PERBANKAN SYARIAH VI C
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SUMATERA UTARA
T.A 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji Syukur kehadirat Allah SWT. karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan materi ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Resiko Bank Syariah . Sholawat dan salam marilah kita hadiahkan kepada
junjungan Nabi kita Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman jahiliah hingga ke
zaman islamiyah.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari kesempurnan baik dari segi
penulisan,kebahasaan maupun penyusunannya oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik
dan sarannya dari para Pembaca demi menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, Penulis mengucapkan teima kasih kepada semua pihak yang bersangkutan
dalam penyusunan Makalah ini semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Amin ya rabbal alamin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini, terutama di era digital, adanya inovasi teknologi keuangan (fintech) yang terus
berubah, membuat semakin tinggi juga potensi resiko yang dihadapi perbankan syariah.
Semua kegiatan perbankan Syariah pastinya memiliki potensi risiko yang dapat mengusik
kinerja bank. ada beberapa yang menjadi persoalan ini terjadi yaitu disebabkan karena
,Menurut hasil penelitian IRTI menunjukkan pelaksanaan GCG belum terlaksana dengan baik
di perbankan syariah Indonenesia. Untuk mengendalikan risiko yang dapat mengusik kinerja
bank tersebut, maka diperlukan upaya untuk mengelola risiko. Kondisi perubahan-perubahan
1
berpotensi meningkatkan risiko terhadap perbankan Islam dimana semua risiko ini mutlak
harus dikelola. Bank wajib menerapkan manajemen risiko sebagai usaha untuk memitigasi
risiko. Penerapan GCG terbukti di dalam penelitian di beberapa lembaga keuangan syariah di
dunia Muslim dapat meningkatkan reputasi dan kepercayaan masyarakat kepada bank
syariah.
Masa depan perbankan sangat ditentukan oleh kemampuan manajemen perbankan Islam
dalam menghadapi berbagai perubahan pesat yang terjadi saat ini. Untuk itu Bank perlu
memperhatikan seluruh Risiko baik yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi kelangsungan usahanya. Makalah ini akan membahas tentang risiko reputasi
perbankan syariah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko kerusakan potensial sebagai akibat opini negatif publik
terhadap kegiatan bank sehingga mengalami penurunan jumlah nasabah atau menimbulkan
biaya besar karena gugatan pengadilan atau penurunan pendapatan. Dalam Peraturan Bank
Indonesia No. 13/23/PBI/2011 dikatakan risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya
tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. 1
Berdasarkan penjelasan Pasal 3 ayat (1) huruf e POJK MR BPRS, Risiko reputasi adalah
risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan pemangku kepentingan yang bersumber dari
persepsi negatif terhadap BPRS.2 Risiko reputasi dapat bersumber dari berbagai aktivitas
bisnis BPRS antara lain kejadian yang telah merugikan reputasi BPRS misalnya pemberitaan
negatif di media massa, pelanggaran etika bisnis, dan keluhan nasabah. Risiko reputasi suatu
bank adalah kumpulan citra bank di benak khalayak atau stake holder. Reputasi
mencerminkan persepsi publik terkait tindakan yang dilakukan suatu bank, bisa juga
disebabkan adanya publikasi negatif terhadap suatu bank.
Risiko reputasi merupakan Risiko yang tidak berdiri sendiri, melainkan Risiko derajat
kedua (second tier risk) yaitu Risiko yang terjadi karena dipicu oleh Risiko lain seperti Risiko
kredit, Risiko likuiditas, atau Risiko operasional. Dengan demikian, dalam menilai Risiko
reputasi perlu dipahami keterkaitan antara Risiko reputasi dan Risiko lain. Risiko reputasi
dibentuk dari berbagai atribut, yaitu : tanggung jawab sosial, daya tarik emosional, kinerja
finansial, produk dan pelayanan, visi dan kepemimpinan, lingkungan tempat kerja.
Pengelolaan reputasi cenderung semakin sulit untuk dikelola, kehilangan reputasi yang
baik jauh lebih gampang dibanding usaha untuk membangunnya. Mempertahankan reputasi
perbankan tidaklah mudah, apalagi mempertahankan reputasi yang baik dari perusahaan.
Mengingat reputasi perusahaan merupakan resultan dari pemenuhan terhadap ekspektasi
rasional dan ekspektasi emosional masing-masing stakeholder terhadap perusahaan dalam
setiap momen interaksinya.
1
Jureid, “Manajemen Risiko Bank Islam (Penanganan Pembiayaan Bermasalah Dalam Produk Pembiayaan Pada
PT. Bank Muamalat Cabang Pembantu Panyabungan”.Analytica IslamicaVol. 5 No. 1, 2016, hal 88
2
Arsyadona,Dkk, “Manajemen Risiko Reputasi Pada Bank Syariah”. ISBN 978-602-52720-7-3, Februari 2020,
hal. 658
3
Resiko reputasi memang tidak menimbulkan dampak langsung secara finansial, tetapi
secara perlahan resiko ini mengikis tingkat kepercayaan nasabah. Bank termasuk industri
yang mempunyai sensitivitas tinggi terhadap kepercayaan publik. Hal-hal yang sangat
berpengaruh terhadap reputasi antara lain:
a. Manajemen
b. Pemegang saham
c. Pelayanan yang disediakan
d. Penerapan prinsip-prinsip syariah
e. Publikasi
Menurut Adiwarman, bila manajemen dalam pandangan para stakeholder dinilai baik
maka risiko reputasi menjadi rendah, demikian juga bila perusahaan dimiliki oleh pemegang
saham yang kuat maka risiko reputasi juga rendah. Dalam hal pelayanan, bila pelayanan
kurang baik maka risiko reputasi menjadi tinggi. Dalam penerapan prinsip-prinsip syariah
haruslah dilaksanakan secara konsekuen agar tidak timbul penilaian negative terhadap
penerapan sistem syariah tersebut yang dapat mengakibatkan timbulnya publikasi negatif
sehingga akan menaikkan tingkat risiko reputasi.
Karena Pentingnya, risiko reputasi juga dimasukkan dalam Peraturan Bank Indonesia
(PBI) No.5 tahun 2003 tentang Penerapan manajemen risiko bagi bank umum. Bahkan
sebuah penelitian menyatakan 84% responden setingkat presiden direktur industri keuangan
dalam lima tahun terakhir fokus pada pengelolaan risiko reputasinya. Seperti yang sudah
digambarkan di awal, Bank syariah memiliki risiko reputasi yang lebih berat bobotnya
dibandingkan dengan bank konvensional. Karena masyarakat tidak hanya melihat pada aspek
operasional tetapi juga spiritual. Apalagi umur industri perbankan syariah masih muda, belum
sampai dua dasawarsa. Ditambah lagi pangsa pasarnya yang masih buncit di arena perbankan
nasional. Bahkan dengan size industri yang masih kecil, reputasi negatif bisa berdampak
sistematik kepada industri keuangan syariah. Oleh karena itu bank syariah harus memiliki
manajemen reputasi yang baik.3
3
Joko Hadi PUrnomo, “Manajemen Risiko Di Perbankan Syariah”. AL-HIKMAH Jurnal Studi Keislaman, Vol.
9 No. 2, September 2019, hal 240
4
2.2 Akibat Terjadinya Risiko Reputasi
Risiko ini timbul, antaralain karena adanya pemberitaan media dan rumor mengenai bank
yang bersifat negatif serta adanya strategi komunikasi bank yang kurang efektif. Publikasi
negatif terhadap salah satu bank islam akan mencemari reputasi bank islam lainya, meskipun
bank islam lain tidak terlibat dalam tindakan yang bertanggung jawab tersebut. Dampak dari
publikasi negatif juga berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh, likuiditas, dan
mempengaruhi harga saham bank islam yang bersangkutan.4
Penyebab munculnya risiko reputasi bisa dari mana saja, namun yang terparah jika
perusahaan mengalami kasus hokum dan penyimpangan.
Reputasi merupakan intangible assets, yang berasal dari akumulasi tindakan, nilai-nilai
dan kinerja perusahaan secara bertahap dan dalam jangka waktu yang lama. Risiko ini
mengalami ujian, dari waktu ke waktu, dan dapat disebabkan oleh risiko lain, yaitu: risiko
hukum, risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko stratejik, risiko
kepatuhan. Dengan demikian, untuk mengendalikan dan menjaga risiko reputasi, harus
menerapkan dan menjaga risiko lainnya agar tidak mengenai perusahaan.
Kesulitan dalam mengelola risiko reputasi disebabkan oleh empat faktor berikut:
1. Risiko reputasi dapat datang dari berbagai sumber, baik dari dalam perusahaan
maupun supply chain yang lebih luas, sehingga membuat risiko ini sulit untuk
dipantau dan dicari penyebabnya;
2. Sulitnya mendefinisikan dan mengkategorikan risiko reputasi. Risiko reputasi
memiliki keunikan tersendiri, dimana risiko ini tidak berdiri sendiri, melainkan
4
Dodi Eka Nugraha, “Manajemen Risiko Reputasi Perbankan Syariah, EKSISBANK Vol. 3 No. 2, Desember
2019, hal.105
5
merupakan efek dari kejadian-kejadian operasional bisnis. Hal ini menyebabkan
perusahaankesulitan untuk merancang dan mengambil tindakan lanjut terhadap risiko;
3. Panduan dan masukan mengenai cara pengelolaan risiko reputasi masih relatif langka;
4. Risiko reputasi sulit untuk diukur. Hal ini disebabkan reputasi merupakan aset tak
berwujud yang mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan secara langsung, tetapi
melalui transmisi tertentu.
Reputasi merupakan aset penting bagi perusahaan karena reputasi dapat mempengaruhi:
a. Pengaruh reputasi dari pemilik bank dan stakeholder, indikatornya yaitu kredibilitas
pemilik dan perusahaan terkait, kejadian reputasi pada pemilik dan perusahaan terkait.
Pengaruh reputasi dari pemilik bank merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
peningkatan risiko reputasi pada bank syariah. Kredibilitas memang sangat berpengaruh
terhadap reputasi suatu perusahaan contohnya seperti ketika suatu bank banyak para
nasabahnya karena atas dasar kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Reputasi dari
stakeholder disini memiliki peranannya masing -masing dan ini mengakibatkan upaya untuk
membangun reputasinya membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
6
membangun citra perusahaan. Karyawan lembaga perbankan harus yang sudah
berpengalaman atau yang mempunyai keahlian di bidangnya, itu salah satu hal yang bisa
meningkatkan reputasi suatu lembaga perbankan.
c. Kompleksitas produk dan kerja sama bisnis bank Syariah, indikatornya yaitu
jumlah dan tingkat penggunaan nasabah atas produk bank syariah yang kompleks, jumlah dan
materialitas kerja sama bank syariah dan mitra bisnis. Produk yang kompleks dan kerja sama
dengan mitra bisnis dapat tereskpose pada risiko reputasi apabila terdapat kesalahpahaman
penggunaan produk/jasa pada mitra bisnis misalnya jasa perbankan dengan produk
reksadana.
Menurut Louisot J.P. dan Rayner J. Reputasi mencakup persepsi dari stakeholders
mengenai seluruh aspek organisasi. Mereka mengajukan sebuah teori sederhana mengenai
bagaimana cara membentuk reputasi yang baik. Teori tersebut menyatakan bahwa reputasi
yang baik dapatdiperoleh organisasi apabila organisasi tersebut berhasil memenuhi atau
7
melebihi ekspektasi stakeholdersnya, sedangkan reputasi yang buruk akan diperoleh
organisasi apabila mereka tidak dapat memenuhi ekspektasi stakeholders.
Cara pengendalian risiko reputasi yang terbaik adalah dengan melakukan program
antisipasi/preventive action dan program pemeliharaan reputasi. Risiko Reputasi adalah suatu
risiko yang abstrak dan berbentuk intangible asset bagi perusahaan. Penanganan risiko
reputasi sebaiknya secara preventive karena biaya penyelesaian risiko ini sangatlah besar dan
akibatnya dapat merusak serta membunuh perusahaan. Contoh tanda-tanda reputasi yang
telah terkena adalah apabila nama perusahaan yang tercemar telah dimuat di sebuah headline
surat kabar atau media masa lainnya. Sebelum risiko terjadi secara keseluruhan dan
bersamaan, perusahaan perlu melakukan suatu analisis simulasi dengan metode what if
analysis.
Bila parameter yang dominan mempengaruhi terjadinya risiko, maka dibuat suatu analisis
dengan metode stress test. Risiko dihitung berdasarkan kerugian yang akan ditimbulkannya,
apakah akan menggerogoti cadangan pembentukan risiko kredit, pasar dan operasional,
ataukah sampai menghapuskan keuntungan dan yang paling parah adalah bila dampak risiko
telah mengurangi modal hingga menghabiskan modal perusahaan. Hal ini disebut dengan
timbulnya unex pectedrisk, yang antara lain disebabkan karena cara strophicrisk sehingga
perusahaan gagal. Tidak jarang perusahaan yang demikian dinyatakan berstatus bank cruptcy.
Risiko reputasi dapat dikurangi apabila semua pegawai bank patuh pada ketentuan
eksternal dan internal yang berlaku. Oleh karena itu, bank perlu meningkatkan kepatuhan
terhadap ketentuan yang berlaku dalam rangka mengendalikan risiko reputasi.Bank segera
mengatasi adanya keluhan nasabah dan gugatan hukum yang dapat meningkatkan eksposur
risiko reputasi antara lain dengan cara melaku kan komunikasi dengan nasabah atau
counterparty. secara berkesinambungan, dan melakukan perundingan bilateral dengan
nasabah untuk menghindari litigasi dan tuntutan hukum. dapat melakukan kerja sama dengan
pihak ketiga sepertii penggunaan outsourcing dalam rangka mengendalikan risiko reputasi
dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat atas penggunaan outsourcing tersebut.5
5
Ikatan Bankir Indonenesia..Manajemen Risiko Tingkat II.Jakarta.PT Gramedia Pustaka Utama,2015
hal 179
8
Namun bank tetap bisa kembali memulihkan reputasinya melalui beberapa langkah
strategis.6
1. Mengidentifikasi penyebab utama turunnya reputasi dan faktor-faktor pendorong pulihnya
reputasi. Perlu mengidentifikasi persepsi mana saja yang bisa dikontrol dan dikelola.
Kemudian buatlah kebijakan, aturan dan prosedur yang tepat untuk menangani risiko reputasi
sehingga pemulihan kepercayaan nasabah bisa naik diraih.
2. Pertimbangkan persepsi publik untuk tiap keputusan yang hendak diambil. Persepsi
publik sangatlah penting guna menentukan strategi berikutnya. Ketiga; membangun
komunikasi secara terus-menerus dan periodik dengan seluruh pemangku kepentingan,
terutama guna menjaga kepercayaan. Jika reputasi rusak maka kepercayaan publik terhadap
bank akan hilang. Sampaikan kondisi perbankan secara transparan dan akurat. Bentuk
komunikasi bisa dilakukan melalui beberapa cara, yaitu pihak bank harus berjiwa besar untuk
mengakui kesalahan yang terjadi, dan mengekspresikan empati akan kejadian tersebut.
Bank harus mempunyai komitmen kuat untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi
lyang tentunya solusi strategis tersebut harus mengutamakan kepentingan berbagai pihak.
Kadang ada bank yang lepas tanggung jawab dengan memberi ganti rugi yang sangat
minimal. Tindakan semacam itu justru memperkeruh masalah, dan akan lebih sulit
memulihkan kepercayaan nasabah. Karena itu, bank harus mampu mengontrol situasi secara
cepat dan profesional, dan selalu meningkatkan kewaspadaan supaya tak ada situasi yang
dimanfaatkan pihak-pihak lain yang tidak bertanggung jawab
Penerapan manajemen risiko, khususnya risiko reputasi bagi bank syariah, baik secara
individual maupun bagi bank secara konsolidasi dengan perusahaan anak paling tidak
mencakup hal-hal sebagai berikut.
Bank syariah wajib menerapkan manajemen risiko melalui pengawasan aktif dewan
komisaris, direksi, dan DPS untuk risiko reputasi. Selain melaksanakan pengawasan aktif,
bank syariah perlu juga menambahkan penerapan beberapa hal dalam tiap aspek pengawasan
aktif oleh dewan komisaris, direksi, dan DPS, yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
6
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2014/06/04/263387/Mengelola-Risiko-Reputasi-Bank.
(Mutamimah, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, 09 Januari 2017)
9
a. Kewenangan dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi
1) Dewan komisaris dan direksi harus memberikan perhatian terhadap pelaksanaan
manajemen risiko untuk risiko reputasi oleh unit-unit terkait (corporate secretary,
humas, dan unit bisnis terkait).
2) Dewan komisaris dan direksi harus berperilaku secara profesional dan menjaga etika
bisnis sehingga dapat menjadi contoh bagi seluruh elemen organisasi bank syariah
dalam upaya membangun dan menjaga reputasi.
3) Direksi harus menetapkan satuan kerja/fungsi yang memiliki kewenangan dan
tanggung jawab untuk memberikan informasi kepada nasabah dan para pemangku
kepentingan bank terkait dengan aktivitas bisnis bank dalam rangka mengendalikan
risiko reputasi.
4) Dewan Pengawas Syariah harus melakukan evaluasi (review) atas kebijakan
manajemen risiko khususnya aspek reputasi yang terkait dengan pemenuhan Prinsip
Syariah.
5) Dewan Pengawas Syariah harus mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas
pelaksanaan kebijakan manajemen risiko khususnya evaluasi (review) atas kebijakan
manajemen risiko khusuan aspek reputasi yang terkait dengan pemenuhan Prinsip
Syariah.
6) Dewan Pengawas Syariah harus mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas
pelaksanaan kebijakan manajemen risiko khususnya aspek reputasi yang terkait
dengan pemenuhan Prinsip Syariah yang terkait dengan pemenuhan Prinsip Syariah.
10
2) Satuan kerja yang melaksanakan manajemen risiko untuk risiko reputasi seperti
corporate secretary, humas, investor relation, antara lain bertanggung jawab yang
mencakup hal-hal berikut:
a) Menjalankan fungsi kehumasan dan merespons pemberitaan negatif atau
kejadian lainnya yang memengaruhi reputasi bank syariah dan dapat
menyebabkan kerugian bank syariah.
b) Mengomunikasikan informasi yang dibutuhkan para pemangku kepentingan:
investor, nasabah, kreditur, asosiasi, dan masyarakat.
2. Kebijakan, prosedur, dan penetapan limit
Bank syariah perlu menambahkan penerapan beberapa hal dalam tiap aspek kebijakan,
prosedur, dan penetapan limit dalam melaksanakan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit
untuk risiko reputasi yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
11
a) Struktur manajemen krisis
b) Prosedur manual manajemen krisis.
d. Limit Limit risiko reputasi secara umum bukan merupakan limit yang dapat
dikuantiiikasi secara finansial. Sebagai contoh, limit waktu merespons keluhan
nasabah dan batasan waktu menunggu dalam antrean untuk mendapat pelayanan.
Bank syariah perlu menambahkan penerapan beberapa hal dalam melakukan penerapan
manajemen risiko melalui proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian
risiko serta SIM risiko untuk risiko reputasi dalam tiap proses dimaksud, sebagai berikut:
7
Dodi Eka Nugraha, “Manajemen Risiko Reputasi Perbankan Syariah, EKSISBANK Vol. 3 No. 2, Desember
2019, hal.104
12
tersebut disusun dalam suatu data statistik yang dapat digunakan untuk
memproyeksikan potensi kerugian pada suatu periode dan aktivitas fungsional
tertentu.Dalam proses pengukuran risiko reputasi ini, bank dapat
menggunakan kombinasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif.Bank memantau
risiko reputasi secara berkala sesuai dengan pengalaman kerugian di masa lalu
yang disebabkan oleh risiko reputasiSistem informasi manajemen harus dapat
menyediakan laporan eksposur risiko reputasi secara lengkap, akurat dan tepat
waktu dalam rangka proses pengambilan keputusan oleh Direksi.8
8
Ikatan Bankir Indonenesia..Manajemen Risiko Tingkat II.Jakarta.PT Gramedia Pustaka Utama,2015
hal 178
13
b) Pemulihan reputasi bank syariah setelah terjadi kejadian yang menimbulkan risiko
reputasi, yaitu segala respons bank syariah untuk memulihkan reputasi dan
mencegah terjadinya pemburukan reputasi bank syariah.
3. Mitigasi risiko reputasi maupun kejadian yang menimbulkan risiko reputasi dilakukan
dengan mempertimbangkan materialitas permasalahan dan biaya. Meskipun
demikian, dapat saja risiko reputasi tersebut diterima sepanjang masih sesuai dengan
tingkat risiko yang akan diambil.
4. Tindakan pencegahan dan pemulihan risiko reputasi dalam rangka pengendalian
risiko reputasi yang lebih besar pada masa depan, yang telah dilakukan perlu diikuti
dengan perbaikan pada kelemahan pengendalian dan prosedur yang memicu
terjadinya risiko reputasi.
d. Sistem infomasi Manajemen Risiko Reputasi
1) Bank syariah harus memiliki prosedur reguler dan mekanisme pelaporan risiko
reputasi/kejadian yang menimbulkan risiko reputasi, baik secara tertulis maupun
melalui sistem elektronik termasuk pembahasan dalam board/ management meeting.
2) Bank syariah harus memiliki mekanisme sistem peringatan dini untuk memberikan
sinyal kepada manajemen sehingga dapat melakukan respons -respons dan mitigasi
yang dibutuhkan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Risiko adalah suatu kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak diinginkan, yang
dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola
semestinya.Sedangkan Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang
timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.
Risiko reputasi itu risiko akibat menurunnya kepercayaan stakeholder yang bersumber
dari persepsi negatif terhadap bank dampak kejadian risiko reputasi pada umumnya
menyebabkan kerugian non finansial bagi bank. Risiko reputasi terjadi akibat kejadian-
kejadian yang merugikan reputasi bank syariah misalnya pemberitaan negatif di media massa,
pelanggaran etika, dan keluhan nasabah yang bias menyebabkan risiko reputasi, Dalam
pengelolaan risiko reputasi bank syariah, ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
15
DAFTAR PUSTAKA