Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan yang dikonsumsi sebaiknya memenuhi peranan sebagai sumber

tenaga, penguat, dan pengganti sel atau jaringan yang rusak. Dalam makanan

terdapat unsur-unsur yang dibutuhkan tubuh seperti : karbohidrat, protein, lemak,

dan vitamin yang penting dalam fungsi sel tubuh (Purwitasari,D dan Dwi

Maryanti. 2009).

Vitamin dapat didefinisikan sebagai suatu nutrisi yang penting dan

dibutuhkan untuk metabolisme pada manusia, dimana fungsinya sebagai co faktor

(elemen pembantu) untuk reaksi enzim. Secara alami, tubuh tidak mampu

memproduksi beberapa jenis vitamin, namun vitamin tersebut diperoleh dari

makanan sehari-hari. Tubuh membutuhkan jumlah yang berbeda untuk setiap

vitamin dan  pada setiap individu punya kebutuhan vitamin yang berbeda.(Areep,

2008).

Vitamin sangat diperlukan untuk metabolisme didalam tubuh hewan

ataupun manusia, dan khususnya dalam sel tubuh. Zat ini penting untuk

berfungsinya secara normal jaringan tubuh, untuk kesehatan dan pertumbuhan

jaringan. Berdasarkan kelarutan, vitamin diklasifikasikan kedalam 2 kelompok

besar yaitu vitamin larut dalam lemak (A,D,E,K) dan larut dalam air (B kompleks

dan C). Adapun faktor penyebab yang mempengaruhi kerusakan vitamin C


2

meliputi suhu, Ph, oksigen, katalis logam, sinar, enzim, konsentrasi awal vitamin

C, dan rasio asam askorbat dan asam dehidroaskorbat (Suherman.2009).

Jumlah vitamin yang dibutuhkan oleh manusia relatif sangat kecil, namun

kekurangan dari salah satu vitamin dapat menyebabkan gangguan metabolisme

pada tubuh. Kebutuhan vitamin diperoleh dari makanan, meskipun ada beberapa

jenis vitamin yang dapat diproduksi oleh tubuh. Namun kebutuhan belum dapat

terpenuhi, tanpa suplementasinya dari bahan makanan yang dikonsumsi

(Nadhiroh, 2008).

Vitamin C mudah larut dalam air, oleh karena itu pada waktu mengalami

proses pengirisan, pencucian dan perebusan bahan makanan yang mengandung

vitamin C akan mengalami penurunan kadarnya. Kandungan vitamin C dalam

buah dan makanan akan rusak karena proses oksidasi oleh udara luar, terutama

jika dipanaskan. Oleh karena itu, penyimpanan dilakukan pada suhu rendah (di

lemari es) dan pemasakan yang tidak sampai menyebabkan perubahan warna pada

makanan yang mengandung vitamin C. Salah satu buah yang mengandung

vitamin C adalah buah nanas (Putri & Setiawati, 2015).

Nanas merupakan salah satu jenis buah yang banyak diminati oleh

masyarakat. Bentuknya bulat panjang, kulit buahnya bersisik. Kebutuhan vitamin

C yang dianjurkan adalah sebesar 30-60 mg per hari, sedangkan rata-rata

kecukupan vitamin C untuk keluarga adalah sebesar (53,7±2,2) mg. Sumber

vitamin C yang penting di dalam makanan terutama berasal dari buah-buahan dan

sayur-sayuran. Dalam suatu buah sumber vitamin C, kadar vitamin C yang lebih
3

tinggi adalah pada bagian kulitnya dibandingkan bagian dagingnya dan bagian

dari buah yang paling sedikit mengandung vitamin C adalah bijinya (Putri &

Setiawati, 2015)

Dari uraian yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik akan analisis kadar

Vitamin C pada buah nanas segar (Ananas comosus (l.) Merr) dan buah nanas

kaleng.

1.1 Rumusan Masalah

Dari uraian yang dikemukakan di atas maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah “Berapakah vitamin C yang terdapat pada pada buah nanas

segar (Ananas comosus (l.) Merr) dan buah nanas kaleng. ”?

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kandungan pada buah

nanas segar (Ananas comosus (l.) Merr) dan buah nanas kaleng.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Memberikan masukan dan pengetahuan, serta dapat memberikan informasi

tentang kandungan vitamin C yang terdapat pada pada buah nanas segar (Ananas

comosus (l.) Merr) dan buah nanas kaleng.

2. Bagi masyarakat
4

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat, agar

mengetahui tentang sumber apa saja yang mengandung vitamin C salah satunya

pada pada buah nanas segar (Ananas comosus (l.) Merr) dan buah nanas kaleng.

Anda mungkin juga menyukai