Anda di halaman 1dari 4

STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN INKONTINENSIA URIN STRESS

Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Indonesia (SDKI)
Definisi : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x… jam, diharapkan Latihan Otot Panggul
Kebocoran urine mendadak dan tidak dapat inkontinensia urin stress dapat teratasi dengan kriteria hasil : Observasi :
dikendalikan karena aktivitas yang □ Monitor pengeluaran urine
meningkatkan tekanan inraabdominal Kontinensia Urine Terapeutik :
□ Kemampuan berkemih □ Berikan reinforcement positif selama melakukan latihan dengan
Gejala dan Tanda Mayor □ Nokturis benar
Subjektif : □ Residu volume urin setelah berkemih Edukasi :
 mengeluh keluar urine <50ml saat □ Distensi kandung kemih □ Anjurkan berbaring
tekanan abdominal meningkat (mis. □ Dribbling □ Anjurkan tidak mengontrasikan perut, kaki dan bokong saat
saat berdiri, bersin, tertawa, berlari □ Heristancy melakukan latihan otot panggul
atau mengangkat benda berat) □ Enuresis □ Anjurkan menambah durasi kontraksi-relaksasi 10 detik dengan
Objektif : □ Verbalisasi pengetahuan urintidak tuntas siklus 10-20 kali, dilakukan 3-4 kali sehari
 (Tidak tersedia) □ Frekuensi berkemih □ ajarkan mengkontraksikan otot uretra dan anus seperti menahan
□ Sensasi berkemih BAB/BAK selama 5 detik kemudian dikeluarkan dan
relaksasikan dengan siklus 10 kali
Gejala dan Tanda Minor Eliminasi Urine □ Ajarkan mengevaluasikan latihan yang dilakukan dengan cara
Subjektif :  Sensasi berkemih menghentikan urine sesaat saat BA, seminggu sekali
 Pengeluaran urine tidak tuntas  Desakan berkemih (urgensi) □ Anjurkan latihan semala 6-12 minggu
 Urgensi miksi  Distensi kandung kemih Kolaborasi :
 Frekuensi berkemih meningkat  Berkemih tidak tuntas (hesytan cy) □ Kolaborasi rehabilitas medik untuk mengukur kekuatan
Objektif :  Volume residu urine kontraksi otot dasar panggu, jika perlu
 Overdistensi abdomen  Urine menetes (dribblling)
 Nokturia Perawatan Inkontinensia Urine
Observasi :
 Mengompol
Kondisi klinis terkait : □ Identifikasi penyebab inkontinensia urine urine (mis. disfungsi
 Enuresis
 Obesitas neurologis, gangguan medula spinalis, gangguan refleks
 Disuria destrusor, obat – obatan, usia, riwayat operasi, gangguan fungsi
 kehamilan/melahirkan  Anuria kognitif)
 Menopose
□ identifikasi perasaan dan persepsi pasien terhadap inkntinensia
 Infeksi saluran kemih urien yang dialaminya
 Operasi abdomen □ Monitor keefektifan obat, pembedahan dan terapi modalitas
 Operasi prostat berkemih
 Penyakit Alzheimer □ Monitor kebiasaan BAK
 Cedera medula spinalis Terapeutik :
□ Bersihkan genital dan kulit secara rutin
□ Berikan pujian atas keberhasilan mencegah inkontinensia urine
□ Buat jadwal konsul obat – obatan diuretik
□ Ambil sampel urine untuk pemeriksaan urine lengkap atau
1
kultur
Edukasi :
□ Jelaskan defenisi, jenis inkontinensia, penyebab inkontinensia
urine
□ Jelaskan program penanganan inkontinensia urine
□ Jelaskan jenis pakaian dan lingkungan yang mendukung proses
berlemih
□ Anjurkan membatasi konsumsi cairan 2 – 3 jam menjelang
tidur
□ Anjurkan memantau cairan keluar dan masuk serta pola
eliminasi urine
□ Anjurkan minum mininal 1500cc/hari, jika tidak
kontraindikasi
□ Anjurkan menghindari kopi, minum bersoda, teh dan cokelat
□ Anjurkan konsumsi buah dan sayur untuk menghindari
konstipasi
Kolaborasi :
□ Rujuk ke ahli inkontinensia, jika perlu

2
LEMBAR IMPLEMENTASI & EVALUASI
Hari/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Nama/
tanggal tanda
tangan
Pagi

Siang

Malam

3
4

Anda mungkin juga menyukai