142500099 (1)
142500099 (1)
P dengan Prioritas
Masalah Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Gastritis di
Lingkungan VI Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan
Polonia
Oleh
Tafrina R Purba
142500099
Tafrina R Purba
DaftarIsi
...........
LembarPengesahan..........................................................................................................i
Kata Pengantar...................................................................................................................ii
Daftarisi............................................................................................................................iv
Bab IPendahuluan
1.1 LatarBelakang...............................................................................................1
2.1 Tujuan..........................................................................................................................2
3.1 Manfaat........................................................................................................................2
Bab IIPengelolaanKasus
2.1 Konsep Gastritis
2.1.1 Defenisi.....................................................................................................................4
2.2.2Etiologi......................................................................................................................4
2.1.3 Patofisiologi...............................................................................................................6
2.1.4 ManifestasiKlinis.......................................................................................................9
2.1.5 Klasifikasi................................................................................................................11
2.1.6 PemeriksaanPenunjang...........................................................................................12
2.1.7 Pencegahan.............................................................................................................13
2.1.8 Penatalaksanaan......................................................................................................16
2.1.9 Komplikasi..............................................................................................................19
2.2 KonsepNyeri
2.2.1 Defenisi...................................................................................................................20
2.2.1 Etiologi...................................................................................................................22
2.2.2 Klasifikasi...............................................................................................................23
2.2.3 Mekanisme..............................................................................................................25
2.3AskepKasus
2.3.1 Pengkajian...............................................................................................................44
2.3.2 Analisa Data............................................................................................................50
2.3.3 DiagnosaMasalah....................................................................................................51
2.3.4 ImplementasidanEtiologi........................................................................................54
Bab III Kesimpulandan Saran..........................................................................................56
DaftarPustaka...................................................................................................................57
Lampiran
BAB 1
PENDAHULUAN
3.1 MANFAAT
1. Bagi Pasien
Karya Tulis Ilmiah ini dapat memenuhi kebutuhan klien tentang Asuhan
Keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar nyeri.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada petugas kesehatan
terkait dengan upaya meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan kebutuhan dasar nyeri.
3. Bagi mahasiswa
Karya tulis ini dapat digunakan sebagai informasi terkait dengan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia melalui asuhan keperawatan dengan gangguan nyeri.
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1.2 Etiologi
Gastritis Bakterialis merupakan infeksi bakteri helikobakter pylori yang hidup di
dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.Diperkirakan ditularkan melalui
jalur oral atau akibat memakan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
ini.Infeksi ini sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahn seumur hidup
jika tidak dilakukan perawatan.Gastritis karena stress akut, penyakit berat atau trauma
(cedera) yang terjadi tiba-tiba, pembedahan ,infeksi beratcederanya sendiri mungkin
tidak mengenai lambung seperti terjadi pada luka bakar yang luas atau terjadi cedera
yang menyebabakan perdarahan hebat.
Gastritis erosif kronispemakaian obat penghilang rasa nyeri secara terus menerus
obat analgesic anti inflamasi non steroid (AINS) seperti aspirin ibuprofen, dan naproxen
dapat menyebabkan perdarahan pada lambung. Dengan cara menurunkan Prostaglandin
yang bertugas untuk melindungi dinding lambung.Penyakit kronis, gejalanya sakit perut
dan diare dalam bentuk cairan.Bisa menyebabkan peradangan kronis pada dinding
cairan saluran cerna, namun, kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada
dinding lambung.Infeksi bakteri atau virus, sebagian besar populasi di dunia terinfeksi
oleh bakteri H.Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung.Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat
memakan makan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H.Pyolri
sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak
dilakukan perawatan.
Infeksi H.Pyolri ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya
peptikulser dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang
lama akan menyebapkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan
perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan adalah
atropic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung
secara perlahan rusak. Penelitian menyimpukan bahwa tingkatasam lambung yang
rendah dapt mengakibatkan racun-racun yang dihasilakan oleh kanker tidak dapat
dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung, sehingga meningkatkan
resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian orang yang terinfeksi
H.Pyolri kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini
mengidikasikan, ada penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap
bakteri sedangkan yang alin tidak.Penggunaan alcohol secara berlebihan, alcohol dapat
mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung
lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam kondisi normal.
Gastritis Hipotrofi dan Atropi terjadi karena kelainan autoimmune, auto imun
atrofik gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang sehat yang
berada dalm dinding lambung . hal ini dapat mengakibatkan peradangan dan secara
bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelnjar asam lambung
dan mengganggu produksi factor intrinsik (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh
mengabsorbsi vitamin B12) kekurangan vitamin B12 akhirnya, dapt mengakibatkan
pernicious anemia, sebuah kondisi yang serius bila tidak segera dirawat dapt
mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Penyakit meniere Dinding lambung menjadi
tebal, lipatannya melebar , kelenjarnya membesar, dan memiliki kista yang terisi cairan.
Sekitar 10 persen penderita ini menderita kanker lambung.Gastritis sel plasma Sel
plasma (salah satu sel darah putih) terkumpul dalam dinding lambung dan organ
lainnya.Penyakit bile refluk Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna
lemak-lemak dalam tubuh.Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu
akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju keusus kecil. Radiasi dan
kemotrapi Perawatan terhadap kanker seperti kemotrapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung dan selanjutnya dapat berkembang
menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi,
kerusakan yang terjadi biasanay sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatakan
kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta
merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
2.1.3Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak mukosa
lambung (gastritis erosif).Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi
lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak terjadi difusi
HCl ke mukosa dan HClakan merusak mukosa. Kehadiran HCl di mukosa lambung
menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi pepsin.Pepsin merangsang pelepasan
histamine dari sel mast. Histamin akanmenyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga terjadi perpindahancairan dari intrasel ke ekstrasel dan menyebabkan edema
dan kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada lambung. Biasanya lambung
dapat melakukan regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang
dengan sendirinya (Suratun dan Lusianah 2010). Namun bila lambung sering terpapar
dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang
akan di isi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan
terjadi atropi sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa
lambung akan menurun atau hilang sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat
diserap di usus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan
dan maturasi sel darah merah.Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami
anemia.Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan
perdarahan (Suratun dan Lusianah 2010).
Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak dibagian kiri atas
perut tepat dibagian tulang iga.Lambung orang dewasa memiliki panjang berkisar antar
10 inci dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1
galon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah
arkadion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan- lipatan tersebut secara
bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannnya kedalam usus kecil. Ketika makanan masuk kedalam esophagus dan
lambung (Esophangeal Sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk
lewat lambung. Setelah masuk ke lambung cincin ini menutup.Dinding lambung terdiri
dari lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada dilambung, dinding lambung akan
mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar-kelenjar yang
berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk
enzim-enzim dan asam lambung) untuk lebih menhancurkan makanan tersebut.
Suatu komponen cairan lambung adalah asam ini sangat koresif sehingga paku
besipun dapat larut dalam cairan ini.Dinding lambung dilindungi oleh mucosa-mucosa
bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara
regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari
sifat korosif hidroklorida.Fungsi dari lapisan lambung ini adalah agar cairan asam dalm
lambung tidak merusak dinding lambung.
Ketika terjadi proses gastritis perjalanannya adalah sebagai berikut ini lambung
yang terkena paparan baik oleh bakteri, obat-obatan anti nyeri yang berlebihan, infeksi
bakteri atau virus, maka hal tersebut akan merusak epitel-epitel sawar dalam lambung.
Ketika asam berdifusi ke mukosa, dengan keadaan epitel sawar yang dihancurkan tadi
maka akan terjadi penghancuran sel mukosa. Dengan sel mukosa yang hancur ini
mengakibatkan fungsi dari mukosa tidak berfungsi yang akhirnya asam tidak bisa
control sehingga terjadi peningkatan asam hidroklorida dilambung dan ketika mengenai
di dinding lambung akan menimbulkan nyeri lambung (perih) karena dinding lambung
yang inflamasi tersebut, masalah keperawatan yang mucul adalah nyeri akut.
Dalam penghancuran sel mukosa tadi oleh asam maka mengakibatkan
peningkatan histamine sehingga meningkatkan permeabilitas terhadap protein
meningkatkan kemudian plasma bocor ke intestinum terjadi edema dan akhirnya plasma
bocor kedalam lambung sehingga terjadi perdarahan (hematemesis dan melena)
Ketika terjadi peningkatan asam hidroklorida akan merangsang kolinergik
sehingga potilitis (sekresi) pepsinogen meningkat, yang kemudian akan diubah menjadi
pepsin dan berakibat akan menurun fungsi sawar kemudian terjadi penghancuran vena-
vena kecil dan kapiler kemudian terjadi perdarahan. Masalah keperawatan yang muncul
seperti perfusi jaringan tidak efektif, keseimbangan nutrisi terkait pasien merasa perih
lambung sehingga merasa tidak nafsu untuk makan, kemudian bila disertai output cairan
yang berlebih akan muncul resiko kekurangan volume cairan ataupun bahkan bisa
muncul masalah kekurangan volume cairan.
Pathway Gastritis
Histamine
Produksi As.Lambung
Penghancuran sawar
Vasodilatasi &
epitel
phermeabilitas kapiler
4. Gastritis eosinofilik
Gejalanya berupa nyeri perut muntah dah muntah bisa disebabkan penyempitan
atau penyumbatan ujung aluran lambung yang menuju ke usus 12 jari.
2.1.5 Klasifikasi
Gastritis dibagi menjadi 2 jenis (Charlene J. Reeves, 2001) yaitu:
Gastritis akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek dengan konsumsi agen kimia
atau makanan yang menggangu dan merusak mucosa gastrik.
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah:
Gastritis akut erosif disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung) sedangkan gastritis akut
hemoragic disebut hemoragic karena pada penyakitini akan dijumpai perdarahan
mukosa lambung yang menyebabkan erosidan perdarahan mukosa lambung
dalamberbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnyakontinuitas
mukosalambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung
tersebut. (Hirlan, 2001)
Gastritis kronis
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. gastritis tipe A mampu menhasilkan
imun sendrii, tipe ini dikaitkan dengan atropi kelenjar lambung dan penurunan
mukosa. Penurunan pada secret gastric mempengaruhi produksi antibody.Anemia
Pernisiosa berkembang dengan proses ini. Pernisiosa Anemia berkembang dengan
proses ini. Sedangkan gastritis tipe B lebih lazim, tipe ini dikaitkan dengan bakteri
helicobakter pyolori, yang ini dikaitkan dengan infeksi bakteri helicobacter pylori,
yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung. Gastritis kronik diklasifikasikan
dengan tiga perbedaansebagai berikut : Gastritis superfisial, dengan manifestasi
kemerahan ; edema , sertaperdarahan dan erosi mukosa. Gastritis atrofik, dimana
peradangan terjadi di seluruh lapisan mukosa pada perkembanganya dihubungkan
dengan ulkus dankanker lambung, serta anemia pernisiosa.Hal ini
merupakankarakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.Gastritis
hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-nodul pada mukosa lambung
yang bersifat iregular, tipis, danhemoragik.
2.1.6Pemeriksaan Penunjang
Bila pasien didiagnosis terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya, pemeriksaan ini
meliputi :
Pemeriksaan darah tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.Pylori
dalam darah. Hasil test yang positif menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi.
Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat perdarahan
lambung akibat gastritis.
Pemeriksaan pernafasan tes ini dapat menentukan apakah pasien dapat terinfeksi oleh
bakteri H.Pyolri atau tidak.
Pemeriksaan feses tes ini memeriksa apakah terhadap H.Pyolri atau tidak. Tes hasil
yang berikut warna fese merah kehitaman-hitaman, bau sedikit amis, konsistensinya
lembek tetapi ada juga agak keras terdapat lender. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses.Hal ini menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.
Endoskopi saluran cerna bagian atas dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat oleh sinar
X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel atau
(endoskopi) melalui mulut dan masuk kedalam esofagus, lambung dan bagian atas usus
kecil.Tenggorokan akan lebih dahulu diamati – dirasakan (anastesi) sebelum endoskopi
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman dalam melakukan tes ini.
Jika jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Kemudian sampel tersebut
akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20
sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika selesai test ini,
tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesinya menghilang, karena kurang lebih
satu atau dua jam. Ronsen saluran cerna test ini akan melihat adanya tanda-tanda
Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan
cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.
2.1.7Pencegahan
Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapt selalu dicegah, berikut beberapa saran
untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis.
Makan secara teratur
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas,
asam, gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan
jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaiman cara
memakannya. Makanlah dalam jumlah yang cukup pada waktunya dan
lakukan dengan santai.
Hindari alkohol
Penggunaan alkohol dapt mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa lambung
dan dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
Jangan merokok
Merokok menggangu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih rentan
terhadap gastritis dan borok.merokok juga dapat meningkatkan asam
lambung sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan
penyebab utama terjadinya kanker lambung.
Kendalikan stress
Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress
juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat
kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat
dihindari, maka kuncinya adalah dengan mengendalikannya secara efektif
dengan cara diit yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olahraga teratur dan
relaksasi yang cukup.
Management stress
Manajemen stres.Stres dapat meningkatkan serangan jantung dan stroke.
Kejadian ini akan menekan respons imun dan akan mengakibatkan gangguan
pada kulit. Selain itu, kejadian ini juga akan meningkatkan produksi asam
lambung dan menekan pencernaan. Tingkat stres seseorang berbeda-beda
untuk setiap orang. Untuk menurunkan tingkat stress anda disarankan
banyak mengkonsumsi makanan bergizi, cukup istirahat, berolahraga secara
teratur, serta selalu menenangkan pikiran. Anda dapat menenangkan pikiran
dengan melakukan meditasi atau yoga untuk menurunkan tekanan darah,
kelelahan dan rasa letih.
Management stress
Exercise
Time
Hobby
Theraphy
Management
stress
SPA
Nature
Music
Yoga
Memelihara tubuh
Problem saluran pencernaan seperti rasa terbakar di lambung, kembung, dan
konstipasi lebih umum terjadi pada orang yang mengalami kelebihan berat
badan (obesitas).Oleh karena itu, memelihara berat badan agar tetap ideal
dapat mencegah terjadinya sakit maag.
2.1.8 Penatalaksanaan
Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan
posisi kecil dan sering.Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung
berupa antagonis reseptor H2 Inhibition pompa proton, antikolinergik dan antasid juga
ditujukan sebagai sifo protektor berupa sukralfat dan prostaglandin (Mansjoer, 1999).
Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan resiko
tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan obat yang
dapat menjadi kuasa dan pengobatan suportif.Pencegahan dapat dilakukan dengan
pemberian antasida dan antagonis H2 sehingga mencapai PH lambung 4.Meskipun
hasilnya masih jadi perdebatan, tetapi pada umumnya tetap dianjurkan.Pencegahan ini
terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan keadaan klinis yang berat.Untuk
pengguna aspirin atau anti inflamasi nonsteroid pencegahan yang terbaik adalah dengan
Misaprostol, atau Devivat Prostaglandin Mukosa.
Dahulu sering dilakukan kuras lambung dengan air es untuk menghentikan
perdarahan saluran cerna bagian atas, karena tidak ada bukti klinis yang dapat
menunjukkan manfaat tindakan tersebut untuk menghenti-kan perdarahan saluran cerna
bagian atas, pemberian antasida, antagenis H2 dan sukralfat tetap dianjurkan walaupun
efek teraupetiknya masih diragukan. Biasanya perdarahan akan segera berhenti bila
keadaan si pasien membaik dan lesi mukosa akan segera normal kembali, pada sebagian
pasien biasa mengancam jiwa. Tindakan-tindakan itu misalnya dengan endoskopi
skleroterapi, embolisasi arteri gastrika kiri atau gastrektomi.Gastrektomi sebaiknya
dilakukan hanya atas dasar abolut (Hirlan, 2009).
Penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut dilakukan dengan menghindari
alkohol dan makanan sampai gejala, dilanjutkan diet tidak mengiritasi.Bila gejala
menetap, diperlukan cairan intravena.Bila terdapat perdarahan, penatalaksanaan
serupadengan pada hemoragi saluran gastrointestinal atas.Bila Gastritis dihubungkan
dengan alkali kuat, gunakan jus karena adanya bahaya perforasi.
Gastritis kronis
Faktor utama adalah ditandai oleh progesif epitel kelenjar disertai sel parietal
dan chief cell.Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang
rata, Gastritis kronis ini digolongkan menjadi dua kategori Tipe A (Altrofik atau
Fundal) dan tipe B (Antral).
Gastritis kronis Tipe A disebut juga gastritis altrofik atau fundal, karena
mempunyai fundus pada lambung Gastritis kronis Tipe A merupakan suatu penyakit
auto imun yang disebabkan oleh adanya auto antibodi terhadap sel. Parietal kelenjar
lambung dan faktor intrinsik dan berkaitan dengan tidak adanya sel parietal dan Chief
Cell, yang menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin.
Gastritis kronis Tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena umunya
mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan Gastritis
kronis Tipe A. Penyebab utama gastritis Tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobacter
Pylory.Faktor etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol yang berlebihan,
merokok, dan refluks dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan
karsinoma.Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang
dicurigai.Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotik untuk membatasi
Helicobacter Pylory.Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan gastritis kronis
alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari.Bila terjadi
anemia defisiensi besi (yang disebabkan oleh perdarahan kronis), maka penyakit ini
harus diobati, pada anemia pernisiosa harus diberi pengobatan vitamin B.12 dan terapi
yang sesuai.Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet dan meningkatkan
istirahat mengurangi dan memulai farmakoterapi. Helicobacter Pylory dapat diatasi
dengan antibiotik (seperti Tetrasiklin atau Amoxicillin) dan garam bismuth (Pepto
bismol). Pasien dengan Gastritis Tipe A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B.12.
Terapi gastritis sangat sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan
mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang
jarang pembedahan untuk mengobatinya.
Jika penyebabnya adalah infeksi oleh H.Pylori, maka diberikan bismuth, antibiotik
(misalnya Amoxcillin & Claritromycin) dan obat anti-tukak (misalnya
Omeprazole).Penderita gastritis karena stress akut banyak mengalami perubahan
(penyakit berat, cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2% penderita
gastritis karena stress akut mengalami perdarahan yang sering berakibat fatal. Karena
itu dilakukan pencegahan dengan memberikan antisid. (untuk menetralkan asam
lambung) dan anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan
asam lambung). Perdarahan hebat karena gastritis akibat stress akut bisa diatasi dengan
menutup sumber perdarahan dengan tindakan endoskopi.
Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa lambung maka perlu dilakukan
transfusi darah untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh dan dilakukan lavage
(bilas) lambung.Bila tidak dapat dikoreksi maka pembedahan dapat menjadi
alternatif.Pembedahan yang dapat dilakukan pada klien dengan gastritis adalah
gastrectomi parsial, vagotomi atau pyloroplasti.Injeksi intravena cobalamin dilakukan
bila terdapat anemia pernisiosa. Fokus intervensi keperawatan adalah bagaimana
mengevaluasi dan mengeliminasi faktor penyebab gastritis antara lain anjurkan klien
untuk tidak mengkonsumsi alkohol, kafein, the panas, atau zat iritan bagi lambung serta
merubah gaya hidup dengan pola hidup sehat dan meminimalisasi stress (Suratun dan
Lusianah 2010).
Jika perdarahan masih berlanjut mungkin seluruh lambung harus
diangkat.Penderita Gastritis erosif kronis bisa diobati dengan antasid penderita
sebaiknya menghindari obat tertentu (misalnya aspirin atau obat anti peradangan non-
steroid lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi lambung. Misroprotol mungkin
bisa mengurangi resiko terbentuknya ulkus karena obat anti peradangan non-
steroid.Untuk meringankan penyumbatan disalurkan keluar lambung pada gastritis
Eosinofilik, bisa diberikan kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.Gastritis Atrofik
tidak dapat disembuhkan, sebagian penderita harus mendapat suntikan vitamin
B12.Penderita meyner bisa disembukan dengan mengangkat sebagian atau seluruh
lambung.
Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti-ulkus yang menghalangi
pelepasan asam lambung.Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan
jumlah sedikit tapi sering.Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan
berlemak sperti sambal, bumbu dapur dan gorengan.Kedisiplinan dalam pemenuhan
jam-jam makan juga sangat membantu pasien dengan gastritis.Daftar makanan yang
direkomendasikan untuk membantu diet gastritis. Hal yang paling mudah diingat untuk
gastritis adalah : Kecambah, brokoli, yang memiliki bahan kimia di dalamnya disebut
sulforpahane, yang membantu membunuh H. Pylori karena memiliki efek
antibakteri.Sebuah studi 2009 yang dipublikasikan dalam jurnal CancerPrevention
Research menunjukkan bahwa sekelompok orang dengan H. Pylori yang makan
secangkir brokoli setiap hari selama delapan minggu mengalami berkurangnya radang
lambung dan infeksi. Yogurt juga merupakan pilihan yang sangat baik untuk membantu
usus kembali normal dan tingkat keseimbangan asam di perut (Hirlan, 2009).
Buah pilihan untuk gastritis seperti makan sehari 2-4 porsi apel, pisang, pir,
peach, anggur, melon, dan kiwi untuk meringankan asam lambung, ada juga beberapa
buah dan permen yang dianjurkan untuk penderita gastritis seperti : cranberry, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa cranberry dapat menghambat pertumbuhan lebih lanjut
dari H. Pylori. Mastic, Secara tradisional digunakan untuk tukak lambung dan
menghambat pertumbuhan lebih lanjut dari H. Pylori.DGL-licorice, permen ini adalah
yang terbaik memakannya satu jam sebelum atau dua jam setelah makan.Peppermint,
ini dapat membantu meringankan gejala tukak lambung (Hirlan, 2009).
2.1.9 Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat gastritis akan dapat mengakibatkan peptic ulcers
dan perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat mengakibatkan
resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus-menerus pada
dinding lambung dan perubahan pada sel-sel dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada sel-
sel kelenjar dalam mukosa. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H.Pylori
adalah MALT (mukosa associated lympoihoid tissue), Lymphomas, kanker ini
berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekbalan pada dinding lambung.
Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahun awal.
Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan
oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual, dan
kemungkinan nyari dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu
sendiri.Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran
pasti tentang nyeri itu sendiri. (Prasetyo, 2010)
a. Karakteristik Nyeri
Karakteristik nyeri meliputi lokasi, penyebaran nyeri, dan kemungkinan penyebaran,
durasi (menit, jam, hari, bulan) serta irama (terus-menerus, hilang timbul, periode
bertambah atau berkurangnya intensitas nyeri) dan kualitas nyeri.(Prasetyo, 2010)
2.2.4Mekanisme nyeri
Nyeri merupakan suatu fenomena yang penuh rahasia dan mengunggah rasa ingin tahu
para ahli.Begitu pula untuk menjelaskan bagaiman nyeri tersebut terjadi masih
merupakan suatu misteri.Namun demikian ada beberapa teori yang menjelaskan
mekanisme transmisi nyeri.Teori tersebut di antaranya adalah the specifity theory, the
intensity, dan gate control theory.
Implus nosiseptif
Dihantarkan ke talamus
Nyeri
1. Pengkajian nyeri
Prasetyo (2010) mengatakan tindakan perawat yang perlu dilakukan oleh perawat dalam
melakukan pengkajian pada pasien nyeri akut adalah :
a. Mengkaji perasaaan klien (respon psikologi yang muncul).
b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien
dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri ), sebaiknya perawat
berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba
mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri. Terdapat komponen yang
harus diperhatikan seorang perawat didalam memulai mengkaji respon nyeri
yang dialami oleh klien. Girton (1984 dalam Prasetyo, 2010), mengidentifikasi
komponen- komponen tersebut, diantaranya :
1. Penentuan ada tidaknya nyeri:
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai
ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun adanya observasi perawat
tidak menemukan adanya cedera atau luka.Setiap nyeri yang dilaporkan oleh
klien adalah nyata.Sebaliknya ada beberapa pasien yang terkadang justru
menyambunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan.
2. Skala Numerik
Skala Numerik digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian
kata.Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0 sampai
10.Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10
mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini
efektif digunakan untuk mengkaji intensitas terapeutik
5. Durasi (T:time)
Perawat menanyakan pada pasien untuk
Table skala nyeri
Skala Keterangan
0 Tidak ada nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan
aktivitas yang biasa dilakukan
10 Sangat nyeri dan tak bisa dikontrol
3. Respon fisiologis : pada saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju ke
batang otak dan thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai
bagian dari repoon stres. Stimulus pada cabang simpatis pada sistem saraf
otonom menghasilkan respon fisiologis.
4. Respon perilaku : perawat perlu belajar dan mengenal berbagai respon
perilaku tersebut untuk memudahkan dan membantu dalam mengidentifikasi
masalah nyeri yang dirasakan klien. Respon perilaku yang biasa ditunjukkan
adalah merubah posisi tubuh, menghusap bagian yang sakit, menggeretakkan
gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerang, mengaduh, menjerit,
meraung.
5. Respon afektif : respon afektif juga perlu diperhatikan oleh seorang perawat
di dalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri.
Annsietas (kecemasan) perlu digali dengan menanyakan pada pasien seperti:
“apakah saat ini Anda merasakan cemas?.Selain itu juga adanya depresi,
ketidaktertarikan pada aktivitas fisik dan perilaku menarik diri dari
lingkungan yaang perlu diperhatikan.
6. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien: klien yang merasakan nyeri setiap
hari akan mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-harinya.
7. Persepsi klien tentang nyeri : dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi
klien tentang nyeri, bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang ia
alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan
disekitarnya.
8. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri : terkadang individu memiliki cara
masingmasing dalam beradaptasi terhadap nyeri. Perawat dalam hal ini perlu
mengkaji cara-cara apa saja yang biasa klien gunakan untuk menurunkan
nyeri yang ia rasakan.
2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai statuskesehatan
klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri,dan hasil
konsultasi dari medis atau pun profesi kesehatan lainnya. Data focus adalah data tentang
perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatandan masalah kesehatannya
serta hal-hal yang mencakup tindakan yangdilaksanakan terhadap klien. (Prasetyo,
2010)Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yangdilakukan
secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhankeperawatan dan
kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahapawal dalam proses
keperawatan. Dari informasi yang tekumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-
masalah yang dihadapi klien.Selanjutnya data dasar itudigunakan untuk menentukan
diagnonis keperawatan, merencanakan asuhankeperawatan, serta tidakan keperawatan
untuk mengatasi masalah-masalah klien.Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk
rumah sakit, selama klien dirawatsecara terus menerus, serta pengkajian ulang untuk
menambah/melengkapi data(Prasetyo, 2010).
Tujuan pengumpulan data
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien.
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya.
Tipe Data:
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
dankejadian.Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup
persepsi, perasaan,ide klien terhadap status kesehatannya, misalnya tentang nyeri,
perasaan lemah, ketakutan,kecemasan, frustasi, mual, perasaan malu.
2. Data Objektif
Adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca
indera(lihat, dengar, cium, sentuh/raba) selama pemeriksaan fisik.Misalnya frekuensi
nadi,pernafasan, tekanan darah, berat badan, tingkat kesadaran.
Karakteristik Data
1. Lengkap
Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang
adekuat.Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus mengkaji
lebih dalammengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal sebagai
berikut: apakah tidakmau makan karena tidak ada nafsu makan atau disengaja?,
apakah karena adanya perubahanpola makan atau hal-hal yang patologis?, bagaimana
respon klien mengapa tidak mau makan.
2. Akurat dan Nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawast harus berpikir akurat dan nyata
untukmembuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamatii dan diukur
melaluipemeriksaan, ada tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin
meragukan. Apabila perawat masih kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data
yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang
lebih mengerti. Misalnya, pada observasi: “klien selalu diam dan sering menutup
mukanya dengan kedua tangannya. Perawat berusaha mengajak klien untuk
berkomunikasi, tetapi klien selalu diam dan tidak menjawab pertanyaan
perawat.Selama sehari klien tidak mau makan makanan yang diberikan”, jika
keadaan klien itu ditulis oleh perawat bahwa klien depresi berat, maka hal itu
merupakan perkiraan dari perilaku klien dan bukan data yang aktual.Diperlukan
penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa
adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian.
4. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyyebabkan banyak sekali data yang
harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi.Kondisi seperti
ini bisadiantisipasi dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas.Dengan
mencatat datarelevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data fokus
terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus.
Sumber Data
1. Sumber Data Primer: klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat
menggali informasi yang sebenarnya menggenai masalah kesehatan klien.
2. Sumber Data Sekunder: orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang
tua,suami atau istri, anak, teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan
dalamberkomunikasi atau kesadaarn yang menurun, misalnya klien bayi atau anaka-
anak, qatauklien dalam kondisi tidak sadar.
3. Sumber Data Lainnya
a. Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya: catatan kesehatan terdahulu dapat
digunakan sebagai sumber informasi yang dapat mendukung rencana tindakan
perawatan.
b. Riwayat penyakit: pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat
penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang
difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana tindakan
medis.
c. Konsultasi: kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan
spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam merencanakan
dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu
meneggakkan diagnosa.
d. Hasil pemeriksaan diagnostik: seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes
diagnostik, dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan
dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan
membantu mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan.
e. Perawat lain: jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka
perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat klien
sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan tindakan keperawatan yang telah diberikan.
f. Kepustakaan: untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat
membaca literatur yang berhubungan dengan masalah klien. Memperoleh literatur
sangat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar dan
tepat.
Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
2. Observasi
3. Pemeriksaan fisik
4. Studi dokumentasi
Tujuan:
1. Klien mengatakan merasa sehat dan nyaman.
2. Klien mempertahankan kemampuan untuk melakukan perawatan diri.
3. Klien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki saat ini.
4. Klien menjelaskan faktor-faktor penyebab merasa nyeri.
5. Klien menggunakan terapi yang diberikan di rumah dengan aman.
Rencana Tindakan:
1. Kaji faktor yang dapat menurunkan toleransi nyeri (ketidakpercayaan) orang
lain, kurang pengetahuan, keletihan, kehidupan yang monoton).
2. Kurangi atau hilangkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri.
3. Kolaborasikan bersama klien untuk menentukan metode mana yang dapat
digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri. Pertimbangkan hal berikut
sebelum memilih metode pereda nyeri yang spesifik, yakni kemauan klien
untuk berpartisipasi (motivasi), kemampuann berpartisipasi (ketangkasan,
penurunan sensorik), hal-hal yang disukai, dukungan orang terdekat,
kontraindikasi (alergi, masalah kesehatan), biaya yang dibutuhkan, tingkat
kerumitan, tindkan pencegahan, dan kenyamanan. Jelaskan berbagai metode
pereda nyeri (mis, aplikasi panas atau aplikasi dingin) berikut kewaspadaan
yang diperlukan.
4. Beri pereda nyeri yang optimal bersama analgesik yang diresepkan.
5. Kaji respons klien terhadap obat-obatan pereda nyeri.
6. Bantu keluarga berespons positif terhadap pengalaman nyeri klien.
7. Kaji penegtahuan keluarga dan responsnya terhadap nyeri. Beri klien
kesempatan untuk mendiskusikan ketakutan, kemarahan, dan rasa
frustasinya secara pribadi. Libatkan keluarga dalam sejumlah prosedur
untuk menurunkan nyeri.
8. Berikan informasi kepada klien setelah nyeri hilang atau berkurang.
9. Dorong klien untuk mendiskusikan nyeri yang dialami.
10. Beri pujian untuk kesabaran klien dan sampaikan padanya bahwa ia telah
mengatasi nyeri dengan baik, tanpa memperhatikan perilaku yang ditujukan
klien.
11. Lakukan penyuluhan kesehatan, serta indikasi
Diskusikan bersama klien dan keluarga mengenai metode nyeri noninvasif
(mis, relaksasi, distraksi, masase) dan ajarkan berbagai teknik pilihan pada
klien dan keluarga.
5. Tindakan keperawatan
Menurut Doengoes, 2000 implementasi adalah tindakan pemberiankeperawatan
yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilaksanakan dicatat
dalam catatan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi
terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien. Dalam
melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap pendekatan, yaitu independen,
dependen, interdependen.Tindakan keperawatan secara independen adalah suatu
kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya. Interdependen adalahtindakan keperawatan yang menjelaskan
suatu kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya
tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter. Sedangkan dependen adalah tindakan yang
berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis.Keterampilan yang harus
dipunyai perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap dan
psikomotor.Dalam melakukan tindakan khususnya pada klien dengan gastritis yang
harus diperhatikan adalah pola nutrisi, skala nyeri klien, serta melakukan pendidikan
kesehatan pada klien.
Berbagai tindakan yang dilakukan perawat untuk mengurangi rasa nyeri yang
klien derita, tindakan tersebut meliputi tindakan non farmakologis dan tindakan
farmakologis (Prasetyo, 2008).
6. Evaluasi
Menurut Doengoes, 2000 evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat
terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian,
masalah belum teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi yang dilakukan
adalahevaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan
menilai kemampuan klien dalam merespon rangsangan nyeri, mampu mempertahankan
fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki, mampu menggunakan terapi yang diberikan
untuk mengurangi rasa nyeri (Prasetyo, 2008).
Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifitasan terhadap
tindakan.Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir
tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada
tujuan.Adapun evaluasi dari diagnosa keperawatan gastritis secara teoritis adalah
apakah rasa nyeri klien berkurang, apakah klien dapat mengkonsumsi makanan dengan
baik, apakah terdapat tanda-tanda infeksi, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya
secara mandiri, apakah klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit
gastritis.
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam
meresposns rangsangan nyeri, di antaranya hilangnya perasaan nyeri,
menurunnyaintensitas nyeri, adanya respons fisiologis yang baik, dan pasien mampu
melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.
2.3 Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1 Pengkajian
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama :Ny.P
Jenis kelamin :Perempuan
Umur :46 tahun
Status perkawinan :Sudah menikah
Agama :Islam
Pendidikan :SLTA
Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat :Jln.Antariksa Gg.Pipa 4 No.40
Tanggal pengkajian :3 Mei 2017
Diagnosa medis :Gastritis
C. RIWAYAT PSIKOLOGI
Ny.P mengatakan cemas dengan gangguan kebutuhan tidur yang dialami
klien.
D. RIWAYAT SOSIAL
Ny.P mengikuti acara perwiritan setiap hari jumat yang dilakukan
dirumah warga lingkungan VI tersebut.
E. SPIRITUAL
Ny.P menganut agama islam dan klien mengatakan selalu melakukan
sholat lima waktu.
3.1 KESIMPULAN
Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan
lain. (Charlene J, Reeves, 2001)
Dari asuhan keperawatan pada Ny.P dengan Gastritis di Lingkungan VI
Kelurahan Sari Rejo Kecamatan MedanPolonia, penulis melakukan tindakan selama 3
hari dan penulis menemukan 3 diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny.P yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan kadar asam
lambung ditandai dengan nyeri tekan pada daerah ulu hati (epigastrium).
2. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa tidak nyaman
setelah makan , anoreksia, mual, muntah ditandai dengan wajah Ny.P kelihatan
pucat ,tampak lemah dan tidak berenergi.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan klien
tampak bertanya mengenai makanan yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh
dikonsumsi untuk gastritis.
3.2 SARAN
1. Bagi Mahasiswa Dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini memberikan
pengalaman belajar yang komprehensif bagi penulis, khususnya dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan prioritas masalah nyeri Gastritis di
kelurahan sari rejo.
2. Bagi Keluarga Peran dan perhatian keluarga sebagai support sistem perlu
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan klien selama sakit agar dapat
mempercepat proses penyembuhan klien, keluarga diharapkan selalu menjaga
lingkungan yang sehat, sehingga klien bisa istirahat dengan tenang dan nyaman.
3. Bagi pelayan kesehatan agar penerapan pengkontrolan nyeri dapat di maksimalkan,
mengingat pentingnya intervensi tersebut dilakukan pada pasien gastritis sehingga
masalah dapat diatasi dan untuk lebih meningkatkan kepedulian pada pasien
gastritis dalam pengontrolan rasa nyaman nyeri.
Daftar pustaka