Anda di halaman 1dari 81

NATIONAL BRIDGE COMPETITON THE

9th CIVIL ENGINEERING CONTEST

PROPOSAL PERENCANAAN JEMBATAN

Whitney Team

Sheldon Gate Bridge

PROGRAM

STUDI S1-
TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS DIPONEGORO

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya proposal ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada junjunan kita, Nabi Muhammad SAW. dan beserta para
keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Berkat bimbingan dari berbagai pihak, proses penyusunan proposal ini


dapat berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Ibu Fisca Igustiany , SST., MT., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelasaikan
proposal ini.
2. Bapak Hendry, Dipl. Ing. HTL., MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bandung yang telah melancarkan proses dalam
penyelesaian proposal ini.
3. Serta pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan


proposal ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam
proposal ini karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Terimakasih atas perhatiannya.

Bandung, Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1

1.3 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 1

1.4 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

BAB 3 DESAIN JEMBATAN ............................................................................. 6

3.1 Spesifikasi Material .................................................................................. 6

3.2 Konsep Pemilihan Desain ......................................................................... 6

3.3 Analisa Struktur ....................................................................................... 7

3.4 Keuntungan dan Kerugian Desain ......................................................... 68

BAB 4 RENCANA ANGGARAN BIAYA ........................................................ 69

BAB 5 PENUTUP ............................................................................................. 70

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 70

5.2 Saran ........................................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 71

LAMPIRAN ...................................................................................................... 71

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Diagram Alir Metode Perancangan Jembatan ................................... 7


Gambar 3. 2 Desain Jembatan Sheldon Gate Bridge ............................................. 8
Gambar 3. 3 Tampak melintang struktur atas jembatan ........................................ 9
Gambar 3. 4 Tampak Memanjang Konstruksi Atas Jembatan ............................... 9
Gambar 3. 5 Penampang tiang............................................................................ 10
Gambar 3. 6 Pembebanan Beban Truk ............................................................... 17
Gambar 3. 7 Kondisi I ........................................................................................ 17
Gambar 3. 8 Momen Akibat MS ........................................................................ 18
Gambar 3. 9 Gambar Lintang Akibat MS ........................................................... 18
Gambar 3. 10 Momen akibat MA ....................................................................... 19
Gambar 3. 11 Gambar Lintang akibat MA ......................................................... 19
Gambar 3. 12 Momen Akibat Pejalan Kaki ........................................................ 19
Gambar 3. 13 Gambar Lintang Akibat Pejalan Kaki ........................................... 19
Gambar 3. 14 Momen pada Kondisi 1 ................................................................ 20
Gambar 3. 15 Lintang pada Kondisi 1 ................................................................ 20
Gambar 3. 16 Momen Akibat Angin .................................................................. 20
Gambar 3. 17 Lintang Akibat Angin .................................................................. 20
Gambar 3. 18 Mu tumpuan hasil analisi pada sap2000 ....................................... 22
Gambar 3. 19 Rasio Kapasitas Penampang Struktur Jembatan Keseluruhan ....... 26
Gambar 3. 20 Rasio Kapasitas Penampang Tampak Samping ............................ 26
Gambar 3. 21 Rasio Kapasitas Penampang Tampak Atas ................................... 26
Gambar 3. 22 Lendutan terbesar hasil analisis SAP2000 .................................... 27
Gambar 3. 23 Penamaan Gaya – Gaya pada Setiap Batang ................................. 48
Gambar 3. 24 Ilustrasi Sambungan Gelagar Induk dan Gelagar Memanjang ....... 56
Gambar 3. 25 Momen Lapangan ........................................................................ 57
Gambar 3. 26 Momen Tumpuan......................................................................... 57
Gambar 3. 27 Desain penempatan baut pada sambungan gelagar melintang ....... 59
Gambar 3. 28 Detail Penempatan Baut ............................................................... 60
Gambar 3. 29 Sketsa Analisa Perhitungan .......................................................... 64
Gambar 3. 30 Gaya – gaya yang terjadi pada baut .............................................. 65

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Spesifikasi Material Baja dan Beton .................................................... 6


Tabel 3. 2 Data Konstruksi Jembatan ................................................................... 8
Tabel 3. 3 Rekapitulasi Analisa Pembebanan ..................................................... 21
Tabel 3. 4 Kombinasi Beban Kuat 1 ................................................................... 21
Tabel 3. 5 Data Teknis Profil Gelagar Memanjang ............................................. 27
Tabel 3. 6 Tabel Data Teknis Profil Gelagar Melintang ...................................... 31
Tabel 3. 7 Tabel Data Teknis Profil Gelagar Induk Atas..................................... 35
Tabel 3. 8 Tabel Data Teknis Profil Gelagar Induk Bawah ................................. 36
Tabel 3. 9 Kebutuhan Baut ................................................................................. 53
Tabel 3. 10 Tabel Gaya-Gaya pada Baut ............................................................ 62
Tabel 3. 11 Perhitungan Sambungan Geser Murni Gelagar Melintang ................ 66

v
1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat. Infrastruktur pada
saat ini memegang peranan penting sebagai penggerak kebutuhan ekonomi dan
pembangunan. Salah satunya yaitu jembatan sebagai sarana untuk menghubungkan
lalu lintas antar pulau ataupun dengan tujuan lainnya. Keadaan tersebut menjadikan
pembangunan jembatan sangat dibutuhkan untuk menunjang fasilitas masyarakat.
Tentunya jembatan yang dibangun harus memenuhi peryaratan keamanan dan
memiliki nilai ekonomis.

Jembatan merupakan struktur konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan


dua jalan yang terputus akibat adanya rintangan berupa sungai, lembah, jalan raya,
dan lainnya. Jembatan yang ada di wilayah Indonesia umumnya merupakan
jembatan dengan tipe rangka baja. Hal ini dikarenakan baja merupakan material
yang kuat, ringan, dan efisien. Dalam perencanaannya, diperlukan pengetahuan
yang baik mengenai sifat dari struktur baja tersebut juga jenis rangka yang akan
dipakai untuk mencapai jembatan yang efisien, ekonomis dan indah. Dalam
Kompetisi “National Bridge Competition The 9th CEIC” dengan tema Perancangan
Jembatan Efisien, ekonomis, tanpa mengesampingkan keindahan dalam rangka
pembangunan nasional yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

Di dalam penyusunan laporan ini terdapat beberapa rumusan masalah, diantaranya:

1. Bagaimana perencanaan jembatan rangka baja yang efisien?


2. Bagaimana perencanaan jembatan rangka baja yang ekonomis?
3. Bagaimana perencanaan jembatan rangka baja yang indah?

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun beberapa manfaat dari penulisan ini, diantaranya:

1. Menjadikan rencana pembangunan jembatan yang efisien

1
2

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam pembangunan


infrastruktur yang lebih baik
3

1.4 Tujuan Penulisan


Tujuan dari perancangan jembatan ini yaitu membangun jembatan rangka baja yang
efisien, ekonomis, dan tanpa mengesampingkan keindahan dalam rangka
pembangunan nasional yang lebih baik.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Jembatan merupakan struktur konstruksi yang berfungsi untuk


menghubungkan dua jalan yang terputus akibat adanya rintangan berupa
sungai, lembah, jalan raya, dan lainnya.
Dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya
mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan
estetika-arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek
estetika (Supriyadi dan Muntohar, 2007).
Menurut (Asiyanto 2008) jembatan rangka baja adalah struktur
jembatan yang terdiri dari rangkaian batang – batang baja yang
dihubungkan satu dengan yang lain. Beban atau muatan yang dipikul oleh
struktur ini akan diuraikan dan disalurkan kepada batang – batang baja
struktut tersebut, sebagai gaya – gaya tekan, Tarik, melalui titik – titik
pertemuan batang (titik buhul). Garis netral tiap – tiap batang yang bertemu
pada titik buhul harus saling berpotongan pada satu titik saja, untuk
menghindari timbulnya momen sekunder.

Tipe-tipe jembatan rangka baja :


a. Warren
Tipe jembatan ini dipatenkan oleh James Warren dan Willooughby
Theobald Monzani pada tahun 1848 di Britaniya raya.Tipe jembatan ini tidak
memiliki batang vertikal pada bentuk rangkanya melainkan bentuk segitiga
sama kaki atau sama sisi. Sebagian batang diagonalnya mengalami gaya tekan
(compression) dan sebagian lainnya mengalami tegangan tarik (Tension).
Jembatan tipe Warren dapat dilihat pada Gambar 2.1.
4

Gambar 2.1 Tipe Warren Truss


b. Pratt
Pratt Truss memiliki anggota batang berbentuk vertikal dan diagonal
yang melandai turun ke arah tengah, kebalikan dari truss Howe. Model ini
dapat dibagi lagi dengan menciptakan pola yang berbentuk Y dan K .Truss
Pratt diciptakan pada tahun 1844 oleh Thomas dan Kaleb Pratt. Truss Ini
praktis untuk digunakan dengan rentang hingga 250 kaki dan merupakan
konfigurasi umum untuk jembatan kereta api. Tipe Pratt Truss dapat dilihat
pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Tipe Pratt Truss


c. Howe truss
Jembatan rangka tipe Howe ini merupakan kebalikan sdari tipe
Pratt, ditemukan oleh William Howe di Massachussetts, Amerika Serikat
pada tahun 1840. Tipe Howe Truss dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Tipe Howe Truss

d. Parker
Jembatan tipe Parker dipatenkan oleh Charles H. Parker di tahun 1870
yang merupakan variasi dari rangka tipe Pratt dimana batang atas dan
bawah tidak pararel, melainkan batang atas yang bersudut. Tipe Parker
Truss dapat dilihat pada Gambar 2.4.
5

Gambar 2.4 Tipe Parker Truss


6

BAB 3 DESAIN JEMBATAN

3.1 Spesifikasi Material

Spesifikasi material yang digunakan pada jembatan ini terdapat pada Tabel 3.1

Tabel 3. 1 Spesifikasi Material Baja dan Beton

Material Spesifikasi
Tegangan putus baja (fu) 370 MPa
Tegangan leleh baja (fy) 240 MPa
Modulus elastisitas baja (E) 200.000 MPa
Kuat tekan beton (f’c) 30 MPa
Mutu tulangan (fy) 400 MPa
BJ beton 22 kN/m3
Mutu baut A325
Mutu shear connector BJ55

3.2 Konsep Pemilihan Desain


Konsep pemilihan desain jembatan rangka baja Sheldon Gate Bridge
diambil dari referensi perencanaan model Parker hal ini dilakukan karena
memperhatikan kekuatan tanpa mengesampingkan keindahannya, selain itu juga
model ini sangat cocok sebagai jembatan yang aman dilalui karena bentuknya
memberi rasa nyaman dan aman.
7

3.3 Analisa Struktur


Dalam perancangan bangunan atas jembatan rangka baja Sheldon Gate
Bridge ada beberapa aspek yang harus dilakukan seperti perancangan desain
jembatan, jenis profil-profil baja yang akan digunakan, sambungan baut dan
perhitungan pembebanan. Alur perancangan jembatan rangka baja ini digambarkan
pada diagram alir pada Gambar 3.1.

Gambar 3. 1 Diagram Alir Metode Perancangan Jembatan


8

Gambar 3. 2 Desain Jembatan Sheldon Gate Bridge

Berikut merupakan data konstruksi jembatan, terlihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Data Konstruksi Jembatan

No Uraian Keterangan
1. Tipe Rangka Parker
2. Kelas Muatan A/I
3. Bentang Jembatan (L) 80 meter
4. Lebar Jembatan (B) 9 meter
5. Lebar Badan Jalan 7 meter
6. Lebar Trotoar 1 meter
7. Tinggi Rangka 6 – 12 meter
8. Jarak antar Gelagar Memanjang 1,4 meter
9. Jarak antar Gelagar Melintang 5 meter

1. Perhitungan Sandaran
Railing atau sandaran merupakan pagar yang berfungsi sebagai pengamanan
pengguna jembatan khususnya pejalan kaki. Menurut Pedoman Perencanaan
Pembebanan Jembatan Jalan Raya halaman 10:
9

Gambar 3. 3 Tampak melintang struktur atas jembatan

Gambar 3. 4 Tampak Memanjang Konstruksi Atas Jembatan

Tiang-tiang sandaran pada setiap tepi trotoir harus diperhitungkan untuk


dapat menahan beban horisontal sebesar 100 kg/m` yang bekerja pada tinggi 90
cm diatas lantai trotoir.
Jika gelagar melintang diasumsikan menggunakan IWF 800.300.14.26 dan
rangka induk diasumsikan menggunakan IWF 700.300.13.24 maka tinggi sandaran
dihitung sebagai berikut:
h1 = tinggi sandaran dari trotoar = 0,9 m
h2 = tinggi trotoar = 0,25 m
h3 = tinggi plat lantai kendaraan = 0,20 m
h4 = tinggi gelagar melintang = 0,8 m (IWF 800.300.14.26)
hs = h1 + h2 + h3 + h4 = 0,9 + 0,25 + 0,20 + 0,8
= 2,15 m

Sedangkan tinggi total rangka bila tinggi jembatan yang digunakan yaitu
tinggi minimum untuk jembatan tertutup berdasarkan Pedoman Perencanaan
Pembebanan Jembatan Jalan Raya halaman 22 yaitu sebesar 5 m maka:
htotal rangka = h4 + h3 + 5
10

= 0,800 + 0,20 + 5
=6m
Sandaran diasumsikan menumpu sendi pada rangka utama dengan panjang
sandaran yang menumpu pada rangka utama sebesar (pada tengah bentang):
Dengan menggunakan rumus segitiga:
10 ls
=
6 (6 - 2,15)
10 × (6 - 2,15)
ls = 6

ls = 6,42 m
Data Perencanaan
Sandaran direncanakan menggunakan pipa ∅ 150 mm
σijin = 160 Mpa = 1600 kg/cm2
Ebaja = 2 × 105 MPa
Data Teknis Profil
d = 15 cm I = 488,9721 cm4
t = 0,4 cm d = 15 cm

F = 18,3376 cm2 W = 65,196 cm3


G = 14,395 kg/m
Gambar 3. 5 Penampang tiang
Pembebanan pada Pipa Sandaran
Beban horizontal = 100 kg/m
Beban horizontal terfaktor (H) = 1,6 × 100
= 160 kg/m
Beban vertikal = berat pipa = 14,395 kg/m
Beban vertikal terfaktor (V) = 1,2 × berat pipa

= 1,2 × 14,395
= 17,274 kg/m
Gaya yang akan terjadi akibat beban horizontal dan beban vertikal:
V
R q = R = √V2 +H2

H
= √17,2742 + 1602

= 160,9298 kg/m

q = 160,9298 kg/m
11

Besarnya reaksi tumpuan pada pipa sandaran:


q × ls
RAV = RBV = 2
160,9298 × 6,42
= 2

= 516,5845703 kg
Besarnya momen pada pipa sandaran:
q × ls2
M = 8
160,9298 × 6,42 2
= S
8

= 829,118 kg.m
Kontrol terhadap Bahan dan Tegangan yang Ada
a. Kontrol terhadap lendutan
5 × q × l4 l
<
384 EI 360
4
5 × 160,9298 × 10-3 × (6,42 ×103) l 6420
= 3,64 mm < (= = 17.833 mm) OK
384 ×2 ×105× 488,9721 × 104 360 360

b. Kontrol terhadap momen


σu < σijin
Mu 829,118 × 100
σu =. W =. = 1271,726284 kg/cm2
65,196

σu (= 1271,726284 kg/cm2) < σijin (= 1600 kg/cm2) OK


c. Kontrol terhadap geser
RAV × S 516,284 × 65,196
τ= = = 68,97794 kg/cm2
I 488,72
τijin = 0,58 × σijin = 0,58 × 1600 = 928 kg/cm2
τ (= 68,97794 kg/cm2 ) < τijin (= 928 kg/cm2 ) OK

Jadi pipa ∅ 150 mm dapat dipakai untuk sandaran.


12

2. Perhitungan Lantai Trotoar


Fungsi utama trotoar adalah memberikan layanan yang optimal bagi pejalan
kaki baik dari segi keamanan maupun kenyamanan. Berdasarkan Pedoman
Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya 1987:
Kontruksi trotoar harus diperhitungkan mampu menahan 60% dari beban
hidup trotoar sebesar 500 kg/m2. Kerb diperhitungkan mampu menahan beban
horisontal sebesar 500 kg/m ke arah melintang jembatan. Beban pada kerb bekerja
pada puncak kerb atau pada tinggi 25 cm di atas permukaan lantai kendaraan
apabila kerb memiliki tinggi lebih dari 25 cm.
Diasumsikan bagian dari trotoar (plat, tegel dan kerb) sebagai satu kesatuan
bagian dengan tinggi 25 cm dan lebar 1,00 m.
Data Perencanaan
σ ijin = 160 MPa
f’c = 30 MPa ( K-385)
γc = 22 kN/m3
fyr = 240 Mpa
p = 40mm
diameter tulangan = 16
Deck baja menggunakan jenis Deck Plate dengan data sebagai berikut:

t = 1,2 mm Ix = 84,7956 cm4/m


berat = 16,10 kg/m2 As = 20 cm2/m
Wx = 20,8 cm3/m Tinggi Kerb = 450mm

Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, d’ = 48 mm


d = h – d’
= 250 – 40 – (0,5*16) = 202 mm
Pembebanan
a. Akibat beban mati
a.1. Beban trotoar = 0,25 × 1 × 22 = 5,5 kN/m
a.2. Beban lantai jembatan = 0,2 × 1 ×22 = 4,4 kN/m
a.3. Berat deck baja = 1 × 0,161 = 0,161 kN/m +
WD = 10,061 kN/m
13

b. Akibat beban hidup


b.1. Beban merata pada trotoar (qL)
= 60% × 1 × 500 kg/m2 = 300 kg/m = 3,00 kN/m
b.2. Beban horisontal pada kerb (PL)
= 1 × 500 kg/m = 500 kg = 5,00 kN
c. Akibat beban tambahan
Beban air hujan (qH) = 0,05 × 1 × 10 kN/m3 = 0,5 kN/m
Beban angin (Ph)= 0,25 x 1 x 0,002 =0,0005 kN/m
Perhitungan Momen
a. MD = 0,5 × WD × L2
= 0,5 × 10,061 × 12
= 5,0305 kNm
b. ML = PL × 0,45 + 0,5 × qL × L2
= 5 × 0,45 + 0,5 × 3,00 × 12
= 3,75 kNm
c. MH = 2(0,5xphxL²) + Ph x 0,45 + 0,5 × qH × L²
= 2(0,5x0,0005x1²) + 0,0005x0,45 + 0,5 × 0,5 × 12
=0,250725 kNm
d. MU = 1,2 MD + 1,6 ML + 0,5 MH
= 1,2 × 5,0305+ 1,6 × 3,75 + 0,5 × 0,250725
= 12,1619625 kNm

Perhitungan Tulangan
Data :
12,1619625
Mu = 12,1619625 kNm = = 8,970189 ft-k
1,35582
400
fy = 400 MPa = 0,006895 = 58013.05294 psi
30
f’c = 30 MPa = 0,006895 = 4350,97897 psi

b = 1000 mm
d = 202 mm

Cek Tegangan pada deck baja:


14

Mx 12161962,5 Nmm
σs = Wx (= = 5,8471 MPa) < σ ijin = 160 MPa OK
2080000 mm3
Mu (12)(12161,9625 )
Rn = = = 93,03441386 psi
ϕbd2 (0,63)(39,37)(7,952756)2

0,85 fc ' 2 Rn
ρ= (1- √1- )
fy 0,85 fc '

(0,85)(4350,97897) 2 ( 93,03441386)
ρ= (1- √1- )
(58013.05294) 0,85 (4350,97897)

ρ = 0,001624375334
1,4 1,4
ρ min = = = 0,0035
fy 400

0,85 𝑓′𝑐 600


ρ max = 0,75 x β1 ( 𝑥 ) dan β1 = 0,85
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦

0,85 . 30 600
ρ max = 0,75 x 0,85 ( 𝑥 )
400 600+400

ρ max = 0,024384
karena ρ min > ρ yang dipakai ρ min = 0,0035
Dipakai tulangan diameter 16mm
As = ρ x b x d = 0,0035 x 1000 x 202 = 707 mm²
Dipakai tulangan diameter 16mm
Jarak tulangan yang diperlukan
π b
s= × D2 × = 284,243 ≈ 150 mm
4 As

Tulangan digunakan D16-150


Cek :
π b
As = × D2 × =
4 s
π 1000
As = × 162 ×
4 150

As = 1340,41 mm2 > As yang diperlukan (= 1071,60 mm2) OK

Pada pelat struktural dimana tulangan lenturnya terpasang dalam satu arah
saja, harus disediakan tulangan susut dan suhu yang arahnya tegak lurus terhadap
tulangan lentur tersebut.
Tulangan susut dan suhu untuk fy 400 MPa harus memiliki rasio luas tulangan
terhadap luas bruto penampang beton sebesar 0,0018 atau tidak boleh kurang dari
15

0,0014.
As = 0,0018 × b × d
As = 0,0018 × 1000 × 202 = 363.6 mm2
Tulangan susut dan suhu gunakan tulangan #3 dengan diameter 10 mm (tulangan
D10)
Jarak tulangan yang diperlukan:
π b
s = 4 × D2 × As
π 1000
s = 4 × 102 × 363.6

s = 215,8965897 ≈ 200 mm
Tulangan digunakan D10-200
Cek :
π b
As = × D2 ×
4 s
π 1000
As = × 102 ×
4 200

As = 392,70 mm2 > As yang diperlukan (= 373 mm2) OK

3. Analisa Pembebanan Pelat Lantai

Beban – beban yang ditinjau pada Analisa pelat lantai adalah sebagai berikut :

1.) Beban Sendiri (MS)

Berat sendiri terdiri dari berat pelat lantai dan berat trotoar.

Akibat pelat lantai kendaraan :

qMSP (pelat lantai) = tebal pelat x bj beton x lebar tinjauan

= 0,2 x 22 x 1,4 = 6,16 kN/m

Akibat beban trotoar :

qMST (trotoar) = tebal trotoar x bj beton x lebar tinjauan

= 0,25 x 22 x 1 = 5,5 kN/m

2.) Berat Mati Tambahan (MA)


16

Beban mati tambahan terdiri dari berat aspal dan berat genangan air hujan.

Akibat berat lapisan aspal :

qMA1 = tebal aspal x bj aspal x lebar tinjauan

= 0,05 x 22 x 1,4 = 1,54 kN/m

Akibat berat lapisan genangan air :

qMA2 = tebal genangan air x bj air x lebar tinjauan

= 0,05 x 10 x 1,4 = 0,7 kN/m

3.) Beban Pejalan Kaki (TP)

Berdasarkan SNI 1725 : 2016, semua komponen trotoar yang lebih lebar
dari 600 mm harus direncanakan untuk memikul beban pejalan kaki dengan
intensitas 5 kPa dan dianggap bekerja secara bersamaan dengan beban kendaraan
pada masing-masing lajur.

qTP = beban pejalan kaki x lebar tinjauan

= 5 kN/m2 x 1 m

= 5 kN/m

4.) Beban Truk

Berdasarkan SNI 1725:2016, beban truk pada lantai jembatan berupa beban
roda sebesar 112,5 kN. Faktor beban dinamis (FBD) untuk pembebanan truk adalah
30%. Pada Gambar 3.6 dapat dilihat gambar pembebanan pada truk. Beban satu
roda yang membebani pelat lantai adalah sebagai berikut.

pTT = (1 + 0,3) x 112,5 kN

= 146,25 kN
17

Gambar 3. 6 Pembebanan Beban Truk


Terdapat kondisi-kondisi beban truk yang ditinjau, dan diambil yang
terbesar. Setelah dilakukan permodelan pada SAP200 yang terbesar terdapat pada
kondisi 1. Kondisi ini dimana dua truk berada tepat ditengah-tengah as masing-
masing jalur kendaraan seperti terlihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3. 7 Kondisi I

5.) Beban Angin (EW)

Berdasarkan SNI 1725:2016, beban angin yang bekerja pada kendaraan


(EW1) diasumsikan sebagai tekanan menerus 1,46 N/mm, tegak lurus dan bekerja
pada 1800 mm diatas permukaan jalan.

W = 1,46 kN/m

TEW = 1,46 x lebar tinjauan


18

= 1,46 kN/m x 1 m

= 1,46 kN

PEW = 1,8/1,75 x 1,46

= 1,502 kN

Analisa Gaya Gaya Dalam

Berikut ini merupakan gaya-gaya dalam hasil SAP2000.

1.) Akibat Beban Sendiri (MS)

Gaya-gaya dalam yang terjadi akibat beban mati dapat dilihat pada gambar 4.11
dan 4.11,

Gambar 3. 8 Momen Akibat MS

Gambar 3. 9 Gambar Lintang Akibat MS

Gaya Momen = 0,828 kNm

Gaya Lintang = 3,355 kN

2.) Akibat beban mati tambahan (MA)

Gaya-gaya dalam yang terjadi akibat beban mati tambahan dapat dilihat pada
Gambar
19

Gambar 3. 10 Momen akibat MA

Gambar 3. 11 Gambar Lintang akibat MA

Gaya Momen = 0,393 kNm

Gaya Lintang = 1,590 kN

3.) Akibat Beban Pejalan Kaki

Gaya-gaya dalam yang terjadi akibat beban pejalan kaki dapat dilihat pada
Gambar

Gambar 3. 12 Momen Akibat Pejalan Kaki

Gambar 3. 13 Gambar Lintang Akibat Pejalan Kaki

Gaya Momen = 0,512 kNm

Gaya Lintang = 2,726 kN

4.) Akibat Beban Truk

Gaya-gaya dalam yang terjadi akibat beban truk pada kondisi 1 dapat dilihat
pada Gambar
20

Gambar 3. 14 Momen pada Kondisi 1

Gambar 3. 15 Lintang pada Kondisi 1

Gaya Momen = 19,855 kNm

Gaya Lintang = 117,514 kN

5.) Beban Akibat Angin

Beban angin kendaraan bekerja pada kondisi kendaraan truk maksimum yaitu
pada kondisi 1. Berikut merupakan gaya-gaya dalam yang terjadi akibat angin
terlihat pada Gambar

Gambar 3. 16 Momen Akibat Angin

Gambar 3. 17 Lintang Akibat Angin

Gaya Momen = 0,458 kNm

Gaya Lintang = 1,435 kN


21

Rekapitulasi nilai gaya lintang dan momen lapangan dari Analisa


pembebanan menggunakan SAP2000 dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3. 3 Rekapitulasi Analisa Pembebanan

Momen
Jenis Beban Lintang (kN) (kNm)
Beban mati 3,355 0,828
Beban mati tambahan 1,590 0,393
Beban pejalan kaki 2,726 0,512
Beban truk 117,514 19,855
Beban angin 1,435 0,458

Kombinasi Pembebanan

Kombinasi beban terbesar berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada


SAP2000 terjadi pada kombinasi kuat 1. Berikut merupakan kombinasi beban dan
factor beban dalam keadaan batas kuat 1 terlihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3. 4 Kombinasi Beban Kuat 1

Kuat I
Simb Momen Lintang Faktor Momen Lintang
No Beban ol kNm KN Beban (KNm) (KN)
1 Beban mati MS 0,828 3,355 1,3 1,0764 4,3615
Beban mati 0,393 1,590
tambahan
2 MS 1,4 0,5502 2,226
Beban pejalan 0,512 2,726
3 kaki MA 1,8 0,9216 4,9068
Beban truk 19,855 117,51 211,52
4 EWL 4 1,8 35,739 52
5 Beban angin TP 0,458 1,435 0 0 0
38,287 223,019
Jumlah 2 5
22

Mu tumpuan = 11,17 kNm, didapatkan dari hasil analisis kombinasi kuat 1 pada
SAP2000, seperti terlihat pada Gambar 3.20.

Gambar 3. 18 Mu tumpuan hasil analisi pada sap2000

4. Perhitungan Kebutuhan Tulangan Pelat

Pelat lantai kendaraam direncanakan dengan data-data perencanaan sebagai


berikut:

Tebal pelat = 200 mm

F’c = 30 Mpa

Diameter tulangan = 19 mm

Selimut beton (p) = 40 mm

d = h – p – (0,5 x dia. Tulangan)

= 200 – 40 – (0,5 x 19)

= 150,5 mm

Perencanaan tulangan di desain dengan detail perhitungan sebagai berikut.

𝑀𝑢 1
= 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 (𝑑 − 𝑎)
∅ 2
23

Nilai a didapatkan dari kesetimbangan gaya horizontal ∑H = 0

Cc = Ts

0,85 x f’c x a x b = As x fy

𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦
a = 0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 𝑥 𝑏

sehingga dirumuskan rumus untuk mencari kebutuhan sebagai berikut :

1
𝑀𝑢 𝑥 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦
= 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 (𝑑 − 2 )
∅ 0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝑏

Tulangan bagian bawah ditentukan menggunakan momen lapangan, karena


momen lapangan mengakibatkan pelat lantai kendaraan bagian bawah mengalami
tarik, sehingga dihitung dengan persamaan berikut :

Mu lapangan = 38,29 kNm = 38290000 Nmm

1
𝑀𝑢 𝑥 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦
= 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 (𝑑 − 2 )
∅ 0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝑏

1
38290000 𝑥 𝐴𝑠 𝑥 400
= 𝐴𝑠 𝑥 400 𝑥 (150,5 − 2 )
0,8 0,85 𝑥 30 𝑥 1000

As = 831,08 mm2

A tulangan = 283,53 mm2 (D19)

Sehingga kebutuhan tulangan dihitung dengan rumus

𝐴𝑠 1022,97
n = 𝐴 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = = 3,61 = 4 𝑢𝑛𝑖𝑡
283,53

Perhitungan jarak tulangan = b/n = 1000/4 = 250 mm

Sehingga tulangan bagian atas menggunakan D19 - 250

Tulangan bagian atas ditentukan menggunakan momen tumpuan, karena momen


tumpuan mengakibatkan pelat lantai kendaraan bagian atas mengalami Tarik,
sehingga dihitung dengan persamaan berikut :
24

Mu tumpuan = 11,17 kNm = 11170000 Nmm

1
𝑀𝑢 𝑥 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦
= 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 (𝑑 − 2 )
∅ 0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝑏

1
11170000 𝑥 𝐴𝑠 𝑥 400
= 𝐴𝑠 𝑥 400 𝑥 (150,5 − 2 )
0,8 0,85 𝑥 30 𝑥 1000

As = 234,81 mm2

A tulangan = 283,53 mm2 (D19)

Sehingga kebutuhan tulangan dihitung dengan rumus

𝐴𝑠 234,81
n = 𝐴 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = = 0,83 = 1 𝑢𝑛𝑖𝑡
283,53

sehingga tulangan bagian bawah menggunakan D19 – 300

Kontrol terhadap rasio penulangan

Tulangan bagian bawah menggunakan D19 - 250 sehingga dalam lebar 1 meter
pelat terdapat 4 unit tulangan, maka perhitungan dilakukan seperti berikut :

𝐴𝑠 4 𝑥 283,53
𝜌= = = 0,007 (𝑡𝑢𝑙. 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠)
𝑏. 𝑑 1000𝑥150,5

Tulangan bagian atas menggunakan D19 - 300 sehingga dalam lebar 1 meter pelat
terdapat 3 unit tulangan, maka perhitungan dilakukan seperti berikut :

𝐴𝑠 3 𝑥 283,53
𝜌= = = 0,005 (𝑡𝑢𝑙. 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ)
𝑏. 𝑑 1000𝑥150,5

Rasio penulangan total yaitu rasio tulangan bagian atas di jumlahkan dengan rasio
penulangan bagian bawah.

𝜌 = 𝜌 𝑡𝑢𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 + 𝜌 𝑡𝑢𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 0,007 + 0,005 = 0,012

0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝛽1 𝑥 600
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75 𝑥
𝑓𝑦 (600 + 𝑓𝑦)

0,85 𝑥 30 𝑥 0,85 𝑥 600


𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75 𝑥 = 0,024
400 (600+400)
25

√𝑓′𝑐 √30
𝜌𝑚𝑖𝑛 = 4 𝑥 𝑓𝑦 = = 0,0034
4 𝑥 400

1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0,0035
𝑓𝑦 400

𝜌 min < 𝜌 < 𝜌𝑚𝑎𝑥

0,0035 < 0,012 < 0,024 (Memenuhi persyaratan rasio penulangan)

Tulangan Pembagi

110
Tulangan pokok arah tegak arah lalu lintas ditentukan nilainya sebesar 30% <
√𝑙

< 67 % dimana l adalah jarak antar gelagar melintang, sehingga dihitung seperti
berikut :

110 110
= = 92,97 %,
√𝑙 √1,4

Karena melebihi 67%, maka persentasi tulangan pebagi diasumsikan berada di


antara 30% - 67%, sehingga diambil nilai 50%, dengan demikian luas tulangan
sejajar arah lalu lintas ditentukan dengan cara berikut :

As// = As x 50%

As// = 1134,12 x 50% = 567,06 mm2 (bagian bawah)

Diameter tulangan yang digunakan, dt = 13 mm.


1 1
𝑥 𝜋 𝑥 𝑑𝑡2 𝑥 𝑏 𝑥 𝜋 𝑥 13^2 𝑥 1000
S=4 = 4
= 234,07 𝑚𝑚
𝐴𝑠// 567,06

Sehingga tulangan sejajar lalu lintas bagian bawah disusun dengan konfigurasi D13
- 200

As// = 850,59 x 50% = 425,29 mm2 (bagian atas)

Diameter tulangan yang digunakan, dt = 13 mm.


1 1
𝑥 𝜋 𝑥 𝑑𝑡2 𝑥 𝑏 𝑥 𝜋 𝑥 13^2 𝑥 1000
4 4
S= = = 312,09 𝑚𝑚
𝐴𝑠// 425,29

Sehingga tulangan sejajar lalu lintas bagian atas disusun dengan konfigurasi D13 –
250
26

5. Rasio Kapasitas Penampang


Syarat rasio kapasitas penampang baja pada SAP2000 yaitu < 1, jika rasio
lebih dari yang disyaratkan maka penampang tidak aman dan harus diganti. Pada
Gambar 3.19. Terdapat rasio kapasitas struktur jembatan.

Gambar 3. 19 Rasio Kapasitas Penampang Struktur Jembatan Keseluruhan

Gambar 3. 20 Rasio Kapasitas Penampang Tampak Samping

Gambar 3. 21 Rasio Kapasitas Penampang Tampak Atas


27

Pada gambar diatas terlihat bahwa rasio yang terdapat pada elemen struktur
jembatan ini aman. Rasio terbesar berwarna kuning ada pada gelagar memanjang
dengan nilai 0,788.

6. Lendutan
Berdasarkan analisis pada SAP2000, lendutan yang terjadi pada jembatan
yaitu sebesar 86,41 mm, seperti terlihat pada Gambar 3.22 . Berdasarkan
persyaratan, maximal lendutan yaitu sebesar L/800.
L/800 > Lendutan aktual
80000 mm /800 > 86,41 mm
100 mm > 86,41 mm ………… (OK!)

Gambar 3. 22 Lendutan terbesar hasil analisis SAP2000

7. Kontrol Kapasitas Penampang


A. Kontrol Penampang Gelagar Memanjang
Profil memanjang yang digunakan dalam perancangan adalah IWF
700.300.13.24. Berikut adalah data teknis dari profil memanjang yang ditunjukkan
pada tabel.

Tabel 3. 5 Data Teknis Profil Gelagar Memanjang

No. Uraian Simbol Nilai Satuan


1 Asumsi profil gelagar
memanjang
28

2 Berat W 185 Kg/m


3 Tinggi IWF HIWF 700 Mm
4 Lebar IWF BIWF 300 Mm
5 Tebal Web tw 13 Mm
6 Tebal Flange tf 24 Mm
7 Radius R 28 Mm
8 Luas IWF AIWF 235,5 Cm2
9 Momen inersia sumbu X Ix 201.000 Cm4
10 Momen inersia sumbu Y Iy 10.800 Cm4
11 Jari-jari grasi sumbu X Ix 29,3 Cm
12 Jari-jari grasi sumbu Y Iy 6,78 Cm
13 Momen tahanan sumbu Zx 5760 Cm3
X
14 Momen tahanan sumbu Zy 722 Cm3
Y

a. Kontrol kekuatan terhadap kapasitas penampang


λf = b/(2 x tf) = 300/(2 x 24) = 6,25 (pelat sayap)
λw = (h – 2.tf – 2r)/tw = (700 – 2 x 24 – 2 x 28)/13 = 45,85 (pelat badan)
λp = 170/√fy = 170/√240 = 10,97 (pelat sayap)
λp = 1680/√fy = 1680/√240 = 108,44 (pelat badan)
λf ≤ λp
λf = 6,25 ≤ λp = 10,97 ... OK (Penampang Kompak)
λw = 45,85 ≤ λp = 108,44 ... OK (Penampang Kompak)
Maka,
Mu = ϕ Mn
Mn = Mp
Mn = 1,12 x Zx x Fy
Mn = 1,12 x 5760.10-6 x 240.103
Mn = 1548,29 kNm
Φ Mn = 0,9 x 1548,29
Φ Mn = 1393,46 kNm
29

Mu ≤ ϕ Mn
723,88 kNm ≤ 1393,46 kNm ... OK
b. Kontrol kondisi pelat badan

h - 2tf - 2r E
≤ 6,36 √
tw Fy

700 - 2 × 24 - 2 × 28 200000
≤ 6,36√
13 240

45,85 ≤ 183, 597 ... OK (Kondisi pelat badan aman)


c. Kontrol pengaruh panjang bentang
Karena profil memanjang berada sejajar dengan gelagar melintang, sehingga
gelagar melintang menjadi pengaku gelagar memanjang, sehingga Lb = jarak
antar gelagar melintang = 1,4 m = 140 cm, maka persamaannya sebagai berikut:

E
Lp = 1,76 × ry ×√
Fy

Iy 10800
ry = √ = √ = 6,77 cm = 67,72 mm
A 235,5

200000
Lp = 1,76 × 67,72 × √ = 3440,64 mm = 344,06 cm = 3,44 m
240

x1
Lr = ry ( ) × √1+ √1 + X2 × fl2
f1
fl = fy – fr = 240 – (0,3 x 240) = 168 MPa
1
J= (h × tf3 + 2b × tw3)
3
1
J = (700 × 243 + 2 (300) × 133)
3
J = 3.665.000 mm4
J = 366,5 cm4
G = 80.000 MPa = 800.000 kg/cm2
E = 200.000 MPa = 2.000.000 kg/cm2

π A.J.E.G
x1 = ×√
Zx 2
30

π 23550 × 3665000 × 200000 × 80000


x1 = ×√
5760000 2

x1 = 14331, 93 N/mm2
Zx 2 Iw
x2 = 4 × ( ) ×
J.G Iy
h2
Iw = konstanta puntir lengkung = Iy ×
4
h2
Zx 2 Iy × 4
x2 = 4 × ( ) ×
J.G Iy
2
5760000 7002
x2 = 4 × ( ) ×
3665000 × 80000 4
x2 = 1,89 x 10-4 N/mm2

14331,93
Lr = 67,72 ( ) × √1+ √1 + 1,89 × 10-4 × 1682
168
Lr = 10833,95 mm
Lr = 10,83 m
Jadi Lb ≤ Lp
1,4 m ≤ 3,44 m (Kondisi bentang pendek)
Maka digunakan persamaan berikut:
Mn = Mp
Mn = 1,12 x Zx x fy
Mn = 1,12 x 5760 x 2400
Mn = 15482880 kg.cm
Mn = 1548, 29 kNm
Syarat,
Mu ≤ ϕ Mn
723,88 ≤ 0,9 x 1548,29
723,88 ≤ 1393,45 kNm ... (OK)
d. Kontrol geser

h Kn ×E
≤ 1,1 √
tw fy
31

5
Kn = 5 + =5+0=5
a2
h

700 5 × 200000
≤ 1,1 √
13 240

53,85 ≤ 71, maka tidak perlu pengaku. Sehingga Vn = 0,6 x fy x Aw


Vu = ϕ Vn
Vu = ϕ x 0,6 x fy x Aw
Aw = h x tw = 700 x 13 = 9100 mm2
Vn = 0,6 x fy x Aw
Vn = 0,6 x 240 x 9100
Vn = 1310400 N
Vn = 1310,4 kN
Syarat,
Vu ≤ Vn
244,83 ≤ 0,9 x 1310,4
244,83 ≤ 1179,36 kN ... (OK) (Penampang aman terhadap gaya geser)
Sehingga gelagar memanjang dapat menggunakan baja profil IWF 700.300.13.24
dengan mutu baja BJ-37.
B. Kontrol Penampang Gelagar Melintang
Profil melintang yang digunakan dalam perancangan adalah IWF
800.300.14.26. Berikut adalah data teknis dari profil melintang yang ditunjukkan
pada Tabel 3.6.

Tabel 3. 6 Tabel Data Teknis Profil Gelagar Melintang

No. Uraian Simbol Nilai Satuan


1 Asumsi profil gelagar
melintang
32

2 Berat W 210 Kg/m


3 Tinggi IWF HIWF 800 Mm
4 Lebar IWF BIWF 300 Mm
5 Tebal Web tw 14 Mm
6 Tebal Flange tf 26 Mm
7 Radius R 28 Mm
8 Luas IWF AIWF 267,4 Cm2
9 Momen inersia sumbu X Ix 292.000 Cm4
10 Momen inersia sumbu Y Iy 11.700 Cm4
11 Jari-jari grasi sumbu X Ix 33,0 Cm
12 Jari-jari grasi sumbu Y Iy 6,62 Cm
13 Momen tahanan sumbu Zx 7.290 Cm3
X
14 Momen tahanan sumbu Zy 782 Cm3
Y

Adapun kontrol penampang gelagar melintang terdiri dari kontrol kekuatan


terhadap kapasitas penampang, kontrol pengaruh panjang bentang, kontrol kondisi
pelat badan dan kontrol geser.

a. Kontrol kekuatan terhadap kapasitas penampang


λf = b/(2 x tf) = 300/(2 x 26) = 5,77 (pelat sayap)
λw = (h – 2.tf – 2r)/tw = (800 – 2 x 26 – 2 x 28)/14 = 49,43 (pelat badan)
λp = 170/√fy = 170/√240 = 10,97 (pelat sayap)
λp = 1680/√fy = 1680/√240 = 108,44 (pelat badan)
λf ≤ λp
λf = 5,77 ≤ λp = 10,97 ... OK (Penampang Kompak)
λw = 49,43 ≤ λp = 108,44 ... OK (Penampang Kompak)
Maka,
Mu = ϕ Mn
Mn = Mp
Mn = 1,12 x Zx x Fy
33

Mn = 1,12 x 7290.10-6 x 240.103


Mn = 1959,55 kNm
Φ Mn = 0,9 x 1959,55
Φ Mn = 1763,6 kNm
Mu ≤ ϕ Mn
494,58 ≤ 1763,6 kNm ... OK
b. Kontrol kondisi pelat badan

h - 2tf - 2r E
≤ 6,36 √
tw Fy

800 - 2 × 26 - 2 × 28 200000
≤ 6,36√
14 240

49,43 ≤ 183, 597 ... OK (Kondisi pelat badan aman)

c. Kontrol pengaruh panjang bentang


Karena profil memanjang berada sejajar dengan gelagar melintang,
sehingga gelagar memanjang menjadi pengaku gelagar melintang, maka
persamaannya sebagai berikut:
Lb = jarak antar gelagar melintang = 1,4 m

E
Lp = 1,76 × ry ×√
Fy

Iy 11700
ry = √ = √ = 6,61 cm = 66,15 mm
A 267,4

200000
Lp = 1,76 × 66,15 × √ = 3360,87 mm = 336,09 cm = 3,36 m
240

fl = fy – fr = 240 – (0,3 x 240) = 168 MPa


1
J= (h × tf3 + 2b × tw3
3
1
J = (800 × 263 + 2 (300) × 143)
3
J = 5235733,333 mm4
J = 523,573 cm4
34

G = 80.000 MPa = 800.000 kg/cm2


E = 200.000 MPa = 2.000.000 kg/cm2

π A.J.E.G
x1 = ×√
Zx 2

π 26740 × 5235733,333 × 200000 × 80000


x1 = ×√
7290000 2

x1 = 14422,38 N/mm2
Zx 2 Iw
x2 = 4 × ( ) ×
J.G Iy
h2
Iw = konstanta puntir lengkung = Iy ×
4
h2
Zx 2Iy × 4
x2 = 4 × ( ) ×
J.G Iy
2
7290000 8002
x2 = 4 × ( ) ×
5235733,333 × 80000 4
x2 = 1,94.10-4 N/mm2

14422,38
Lr = 66,15 ( ) × √1+ √1 + 1,94 × 10-4 × 1682
168
Lr = 10691,699 mm
Lr = 10,692 m
Jadi Lb ≤ Lp
1,5 m ≤ 3,36 m (Kondisi bentang pendek)
Maka digunakan persamaan berikut:
Mn = Mp
Mn = 1,12 x Zx x fy
Mn = 1,12 x 7290.103 x 240
Mn = 1959552000 Nmm
Mn = 1959,552 kNm
Mu ≤ ϕ Mn
494,58 ≤ 0,9 x 1959,552
494,58 ≤ 1763,597 kNm ... (OK)
35

d. Kontrol geser

h Kn ×E
≤ 1,1 √
tw fy

5
Kn = 5 + =5+0=5
a2
h

800 5 × 200000
≤ 1,1 √
14 240

57,14 ≤ 71, maka tidak perlu pengaku. Sehingga Vn = 0,6 x fy x Aw


Vu = Vn
Vu = 0,6 x fy x Aw
Aw = h x tw = 800 x 14 = 11.200 cm2
Vn = 0,6 x fy x Aw
Vn = 0,6 x 240 x 11200
Vn = 1612800 N
Vn = 1612,8 kN
Syarat,
Vu ≤ ϕ Vn
269,43 kN≤ 0,9 x 1612,8
269,43 ≤ 1451,52 kN ... (OK) (Penampang aman terhadap gaya geser)
Sehingga gelagar melintang yang digunakan adalah baja profil IWF 800.300.14.26
dengan mutu baja BJ-37.
C. Kontrol Penampang Gelagar Induk
Profil gelagar induk yang direncanakan menggunakan 3 jenis penampang yaitu
IWF 400.400.45.70 sebagai gelagar induk atas, IWF 700.300.13.24 sebagai gelagar
induk bawah serta IWF 400.400.16.24 sebagai gelagar vertikal dan diagonal dengan
mutu baja dari kedua penampang adalah BJ-37. Berikut adalah teknis dari
penampang gelagar induk dapat dilihat dari Tabel 3.7.

Tabel 3. 7 Tabel Data Teknis Profil Gelagar Induk Atas

No. Uraian Simbol Nilai Satuan


36

1 Asumsi profil gelagar


melintang

2 Berat W 605 Kg/m


3 Tinggi IWF HIWF 498 Mm
4 Lebar IWF BIWF 432 Mm
5 Tebal Web tw 45 Mm
6 Tebal Flange tf 70 Mm
7 Radius R 22 Mm
8 Luas IWF AIWF 770,1 Cm2
9 Momen inersia sumbu X Ix 298.000 Cm4
10 Momen inersia sumbu Y Iy 94.400 Cm4
11 Jari-jari grasi sumbu X Ix 19,7 Cm
12 Jari-jari grasi sumbu Y Iy 11,1 Cm
13 Momen tahanan sumbu Zx 12.000 Cm3
X
14 Momen tahanan sumbu Zy 4.370 Cm3
Y

Tabel 3. 8 Tabel Data Teknis Profil Gelagar Induk Bawah

No. Uraian Simbol Nilai Satuan


1 Asumsi profil gelagar
memanjang

2 Berat W 185 Kg/m


3 Tinggi IWF HIWF 700 Mm
37

4 Lebar IWF BIWF 300 Mm


5 Tebal Web tw 13 Mm
6 Tebal Flange tf 24 Mm
7 Radius R 28 Mm
8 Luas IWF AIWF 235,5 Cm2
9 Momen inersia sumbu X Ix 201.000 Cm4
10 Momen inersia sumbu Y Iy 10.800 Cm4
11 Jari-jari grasi sumbu X Ix 29,3 Cm
12 Jari-jari grasi sumbu Y Iy 6,78 Cm
13 Momen tahanan sumbu Zx 5760 Cm3
X
14 Momen tahanan sumbu Zy 722 Cm3
Y

Tabel 3. 9 Tabel Data Teknis Profil Gelagar Induk Vertikal dan Diagonal

No. Uraian Simbol Nilai Satuan


1 Asumsi profil gelagar
memanjang

2 Berat W 200 Kg/m


3 Tinggi IWF HIWF 406 Mm
4 Lebar IWF BIWF 403 Mm
5 Tebal Web tw 16 Mm
6 Tebal Flange tf 24 Mm
7 Radius R 22 Mm
8 Luas IWF AIWF 254,9 Cm2
9 Momen inersia sumbu X Ix 78.000 Cm4
10 Momen inersia sumbu Y Iy 26.200 Cm4
11 Jari-jari grasi sumbu X Ix 17,5 Cm
38

12 Jari-jari grasi sumbu Y Iy 10,1 Cm


13 Momen tahanan sumbu Zx 3.840 Cm3
X
14 Momen tahanan sumbu Zy 1.300 Cm3
Y

I. Kontrol Batang Tarik


1. Gaya maksimum batang bawah
Didapatkan Nu max = 1623,41 kN
Panjang batang (L) = 500 cm
Elastisitas Baja (E) = 200.000 MPa
Mutu Baja = Bj-37 (Fy = 240 MPa ; Fu = 370 MPa)
Φt (kuat tarik leleh) = 0,9
Φf (kuat tarik fraktur) = 0,75
Faktor Panjang Efektif (k) = 1
Kontrol terhadap kekuatan batang tarik
Kuat tarik nominal berdasarkan kelelehan pada penampang bruto
Nn = fy x Ag
Nn = 240 x 23550
Nn = 5.652.000 N
Nn ϕ ≥ Nu
5.652.000 x 0,9 ≥ 1623,41 kN
5.086.800 N ≥ 1623,41
5.086,8 kN ≥ 1.623,41 ... OK
Kuat tarik nominal berdasarkan fraktur pada penampang efektif
Asumsi U = 0,9, diameter baut d = 30 mm, n = 4
Nn = fu x Ae
Ae = U x An
An = Ag – n x (dn x tf)
An = 23550 – 4 x (30 x 24)
An = 20.670 mm2
An min = 85% x Ag
39

An min = 0,85 x 23550


An min = 20.017,5 mm2
An terkecil = 20.017,5 mm2
Ae = U x An
Ae = 0,9 x 20.017,5
Ae = 18015,75 mm2
Nn = fu x Ae
Nn = 370 x 18015,75
Nn = 6.665.827,5 N
Φ Nn ≥ Nu
0,75 x 6.665.827,5 N ≥ 1623,41 kN
4999370,6 N ≥ 1623,41 kN
4.999,37 kN ≥ 1.623,41 kN ... OK
Terhadap kelangsingan batang tarik
L×k
λtx = ≤ 240
ix
500 × 1
λtx = ≤ 240
29,3
λtx = 17,06 ≤ 240 ... OK
L×k
λty = ≤ 240
iy
500 × 1
λty = ≤ 240
6,78
λty = 73,75 ≤ 240 ... OK
Profil IWF 700.300.13.24 untuk seluruh batang bawah dapat dipakai karena
telah memenuhi syarat kekuatan dan kelangsingan batang tarik.
2. Gaya maksimum batang vertikal
Didapatkan Nu max = 1707,596 kN
Panjang (L) = 800 cm (batang dengan Nu terbesar)
Elastisitas Baja (E) = 200.000 MPa
Mutu Baja = Bj-37 (Fy = 240 MPa ; Fu = 370 MPa)
Φt (kuat tarik leleh) = 0,9
Φf (kuat tarik fraktur) = 0,75
40

Faktor Panjang Efektif (k) = 1


Kontrol terhadap kekuatan batang tarik
Kuat tarik nominal berdasarkan kelelehan pada penampang bruto
Nn = fy x Ag
Nn = 240 x 25490
Nn = 6.117.600 N
Nn ϕ ≥ Nu
6.117.600 x 0,9 ≥ 1707,596 kN
5.505.840 N ≥ 1707,596 kN
5.505,84 kN ≥ 1.707,596 kN ... OK
Kuat tarik nominal berdasarkan fraktur pada penampang efektif
Asumsi U = 0,9, diameter baut = 30 mm, n = 4
Nn = fu x Ae
Ae = U x An
An = Ag – n x (dn x tf)
An = 25490 – 4 x (30 x 24)
An = 22.610 mm2
An min = 85% x Ag
An min = 0,85 x 25490
An min = 21.666,5 mm2
An terkecil = 21.666,5 mm2
Ae = U x An
Ae = 0,9 x 21.666,5
Ae = 19.499,85 mm2
Nn = fu x Ae
Nn = 370 x 19.499,85
Nn = 7.214.944,5 N
Φ Nn ≥ Nu
0,75 x 7.214.944,5 N ≥ 1707,596 kN
5.411.208,38 N ≥ 1707,596 kN
5.411,21 kN ≥ 1.707,596 kN ... OK
Terhadap kelangsingan batang tarik
41

L×k
λtx = ≤ 240
ix
800 × 1
λtx = ≤ 240
17,5
λtx = 45,71 ≤ 240 ... OK
L×k
λty = ≤ 240
iy
800 × 1
λty = ≤ 240
10,1
λty = 79,21 ≤ 240 ... OK
Profil IWF 400.400.16.24 untuk seluruh batang vertikal dapat dipakai karena
telah memenuhi syarat kekuatan dan kelangsingan batang tarik.

3. Gaya maksimum batang diagonal


Didapatkan Nu max = 4382,87 kN
Panjang (L) = 840 cm
Elastisitas Baja (E) = 200.000 MPa
Mutu Baja = Bj-37 (Fy = 240 MPa ; Fu = 370 MPa)
Φt (kuat tarik leleh) = 0,9
Φf (kuat tarik fraktur) = 0,75
Faktor Panjang Efektif (k) = 1
Kontrol terhadap kekuatan batang tarik
Kuat tarik nominal berdasarkan kelelehan pada penampang bruto
Nn = fy x Ag
Nn = 240 x 25490
Nn = 6.117.600 N
Nn ϕ ≥ Nu
6.117.600 x 0,9 ≥ 4382,87 kN
5.505.840 N ≥ 4382,87 kN
5.505,84 kN ≥ 4.382,87 kN ... OK
Kuat tarik nominal berdasarkan fraktur pada penampang efektif
Asumsi U = 0,9, diameter baut = 30 mm, n = 4
Nn = fu x Ae
42

Ae = U x An
An = Ag – n x (dn x tf)
An = 25490 – 4 x (30 x 24)
An = 22.610 mm2
An min = 85% x Ag
An min = 0,85 x 25490
An min = 21.666,5 mm2
An terkecil = 21.666,5 mm2
Ae = U x An
Ae = 0,9 x
Ae = 19.499,85 mm2
Nn = fu x Ae
Nn = 370 x 19.499,85
Nn = 7.214.944,5 N
Φ Nn ≥ Nu
0,75 x 7.214.944,5 N ≥ 4382,87 kN
5.411.208,38 N ≥ 4382,87 kN
5.411,21 ≥ 4.382,87 kN ... OK
Terhadap kelangsingan batang tarik
L×k
λtx = ≤ 240
ix
840 × 1
λtx = ≤ 240
17,5
λtx = 48 ≤ 240 ... OK
L×k
λty = ≤ 240
iy
840 × 1
λty = ≤ 240
10,1
λty = 83,17 ≤ 240 ... OK
Profil IWF 400.400.16.24 untuk seluruh batang diagonal dapat dipakai karena
telah memenuhi syarat kekuatan dan kelangsingan batang tarik.
II. Kontrol Batang Tekan
1. Gaya maksimum batang atas
43

Didapatkan Nu max = 4794,26 kN


Panjang (L) = 500 cm
Elastisitas Baja (E) = 200.000 MPa
Mutu Baja = Bj-37 (Fy = 240 MPa ; Fu = 370 MPa)
Øcr = 0,85
Faktor Panjang Efektif (k) = 1
Kontrol terhadap kekuatan batang tekan
Kontrol kelangsingan terhadap batang tekan
Lk
≤ 140
rmin
Lk = k x L = 1 x L = 5000 mm
5000
≤ 140
111
45,05 ≤ 140 ... OK
Kontrol terhadap kekuatan batang tekan

Lk fy
λc = ×√
π×r E

5000 240
λc = ×√
π × 111 200000

λc = 0,497
λc ≤ 1,5 maka dihitung dengan persamaan:
2
Nn = (0,66λc ) × Ag × fy
2
Nn = (0,660,497 ) × 77010 × 240
Nn = 16.679.540,92 N
Nu ≤ ϕ Nn
4794,26 kN ≤ 0,85 x 16.679.540,92 N
4794,26 kN ≤ 14.177.609,78 N
4.794,26 kN ≤ 14.177,61 kN ... OK
2. Gaya maksimum batang vertikal
Didapatkan Nu max = 947,918 kN
Panjang (L) = 700 cm
Elastisitas Baja (E) = 200.000 MPa
44

Mutu Baja = Bj-37 (Fy = 240 MPa ; Fu = 370 MPa)


Øcr = 0,85
Faktor Panjang Efektif (k) = 1
Kontrol terhadap kekuatan batang tekan
Kontrol kelangsingan terhadap batang tekan
Lk
≤ 140
rmin
Lk = k x L = 1 x L = 7000 mm
7000
≤ 140
101
69,31 ≤ 140 ... OK
Kontrol terhadap kekuatan batang tekan

Lk fy
λc = ×√
π×r E

7000 240
λc = ×√
π × 101 200000

λc = 0,76
λc ≤ 1,5 maka dihitung dengan persamaan:
2
Nn = (0,66λc ) × Ag × fy
2
Nn = (0,660,76 ) × 25490 × 240
Nn = 4.812.266,32 N
Nu ≤ ϕ Nn
947,918 kN ≤ 0,85 x 4.812.266,32 N
947,918 kN ≤ 4.090.426,38 N
947,918 kN ≤ 4090,43 kN ... OK
3. Gaya maksimum batang diagonal
Didapatkan Nu max = 1303,72 kN
Panjang (L) = 1029,56 cm
Elastisitas Baja (E) = 200.000 MPa
Mutu Baja = Bj-37 (Fy = 240 MPa ; Fu = 370 MPa)
Øcr = 0,85
Faktor Panjang Efektif (k) = 1
45

Kontrol terhadap kekuatan batang tekan


Kontrol kelangsingan terhadap batang tekan
Lk
≤ 140
rmin
Lk = k x L = 1 x L = 10295,6 mm
10295,6
≤ 140
101
101,94 ≤ 140 ... OK
Kontrol terhadap kekuatan batang tekan

Lk fy
λc = ×√
π×r E

10295,6 240
λc = ×√
π × 101 200000

λc = 1,12
λc ≤ 1,5 maka dihitung dengan persamaan:
2
Nn = (0,66λc ) × Ag × fy
2
Nn = (0,661,12 ) × 25490 × 240
Nn = 3.632.595,076 N
Nu ≤ ϕ Nn
1303,72 kN ≤ 0,85 x 3.632.595,076 N
1303,72 kN ≤ 3.087.705,815 N
1.303,72 kN ≤ 3.087,71 kN ... OK

8. Penghubung Geser (Shear Connector)


Berdasarkan SNI 1729:2015
Kebutuhan Angkur Steel Headed Stud
1. Kuat Geser Stud Tunggal
Qn= 0,5Asa√𝑓′𝑐𝐸𝑐 ≤ 𝑅𝑔𝑅𝑝𝐴𝑠𝑎𝐹𝑢
π x 22,2²
 Asa = = 387,08 mm2
4

Asa = 387,08 mm²
 f’c
= 30 MPa
 Ec = 25025,5 MPa
46

 Rg = 1
 Rp = 0,75
 Fu = 792,9 Mpa
Qn= 0,5x387,08x√30𝑥25025,5 ≤ 1.0,75.387,08.792,9
Qn = 167696,0162 ≤ 230186,799 (OK)
2. Gaya Geser Nominal
Gaya Geser Nominal
𝑉𝑛 = 𝑀𝐴𝑋{(0,85 𝑥 𝑓𝑐′ 𝑥 𝐴𝑐); (𝐹𝑦 𝑥 𝐴𝑠); (𝐹𝑦𝑠𝑟 𝑥 𝐴𝑠𝑟);𝑄𝑛}
- 𝑓𝑐′ = 30 𝑀𝑃𝑎
- 𝐹𝑦 = 410 𝑀𝑃𝑎
- 𝐹𝑦𝑠𝑟 = 400 𝑀𝑃𝑎
- 𝐴𝑠 = 16.350 𝑚𝑚2
𝜋𝑥𝐷2 𝑡𝑢𝑙𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓
- Asr = ntul Negatif x ( )
4
𝜋𝑥102 𝑚𝑚
= 40 buah x ( )
4
= 3.141,6 mm²
-Ac = (be x tpelat lantai) – Asr
= (875 𝑚𝑚 𝑥 130 𝑚𝑚) − 3.141,59 𝑚𝑚2 = 110.608,41 𝑚𝑚2
- 𝑄𝑛 = 143.872,59
- 𝑉𝑛 = 𝑀𝐴𝑋{(0,85 𝑥 𝑓𝑐′ 𝑥 𝐴𝑐); (𝐹𝑦 𝑥 𝐴𝑠); (𝐹𝑦𝑠𝑟 𝑥 𝐴𝑠𝑟);𝑄𝑛}
𝑉𝑛 = 6.703.500 (max)
3. Jumlah angkur stell stud dalam 1 bentang
𝑉𝑛
𝑁 = (𝑄𝑛) x 2
6.703.500
N = (167696,0162 ) x 2
N = 39,974 = 40 buah
4. Hitung Jarak antar angkur steel headed stud
Direncanakan angkur steel stud dipasang dalam 2 baris, maka :
a. Jarak longitudinal
𝑁
ly−( 𝑥 𝐷𝑠𝑡𝑢𝑑)
2
Sl = ( 𝑁 )
+1
2

40
7800 −( 𝑥 22,2 𝑚𝑚)
2
=( 40 )
+1
2
= 350,285
b. Cek jarak longitudinal 6 𝑥 𝐷𝑠𝑡𝑢𝑑 ≤ 𝑆𝑙 ≤ 𝑀𝐼𝑁(900 𝑚𝑚; 8 𝑥 𝑡𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡
𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖)
- 𝐷𝑠𝑡𝑢𝑑 = 22,2 𝑚𝑚
- 𝑆𝑙 = 350,285 𝑚𝑚
- 𝑡𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 = 130 𝑚𝑚
6 𝑥 22,2 𝑚𝑚 ≤ 350,285 𝑚𝑚 ≤ 𝑀𝐼𝑁(900𝑚𝑚; 8 𝑥 130 𝑚𝑚)
133,2 𝑚𝑚 ≤ 350,285 𝑚𝑚 ≤ 𝑀𝐼𝑁(900 𝑚𝑚; 1.040 𝑚𝑚)
133,2 𝑚𝑚 ≤ 350,285 𝑚𝑚 ≤ 900 𝑚𝑚 (𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡𝑎𝑛)
47

c. Jarak transversal
𝑆𝑡 = 𝑏 − {(30 𝑚𝑚 𝑥 2) + (2 𝑥 𝐷𝑠𝑡𝑢𝑑)}
𝑆𝑡 = 200 𝑚𝑚 − {60 𝑚𝑚 + (2 𝑥 22,2 𝑚𝑚)} 𝑆𝑡 = 95,6 𝑚
d. Cek jarak transversal
4 𝑥 𝐷𝑠𝑡𝑢𝑑 ≤ 𝑆𝑡 ≤ 𝑀𝐼𝑁(900 𝑚𝑚; 8 𝑥 𝑡𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖)
- 𝐷𝑠𝑡𝑢𝑑 = 22,2 𝑚𝑚
- 𝑆𝑡 = 95,6 𝑚
- 𝑡𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 = 130 𝑚𝑚
4 𝑥 22,2 𝑚𝑚 ≤ 95,6 𝑚𝑚 ≤ 𝑀𝐼𝑁(900 𝑚𝑚; 8 𝑥 130 𝑚𝑚)
88,8 𝑚𝑚 ≤ 95,6 𝑚𝑚 ≤ 𝑀𝐼𝑁(900 𝑚𝑚; 1.040 𝑚𝑚)
88,8 𝑚𝑚 ≤ 95,6 𝑚𝑚 ≤ 900 𝑚𝑚 (𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡𝑎𝑛)

9. Perhitungan Sambungan Jembatan

Jarak Minimum Baut

Mengacu pada RSNI T-03 2005 pasal 11.5.1 jarak minimum antar baut adalah 2,5
x Diameter baut, sehingga Umin = 2.5 x 30 mm = 75 mm

Jarak Maksimum Baut

Mengacu pada RSNI T-03 2005 pasal 11.5.3 jarak maksimum antar baut adalah 15
x tebal plat tertipis atau 200 mm, sehingga

Umax = 15 x 20 mm = 300 mm > 200 mm, sehingga diambil Umax = 200 mm

Jarak Tepi Minimum

Mengacu pada RSNI T-03 2005 pasal 11.5.2 jarak tepi minimum dari pusat
pengencang ke tepi plat atau sayap rofil untuk plat giling, pemotongan mesin
dengan api, gergaji atau tepi diratakan adalah 1.5 x df , sehingga diambil nilai
minimum sebagai berikut.

Umin = 1.5 x 30 = 45 mm

Jarak Tepi Maksimum

Mengacu pada RSNI T-03 2005 pasal 11.5.4 jarak maksimum dari pusat
pengencang ke tepi terdekat dari bagian saling bersambungan harus sebesar 12 x
tebal plat lapis luar tertipis sambungan, tetapi kurang dari 150 mm. sehingga
dihitung sebagai berikut :
48

Umax = 12x20 = 240 mm > 150 mm sehingga digunakan Umax = 150 mm

Desain Penempatan Baut

Berdasarkan syarat – syarat yang telah diuraikan diatas,

maka digunakan nilai – nilai berikut untuk menentukan jarak antar

baut seperti berikut :

Jarak antar baut (U) = 100 mm

Jarak Tepi (S) = 100 mm

Untuk Memudahkan Perhitungan Elemen dan titik simpul diberi nomor dan huruf
seperti pada gambar berikut:

Gambar 3. 23 Penamaan Gaya – Gaya pada Setiap Batang

Dikeluarkan gaya – gaya aksial yang terjadi pada masing – masing elemen
yang merupakan output dari perhitungan dengan bantuan SAP2000 pada kombinasi
pembebanan yang memberikan gaya aksial paling besar yaitu pada Kuat 1.

Sambungan direncanakan menggunakan sambungan baut, dengan rincian


perhitungan sebagai berikut :

a. Baut
49

Spesifikasi Baut

Diameter Nominal Baut = M30

Ae = 519 mm2

As = 561 mm2

Ao = 706 mm2

Gaya tarik minumum = 335 kN

Kekuatan Geser 1 baut

Faktor Reduksi, diambil Kr = 1

Jumlah bidang geser melalui bagian baut Nn = 1

Jumlah bidang geser melalui bagian polos baut Nx = 0

Fuf Baut = Gaya Tarik minimum / As = 335 kN/ 561 mm² = 597.15 N/mm²

Kuat Geser dihitung menggunakan persamaan 11.3-1 dari SNI 03-2005 dengan
perhitungan sebagai berikut :

Vf = 0.62 x 𝑓𝑢𝑓 x 𝑘𝑟 𝑥 (𝑛𝑛 𝑥𝐴𝑒 + 𝑛𝑥 𝑥𝐴0 )

Vf = 0.62 x 597.15 x 1 x (1x519 + 0x706)

Vf = 192.15 kN

b. Plat Buhul

Spesifikasi Plat Sambung

Kuat Leleh Plat (Fy) = 240 Mpa

Kuat Ultimate Plat (Fu) = 370 Mpa

Tebal Plat Buhul (tp) = 20 mm

Kekuatan Nominal Tumpu Plat Lapis

Plat lapis yang memikul komponen gaya yang bekerja menuju satu sisi harus
diambil nilai terkecil dari dua persamaan berikut :
50

Vb = 3.2 x 𝑑𝑓 x 𝑡𝑝 x 𝑓𝑢𝑝

Vb = 3.2 x 30 x 20 x 370

Vb = 71400 N = 710.4 kN

Sambungan dihitung bagian – bagian yang mewakili, yaitu diambil elemen –


elemen untuk batang bawah, batang atas, dan batang diagonal yang memikul gaya
aksial yang paling besar.

Sambungan Pada Elemen B3

Kontrol Terhadap Baut

Gaya aksial (Pu) = 1623.904 kN (Tarik)

Tebal plat lapis = 20mm

Tebal Web = 13 mm

Menghitung Kebutuhan Baut :

𝑛𝑏𝑎𝑢𝑡= 𝑃
=
1623.904
=11.268
∅𝑉𝑓 0.75∗192.15

Digunakan = 14 baut

Gaya geser yang dipikul 1 baut

𝑃 1623.904
Vf = 𝑛 = = 115.993 kN
𝑏𝑎𝑢𝑡 14

Kontrol terhadap geser izin satu baut :

∅Vf>Vf

0.75 x 192.15 > 115.993 kN

144.11 Kn > 115.993 kN (OK)

Kontrol Terhadap Pelat

Kekuatan Nominal Tumpuan Plat Lapis

Vb = 710.4 kN
51

∅𝑉𝑏 > 𝑉𝑏 ∗

0.75 x 710.40 kN > 116.90 kN

532.8 kN > 116.9 kN (OK)

Sambungan Pada Elemen D1

Kontrol Terhadap Baut

Gaya aksial (Pu) = 4382.865 kN

Tebal plat lapis = 20mm

Tebal Web = 45 mm

Menghitung Kebutuhan Baut :

𝑛𝑏𝑎𝑢𝑡= 𝑃 4382.865
= =30.4128
∅𝑉𝑓 0.75∗192.15

Digunakan = 34 baut

Gaya geser yang dipikul 1 baut

𝑃 4382.865
Vf = 𝑛 = = 128.9077 kN
𝑏𝑎𝑢𝑡 34

Kontrol terhadap geser izin satu baut :

∅Vf>Vf

0.75 x 192.15 > 128.9077 kN

144.11 Kn > 128.9077 kN (OK)

Kontrol Terhadap Pelat

Kekuatan Nominal Tumpuan Plat Lapis

Vb = 710.4 kN

∅𝑉𝑏 > 𝑉𝑏 ∗

0.75 x 710.40 kN > 116.90 kN

532.8 kN > 116.90 kN (OK)


52

Sambungan Pada Elemen A6

Kontrol Terhadap Baut

Gaya aksial (Pu) = 4794.26 kN (TEKAN)

Tebal plat lapis = 20mm

Tebal Web = 45 mm

Menghitung Kebutuhan Baut :

𝑛𝑏𝑎𝑢𝑡= 𝑃
=
4794.26
=33.267
∅𝑉𝑓 0.75∗192.15

Digunakan = 38 baut

Gaya geser yang dipikul 1 baut

𝑃 4794.26
Vf = 𝑛 = = 126.1647 kN
𝑏𝑎𝑢𝑡 38

Kontrol terhadap geser izin satu baut :

∅Vf>Vf

0.75 x 192.15 > 126.1647 kN

144.11 Kn > 126.1647 kN (OK)

Kontrol Terhadap Pelat

Kekuatan Nominal Tumpuan Plat Lapis

Vb = 710.4 kN

∅𝑉𝑏 > 𝑉𝑏 ∗

0.75 x 710.40 kN > 116.90 kN

532.8 kN > 116.9 kN (OK)

Dengan menggunakan cara yang sama seperti pada cara diatas, maka dihitung
jumlah baut untuk setiap elemen sehingga ditampilkan table sebagai berikut :
53

Tabel 3. 10 Kebutuhan Baut


54

Gaya Yang Keadaan Batas Ultimit Baut Kontrol terhadap kekuatan


Keperluan Baut
terjadi Aksial Dalam geser nominal tumpuan plat lapis
No
Elemen Kekuatan
Tarik Tekan Geser Kebutuhan Digunakan Vn* 0.75*Vn Keterangan df tp Fup Vb
1 baut

kN kN kN Unit Unit kN kN Ok/No mm mm Mpa kN kN Ok/No

A1 3228.31 192.15 22.40 26.40 122.28 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

A2 3422.24 192.15 23.75 27.75 123.34 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

A3 3501.92 192.15 24.30 28.30 123.74 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

A4 4253.33 192.15 29.51 33.51 126.91 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

A5 4645.23 192.15 32.23 36.23 128.20 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

A6 4794.26 192.15 33.27 38.27 125.28 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

A7 4605.67 192.15 31.96 35.96 128.08 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

A8 4613.74 192.15 32.01 36.01 128.11 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

B1 1472.50 192.15 10.22 14.22 103.57 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok


55

B2 68.39 192.15 0.47 4.47 15.28 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

B3 1623.90 192.15 11.27 14.27 113.81 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

B4 1332.25 192.15 9.24 14.24 93.53 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

B5 1275.07 192.15 8.85 13.85 92.08 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

B6 1138.64 192.15 7.90 11.90 95.68 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

B7 1086.00 192.15 7.54 11.54 94.14 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

B8 807.05 192.15 5.60 9.60 84.07 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

D1 4382.87 192.15 30.41 34.41 127.36 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

D2 1371.60 192.15 9.52 13.52 101.47 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

D3 749.13 192.15 5.20 10.20 73.46 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

D4 304.62 192.15 2.11 6.11 49.83 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

D5 187.81 192.15 1.30 6.30 29.80 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok

D6 355.50 192.15 2.47 6.47 54.97 144.11 Ok 30 20 370 710.4 532.8 Ok


56

Sambungan Pada Gelagar Melintang

Sambungan pada gelagar melintang dengan gelagar induk direncanakan


menggunakan sambungan baut, sehingga dihitung dengan detail perhitungan
sebagai berikut :

Gambar 3. 24 Ilustrasi Sambungan Gelagar Induk dan Gelagar Memanjang

Terdapat 2 perhitungan sambungan pada gelagar melintang dan gelagar


induk, bagian sambungan yang terhubung secara langsung ke gelagar induk
merupakan sambungan geser lentur, sedangkan sambungan yang terjadi ada bagian
yang menempel langsung pada gelagar melintang merupakan sambungan yang
mengalami gaya geser murni, sehingga dihitung sebagai berikut :

A. Perhitungan sambungan Geser Lentur Gaya – gaya yang bekerja

Gaya yang bekerja pada gelagar melintang, diambil dari hasil analisis
menggunakan perangkat lunak Sap2000, dan merupana gaya – gaya yang bekerja
pada kombinasi pebebanan terbesar sebagai berikut :
57

Gambar 3. 25 Momen Lapangan

Gambar 3. 26 Momen Tumpuan

Momen ulitimate terjadi pada kombinasi pembebanan kuat 1 dengan


menampilkan diagram momen pada gelagar melintang dan diambill maka diambil
nilai momen ultimate di lapangan sebesar 317,9281 kNm dan di tumpuan adalah
sebesar 235,2027 kNm sedangkan gaya geser yang terjadi pada ujung – ujung
gelagar melintang yang terbesar adalah 85,32 kN, keduanya terjadi pada gelagar
melintang yang berada di tengah bentang.
58

Data Baut

Baut yang digunakan berukuran standar sesuai dengan yang tercantm di


RSNI 03-2005 seperti berikut :

Diameter Nominal Baut = M24

Ae = 324 mm2

As = 353 mm2

Ao = 452 mm2

kuat tarik minimum = 210 kN

Tegangan Tarik nominal = 594.90 N/mm2

Penempatan Baut

Jarak Minimum Baut

Mengacu pada RSNI T-03 2005 pasal 11.5.1 jarak minimum antar baut
adalah 2,5 x Diameter baut, sehingga Umin = 2.5 x 30 mm = 75 mm

Jarak Maksimum Baut

Mengacu pada RSNI T-03 2005 pasal 11.5.3 jarak maksimum antar baut
adalah 15 x tebal plat tertipis atau 200 mm, sehingga Umax = 15 x 20 mm = 300
mm > 200 mm, sehingga diambil Umax = 200 mm

Jarak Tepi Minimum

Mengacu pada RSNI T-03 2005 pasal 11.5.2 jarak tepi minimum dari pusat
pengencang ke tepi plat atau sayap rofil untuk plat giling, pemotongan mesin
dengan api, gergaji atau tepi diratakan adalah 1.5 x df , sehingga diambil nilai
minimum sebagai berikut.

Umin = 1.5 x 30 = 45 mm

Jarak Tepi Maksimum

Mengacu pada RSNI T-03 2005 pasal 11.5.4 jarak maksimum dari pusat
pengencang ke tepi terdekat dari bagian saling bersambungan harus sebesar 12 x
59

tebal plat lapis luar tertipis sambungan, tetapi kurang dari 150 mm. sehingga
dihitung sebagai berikut :

Umax = 12x20 = 240 mm > 150 mm sehingga diambil Umax = 150 mm

Desain penempatan baut

800

Gambar 3. 27 Desain penempatan baut pada sambungan gelagar melintang

U = 180 mm

S1 = 130 mm

Jumlah Bidang Geser (n) = 1 bidang

Jumlah Baut Perbaris (ni) = 2 unit

Jumlah baut perkolom (k) = 4 unit

Jumlah Total Baut (n) = 8 unit


60

Mencari Nilai a

Mengacu pada gambar dibawah, dengan asumsi nilai a berada diantara


0 – 130 mm dari dasar pelat sambung, dengan menggunakan prinsip
keseimbangan momen yaitu persamaan Mo = 0 maka nilai a dapat diketahui
dengan rincian sebagai berikut :

Gambar 3. 28 Detail Penempatan Baut

Y4 = 540 + (130-a)

Y3 = 360 + (130-a)

Y2 = 180 + (130-a)

Y1= 130-a

∑ 𝑀𝑜 = 0

a x b x ½ a x fy = (Y1 + Y2 + Y3 + Y4) x 2Ntf

a² x 300 x 120 = (1600-4a) x 2 x 210000

a² x 36000 = 672000000 – 1680000a

36 a² + 1680a – 672000 = 0
61

Dengan pers kuadrat didapatkan a= 115,27 mm

Contoh Perhitungan Baut

Diambil Contoh Perhitungan bait yang terletak paling atas (baut no.1)

Hi = 540 + (130-115.27) = 554.73 mm

Hi² = 307725.3729 mm²

Σ Hi² = 972569.4 mm²

Tegangan Tarik Akibat Momen

𝑴𝒖 𝒙 𝒉𝒊 𝟐𝟑𝟓𝟐𝟎𝟐.𝟕 𝒙 𝟓𝟓𝟒.𝟕𝟑
Ni = == = 200.8879 kN
Σ Hi² 972569.4

𝑵𝒊 𝟐𝟎𝟎.𝟖𝟖𝟕𝟗
𝝈𝒕𝒂𝒓𝒊𝒌 = As x ni = = 284.5437 N/mm²
353 x 2

Tegangan Geser Akibat Gaya Vertikal

𝑷 𝟖𝟓𝟑𝟐𝟎 𝐍
𝝈𝒈𝒆𝒔𝒆𝒓 = Ae x n = = 32.916 N/mm²
324 x 8

Tegangan Idiil yang diterima baut

𝝈𝒊𝒅𝒊𝒊𝒍 = √𝝈𝟐𝒕𝒂𝒓𝒊𝒌 + 𝟏. 𝟓𝟔 (𝝈𝒈𝒆𝒔𝒆𝒓)²

= √𝟐𝟖𝟒. 𝟓𝟒𝟑𝟕² + 𝟏. 𝟓𝟔 (𝟑𝟐. 𝟗𝟏𝟔)²

= 287.4985 N/mm²

Setiap baut dihitung dengan cara yang sama menggunakan seperti


perhitungan pada baut no. 1 diatas, sehingga didapatkan nilai – nilai gaya yang
diterima oleh masing – masing baut yang disajikan dalam tabel berikut :
62

Tabel 3. 11 Tabel Gaya-Gaya pada Baut

Gaya Teg.
Tarik Geser
Teg.tarik
No Hi hi² akibat akibat T idiil
akibat momen
baut momen gaya
(Ni) vertikal

M m kN kN/mm² N/mm² N/mm² N/mm²

1 554.73 307725.4 200.8879 0.284544 284.5437 32.91667 287.4985

2 554.73 307725.4 200.8879 0.284544 284.5437 32.91667 287.4985

3 374.73 140422.6 135.7033 0.192214 192.2144 32.91667 196.562

4 374.73 140422.6 135.7033 0.192214 192.2144 32.91667 196.562

5 194.73 37919.77 70.51881 0.099885 99.88499 32.91667 108.0152

6 194.73 37919.77 70.51881 0.099885 99.88499 32.91667 108.0152

7 14.73 216.9729 5.334268 0.007556 7.55562 32.91667 41.80141

8 14.73 216.9729 5.334268 0.007556 7.55562 32.91667 41.80141

Total 972569.4

Perhitungan diatas didapatkan hasil bahwa Tidiil terbesar diterima oleh baut
no.1 dan no. 2 sebesar 287.4985 N/mm2 sehingga dilakukan control terhadap
kekuatan nominal baut seperti berikut :

Kekuatan izin Geser 1 baut

Faktor Reduksi, diambil Kr = 1

Jumlah bidang geser melalui bagian baut Nn = 1

jumlah bidang geser melalui bagian polos baut Nx = 0

Fuf baut = Gaya tarik minimum / As = 210 kN / 353 mm2 = 594.90 kN


63

Kuat Geser baut dihitung menggunakan persamaan 11.3-1 dari SNI 03-2005
dengan perhitungan sebagai berikut:

Vf = 0.62 x 𝑓𝑢𝑓 x 𝑘𝑟 𝑥 (𝑛𝑛 𝑥𝐴𝑒 + 𝑛𝑥 𝑥𝐴0 )

Vf = 0.62 x 594.90 x 1 x (1x324 + 0x452)

Vf = 119.5 kN

𝑉𝑓 119.5 𝑘𝑁
𝜎𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 𝑏𝑎𝑢𝑡 = Ae = = 368.82 𝑁/𝑚𝑚²
324

∅𝜎𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 𝑏𝑎𝑢𝑡 = 0.75 * 368.82 = 276.6 N/mm²

𝜎𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 < ∅𝜎𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 𝑏𝑎𝑢𝑡

32.916 N/mm² < 276.6 N/mm² (OK)

Kekuatan izin Tarik Baut

𝑁𝑡𝑓 210 𝑘𝑁
𝜎𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 = = = 594.9 𝑁/𝑚𝑚²
As 353 mm²

𝑁
∅𝜎𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 = 0.75 𝑥 594.9 = 446.18 𝑁/𝑚𝑚²
𝑚𝑚2

σtarik < ∅σtarik baut

284.5437 N/mm² < 446.18 N/mm² (OK)

Kekuatan Izin baut yang mengalami geser dan tarik

Berdasarkan SNI T-03-2005, baut yang menahan gaya gaser rencana dan
gaya tarik rencana pada waktu sama harus memenuhi persamaan berikut :

𝝈𝒕𝒂𝒓𝒊𝒌 𝝈𝒈𝒆𝒔𝒆𝒓
(∅𝝈𝒕𝒂𝒓𝒊𝒌 𝒃𝒂𝒖𝒕)² + (∅𝝈𝒈𝒆𝒔𝒆𝒓 𝒃𝒂𝒖𝒕)² ≤ 1

𝟐𝟖𝟒.𝟓𝟒𝟑𝟕 𝟑𝟐.𝟗𝟏𝟔
( )² + ( )² ≤ 1
𝟒𝟒𝟔.𝟏𝟖 276.6

𝟎. 𝟒𝟎𝟔𝟔𝟖𝟒𝟏 + 0.0141615 ≤ 1

𝟎. 𝟒𝟐𝟎𝟖𝟒𝟓𝟔 ≤ 1 (OK)
64

B. Perhitungan Sambungan Geser Murni Penepatan Baut

Gambar 3. 29 Sketsa Analisa Perhitungan

U = 180 mm

S1 = 130 mm

Jumlah Bidang Geser (n) = 2 bidang

Jumlah Baut Perbaris (ni) = 4 unit

Jumlah baut perkolom (k) = 4 unit

Jumlah Total Baut (n) = 16 unit

Contoh Perhitungan Baut

Diambil Contoh Perhitungan baut yang terletak paling kanan bawah (baut no.16)

Xi = 150 mm

Yi = -270 mm

Xi² = 22500 mm²

Yi² = 72900 mm²


65

(Xi² + Yi²) = (95400) mm²

Gaya Geser Akibat Momen

𝑴𝒖 𝒙 𝑿𝒊 𝟐𝟑𝟓𝟐𝟎𝟐,𝟕 𝐤𝐍𝐦𝐦 𝐱 𝟏𝟓𝟎


Rmv = Σ(Xi2 +Yi2 ) = = 41.60425 kN
𝟖𝟒𝟖𝟎𝟎𝟎

𝑴𝒖 𝒙 𝒚𝒊 𝟐𝟑𝟓𝟐𝟎𝟐,𝟕 𝐤𝐍𝐦𝐦 𝐱−𝟐𝟕𝟎


Rmh = Σ(Xi2 +Yi2 ) = = -74.8877 kN
𝟖𝟒𝟖𝟎𝟎𝟎

Gaya Geser Akibat Gaya P

𝑷𝒗 𝟖𝟓,𝟑𝟐 𝐤𝐍
Rvp = = = 5.3325 kN
n 16

Resultan Gaya Geser yang diterima baut

Rni = √(Rmv + Rmh)2 + Rmh²

Rni = √(41.60425 + −74.8877)2 + −74.8877 ²

= 81.95087 kN

Dengan keterangan gaya – gaya yang terjadi pada baut akibat momen (Rmv,
Rmh) maupun akibat geser (Rvp) dijelaskan pada Gambar 3.30.

Gambar 3. 30 Gaya – gaya yang terjadi pada baut


Semua baut yang direncanakan dihitung menggunakan cara yang sama
sehingga didapatkan nilai – nilai untuk setiap baut yang disajikan dalam tabel
berikut :
66

Tabel 3. 12 Perhitungan Sambungan Geser Murni Gelagar Melintang

Xi yi Xi² Yi² akibat Momen akibat


No
V Rni
baut
mm mm mm² mm² Rmv Rmh (Rpv)

1 -150 270 22500 72900 -41.6043 74.88765 5.3325 81.95087

2 -50 270 2500 72900 -13.8681 74.88765 5.3325 96.59994

3 50 270 2500 72900 13.86808 74.88765 5.3325 116.1281

4 150 270 22500 72900 41.60425 74.88765 5.3325 138.4865

5 -150 90 22500 8100 -41.6043 24.96255 5.3325 30.00125

6 -50 90 2500 8100 -13.8681 24.96255 5.3325 27.31696

7 50 90 2500 8100 13.86808 24.96255 5.3325 46.16218

8 150 90 22500 8100 41.60425 24.96255 5.3325 71.09338

9 -150 -90 22500 8100 -41.6043 -24.9626 5.3325 71.09338

10 -50 -90 2500 8100 -13.8681 -24.9626 5.3325 46.16218

11 50 -90 2500 8100 13.86808 -24.9626 5.3325 27.31696

12 150 -90 22500 8100 41.60425 -24.9626 5.3325 30.00125

13 -150 -270 22500 72900 -41.6043 -74.8877 5.3325 138.4865

14 -50 -270 2500 72900 -13.8681 -74.8877 5.3325 116.1281

15 50 -270 2500 72900 13.86808 -74.8877 5.3325 96.59994

16 150 -270 22500 72900 41.60425 -74.8877 5.3325 81.95087

200000 648000
TOTAL
848000
67

Dari hasil perhitungan setiap baut pada sambungan geser murni


didapatkan baut yang menerima gaya geser terbesar yaitu baut nomor 4 dan 13,
dengan resultan gaya geser sebesar 138.4865 kN, sehingga gaya tersebut yang
akan dijadikan nilai untuk control terhadap kekuatan geser baut dengan
perhitungan sebagai berikut :

Kekuatan izin Geser 1 baut

Faktor Reduksi, diambil Kr = 1

Jumlah bidang geser melalui bagian baut Nn = 2

Jumlah bidang geser melalui bagian polos baut Nx = 0

Fuf baut = Gaya tarik minimum / As = 210 kN / 353 mm2 = 594.90


kN

Kuat Geser baut dihitung menggunakan persamaan

11.3-1 dari SNI 03-2005 dengan perhitungan sebagai berikut:

Vf = 0.62 x 𝑓𝑢𝑓 x 𝑘𝑟 𝑥 (𝑛𝑛 𝑥𝐴𝑒 + 𝑛𝑥 𝑥𝐴0 )

Vf = 0.62 x 594.90 x 1 x (2x324 + 0x452)

Vf = 239.5 kN

∅𝑽𝒇 = 0.75 * 239.01 = 179.26 kN

𝑹𝒏𝒊 < ∅𝑽𝒇

138.4865 < 179.26 kN (OK)


68

3.4 Keuntungan dan Kerugian Desain

Desain jembatan yang telah dirancang, tentunya memiliki beberapa keuntungan dan
kerugian. Berikut merupakan keuntungan dan kerugian pada jembatan Sheldon
Gate Bridge :

- Keuntungan
Keuntungan desain ini yaitu karena perpaduan antara rangka yang bisa
mendapatkan keindahan sekaligus kekuatan sehingga desain ini layak
dipertimbagkan selain itu juga desain ini meminimalisir kecelakaan karena
rangka memberi rasa aman kepada pengemudi dalam melewati rintangan seperti
sungai, selain itu juga jembatan ini bisa diunggulkan sebagai daya tarik
wisatawan ataupun penduduk sekitar karena jembatan yang memiliki ciri khas
berdampak untuk lingkungan berubah menjadi komersil.
- Kerugian
Kerugian desain ini yaitu harga sedikit lebih mahal karena menggunakan
profil yang cukup berat akan tetapi hal ini dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan rasa aman, nyaman, dan kepercayaan masyarakat selain itu juga
jembatan dapat menahan beban dengan optimal.
69

BAB 4 RENCANA ANGGARAN BIAYA

Rencana anggaran biaya dalam pembuatan jembatan Sheldon Gate Bridge


meliputi biaya baja, baut, baja tulangan dan beton. Biaya total yang dikeluarkan
yaitu Rp. 7.090.296.483,- dengan rincian seperti pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rencana Anggaran Biaya Pembuatan Jembatan

No Material Jumlah Harga Satuan Harga Total


Volume Satuan (Rupiah) (Rupiah)
1 Baut Baja 342,53 Kg 17.500,00 5.994.275
2 Baja Konstruksi 293931,9 Kg 20.000 5.878.638.800
3 Baja Tulangan 26611,4 Kg 15.000 399.171.000
4 Beton 184 m3 880.000 161.920.000
TOTAL HARGA 6.445.724.075
PPN 10% 644.572.407,5
TOTAL
7.090.296.483
PENGELUARAN
70

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari perencanaan model jembatan rangka baja Sheldon Gate Bridge dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Tipe rangka yang dipilih untuk jembatan rangka baja yaitu modifikasi dari tipe
Parker serta modifikasi penempatan arah batang diagonal.
2. Lendutan yang terjadi ditengah bentang akibat pembebanan yaitu sebesar 86,41
mm.
3. Hasil dari analisis menggunakan SAP2000, semua batang memenuhi rasio
kapasitas.
4. Alat sambung yang digunakan berupa baut mutu tinggi M30 dan M24 dan plat
buhul setebal 20 mm.

5.2 Saran

Penggunaan profil baja akan lebih baik jika memakai profil yang ringan tetapi
tentunya harus memenuhi faktor keamanan jembatan.
71

DAFTAR PUSTAKA

SNI 1725-2016 Standar Pembebanan untuk Jembatan

SNI 2847-2019 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung

SNI 1729-2015 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural

2012, “Jembatan Rangka Batang (Truss Bridge)”

LAMPIRAN
72
73
74
75
76

Anda mungkin juga menyukai