisi yang berisi tentang kisah-kisah
percintaan.
d) Elegi
Elegi adalah puisi yang berisi tentang ratap tangis atau
kesedihan.
e) Satire
Satire adalah puisi yang berupa sindiran atau kritik kepada
penguasa atau orang yang memiliki kedudukan (jabatan).
f) Himne
Himne adalah puisi yang berisi pujian-pujian untuk Tuhan
atau pujaan-pujaan untuk tanah air tercinta serta pahlawan yang
telah ikut berjuang membela kemerdekaan.
g) Balada
Balada adalah puisi yang menceritakan tentang kisah dari
sebuah karangan pribadi, mitos, atau legenda yang diyakini
kebenarannya di masyarakat.(Utari 2017)

b. Prosa
Prosa merupakan bentuk karya sastra yang diuraikan
menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak terikat oleh aturan-
aturan seperti dalam puisi.
Jenis-jenis prosa :
1) Cerpen
Cerpen merupakan prosa yang relatif pendek.
2) Novelet
Novelet adalah bentuk prosa yang panjangnya antara
cerpen dan novel.
3) Novel
Novel adalah cerita dalam bentuk prosa fiksi dalam ukuran
yang luas.(Wicaksono n.d.)
c. Drama
Drama berasal dari kata Yunani, yaitu draomai yang berarti
berbuat, bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Jadi, kata drama
dapat diartikan sebagai perbuatan atau tindakan. Pada umumnya,
drama mempunyai dua arti, yaitu drama dalam arti luas dan drama
dalam arti sempit. Dalam arti luas, pengertian drama adalah semua
bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukkan di
depan orang banyak. Sedangkan, dalam arti sempit, pengertian
drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang
diproyeksikan ke atas panggung.
Jenis-jenis drama
1) Tragedi adalah drama yang penuh dengan kesedihan.
2) Komedi adalah drama penggeli hati yang penuh dengan kelucuan.
3) Tragekomedi adalah perpaduan antara drama tragedi dan komedi.
4) Opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi
musik.
5) Melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dengan
diiringi melodi atau musik.
6) Farce adalah drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak
sepenuhnya dagelan.
7) Tablo adalah jenis drama yang mengutamakan gerak, para
pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakan-
gerakan.
8) Sendratari adalah gabungan antara seni drama dan tari.(Nusantara
2016).

B. Teori semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics) berasal
dari bahasa Yunani sema (kata benda yang berarti “tanda” atau
“lambang”). Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau
“melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini
sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik (prancis : signe
linguistique) seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure
(1966), yaitu yang terdiri dari (1) komponen yang mengartikan, yang
berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen yang diartikan
atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini adalah
merupakan tanda atau lambang; sedangkan yang ditandai atau
dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim
disebut referen atau hal yang ditunjuk.
Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang
digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara
tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata
lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti
dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu
tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis
bahasa : fonologi, gramatika, dan semantik.
1. Makna leksikal dan makna gramatikal
Leksikal adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina
leksikon (vokabuler, kosa kata, perbendaharaan kata). Satuan dari
leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna.
Gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara
unsur-unsur gramatikal dalam satuan gramatikal yang lebih besar.
Misalnya, hubungan morfem dan morfem dalam kata, kata dan
katalain dalam frasa atau klausa, frasa dan frasa dalam klausa atau
kalimat.
2. Kategori verbal
Leksem-leksem verbal dalam bahasa Indonesia secara semantik
dapat ditandai dengan mengajukan tiga macam pertanyaan terhadap
subjek tempat “verba” menjadi predikat klausanya. Ketiga pertanyaan
itu adalah (1) apa yang dilakukan subjek dalam klausa tersebut, (2) apa
yang terjadi terhadap subjek dalam klausa tersebut, dan (3) bagaimana
keadaan subjek dalam klausa tersebut.
3. Kategori adjektival
Leksem-leksem ajektival dalam bahasa Indonesia secara semantik
adalah leksem yang menerangkan keadaan suatu nomina atau
menyifati nomina itu. Secara sintaktik adalah leksem yang dapat
diawali kata ingkar tidak dapat diawali kata pembanding paling, dan
dapat direduplikasikan serta diberi imbuhan se-nya (lihat Ramlan
1985, Harimurti 1986, dan Moeliono 1988). Jadi, leksem-leksem
seperti baik, tua, dan lebar adalah termasuk ajektival karena dapat
memenuhi ketiga kriteria tersebut.
4. Pendamping nomina, verba, adjektiva, dan klausa
a) Hal atau perkara. Leksem yang digunakan adalah tentang,
mengenai, perihal, dan masalah. Pendamping ini lazim digunakan
di depan nomina yang berada dalam suatu klausa intransitif.
b) Pelaku. Leksem yang digunakan adalah kata oleh yang
ditempatkan di muka nomina.
c) Kualitas. Leksem yang digunakan antara lain: sangat, agak, cukup,
paling, dan sekali. Leksem-leksem ini lazimnya mendampingi
verba keadaan.
d) Kualitas. Leksem yang digunakan adalah kata-kata sangat, agak,
cukup, paling, sekali, maha, dan serba.
e) Kepastian. Leksem yang digunakan adalah pasti, tentu, dan
memang.
f) Harapan. Leksem yang digunakan adalah kata-kata moga-moga,
semoga, mudah-mudahan, hendaknya, sebaiknya, dan seharusnya.
(Abdul Chaer 2009)

C. Kerangka pikir

Sastra adalah sebuah pola tindakan komunikasi, kolektif, ekspresif


dan dapat bersifat instrumental ataupun menjadi lembaga primer dalam
suatu lingkungan subkultural tertentu (Parsons dalam Wahid, 2004: 15).
Sastra terbagi atas tiga yaitu, puisi, prosa, dan drama. Adapun jenis-jenis
puisi terbagi atas dua yaitu puisi lama dan puisi baru. Puisi lama terdiri
dari syair, seloka, pantun, gurindam, karmina, mantra, dan talibun. Dalam
penelitian ini dikhususkan pada jenis puisi lama tepatnya syair.

Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4
baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita. Pada penelitian ini, teori
yang digunakan adalah teori semantik.

Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari arti/makna


yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain.
Dengan kata lain, semantik adalah pembelajaran tentang makna.

Adapun jenis semantik yang digunakan pada penelitian ini adalah


makna leksikal dan gramatikal, kategori verbal, kategori adjektival, dan
pendamping nomina, verba, adjektiva, dan klausa. Adapun kerangka
penelitian ini adalah sebagai berikut.
SASTRA

PUISI PROSA DRAMA

LAMA BARU

SYAIR SELOKA KARMINA TALIBUN

PANTUN GURINDAM MANTRA

Pakkiok Bunting Makassar

SEMANTIK
Makna Makna K. K. P. P. P. P.
Gramatikal Verbal Adjektiv Nomina Verba Adjektiva Klausa
Leksikal
al
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis


peneltian kualitatif, karena penelitian kualitatif adalah jenis penelitian
yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau
bentuk hitungan lainnya.(Gunawan n.d.)

B. Data dan sumber data


1. Data
Data pada penelitian ini berupa data dari teori semantik yaitu
makna leksikal dan gramatikal, kategori verbal, kategori adjektival,
dan pendamping nomina, verba, adjektiva, dan klausa.

2. Sumber data
Sumber data pada penelitian ini berasal dari Syair Pakkiok Bunting
yang ada pada masyarakat Makassar yang diambil pada skripsi yang
berjudul ”makna ungkapan dalam syair Pakkiok Bunting Makassar
(analisis pendekatan semantik) oleh Kasmawati Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Makassar tahun 2001”.

C. Teknik pengumpulan data


1. Membaca berulang-ulang syair Pakkiok Bunting Makassar
2. Memberi tanda
3. Menyalin data
4. Menganalisis data
5. Klasifikasi data
D. Teknik analisis data
Data yang sudah ditemukan pada proses pengumpulan data,
selanjutnya dianalisis menggunakan teori Semantik yang terdiri atas
makna leksikal dan gramatikal, kategori verbal, kategori adjektival, dan
pendamping nomina, verba, adjektiva, dan klausa.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Pada bab ini diuraikan secara rinci hasil penelitian yang ditemukan.
Dalam membahas hasil penelitian ini, penulis menguraikan secara
sistematis dan konkret tentang pengolahan data sesuai dengan hasil
yang ditemukan. Artinya, hasil analisis data diurutkan menurut urutan
yang semestinya.
Dalam mendeskripsikan makna dari syair Pakkiok Bunting
Makassar maka langkah-langkahnya adalah memperlihatkan bentuk
dan wujud syair Pakkiok Bunting. Selanjutnya, menganalisis makna
syair Pakkiok Bunting. Setiap kutipan syair Pakkiok Bunting yang
dikemukakan disertai dengan penjelasan yang akan memperlihatkan
kebenaran analisis peneliti.

1. Wujud syair Pakkiok Bunting Makassar

Iadendek, iadendek
Niak tojengminne mae
Bunting salloa nitayang
Salloa niminasai

Nirurungamminjo mae
Risikamma sahabakna
Nilimpo-limpo
Ri bija pammanakanna

Pammanakang lanri ammak


Bija battu ri manggena
Marannu ngaseng
Tekne ngaseng pakmaikna

O … daeng bunting
Nampai amung-amungnu
Kucinik ri mabellaya
Na nakanamo atingku
Anak matua sallang
Lompo pace ri bijanna

O … daeng bunting
Kukasukmangko la niak
Kutaklangerang la battu
Kungngalle memang
Berasak ilalang tobang
Kupasileok bente ri talang-talang
Nakamma todong
Sileokna sumangaknu

Daeng bunting
Nampai tappuk kanaya anggek
Ri atinnu ngolo mae
Na kulebakki ana tumappasalasa

Daeng bunting pakmaik bajik nubattu


Iami anne
Salloa niminasai

O … daeng bunting
Kuissennamo antu
Kiklamung memangmo lintak
Unti tekne ri tukaknu
Dalima ri paladannu
Anggorok ri timungannu

Anaknu tompa sallang


Angkattilangko bunganna
Cucunnu tompa sallang
Angngalleangko rapponna

Lonna makrappo sallang


Daeng bunting
Dalimanu anggoroknu
Numassare kiri kanan
Akbuccuk tommi
Dokekna unti teknenu

Oh daeng bunting
Kanang-kanangnu kucinik anggek
Bajikna tassimbaraknu
Dale takbuak
Kamma tassimbaraknu

O …daeng bunting
Bajik singaiko sallang
Ninanronu kalabini
Numassaro sipakaingak
Lonnu niak takkaluppa
Nutea situmpak-tumpak

O .. daeng bunting
Tuna laloko pakmaik
Ikau sikalabini
Nungurangi ri kalennu
Nutea matinggi langga
Antu bijannu
Lakbui mammaling-maling

O … daeng bunting
Salamakko makkalabini
Matuako empo ri lino
Na nugappa minasannu
Lakbu umuruknu salamak ri lino
Onjompa ri akheraknu

Bunting manaimako mae


Ri ballak akmatoang
Seppakji ballak
Na maluarak pakmaik

2. Terjemahan dari syair Pakkiok Bunting Makassar

Iadendek, iadendek
Niak tojengminne mae
Bunting salloa nitayang
Salloa niminasai
Terjemahannya
Iadendek, iadendek
Sungguh kini telah datang
Mempelai yang telah lama kutunggu
Yang telah lama diharapkan
Makna ungkapan syair di atas adalah menunggu kedatangan
orang yang telah lama dinantikan atau menunggu kedatangan
seorang kekasih yang tidak akan lama lagi menjadi seorang
suami.

Nirurungamminjo mae
Risikamma sahabakna
Nilimpo-limpo
Ri bija pammanakanna
Terjemahannya
Diiringilah dia kemari
Oleh semua sahabatnya
Dikelilingi
Oleh sanak keluarganya
Makna ungkapan syair di atas adalah semua keluarga
pengantin sangat berbahagia dan bergembira ria. Oleh karena
itu, sanak keluarganya turut mengantar mempelai laki-laki ke
rumah mempelai perempuan.

Pammanakang lanri ammak


Bija battu ri manggena
Marannu ngaseng
Tekne ngaseng pakmaikna
Terjemahannya
Sanak dari ibu
Keluarga dari ayah
Semua bergembira
Semua bersenang hati
Makna ungkapan syair di atas adalah keluarga besar mempelai
turut bergembira, baik keluarga dari ayahnya maupun keluarga
dari ibunya. Semua sangat bergembira menyambut
perkawinannya.
O … daeng bunting
Nampai amung-amungnu
Kucinik ri mabellaya
Na nakanamo atingku
Anak matua sallang
Lompo pace ri bijanna
Terjemahannya
Oh sang mempelai
Baru saja pembawaanmu
Kupandang dari kejauhan
Maka berbisiklah hatiku
Anak bertuah engkau nanti
Besar pengasih pada keluarganya
Makna ungkapan syair di atas adalah seorang yang jatuh cinta
pada pandangan pertama. Cinta itu tumbuh disebabkan oleh
kepribadian yang menarik dari seseorang laki-laki. Sejak itu
menganggap bahwa orang tersebut pengasih dan penyayang
pada keluarganya. Kemudian ia bersungguh-sungguh
mencintainya dan ingin menjadi
belahan jiwa (istrinya).

O … daeng bunting
Kukasukmangko la niak
Kutaklangerang la battu
Kungngalle memang
Berasak ilalang tobang
Kupasileok bente ri talang-talang
Nakamma todong
Sileokna sumangaknu
Terjemahannya
Oh sang mempelai
Kutahu engkau akan datang
Lalu aku mengambil beras di dalam gentong
Lalu kucampurbertih di dalam lubang
Agar seperti juga
Bercampurnya semangatmu
Makna ungkapan syair di atas adalah dipesankan kepada kedua
mempelai agar selalu bersatu dalam mengarungi kehidupan
bahtera rumah tangga, seperti bersatunya beras dengan bertih.

B. Pembahasan

Syair Pakkiok Bunting Makassar terdiri atas 3 kata yakni syair,


pakkiok, dan bunting. Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab
dengan cirri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Syair dapat pula berarti sajak atau puisi. Pakkiok dalam bahasa
Makassar sama dengan kata memanggil dalam bahasa Indonesia. Kata
bunting dalam bahasa Indonesia sama dengan pengantin. Jadi, syair
Pakkiok Bunting Makassar diartikan sebagai kata atau puisi yang
diucapkan ketika pengantin laki-laki datang ke rumah pengantin
perempuan, begitupun sebaliknya.
Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dijelaskan bahwa
pada bait pertama yang isinya sebagai berikut

Iadendek, iadendek
Niak tojengminne mae
Bunting salloa nitayang
Salloa niminasai

Bait tersebut mengandung makna leksikal karena makna leksikal


dapat pula dikatakan sebagai makna yang sungguh-sungguh nyata
dalam kehidupan kita. Sesuai dengan terjemahan bait tersebut bahwa
mempelai perempuan telah lama menanti kedatangan mempelai laki-
laki dimana itu sungguh nyata adanya.

Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dijelaskan bahwa


pada bait kedua yang isinya sebagai berikut

Nirurungamminjo mae
Risikamma sahabakna
Nilimpo-limpo
Ri bija pammanakanna

Bait tersebut mengandung makna kategori pendamping nomina


pelaku karena pada pendamping nomina pelaku, leksem yang
digunakan adalah kata oleh yang ditempatkan di muka nomina dan
pada terjemahannya dijelaskan pula bahwa mempelai laki-laki diiringi
oleh keluarga dan sahabatnya dengan suasana hati yang gembira.

Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dijelaskan bahwa


pada bait ketiga yang isinya sebagai berikut

Pammanakang lanri ammak


Bija battu ri manggena
Marannu ngaseng
Tekne ngaseng pakmaikna

Bait tersebut mengandung makna kategori pendamping nomina


pelaku dan pendamping verba kualitas karena kategori pendamping
nomina pelaku, leksem yang digunakan adalah kata oleh yang
ditempatkan di muka nomina dan kategori pendamping verba kualitas,
leksem yang digunakan adalah sangat dan leksem ini lazimnya
mendampingi verba keadaan. Dan terjemahan pada bait ini
menjelaskan tentang mempelai pria diantar oleh keluarganya baik itu
keluarga dari ibu maupun keluarga dari ayah, semua keluarga sangan
bergembira menyambut pernikahan kedua mempelai.

Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dijelaskan bahwa


pada bait keempat yang isinya sebagai berikut

O … daeng bunting
Nampai amung-amungnu
Kucinik ri mabellaya
Na nakanamo atingku
Anak matua sallang
Lompo pace ri bijanna

Bait tersebut mengandung makna kategori pendamping adjektiva


kualitas karena leksem yang digunakan pada makna pendamping
adjektiva kualitas menggunakan kata sangat dan pada terjemahan
dijelaskan bahwa mempelai laki-laki sangat mencintai mempelai
perempuan dan dianggap juga sangat mengasihi dan menyayangi
keluarganya.

Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dijelaskan bahwa


pada bait kelima yang isinya sebagai berikut

O … daeng bunting
Kukasukmangko la niak
Kutaklangerang la battu
Kungngalle memang
Berasak ilalang tobang
Kupasileok bente ri talang-talang
Nakamma todong
Sileokna sumangaknu
Bait tersebut mengandung makna pendamping klausa harapan
karena pada terjemahan dijelaskan bahwa kedua mempelai diberi
pesan agar selalu bersatu dalam mengarungi kehidupan rumah tangga
dan semoga keluarganya bersatu seperti beras dengan bertih. Dan pada
pendamping klausa harapan leksem yang digunakan adalah kata-kata
semoga.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Pada bab ini diuraikan kesimpulan yang diambil berdasarkan data


dan hasil analisis data bahwa sastra adalah sebuah pola tindakan
komunikasi, kolektif, ekspresif dan dapat bersifat instrumental ataupun
menjadi lembaga primer dalam suatu lingkungan subkultural tertentu
(Parsons dalam Wahid, 2004: 15). Sastra terbagi atas tiga jenis yakni
puisi, prosa, dan drama.
Adapun jenis-jenis semantik yang digunakan pada data ini adalah
makna leksikal, kategori pendamping nomina pelaku, kategori
prndamping verba kualitas, kategori pendamping adjektiva kualitas,
dan pendamping klausa harapan. Pada penelitian ini ada beberapa teori
yang tidak digunakan karena teori tersebut tidak dikandung oleh syair
yang diteliti.
Pada penelitian ini, ada beberapa bait yang tidak dapat
diterjemahkan oleh penulis dikarenakan banyak menggunakan kalimat-
kalimat yang sulit dipahami dan juga menggunakan bahasa Makassar
asli.
Syair pada penelitian ini terdiri dari beberapa bait yang
mengandung makna yang sangat dalam dan pesan yang disampaikan
kepada calon mempelai yang siap menikah.
B. Saran
Berdasarkan hasil telaah dicapai dalam penelitian ini, maka penulis
menganggap perlu untuk menyampaikan beberapa saran. Saran
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Dengan dideskripsikannya syair Pakkiok Bunting Makassar dalam
penelitian ini, maka sebaiknya bagi penutur bahasa Makassar
hendaknya dapat mempelajari makna syair Pakkiok Bunting ini
untuk lebih melestarikan kebudayaan suku Makassar.
2. Setelah syair Pakkiok Bunting ini dtau oleh pembaca, maka
hendaknya dapat mengetahui dan menghayati makna dari syair
Pakkiok Bunting Makassar. Oleh karena itu, penulis berharap agar
peran orang tua dapat diteruskan oleh generasi muda sekarang ini.
3. Penulis juga berharap agar pembaca mampu mengetahui makna
dari syair Pakkiok Bunting Makassar dengan menggunakan
pendekatan semantik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul chaer. 2009. pengantar semantik bahasa Indonesia. desember 2009.


jakarta: penerbit rineka cipta.

Akbar, Amal dan Harifin H. (2018), Representasi Generasi Pada Novel Taman
sunyi sekala karya Aida Vyasa. Retrieved juli 19, 2019, from http://osf.io/
preprints/inarxiv/yq523/.
Akmal, Akmal. 2015. “Kebudayaan Melayu Riau (Pantun, Syair, Gurindam).”
Jurnal Dakwah Risalah 26(4): 159–65.

Gunawan, Imam. “METODE PENELITIAN KUALITATIF.” : 27.

Hamidin, Hamidin. 2016. “BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA MANTRA


RITUAL UPACARA KASAMBU MASYARAKAT MUNA DI
KECAMATAN KATOBU KABUPATEN MUNA.” JURNAL BASTRA
2(1). http://ojs.uho.ac.id/index.php/BASTRA/article/view/1508 (April 26,
2019).

Nusantara, Tim Smart. 2016. Top No.1 Sukses Pendalaman Materi SMP/MTs
Kelas VIII. Gramedia Widiasarana.

Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal


Terhadap Ilmu Sastra. Graha Ilmu.

Utari, Wa Ode. 2017. “KEMAMPUAN MENULIS PUISI BARU SISWA


KELAS XI SMA NEGERI 1 KABAWO.” JURNAL HUMANIKA 3(15).
http://ojs.uho.ac.id/index.php/HUMANIKA/article/view/609 (April 26,
2019).

Wicaksono, Andri. Pengkajian Prosa Fiksi (edisi revisi). Penerbit Garudhawaca.

Anda mungkin juga menyukai