Anda di halaman 1dari 28

SISTEM REPRODUKSI

A. PENDAHULUAN
Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak.
Terdiri dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya. Reproduksi atau
perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi). Reproduksi secara
fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi suatu
manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh manusia
yang dilakukan vasektomi pada organ reproduksinya (testes atau ovarium) atau mencapai
menopause dan andropouse tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru dapat
berlangsung setelah manusia tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan
hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh
manusia.
Reproduksi merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab
terhadap kelangsungan suatu generasi. Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak
bersifat vital artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan
tetapi bila makhluk tidup tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk
hidup tersebut terancam dan punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak) yang
merupakan sarana untuk melanjutkan generasi. Pada bab ini akan membahas mengenai
organ penyusun sistem reproduksi laki-laki dan wanita, hormon yang mempengaruhi
sistem reproduksi, gametogenesis pada laki-laki dan wanita, siklus menstruasi, fertilisasi,
gestasi, partus, terjadinya bayi kembar, laktasi, gangguan sistem reproduksi, dan metode
kontrasepsi.

B. ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI DAN WANITA


1. ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI
a. Organ Reproduksi Dalam
1) Testis
Testis berbentuk oval dan terletak di dalam skrotum. Testis berjumlah
sepasang, yang terletak di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan
kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot
polos. Testis berfungsi sebagai alat untuk memproduksi sperma dan hormon
kelamin jantan yang disebut testosteron. Testis mengandung pintalan tubulus
seminiferus, yang berfungsi sebagai tempat terjadinya spermatogenesis.
Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis
yang disebut lobulus testis. Satu testis umumnya mengandung sekitar 250
lobulus testis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan
jaringan epitelium germinal. Jaringan epitelium germinal yang mengandung
sel-sel batang (spermatogonium), sel-sel sertoli, dan sel-sel interstisial
(Leydig). Sel-sel sertoli berfungsi memberikan nutrisi bagi spermotozoid yang
sedang berkembang dan menghancurkan sel germinativum yang gagal (cacat).
Sementara itu, sel-sel leydig berfungsi menyekresikan hormon androgen
(testosteron dan dihidrotestosteron).
2) Saluran pengeluaran
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi pada laki-laki terdiri dari
epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi, dan uretra.
a) Epididimis
Epidimimis merupakan saluran berkelok-kelok yang panjang dan terletak
di sepanjang sisi belakang testis. Oleh karenanya, epididimis berjumlah
sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat
penyimpan sementara sperma (sekitar 6 minggu) hingga menjadi dewasa,
motil, dan fertil. Selama eksitasi seksual (ereksi dan meningkatnya
keinginan seksual), otot polos dinding saluran akan berkontraksi dan
mendorong sperma masuk ke vas deferens.
b) Vas deferens
Vas deferens (saluran sperma) merupakan saluran lurus yang mengarah ke
atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak
menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar
prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma
dari epididimis menuju kantung semen (vesikula seminalis).
c) Saluran ejakulasi (duktus ejakulatorius)
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan
vesikula seminalis dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk menerima
sperma dan menyalurkan sekresi vesikula seminalis. Kedua saluran
ejakulasi bermuara ke uretra.
d) Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis.
Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari vesika
seminalis dan saluran untuk membuang urin dari vesika urinaria sampai
ke ujung penis.
3) Kelenjar aksesori
Kelenjar aksesori merupakan kelenjar kelamin. Kelenjar ini mengeluarkan
getah kelamin yang berfungsi untuk mempertahankam hidup dan pergerakan
sperma. Kelenjar ini terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan
kelenjar cowper.
a) Vesikula seminalis
Vesikula seminalis (kantung semen) merupakan kelenjar berlekuk-lekuk
yang bermuara ke dalam duktus ejakulatorius. Vesikula seminalis
menghasilkan cairan kental bersifat basas yang kaya akna fruktosa untuk
menutrisi dan melindungi sperma.
b) Kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian
bawah vesikula urinaria (kantung kemih). Kelenjar prostat menghasilkan
cairan basa menyerupai susu yang akan meningkatkan motilitas sperma
pada pH optimum 6,0 – 6,5. Kelenjar prostat membesar saat usia remaja
hingga usia 20 tahun. Namun, terkadang pada usia sekitar 70 tahun,
ukurannya terus bertambah sehingga mengganggu perkemihan.
c) Kelenjar cowper
Kelenjar cowper merupakan kelenjar kecil dengan ukuran dan bentuk
menyerupai kacang polong yang salurannya langsung menuju uretra.
Kelenjar cowper menghasilkan cairan bersifat basa yang mengandung
mukus (lendir) untuk pelumasan.

b. Organ Reproduksi Luar


1) Penis
Penis terdiri atas tiga bagian, yaitu akar, badan, dan glans penis. Penis
berfungsi sebagai organ kopulasi, serta pengeluaran urine dan semen. Kulit
penis tipis dan tidak berambut, kecuali bagian dekat akar organ. Pada badan
penis terdiri dari tiga massa jaringan erektil silindris yang berongga-rongga
dan banyak mengandung pembuluh darah, yaitu dua korpus kavernosum dan
satu korpus spongiosum yang membungkus uretra. Bila ada suatu rangsangan,
rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang
dan mengembang, yang disebut ereksi. Pada glans penis banyak mengandung
ujung-ujung saraf sensoris. Glans penis ini tertutup oleh lipatan kulit longgar
preposium (kulup). Kecuali jika diangkat melalui sirkumsisi (khitan).
2) Skrotum
Skrotum merupakan kantong longgar dari kulit, fasia (selaput pembungkus
otot), dan otot polos yang membungkus testis di luar tubuh. Skrotum
berjumlah sepasang dan dipisahkan oleh septum internal. Setiap skrotum berisi
satu testis. Fasia skrotum mengandung otot dartos. Otot dartos berfungsi untuk
menggerakkan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur sebagai
respons terhadap udara dingin dan rangsangan seksual. Selain otot dartos, di
dalam skrotum juga terdapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot
lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai
pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil, yaitu beberapa derajat
lebih rendah daripada suhu tubuh.

(a) (b)
Gambar 1. Organ Reproduksi Laki-Laki; (a) tampak samping dan (b) tampak depan

2. ORGAN REPRODUKSI WANITA


a. Organ Reproduksi Dalam
1) Ovarium (indung telur)
Ovarium berjumlah sepasang yang berbentuk seperti buah kenari. Ovarium
terletak di rongga pelvis (panggul). Ovarium berfungsi sebagai tempat
oogenesis, serta menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Struktur
ovarium terdiri dari kulit (korteks) atau zona parenkimatosa dan inti (medula)
atau zona vaskulosa. Kulit (korteks) terdiri atas tunika albuginea (epitel
berbentuk kubus), jaringan ikat stroma yang mengandung folikel primodial
dan folikel Graaf, serta sel-sel Walthard. Sedangkan inti (medula) terdiri atas
jaringan ikat stroma yang berisi pembuluh darah, serabut saraf, dan otot polos.
2) Saluran reproduksi
a) Oviduk (tuba fallopi)
Tuba fallopi berjumlah sepasang. Tuba fallopi ini memiliki tiga bagian,
yaitu infundibulum (ujung terbuka berbentuk corong dengan fimbria
untuk menyapu oosit yang terovulasi), ampula (segmen tengah), dan
ismus (segmen dekat uterus). Pada dinding tuba fallopi terdapat epitel
bersilis yang berfungsi untuk menggerakkan oosit menuju uterus.
Umumnya, fertilisasi terjadi di sepertiga bagian atas tuba fallopi.
b) Uterus (rahim)
Uterus merupakan organ tunggal berongga yang berbentuk seperti buah
pir terbalik dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher
rahim). Uterus terletak di antara rektkum dan kandung kemih. Pada
dinding uterus tersusun dari perimetrium, miometrium, dan endometrium.
Perimetrium merupakan lapisan terluar pada dinding uterus. Miometrium
merupakan lapisan tengah pada dinding uterus yang terdiri dari jaringan
otot polos. Sedangkan endometrium merupakan lapisan terdalam. Lapisan
endometrium ini mengalami perubahan selama siklus menstruasi.
Endometrium berfungsi sebagai tempat implantasi zigot dan pertumbuhan
janin. Endometrium terdiri ats dua lapisan, yaitu stratum fungsionalis
(mengandung kelenjar dan luruh saat menstruasi) dan stratum basalis
(berdekatan dengan miometrium dan tidak mengalami perubahan selama
proses menstruasi).
c) Vagina
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi wanita. Vagina
bermuara pada vulva. Dinding vagina berlilpat-lipat, elastis, dan dilapisi
oleh epitel pipih berlapis banyak yang memliki reseptor untuk estrogen.
Vagina berfungsi sebagai organ kopilasi, serta jalan aliran menstruasi dan
jalan lahir bayi. Sebelum pubertas dan setelah menopause, konsentrasi
estrogen rendah, sehingga lapisan vagina tipis, akumulasi glikogen pada
sel-sel mukosa sediki, dan pH menjadi basa. Pada masa produktif,
konsentrasi estrogen meningkat sehingga lapisan vagina tebal, akumulasi
glikogen yang tinggi pada sel-sel mukosa akan di metabolisme oleh
bakteri normal vagina menjadi asam laktat sehingga bersifat asam.

b. Organ Reproduksi Luar


1) Vulva (pupendum)
Vulva merupakan celah paling luar dari organ reproduksi wanita. Vulva terdiri
atas mons pubis. Mons pubis merupakan daerah atas dan daerah terluar dari
vulva yang banyak mengandung jaringan lemak. Mons pubis ditutupi rambut
setelah masa pubertas. Di bawah mons pubis terdapat lipatan labium mayor
yang berjumlah sepasang. Di dalam labium mayor, terdapat lipatan labium
minor yang jumlahnya juga sepasang. Labium mayor dan labium minor
berfungsi untuk melindungi vagina. Labia minor mengandung kelenjar sebasea
dan beberapa kelenjar keringat. Gabungan labium mayor dan labium minor
pada bagian atass labium membentuk tonjolan kecil yang disebut klitoris.
Klitoris merupakan organ erektil yang homolog dengan penis pada laki-laki,
tetapi berukuran lebih kecil dan tidak memiliki lubang uretra. Klitoris
memiliki dua korpus kevernosum dari jaringan erektil. Pada klitoris terdapat
banyak pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Vulva bermuara dua
saluran, yaitu saluran uretra (saluran kencing) dan saluran kelamin (vagina).
Pada vulva, juga terdapat vestibula, orifisum uretra, dan mulut vagina.
Vestibula merupakan area yang dikelilingi labia minor, menutupi lubang
uretra, mulut vagina, dan saluran kelenjar bartholin (penghasil lendir saat
eksitasi seksual). Orifisium uretra merupakan jalan keluar urine dari kandung
kemih yang bagian tepinya mengandung dua kelenjar parauretral (skene).
Mulut vagina dikelilingi oleh membran yang disebut himen (selaput dara).
Himen merupakan selaput mukosa yang banyak mengandung pembuluh darah.
Himen pada setiap wanita memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi.
F

(a) (b)
Gambar 2. Organ Reproduksi Wanita: (a) tampak samping dan (b) tampak depan

C. HORMON KELAMIN LAKI-LAKI DAN WANITA


1. HORMON KELAMIN LAKI-LAKI
Hormon kelamin laki-laki diproduksi oleh testis, hipofisis, dan hipotalamus.
a. Hormon testiskular
1) Testosteron, disekresikan oleh sel-sel leydig yang terdapat di antara tubulus
seminiferus. Testosteron ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal
untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk mrembentuk
spermatosit sekunder.
2) Androstenedion, berfungsi sebagai perkusor untuk hormon estrogen laki-laki.
3) Dihidrotestosteron, berfungsi untuk pertumbuhan prenatal dan diferensiasi
genitalia laki-laki.
4) Estrogen, dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel
sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat
testosteron dan estrogen serta membawaa keduanya ke dalam cairan pada
tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
b. Hormon hipofisis
1) FSH (follicle stimulating hormone), disekresikan oleh kelenjar hipofisis
anterior. Hormon FSH ini memiliki reseptor pada sel tubulus seminiferus yang
berperan dalam spermatogenesis, yaitu pengubahan spermatid menjadi sperma
(proses spermiasi).
2) LH (luteinizing hormone) atau ISCH (intertistitial cell stimulating hormone),
disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior. Hormon LH ini memiliki reseptor
pada sel-sel interstisial yang berfungsi merangsang sel-sel interstisial di dalam
testis untuk berkembang dan menyekresikan testosteron.
3) Hormon pertumbuhan, diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis.
Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pertumbuhan awal pada
spermatogenesis.
c. Hormon hipotalamus
1) GnRH (gonadotropin releasing hormone), berfungsi merangsang kelenjar
hipofisis mengeluarkan LH dan FSH, serta mengatur mekanisme umpan balik
negatif dalam sintesis dan sekresi testosteron. Jika kadar testosteron menurun,
produksi GnRH meningkat. GnRH selanjutnya menstimulasi sekresi LH dan
FSH. LH menstimulasi produksi testosteron, sedangkan FSH menstimulasi
spermatogenesis. Perkembangan pubertas dipicu oleh peningkatan sekresi
GnRH.

2. HORMON KELAMIN WANITA


Hormon kelamin wanita diproduksi oleh ovarium, uterus, plasenta, hipofisis, dan
hipotalamus.
a. Estrogen, dihasilkan oleh ovarium (folikel dan korpus luteum) dan plasenta.
Estrogen berpengaruh pada pertumbuhan organ reproduksi, kelenjar mamae,
sekresi cairan pada serviks yang memudahkan sperma masuk ke uterus, dan
proses kelahiran.
b. Progesteron, dihasilkan oleh ovarium (korpus luteum) dan plasenta. Progesteron
berfungsi merangsang pertumbuhan endometrium uteris untuk persiapan
implantasi zigot, menghambat kontraksi uterus, merangsang pertumbuhan sel-sel
alveolar kelenjar mamae, meningkatkan viskositas mukus serviks sehingga
menghambat masuknya sperma, dan sedikit meningkatkan suhu tubuh.
c. LH (luteinizing hormone), dihasilkan oleh hipofisis, berfungsi merangsang
ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron, serta memacu
pertumbuhan korpus luteum dan ovulasi.
d. FSH (follicle stimulating hormone), dihasilkan oleh hipofisis. FSH berfungsi
merangsang ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron, serta memacu
pertumbuhan dan perkembangan folikel (sel telur).
e. GnRH (gonadotropin releasing hormone), dihasilkan oleh hipotalamus. GnRH
berfungsi merangsang hipofisis untuk menyekresi LH dan FSH.
f. HCG (human chorionic gonadotropin), disekresikan oleh sel-sel embrionik mulai
dari hari ke-10 setelah fertilisasi. Hormon HCG berfungsi mempertahankan
produksi progesteron dan estrogen oleh ovarium.
g. Lactogen plasenta (HPL/human placental lactogen) atau somatomammotropin
korionik, disekresi oleh plasenta. Hormon ini berfungsi merangsang pertumbuhan
kelenjar mamae untuk persiapan laktasi dan menyediakan energi pada ibu hamil.
h. Tirotropin karionik, disekresikan oleh plasenta. Hormon ini berfungsi
meningkatkan laju metabolisme pada ibu hamil.
i. Relaksin, disekresikan oleh korpus luteum kehamilan pada ovarium dan plasenta.
Hormon ini berfungsi untuk merelaksasi serviks dan fibrokartilago pada simfiis
pubis (persediaan tulang panggul) sehingga memudahkan kelahiran.
j. Prolaktin,dihasilkan oleh hipofisis. Hormon ini berfungsimerangsang
pertumbuhan guktus dan alveolus pada kelenjar mamae saat kehamilan dan
produksi air susu selama menyusui.
k. Oksitosin, dihasilkan oleh hipotalamus dan disimpan di hipofisis posterior.
Oksitosin berfungsi merangsang kontraksi otot polos uterus selama proses
kelahiran dan merangsang kelenjar mamae untuk pengeluaran air susu.
l. CRH (corticotropin releasing hormone), dihasilkan oleh plasenta. CRH berfungsi
memacu produksi estrogen plasenta dan perubahan paru-paru janin untuk
menghirup udara.
m. Prostaglandin, dihasilkan oleh uterus. Hormon ini berfungsi memengaruhi
robeknya folikel saat ovulasi dan merangasang kontraksi uterus saat kelahiran.

D. GAMETOGENESIS PADA LAKI-LAKI DAN WANITA


a. GAMETOGENESIS PADA LAKI-LAKI
Gametogenesis pada laki-laki disebut dengan spermatogenesis.
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sperma. Spermatogenesis terjadi di
dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis memerlukan waktu
sekitar 74 hari. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan
melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Hal ini bertujuan untuk membentuk
sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus, lalu disimpan
dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal
atau sel epitel benih yang disebut spermatogenia (spermatogonium). Spermatogonia
terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus menerus membelah untuk memperbanyak diri. Sebagian
spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertantu untuk
membentuk sperma. Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang
bersifat diploid (2n) berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut
spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel spermatogonia
ini menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid (2n). Setelah melewati
beberapa minggu, setiap spermatosit primer membelah secara meiosis membentuk
dua buah spermatosit sekunder yang berrsifat haploid (n). Spermatosit sekunder
kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid yang
bersifat haploid (n). Spermatid ini merupakan calon sperma yang memiliki ekor.
Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa atau sperma. Pada
proses spermatogenesis terbentuk empat sperma. Proses perubahan spermatid menjadi
sperma ini dinamakan spermiasi.

Gambar 3. Spermatogenesis

Sperma terdiri dari kepala dan ekor sperma. Kepala sperma terdiri atas sel
berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pada bagian membran permukaan di
ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom
mengandung enzim hialuronidae dan proteinase. Enzim ini berfungsi untuk
menembus lapisan pelindung ovum. Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang
terletak di bagian tengah sperma. Badan sperma banyak mengandung mitokondria
yang berfungi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.

Gambar 4. Bagian Sel Sperma

b. GAMETOGENESIS PADA WANITA


Gametogenesis pada wanita disebut dengan oogenesis. Oogenesis merupakan
proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium
(oogonia). Oogonium bersifat diploid. Pada tahap pertama oogenesis, oogonium akan
memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Oogenesis telah
dimulai saat bayi perempuan masih dalam kandungan, yaitu saat bayi berumur 5
bulan dalam kandungan. Pada saat bayi berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah
secara meiosis. Namun meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan
sampai bayi perempuan itu tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami
pubertas. Oosit primer tersebut berada pada keadaan istirahat (dorman). Saat
memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang
menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang
mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel
ooosit pertama merupakan oosit yag berukuran normal (besar) yang disebut ooosit
sekunder, sedangkan sel yang berukuran kecil disebut badan polar I (polosit
primer). Selanjutnya, oosit sekunder mengalami pembelahan meiosis II. Namun,
pada meiosois II, oosit sekunder tidak langsing diselesaikan sampai tahap akhir,
melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika terjadi fertilisasi, oosit sekunder ini
akan mengalami degenerasi. Namun, jika ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II
pada ooosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada oosit
sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang
disebut badan polar II (polosit sekunder). Badan polar I juga membelah menjadi
dua badan polar II. Akhirnya, terbentuk tiga badan polar dan satu ootid. Ketiga badan
polar akan melebur, sedangkan ootid akan tumbuh menjadi ovum, sehingga dalam
proses oogenesis terbentuk satu ovum.
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur yang merupakan sel
pembungkus penuh cairan yang mengelilingi ovum. Folikel berfungsi menyediakan
sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan
perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer
muncul pertama kali untuk mnyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada
oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk
oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa
ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah
oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika
tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.

Gambar 5. Oogenesis

E. SIKLUS MENSTRUASI
Menstruasi atau haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang
disertai pelepasan endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma.
Siklus menstruasi sekitar 28 hari. Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari
ovarium disebut ovulasi. Ovulsi terjadi pada pertengahan siklus menstruasi, yaitu hari ke-
14 terhitung sejak hari pertama menstruasi. Siklus menstruasi dikelompokkan menjadi
empat fase, yaitu:
1. Fase menstruasi
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum
akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar
estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang
menebal (endometrium). Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium sobek
atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis. Peluruhan pada endometrium yang
mengandung pembuluh darah menyebabkan terjadinya pendarahan pada fase
menstruasi. Pendarahan ini biasanya berlangsung selama lima hari. Voume darah
yang dikeluarkan rata-rata sekitar 50 ml.
2. Fase pra-ovulasi
Fase pra-ovulasi merupakan akhir siklus menstruasi. Pada fase ini, kelenjar
hipotalamus mengeuarkan hormon GnRH yang merangsang hipofisis untuk
mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di dalam
ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan
tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang yang disebut folikel de
Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan
hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi)
sel-sel penyusun dinding dalam uterus atau endometrium. Peningkatan konsentrasi
estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan
lendir yang bersifat basa. Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat
asam pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
3. Fase ovulasi
Fase ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak hari pertama
menstruasi. Pada saat mendekati fase ovulasi, terjadi perubahan produksi hormon.
Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik
negatif atau penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis.
Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH yang merangsang
pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu
saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh
sperma.
4. Fase pasca-ovulasi
Fase pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Pada fase ini,
folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder krena pengaruh LH dan FSH
akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus lutem tetap memproduksi
estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon
lainnya, yaitu progesteron yang akan mendukung kerja esterogen dengan menebalkan
dinding dalam uterus (endometrium) dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah
pada endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan
pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga
esterogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada
uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak
terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan yang
memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah sehingga
konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hiofisis
menjadi aktif untuk melepaskan FSH, dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-
ovulasi akan bersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.

Gambar 6. Siklus Menstruasi

F. FERTILISASI
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum
dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi setelah oosit sekunder memasuki
oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma
harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder
yang disebut korona radiata. Lalu sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona
radiata, yaitu zona pelusida yang merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata,
berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder. Sperma dapat menembus oosit
sekunder karena sperma dan oosit sekunder saling mengeuarkan enzim atau senyawa
tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung. Pada sperma, bagian akrosom
mengeluarkan hialuronidase, akrosin, dan antifertilizin. Hialuronidase merupakan enzim
yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata. Akrosin merupakan
protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida. Sedangkan,
antifertilizin merupakan antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat
pada oosit sekunder. Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa fertilizin, yang tersusun
dari glikoprotein dengan fungsi mengaktifkan sperma agar dapat bergerak lebih cepat,
menarik sperma secara kemotaksis positif, dan mengumpulkan sperma di sekililing oosit
sekunder. Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian
korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida
tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga merangsang
penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder, sehingga dari seluruh prposes meiosis I
sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang disebut
inti oosit sekunder. Setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala
sperma akan membesar. Sedangkan, ekor sperma akan berdegenerasi. Lalu inti sperma
yang haploid (n) dengan ovum yang haploid (n) akan bersatu menghasilkan zigot yang
bersifat diploid (2n).

Gambar 7. Proses Masuknya Sperma ke Ovum


Gambar 8. Proses Terjadinya Fertilisasi di dalam Oviduk

G. GESTASI
Setelah terjadinya fertilisasi, berlanjut ke masa gestasi (kehamilan), yaitu
perkembangan embrio menjadi janin hingga kelahiran bayi. Gestasi berlangsung selama
266 hari (38 minggu) dari waktu fertilisasi hingga kelahiran. Pada dua minggu pertama
setelah fertilisasi, zigot akan mengalami pembelahan secara mitosis menjadi 2 sel, 4 sel, 8
sel, 16 sel, lalu menjadi 32 sel (morula). Morula ini merupakan sekelompok sel yag sama
besarnya denngan bentuk seperti buah arbei. Morula akan terus membelah sampai
terbentuk blastosit. Tahap ini disebut blastula dengan rongga di dalamnya dengan rongga
di dalamnya yang disebut blastosoel. Blastosit terdiri dari sel-sel bagian luar dan bagian
dalam.
Gambar 9. Pembelahan Zigot Hasil Fertilisasi untuk Proses Implantasi

Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membentuk
implantasi blastosit pada uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah
endometrium yang berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim
proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium. Cairan
dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh sel-sel trofoblas
agar zigot berkembang lebih lanjut. Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya
akan membelah (berpoliferasi) dengan cepat membentuk plasenta dan membran yang
membungkus embrio. Plasenta berfungsi sebagai sistem pencernaan, pernafasan, dan
ekskresi bagi janin.
Embrio dilindungi oleh beberapa membran, yaitu:
1. Amnion
Amnion merupakan membran yang langsung melingkupi embrio dalam suatu ruang
yang berisi cairan amnion (ketuban). Amnion berfungsi untuk melindungi embrio dari
guncangan, perubahan suhu, dan memungkinkan bayi bergerak bebas.
2. Sakus vitelinus
Sakus vitelinus (kantung kuning telur) merupakan membran berbentuk kanting yang
pertama kali dibentuk dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada
blastosit). Sakus vitelinus berfungsi sebagai organ pencernaan dan pernafasan awal,
membentuk sel-sel darah dan pembuluh darah, serta pertumbuhan gonad primitif
embrio.

3. Korion
Korion merupakan membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio. Korion
membentuk jonjot-jonjot di dalam endometrium (vili korion). Vili korion berisi
pembuluh darah embrio yang berhubungan dengan pembuluh darah ibu yang banyak
terdapat di dalam endometrium uterus. Korion dengan jaringan endometrium uterus
membentuk plasenta, yang merupakan organ pemberi nutrisi bagi embrio.
4. Alantois
Alantois merupaka membran pembentuk tali pusar (ari-ari). Tali pusar
menghubungkan embrio dengan plasenta pada endometrium uterus ibu. Di dalam
alantois terdapat pembuluh darah yang menyalurkan zat-zat makanan dan oksigen dari
ibu, serta mengeluarkan sisa metabolisme, seperti karbondioksida dan urea untuk
dibuang oleh ibu.

Gambar 10. Membran Pelindung Embrio

Sel-sel blastosit bagian dalam akan berkembang menjadi bakal embrio


(embrioblas). Pada embrioblas terdapat jaringan dasar yang terdiri dari:
1. Ektoderm (lapisan terluar), akan membentuk sistem saraf, indra kulit, dan kelenjar
endokrin.
2. Endoderm (lapisan dalam), akan membentuk saluran pencernaan dan pernafasan.
3. Mesoderm (lapisan tengah), terbentuk di antar ektoderm dan endoderm. Mesoderm
akan membentuk sistem rangka, urinaria, sistem sirkulasi, dan sistem reproduksi.
Semua sistem organ tubuh embrio telah terbentuk setelah minggu ke-8. Selanjutnya,
mulai minggu ke-9 sampai beberapa saat sebelum kelahiran terjadi penyempurnaan
penyempurnaan beberapa organ dan pertumbuhan tubuh yang pesat. Masa ini disebut
masa janin (fetus). Perkembangan janin sebagai berikut:
 Minggu ke-9 sampai ke-12 (bulan ke-3), terjadi pertumbuhan panjang tubuh yang
sangat cepat, genitalia luar berdiferensiasi menjadi organ reproduksi laki-laki atau
perempuan. Perkembangan kepala terjadi dengan lambat.
 Minggu ke-13 sampai ke-16 (bulan ke-4), terbentuk karakteristik wajah, rambut, alis,
dan tangan. Panjang janin sekitar 13-17 cm.
 Minggu ke-17 sampai ke-20 (bulan ke-5), pertumbhan melambat, sudah terbentuk
kaki dan tangan, kiulit tertutup rambut halus serta dilapisi campuran sebum dan sel-sel
epidermis yang mati. Gerakan janin semakin cepat sehingga dapat dirasakan oleh ibu.
 Minggu ke-21 sampai ke-25 (bulan ke-6), kulit tampak berkerut dan kemerahan, berat
janin mencapai 900 gram.
 Minggu ke-26 sampai ke-29 (bulan ke-7), kulit berlemak sehingga tidak berkerut,
kelopak mata sudah tidak menempel.
 Minggu ke-30 sampai ke-33 (bulan ke-8), testis sudah turun ke dalam skrotum dan
semua indra sudah mulai berfungsi.
 Minggu ke-34 sampai ke-38 (bulan ke-9), panjang janin sekitar 50 cm, berat badan
sekitar 3,25 kg, kepala menghadap ke serviks, dan siap dilahirkan. Jika yang
menghadap serviks itu pantat bayi, maka disebut sungsang.

Gambar 11. Perkembangan Janin hingga Siap Persalinan (Partus)


H. PARTUS
Partus (persalinan) merupakan proses kelahiran bayi. Persalinan dipengaruhi oleh
hormon relaksin, oksitosin, prostaglandin, dan CRH (corticotropin releasing hormone).
Persalinan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Dilatasi serviks (pembukaan), serviks dipaksa melebar untuk jalan kepala bayi sekitar
10 cm. Tahap ini paling lama, terjadi mulai dari beberapa jam hingga 24 jam.
2. Kelahiran bayi, bayi mulai bergerak melewati serviks dan vagina. Ibu dapat
membantu mengeluarkan bayinya dengan cara mengontraksikan otot-otot dinding
abdomen (perut) bersamaan dengan kontraksi uterus. Kelahiran bayi berlangsung
selama 30-90 menit.
3. Kelahiran plasenta, terjadi segera setelah bayi lahir. Uterus berkontraksi lagi untuk
memisahkan plasenta dari miometrium dan mengeluarkannya melalui vagina.
Kelahiran plasenta berlangsung 15-30 menit.

Gambar 12. Proses Partus


I. TERJADINYA BAYI KEMBAR
Berdasarkan asal-usul zigot, kembar dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Kembar fraternal (dizigotik), terbentuknya zigot berasal dari sel telur yang berbeda.
Proses ovulasi terkadang dapat melepaskan lebih dari sel telur yang matang.
Selanjutnya sel-sel telur tersebut dibuahi oeh sel-sel sperma dalam waktu yang
bersamaan, sehingga terdapat lebih dari satu zigot yang akan tumbuh menjadi embrio
(janin). Embrio (janin) kembar fraternal mempunyai plasenta, tali pusar, dan kantong
ketuban yang berbeda. Bakat melahirkan anak kembar frateenal (disigotik) bersifat
genetik.
2. Kembar identik (monozigotik), terjadi ketika satu sel telur dibuahi oleh satu sperma
yang kemudian menghasilkan satu zigot. Zigot tersebut membelah menjadi dua
embrio yang berbeda dan berkembang menjadi dua janin yang berbeda amnion atau
plasenta yang sama. Meskipun berbeda plasenta, tetapi biasanya janin memiliki tali
pusar dan kantong ketuban yang berbeda.

J. LAKTASI
Laktasi merupakan proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI (air susu ibu).
Kelangsungan bayi yang baru lahir bergantung pada persediaaan susu dari ibu. Produksi
air susu (laktasi) berasal dari sepasang kelenjar susu (payudara) ibu. Sebelum kehamilan,
payudara hanya terdiri dari jaringan adiposa (jaringan lemak) serta suatu sistem berupa
kelenjar susu dan saluran-saluran kelenjar duktuskelenjar yang belum berkembang. Pada
masa kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang oleh mammotropin.
Mammotropin merupakan hormon yang dihasilkan oleh hipofisis ibu dan plasenta janin.
Selain mammotropin, ada juga sejumlah besar estrogen dan progesteron yang dikeluarkan
oleh plasenta, sehingga sistem saluran-saluran kelenjar payudara tumbuh dan bercabang.
Secara bersamaan, kelenjar payudara dan jaringan lemak di sekitarnya juga bertambah
besar. Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisikkelenjar
payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adlah untuk
mencegah sekresi dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin mempunyai efek yang
berlawanan, yaitu meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar
hipofisis ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari minggu kelima
kehamilan sampai kelahiran bayi. Selain itu, plasenta mensekresi sejumlah besar
somatomamotropin korion manusia, yang juga memiliki sifat laktogenik ringan, sehingga
menyokong prolaktin dari hipofisis ibu.
(a) (b)
Gambar 13. Kondisi Payudara: (a) Sebelum Kehamilan dan (b) Setelah Kehamilan

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan tunggal yang mampu memenuhi
kebutuhan bayi untuk tumbuh selama enam bulan pertama kehidupannya. Berdasarkan
waktu produksinya, ASI digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Kolostrum (susu awal)
Kolostrum adalah susu yang dihasilkan pada tahap akhir kehamilan dan beberapa
hari setelah kelahiran. Kolostrum ini berwarna kekuningan dan kental karena banyak
mengandung vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi
bayi dari penyakit.
2. ASI transis (peralihan)
ASI transis adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi
matag. Biasanya diproduksi pada hari ke 4-10 setelah kelahiran. Kandungan protein
akan makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin tinggi.
3. ASI mature (matang)
ASI mature adalah asi yang dikeluarkan setelah hari ke- 14 dan seterusnya
dengan komposisi relatif tetap. Komposisi zat utama dalam ASI adalah laktosa,
lemak, oligosakarida, dan protein.
Memberi ASI pada bayi mendatangkan keuntungan, baik bagi ibu maupun bayi.
1. Keuntungan pemberian ASI bagi bayi
 Mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang optimal secara kuantitas dan
kualitas. ASI mengandung air, lemak trigliserida, laktosa (gula susu), sejumlah
protein, vitamin, mineral kalsium, dan fosfor.
 Meningkatkan daya tahan tubuh. Kolostrum (susu yang dihasilkan pada tahap
akhir kehamilan dan beberapa hari setelah setelah kelahiran) sangat baik untuk
bayi karena mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi, terutama
imunoglobulin A (Ig A) yang dapat melindungi usus dari infeksi serta mencegah
alergi makanan. Kolostrum agak kental dan berwarna kekuningan.
 Meningkatkan kecerdasan bayi. ASI mengandung zat gizi DHA (docosa
hexaonic acid) dan AA (arachinodic acid) untuk menunjang pertumbuhan otak
dan sistem penglihatan (retina); laktosa untuk pertumbuhan otak; kolesterol untuk
pembentukan mielin jaringan saraf; taurin untuk mengatur detak jantung,
menstabilkan membran sel, dan memelihara sel-sel otak; kolin untuk
meningkatkan daya ingat; serta mengandung lebih dari 100 macam enzim.
 Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak. Anak akan merasa nyaman
dalam pelukan ibu.
2. Keuntungan pemberian ASI bagi ibu
 Berat badan cepat kembali normal setelah hamil dan melahirkan.
 Merangsang uterus untuk kembali ke bentuk semua (involusi).
 Sebagai kontrasepsi ilmiah, karena menyusui cenderung mencegah ovulasi.
 Mengurangi resiko kanker payudara, kanker ovarium, kanker rahim, osteoporosis,
dan artritis.
 Mengurangi stres dan gelisah.
 Menghemat pengeluaran keuangan keluarga.

K. GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI


1. GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA LAKI-LAKI
 Disfungsi ereksi (impotensi), ketidakmampuan pria mempertahankan ereksi.
 Ginekomastia, pembesaran payudara pria akibat produksi estrogen yanng
berlebihan/.
 Kanker penis, biasanya terjadi pada pria yang tidak dikhitan, sehingga terjadi
penimbunan sekresi kental di bawah prepusium. Hal tersebut meningkatkan
resiko infeksi menular seksual.
 Hipogonadisme, penurunan fungsi testis akibat gangguan hormon.
Hipogonadisme dapat menyebabkan kemandulan, impotensi, dan berkurangnya
karakter sekunder pria.
 Kriptorkidisme, kegagalan testis turun ke dalam skrotum sejak masih bayi,
sehingga testis berada dalam lingkungan suhu yang lebih tinggi daripada suhu
optimum spermatogenesis. Kriptorkidisme ditanganin dengan pemberian hormon
HCG dan pembedahan.
 Uretritis (radang uretra) dan epididimitis (radang epididimis), disebabkan oleh
mikroorganisme (Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis) yang
ditularkan melalui hubungan seksual.
 Orkitis (radang testis), dapat terjadi setelah radang epididimis atau penyakit
parotitis (gondongan).
 Prostatitis (radang kelenjar prostat), mengakibatkan pembengkakan, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan kesulitan berkemih. Prostatitis dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri dan sering terjadi pada pria lanjut usia.

2. GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA WANITA


 Disminore, rasa nyeri pada saat haid tanpa tanda-tanda infeksi, disebabkan sekresi
prostaglandin yang berlebihan sehingga merangsang kontraksi otot polos
miometrium dan konstriksi (penyempitan) pembuluh darah uterus.
 Penyakit radang panggul (PRP), radang saluran genitalia (uterus, tuba fallopi, dan
ovarium) akibat infeksi bakteri seperti Escherichia coli, Neisseria gonorrhoeae,
dan Chlamydia trachomatis.
 Kanker payudara, dipenngaruhi oleh faktor genetik, hormon, dan lingkungan.
Umumnya diderita oleh wanita berusia 45-64 tahun.
 Amenore primer, gejala tidak terjadinya menstruasi hingga usia 17 tahun.
Amenore sekunder, tidak terjadi menstruasi selama 3-6 bulan pada wanita yang
telah mengalami siklus menstruasi sebelumnya.
 Ovarium polikistik, terdapat banyak kista berdiameter 10 mm atau kurang pada
ovarium. Kista adalah tumor jinak berisi cairan yang terbungkus oleh selaput
semacam jaringan.
 Kanker vagina, biasanya disebabkan oleh infeksi virus.
 Kanker serviks, terjadi pertumbuhan sel abnormal pada lapisan epitel mulut.
 Kanker ovarium, ditandai dengan rasa pegal pada panggul yang luar biasa dan
pendarahan.
 Endometriosis, terdapat jaringan endometrium di luar uterus, misalnya di ovarium
atau tuba fallopi.
 Penyempitan tuba fallopi, menghalangi jalan masuknya sperma sehingga sulit
mendapatkan keturunan, disebabkan oleh faktor genetik atau infeksi kuman.
 Mola hidatidosa (hamil anggur), kegagalan dalam pembentukan janin sehingga
tidak ada janin yang tumbuh di dalam rahim, melainkan hanya gelembung (mola)
dan darah yang membeku. Hamil anggur diduga akibat kurang gizi atau gangguan
sistem peredaran darah rahim.
 Mioma uterus (uterina myoma), adalah tumor jinak berupa daging yang tumbuh
pada dinding rahim

L. TEKNOLOGI SISTEM REPRODUKSI


 Amniosentesis, teknik pengembilan cairan amnion untuk dianalisis secara genetik
dan biokimia. Amniosentesis bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan genetik,
misalnya siklemia atau hemofilia. Umumnya dilakukan terhadap wanita hamil yng
berusia lebih dari 35 tahun atau penderita kelainan kromosom.
 USG (ultrasonografi), teknik diagnostik menggunakan gelombang ultrasonik untuk
menampilkan keadaan kesehatan, organ internal, ukuran tubuh, dan jenis kelamin
bayi dalam rahim ibu.
 Fertilisasi in vitro (teknik bayi tabung), dilakukan untuk membantu pasangan yang
sulit mendapatkan keturunan. Mekanismenya, ovum difertilisasi dengan sperma
pada media kultur untnuk menghasilkan embrio, kemudian embrio diimplantasikan
ke uterus agar terjadi kehamilan.

M. METODE KONTRASEPSI DALAM PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN


KELUARGA BERENCANA (KB)
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan sekitar 250 juta jiwa,
dengan angka pertumbuhan penduduk 1,49% per tahun. Angka tersebut tergolong tinggi.
Maka dari itu, program KB dengan slogan “dua anak cukup” tetap harus dilaksanakan
secara intensif untuk mengendalikan angka kelahiran. Hal ini dapat dilakukan dengan
memilih metode kontrasepsi. Prinsip metode kontrasepsi adalah menghambat pergerakan
sperma ke ovum, mencegah ovulasi, atau mencegah implantasi organ.
Sejalan dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk pun mengalami
perkembangan pesat. Dengan lahan hidup yang tetap, pertumbuhan penduduk yang tinggi
dapat menimbulkan masalah sandang, pangan, papan, dan kesehatan. Untuk mengatasi
masalah ini, dilakukan pengaturan kelahiran yang di Indonesia disebut dengan Keluarga
Berencana. Program KB dengan slogan “dua anak cukup” tetap harus dilaksanakan secara
intensif untuk mengendalikan angka kelahiran. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih
metode kontrasepsi. Prinsip metode kontrasepsi adalah menghambat pergerakan sperma
ke ovum, mencegah ovulasi, atau mencegah implantasi organ.
Berikut ini adalah pembagian metode kontrasepsi:
1. Kontrasepsi alami, dengan sistem kalender (tidak melakukan hubungan seks selama
masa subur wanita) dan MAL (Metode Amenorea Laktasi) yaitu cara KB sementara
melalui pemberian ASI eksklusif segera setelah melahirkan selama 6 bulan.
2. Koitus interuptus, pengeluaran penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi.
3. Kontrasepsi kimiawi, misalnya dengan menggunakan jeli, busa, krim, dan supositoria
spermisida (pembunuh sperma). Zat-zat tersebut bersifat toksik bagi sperma.
 Efek positif menggunakan spermisida: Dapat mematikan sperma yang masuk
sehingga tidak terjadi pembuahan, tidak memerlukan supervise medis
 Efek negatif menggunkan spermisida: Dapat menimbulkan iritasi yaitu
panas/terbakar
 Jangka waktu: sekali pakai
4. Metode sawar mekanis, yaitu mencegah pergerakan sperma ke tuba fallopi, encegah
pertemuan spermatozoa/sel mani dengan ovum/sel telur pada waktu bersenggama,
penghalang kontak langsung dengan cairan terinfeksi Contohnya diafragma, kondom
untuk laki-laki/wanita, serta sterilisasi.
 Efek positif menggunakan kondom: Mencegah sperma masuk, mencegah
terjadinya penularan penyakit.
 Efek negatif menggunakan kondom: tidak efektif, bisa terlepas dan bocor saat
digunakan sehingga menyebabkan kehamilan dan tertular penyakit,
menyebabkan alergi.
 Jangka waktu: sekali pakai
Sterilisasi merupakan metode permanen untuk mencegah penyatuan sperma dengan
ovum melalui operasi. Jenis stetrilisasi:
 Vasektomi, pemotongan vas deferens, kemudian kedua ujung saluran diikat agar
sperma tidak dapat mengalir, sehingga cairan semen tidak mengandung sperma.
 Tubektomi, pemotongan dan pengikatan saluran tuba fallopi sehingga ovum tidak
memasuki uterus.
5. Pencegahan ovulasi, dengan cara:
a. Pil KB, mengandung hormon estrogen dan progesterone yang mencegah
lepasnya sel telur dari indung telur, mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga
sperma sulit masuk ke dalam rahim dan, menipiskan selaput lendir agar tidak
siap hamil.
 Efek positif menggunakan pil KB: Menghentikan ovulasi atau pelepasan
sel telur oleh ovarium, dapat mencegah kehamilan di luar rahim
 Efek negatif menggunakan pil KB: Mual, sakit kepala dan rasa tidak
nyaman pada payudara, pendarahan tiba-tiba di luar masa haid,
peningkatan berat badan, dapat meningkatkan infeksi jamur di sekitar
kemaluan.
 Jangka waktu: Diminum setiap hari selama 21 atau 28 hari, tidak
dianjurkan untuk ibu berusia lebih dari 35 tahun
b. Susuk KB (alat kontrasepsi di bawah kulit/implant), berisi hormon progesteron
dan estrogen yang dapat mencegah lepasnya sel telur dari indung telur,
mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga sperma sulit masuk ke dalam rahim
dan, menipiskan selaput lendir agar tidak siap hamil.
 Efek positif menggunakan susuk KB: Mencegah kehamilan dengan cara
menghentikan ovulasi atau pelepasan sel telur oleh ovarium, tidak
menekan produksi ASI
 Efek negatif menggunakan susuk KB: Rasa perih pada kulit di sekitar
implan dipasangkan, pendarahan dari vagina tidak teratur, menimbulkan
penurunan atau kenaikan berat badan
 Jangka waktu: Dipasang selama 3tahun
c. Suntik KB, mengandung Depo Medroxyprogesteron Acetate (progestin) yang
dapat mencegah lepasnya sel telur dari indung telur, mengentalkan lendir mulut
rahim, sehingga sperma sulit masuk ke dalam rahim dan, menipiskan selaput
lendir agar tidak siap hamil..
 Efek positif menggunakan suntik KB: Menghentikan ovulasi atau
pelepasan sel telur oleh ovarium
 Efek negatif menggunakan suntik KB: gangguan menstruasi, peningkatan
berat badan, dapat menurunkan kepadatan tulang, pengeringan vagina,
tidak melindungi dari IMS.
 Jangka waktu: 1 bulan sekali jika berisi estrogem dan progresteron, 3
bulan sekali jika berisi progesterone, untuk ibu menyusui lebih baik tidak
menggunakan yang 1 bulan sekali karena dapat mempengaruhi ASI
6. Penghambatan implantasi, dengan cara memblokade implantasi, contohnya IUD
(intrauterine device) atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) yang bekerja
mencegah sel telur yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim dan mencegah
pembuahan sel telur oleh sperma.
 Efek positif menggunakan IUD: Mencegah implantasi, tidak mengurangi produks
air susu
 Efek negatif menggunakan IUD: mengakibatkan kram, nyeri punggung, letaknya
dapat bergeser, siklus menstruasi tidak teratur
 Jangka waktu: Dipasang selama 10 tahun jika IUD berbahan dasar tembaga

Gambar 14. Macam Alat Kontrasepsi

Anda mungkin juga menyukai