Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TENTANG
RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
1
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005 menjadi Undang-Undang (Lembara Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4548 );
6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 1999 tentang Angkutan Di
Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 187,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3907);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2000 tentang Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen
Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
27, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 3940 );
8. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2000 tentang Kenavigasian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 160,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 127,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4145);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 95,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227);
12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 54 Tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Pelabuhan Laut;
13. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 56 Tahun 2002 tentang
Pelimpahan/Penyerahan Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Unit
Pelaksana Teknis/Satuan Kerja) Kepada Pemerintah Propinsi Dan
Pemerintah Kabupaten/Kota;
14. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Kewenangan
Kabupaten Parigi Moutong Sebagai Daerah Otonom ( Lembaran Daerah
Tahun 2004 Nomor 4 Seri E Nomor 3 );
2
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
dan
BUPATI PARIGI MOUTONG
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Parigi Moutong.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Parigi Moutong.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
5. Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD
dengan persetujuan bersama Bupati.
6. Dinas adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Parigi Moutong.
7. Pejabat yang ditunjuk adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi
Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi
yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang
dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi fasilitas keselamatan pelayaran, dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda
transportasi.
9. Pelabuhan Umum adalah Pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan
pelayanan masyarakat umum.
10. Pelabuhan Khusus adalah Pelabuhan yang dikelolah untuk kepentingan sendiri guna
menunjang kegiatan tertentu.
11. Pelabuhan Daratan adalah suatu tempat tertentu di daratan dengan batas-batas yang
jelas, dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat, lapangan penumpukan dan gudang
serta prasarana dan sarana angkutan barang dengan cara pengemasan khusus dan
berfungsi sebagai pelabuhan umum.
12. Pelabuhan Laut adalah Pelabuhan umum yang melayani kegiatan angkutan laut.
13. Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan adalah Wilayah Perairan dan Daratan pada
pelabuhan umum yang dipergunakan secara langsung untuk kegiatan kepelabuhanan.
3
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
14. Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan adalah Wilayah Perairan disekeliling
Daerah lingkungan kerja Perairan pelabuhan umum yang dipergunakan untuk
menjamin keselamatan pelayaran.
15. Dermaga untuk kepentingan sendiri, yang selanjutnya dapat disingkat DUKS, adalah
Dermaga dan Fasilitas pendukungnya berada dalam DLKR/DLKP yang dibangun,
dioperasikan dan dipergunakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan
tertentu.
16. Gross Tonage, yang selanjutnya dapat disingkat GT, adalah isi kotor dalam satuan
meter kubik yang dimulai setara dengan tonage.
17. Etmal adalah waktu atau lama kapal sandar di dermaga.
18. Jasa Labuh adalah pelayanan yang diberikan bagi kepentingan kapal yang berlabuh
baik di kolam pelabuhan maupun di tempat lain.
19. Jasa Tambat adalah pelayanan yang diberikan bagi kegiatan kapal yang bertambat di
dermaga tau pun di tambat lain.
20. Jasa Dermaga adalah pelayanan yang di sediakan untuk kegiatan bongkar maupun
muat atau naik turun penumpang melalui dermaga.
21. Jasa Penumpukkan adalah pelayanan yang diberikan untuk kegiatan penumpukkan
barang.
22. Jasa Kenavigasian adalah pelayanan yang diberikan / disediakan yang berkaitan
dengan sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran, hidrooceanografi,
alur dan perlintasan, pemanduan, penanganan kerangka kapal, salvage dan pekerjaan
bawah air, untuk kepentingan keselamatan pelayaran.
23. Jasa Pelayanan Perkapalan adalah pelayanan yang diberikan / disediakan yang
berkaitan dengan kegiatan bidang perkapalan dan kepelautan serta pengawasannya
untuk menentukan kelaiklautan kapal.
24. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau
Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiunan, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi yang sejenis lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan
lainnya.
25. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan / atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
26. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau badan.
27. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perUndang-
Undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi termasuk
pungutan atau pemotong Retribusi tertentu.
4
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
28. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi
wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa kepelabuhanan dari Pemerintah Daerah
yang bersangkutan.
29. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SSRD adalah Surat
yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran
Retribusi yang terutang ke kas daerah atau ketempat pembayaran lain yang ditetapkan
oleh Bupati.
30. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang dapat disingkat SKRD, adalah surat ketetapan
yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang.
31. Surat Pendaftaran Dan Pendataan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTRD,
adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data Objek
Retribusi dan wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran Retribusi
yang terutang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah.
32. Surat Ketetapan Retribusi Daerah kurang bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKB
adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah pokok retribusi, jumlah
kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran retribusi, besarnya sanksi adminitrasi
dan jumlah yang masih harus dibayar.
33. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang dapat disingkat
SKRDKBT, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan tambahan atas jumlah
retribusi yang telah ditetapkan.
34. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB,
adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar dari pada Retribusi yang terutang
atau tidak seharusnya terutang.
35. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk
melakukan tagihan Retribusi dan/atau sanksi Administrasi berupa bunga dan/atau
denda.
36. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD
atau Dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB, SKRDKBT, SKRDLB yang diajukan
oleh Wajib Retribusi.
37. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, menngumpulkan, mengolah
data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
Retribusi dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perUndang-Undangan Retribusi Daerah.
38. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Parigi Moutong, yang selanjutnya dapat disebut penyidik, untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana
dibidang Retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
5
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Jasa Kepelabuhanan dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas
pemberian dan/atau penyediaan jasa kepelabuhanan.
Pasal 3
(1) Objek Retribusi Kepelabuhanan adalah pemberian dan/atau Penyediaan Jasa
Kepelabuhanan atas orang pribadi atau badan.
(2) Obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Jasa pelayanan kapal yang meliputi
b. jasa pelayanan barang yang meliputi ;
c. jasa pelayanan alat yang meliputi ;
d. pelayanan jasa kepelabuhanan lainnya yang meliputi;
e. jasa kenavigasian;
f. jasa pelayanan perkapalan.
Pasal 4
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Jasa kepelabuhanan.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Jasa kepelabuhanan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAAN JASA
Pasal 6
Tingkat Penggunaan Jasa diukur berdasarkan jenis, volume dan/atau lamanya pelayanan
jasa kepelabuhanan
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi jasa umum didasarkan
pada kebijakan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan Jasa yang
bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan serta memperhatikan
faktor kemampuan pengguna Jasa.
(2) Biaya sebagaimana di maksud pada ayat (1) dapat meliputi biaya Administrasi,
pelayanan, Pembinaan, pengawasan, pemeliharaan, perawatan dan kebersihan
pelabuhan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
6
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8
(1) Struktur dan besarnya tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut :
Besarnya
Struktur Retribusi Satuan
Tarif Retribusi
A. JASA KEPELABUHANAN
1. Jasa Pelayanan Kapal
a. Jasa Labuh :
1) Kapal yang melakukan kegiatan di
pelabuhan umum :
a) kapal yang melaksanakan kegiatan
niaga :
1) kapal angkutan laut luar negeri Per GT per kunjungan US$ 0.035
2) kapal angkutan laut dalam negeri Per GT per kunjungan Rp. 40
3) kapal pelayaran rakyat / kapal
perintis Per GT per kunjungan Rp. 40
4) kapal melakukan kegiatan tetap
diperairan pelabuhan :
(a) kapal angkutan laut dalam
negeri Per GT per bulan Rp. 400
(b) kapal pelayaran rakyat /
kapal perintis Per GT per bulan Rp. 200
b) kapal yang tidak melaksanakan
kegiatan niaga :
1) kapal angkutan laut luar negeri Per GT per kunjungan US$ 0.018
2) kapal angkutan laut dalam negeri Per GT per kunjungan Rp. 40
3) kapal pelayaran rakyat / kapal
perintis Per GT per kunjungan Rp. 20
2) kapal yang melakukan kegiatan di
Dermaga Untuk Kepentingan
Sendiri dan di pelabuhan khusus :
a) Kapal angkutan laut luar negeri Per GT per kunjungan US$ 0.035
b) Kapal angkutan laut dalam negeri Per GT per kunjungan Rp. 40
7
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
a) Kapal angkutan laut luar negeri :
1) Ukuran 500 GT s/d 1000 GT Per kapal per gerakan US $ 27
2) Ukuran diatas 1000 GT, tiap Per GT kelebihan per
kelebihan GT ditambah gerakan US $ 0.012
b) Kapal angkutan laut dalam negeri :
1) Ukuran 500 GT s/d 1000 GT Per kapal per gerakan Rp. 33.000
2) Ukuran diatas 1000 GT, tiap Per GT kelebihan per
kelebihan ditambah gerakan Rp. 21
2) Kelompok II
Pemanduan dengan jarak 10 s/d 20
mil :
a) kapal angkutan laut luar negeri
1) Ukuran 500 GT s/d 1000 GT Per kapal per gerakan US $ 30
2) Ukuran diatas 1000 GT, tiap Per GT kelebihan per
kelebihan Gt ditambah gerakan US $ 0.012
b) kapal angkutan laut dalam negeri
1) sampai dengan 1000 GT Per kapal per gerakan Rp. 36.000
2) Ukuran diatas 1000 GT, tiap Per GT kelebihan per
kelebihan GT ditambah gerakan Rp. 21
3) Kelompok III
Pemanduan dengan jarak diatas 20 mil
a) kapal angkutan laut luar negeri
1) ukuran 500 GT s/d 1000 GT Per kapal per gerakan US $ 33
2) Diatas Gt, tiap kelebihan GT Per GT kelebihan per
ditambah gerakan US $ 0.012
b) kapal angkutan laut dalam negeri
1) sampai dengan 1000 GT Per kapal per gerakan Rp. 41.000
2) Diatas 1000 GT, tiap kelebihan Per GT kelebihan per
GT ditambah gerakan Rp. 21
8
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
3) kapal 8.001 sd. 18.000 GT Per kapal per jam Rp. 500.000
4) kapal 18.001 sd. 75.000 GT Per kapal per jam Rp. 900.000
5) kapal diatas 75.000 GT Per kapal per jam Rp.1.300.000
2) Apabila menggunakan kapal tunda
yang bukan dimiliki pelabuhan Per kapal per jam 20 % dari
pendapatan
jasa
d. Jasa Tambat penundaan
1) Kapal yang melakukan kegiatan
dipelabuhan umum :
a) Tambatan dermaga (besi, beton dan
kayu).
1) Kapal angkutan laut luar negeri Per GT per Etmal US $ 0.035
2) kapal angkutan laut dalam
negeri Per GT per Etmal Rp. 30
3) kapal pelayaran rakyat/kapal
Perintis Per GT per Etmal Rp. 15
b) Tambatan Breasthing, Dolphin
Pelampung
1) Kapal angkutan laut luar negeri Per GT per Etmal US$0.020
2) Kapal angkutan laut dalam
negeri Per GT per Etmal Rp. 20
3) Kapal pelayaran rakyat / kapal
perintis Per GT per Etmal Rp. 10
c) Tambatan pinggiran / Talud
1) kapal angkutan laut luar negeri Per GT per Etmal US$ 0.005
2) Kapal angkutan laut dalam negeri Per GT per Etmal Rp. 10
3) Kapal pelayaran rakyat / kapal
perintis Per GT per Etmal Rp. 10
2) Kapal yang melaksanakan kegiatan di
Dermaga untuk kepentingan sendiri
(DUKS) dan di Pelabuhan Khusus
a) kapal yang mengangkut bahan baku,
hasil produksi dan peralatan
penunjang produksi untuk
kepentingan sendiri Per GT per Etmal Rp. 10
b) Kapal yang mengangkut kepentingan
umum Per GT per Etmal 50 % dari
pendapatan
2. Jasa Pelayanan Barang jasa tambat
a. Jasa Dermaga
1) Barang yang dibongkar/dimuat melalui
pelabuhan umum
a) Barang ekspor dan impor Per ton Per m3 Rp. 550
b) Barang antar pulau :
1) Garam, pupuk dan barang bulog
9
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
(beras dan gula) Per ton Per m3 Rp. 175
2) Barang lainnya Per ton Per m3 Rp. 350
c) Hewan :
1) kerbau, sapi, kuda dan jenisnya Per ekor Rp. 350
2) Kambing, babi dan sejenisnya Per ekor Rp. 200
2) Barang yang dibongkar / dimuat melalui
Dermaga untuk kepentingan Sendiri
(DUKS) dan di pelabuhan khusus
a) Bahan yang merupakan bahan baku
hasil produksi dan peralatan
penunjang produksi untuk
kepentingan sendiri Per ton Per m3 Rp. 300
b) Barang kepentingan umum Per ton Per m3 50 Persen dari
3) Ternak yang dibongkar/dimuat di pendapatan
Outport : Jasa Dermaga
a. Kerbau dan sejenisnya Per ekor Rp. 5000
b. Kambing dan sejenisnya Per ekor Rp. 2500
b. Jasa Penumpukan
1) Gudang tertutup Per ton Per m3 Per hari Rp. 150
2) Lapangan Per ton Per m3 Per hari Rp. 100
3) Penyimpanan hewan
a) kerbau, sapi, kuda dan sejenisnya Per ekor per hari Rp. 200
b) Kambing, babi dan sejenisnya Per ekor per hari Rp. 125
4) Peti kemas (Container)
a) Ukuran 20’
1) Kosong Per unit per hari Rp. 1.500
2) Isi Per unit per hari Rp. 3.000
b) Ukuran 40’
1) Kosong Per unit per hari Rp. 3.000
2) Isi Per unit per hari Rp. 6.000
c) Ukuran diatas 40’
1) Kosong Per unit per hari Rp. 6.000
2) Isi Per unit per hari Rp.12.000
5) Chasis
a) Ukuran 20’ Per unit per hari Rp. 750
b) Ukuran 40’ Per unit per hari Rp. 1.500
c) Ukuran diatas 40’ Per unit per hari Rp. 3.000
10
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
2. lebih dari 2 ton s/d 3 ton Per unit per jam Rp. 6.500
3. lebih dari 3 ton s/d 6 ton Per unit per jam Rp. 7.500
4. lebih dari 6 ton s/d 7 ton Per unit per jam Rp. 13.000
5. lebih dari 7 ton s/d 10 ton Per unit per jam Rp. 22.000
6. 10 ton keatas Per unit per jam Rp. 23.000
b) Sewa Kren Derek (Mobil Crane)
1) sampai dengan 3 ton Per unit per jam Rp. 5.000
2) lebih dari 3 ton s/d 7 ton Per unit per jam Rp. 12.000
3) lebih dari 7 ton s/d 15 ton Per unit per jam Rp. 35.000
4) lebih dari 16 ton s/d 25 ton Per unit per jam Rp. 45.000
5) 25 ton keatas Per unit per jam Rp. 65.000
c) Motor Boat
1) sampai dengan 60 PK Per unit per jam Rp. 22.000
2) lebih dari 61 PK Per unit per jam Rp. 32.000
2) Alat non mekanik
Gerobak dorong Per unit per jam Rp. 500
11
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
2) Terminal penumpang kelas B.
a) Penumpang yang berangkat Per orang Rp. 1.000
b) Pengantar/penjemput Per orang per sekali masuk Rp. 500
3) Terminal penumpang kelas C.
a) Penumpang yang berangkat Per orang Rp. 500
b) Pengantar/penjemput Per orang per sekali masuk Rp. 250
c. Tanda Masuk Orang dan Tanda Masuk
Kendaraan
1) tanda masuk harian halaman Per orang per sekali masuk
2) tanda masuk tetap Per orang per bulan Rp. 200
Per orang per tahun Rp. 4.000
d. Tanda Masuk Kendaraan (termasuk Rp. 40.000
uang parkir)
1) Tanda Masuk Harian
a) Trailler, Truk gandengan Per kendaraan dan
pengemudi + kenek per
sekali masuk Rp. 600
b) Truk, Bus besar Per kendaraan dan
pengemudi + kenek per
sekali masuk Rp. 500
c) Pick-Up, Mini Bus, Sedan dan Jeep Per kendaraan dan
pengemudi persekali masuk Rp. 400
d) Sepeda Motor Per kendaraan dan
pengemudi persekali masuk Rp. 200
e) Gerobak, Cikar, Dokar dan Sepeda Per kendaraan per sekali
masuk Rp. 100
2) Tanda Masuk Tetap
a) Trailler, Truk gandengan Per kendaraan perbulan Rp. 12.000
Per kendaraan pertahun Rp.120.000
b) Truk Bus Besar Per kendaraan perbulan Rp. 10.000
Per kendaraan pertahun Rp.100.000
c) Pick-Up, Mini Bus, Sedan dan Jeep Per kendaraan perbulan Rp. 8.000
Per kendaraan pertahun Rp. 80.000
d) Sepeda Motor Per kendaraan perbulan
Rp. 4.000
Per kendaraan pertahun
Rp. 40.000
e) Gerobak, Cikar, Dokar dan Sepeda Per kendaraan perbulan
Rp. 2.000
Per kendaraan pertahun
Rp. 20.000
B. JASA KENAVIGASIAN
1. Jasa Penggunaan Sarana Bantu Navigasi
Pelayanan (SBNP)/Uang Rambu
a) kapal angkutan laut luar negeri; Per GT
US $ 0.027
b) kapal angkutan laut dala negeri Per GT Rp. 200
Rp. 100
c) kapal pelayanan rakyat/kapal perintis Per GT
2. Sewa Fasilitas galangan
a. Kapal barang dan penumpang
12
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
- sampai dengan 50 GT Per GT Rp. 45.000
- lebih dari 50 s/d 100 GT Per GT Rp. 60.000
- lebih dari 100 s/d 150 GT Per GT Rp. 75.000
- lebih dari 150 s/d 200 GT Per GT Rp. 90.000
- lebih dari 200 s/d 250 GT Per GT
b. Kapal Tunda Rp. 105.000
- 0 s/d 200 Hp Per Hp Rp. 60.000
- Lebih dari 200 Hp keatas Per Hp
c) Kapal Kayu Rp. 75.000
- sampai dengan 50 GT Per GT Rp. 30.000
- lebih dari 50 GT s/d 100 GT Per Gt Rp. 37.000
- lebih dari 100 GT s/d 150 GT Per GT Rp. 45.000
- lebih dari 150 GT s/d 200 GT Per GT Rp. 52.000
- lebih dari 200 Gt s/d 250 GT Per GT Rp. 60.000
d) Sewa tempat tambat Per kapal per hari Rp. 30.000
C. JASA PELAYANAN PERKAPALAN
1. Pelayanan penerbitan sertifikat
kesempurnaan dan kebangsaan kapal
ukuran GT 7 (GT< 7) meliputi :
a. sertifikat kesempurnaan Per GT Rp. 8.000
b. pas kecil Per GT Rp. 8.000
c. pas harian kapal Per Buku Rp. 8.000
d. pas alat angkut/apung di perairan Per Bulan Per GT Rp. 8.000
2. Pemerikasaan dan sertifikasi berkaitan
dengan keselamatan kapal Per Kapal Rp. 10.000
3. Pelaksanaan Pengukuran dan Surat Ukur Per Kapal Rp. 25.000
4. Pengujian dan sertifikasi perlengkapan
kapal, keselamatan kapal :
a. pengujian alat penolong dan alat
pencegahan pencemaran Per Kapal Rp. 50.000
b.uji stabilitas kapal bangunan
baru/perombakan Per Kapal Rp. 100.000
5. Pengesahan gambar kapal Per Kapal Rp. 100.000
6. Penelitian Dokumen Kepelautan dan
Dokumen kapal selain sertifikat :
a. dokumen kepelautan Per Penerbitan Rp. 10.000
b.akte pendaftaran kapal Per Gt Rp. 1.000
7. Pengawasan bongkar/muat barang
berbahaya
a.kurang dari 6 jam Per GT Rp. 100
b.lebih dari 6 jam s/d 12 jam Per GT Rp. 150
c. lebih dari 12 jam Per GT Rp. 160
8. Pengawasan kapal asing Per Kapal Us $ 250
9. Pengawasan Kapal Nasional Per Kapal Rp. 150.000
13
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
(2) Dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain diluar yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9
Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Kabupaten Parigi Moutong.
BAB VIII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 10
Masa Retribusi adalah frekwensi atau jangka waktu pelayanan
Pasal 11
Saat Retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau Dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB IX
SURAT PENDAFTARAN DAN PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 12
(1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPTRD.
(2) SPTRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan
lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Retribusi atau Kuasanya.
(3) Ketentuan mengenai bentuk, isi, serta tata cara pengisian dan penyampaian SPTRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 13
(1) Berdasarkan SPTRD sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) ditetapkan
Retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan/atau data yang
semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah Retribusi yang
terutang, maka dikeluarkan SKRDKB dan SKRDKBT.
(3) Ketentuan mengenai bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain
yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) SKRDKB dan SDRDKBT
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 14
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
14
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
BAB XII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 15
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar
dikenakan sanksi Administrasi berupa bunga 2 % (dua perseratus) setiap bulan dari
Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan
STRD.
BAB XII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 15
(1) Pembayarn Retribusi yang terutang dilunasi sekaligus
(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (Lima Belas) hari sejak
diterbitkannya SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pembayaran, penyetoran tempat pembayaran Retribusi
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XIV
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 17
(1) Pengeluaran Surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh
tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan / surat
lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi Retribusinya yang terutang.
(3) Surat teguran /peringatan/surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.
BAB XV
KEBERATAN
Pasal 18
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB, SKRDKBT, dan
SKRDLB.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-
alasan yang jelas.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan Retribusi, Wajib
Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan Retribusi tersebut.
(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak Wajib
Retribusi menerima SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB,
SKRDKBT, dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat
menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar
kekuasaannya.
15
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
(5) Keberatan yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) tidak dianggap sebagai suatu keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan
penagihan Retribusi.
Pasal 19
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 6 ( enam ) bulan
sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberikan keputusan atas keberatan
yang diajukan.
(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian,
menolak atau menambah besarnya Retribusi yang berutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati
tidak memberikan keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
BAB XVI
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 20
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan
pengembalian kepada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 ( enam ) bulan sejak diterimanya
permohonan kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati
tidak memberikan suatu keputusan permohonan pengembalian Retribusi dianggap
dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya kelebihan pembayaran
Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk
melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat jangka
waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua perseratus)
sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Retribusi.
(7) Ketentuan mengenai tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 21
(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi diajukan secara tertulis
kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :
a. nama dan alamat Wajib Retribusi;
b. masa Retribusi;
c. besarnya kelebihan pembayaran;
d. alasan yang singkat dan jelas.
16
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi disampaikan secara
langsung atau melalui pos tercatat.
(3) Bukti penerimaan oleh pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan
bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.
Pasal 22
(1) Pengembalian kelebihan Retribusi dilakukan dengan menerbitkan surat perintah
pembayaran kelebihan Retribusi.
(2) Apabila kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan utang Retribusi
lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pada pasal 20 ayat (4) pembayaran dilakukan
dengan cara pemindah bukuan dan buktipemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti
pembayaran.
BAB XVII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 23
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi.
(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuam Wajib Retribusi.
(3) Pembebasan Retribusi diberikan kepada Wajib Retribusi yang ditimpa bencana alam
atau kerusuhan.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XVIII
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 24
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi kedaluwarsa setelah melampaui jangka
waktu 3 (tiga) Tahun terhitung sejak saat terutang Retribusi, kecuali apabila Wajib
Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh
apabila :
a. diterbitkan surat teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak
langsung.
BAB XIX
PENYIDIKAN
Pasal 25
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang
Retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor Tahun 1981
tentang hukum Acara Pidana.
17
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima , mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangnan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana Retribusi Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
d. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen – dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap
barang bukti tersebut;
e. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana dibidang Retribusi Daerah;
f. menyuruh berhenti, dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan identitas sedang berlangsung dan memeriksa
orang dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf d;
g. memotret seseorang yang berkaitan dengan Tindak Pidana Retribusi daerah;
h. memanggil orang untuk didengar keterangannya untuk diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
i. menghentikan penyidikan;
j. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
dibidang Rertibusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan
dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik
Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
undang – undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara pidana.
BAB XX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 26
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 sehingga merugikan keuangan daerah, diancam pidana kurungan paling lama
6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi yang
terutang.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Ketentuan mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
18
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
Pasal 28
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong.
Ditetapkan di Parigi
pada tanggal 22 Maret 2007
Diundangkan di Parigi
LONGKI DJANGGOLA
Pada tanggal 23 Maret 2007
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN PARIGI MOUTONG
19
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
NOMOR 7 TAHUN 2007
TENTANG
RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
I. UMUM
Untuk penyelenggaraan otonomi Daerah di perlukan kewenangan yang luas, nyata
dan bertanggung jawab di Daerah secara proposional yang di wujdkan dengan pengaturan,
pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan.
Sumber-sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi salah satunya terdiri dari
pendapatan Asli Daerah, pendapatan asli Daerah merupakan sumber keuangan Daerah
yang digali dari dalam wilayah Daerah yang bersangkutan yang salah satunya adalah
Retribusi Daerah.
Pelabuhan merupakan salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayanan yang
memiliki peranan yang sangat penting dan strategis sehingga penyelenggaraannya di
kuasai oleh Negara dan pembinaannya di lakukan oleh pemerintah.
Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan Otonomi Daerah dengan memperhatikan
potensi yang dimiliki, maka salah satu sumber Retribusi yang diharapkan adalah
penyediaan jasa kepelabuhanan yang bertujuan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan Daerah.
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
20
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Yang dimaksud dengan dokumen yang dipersamakan adalah surat yang
dikeluarkan atau diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Parigi Moutong
atau yang ditunjuk sesuai Peraturan PerUndang-Undangan.
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Ayat 1
Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses
kegiatan pemungutan Retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga,
dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh
bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses
pemungutan Retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerjasama
dengan badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya
untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis Retribusi secara
lebih efisien. Kegiatan pemungutan Retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan
dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan besarnya Retribusi yang
terutang, pengawasan penyetoran Retribusi dan penagihan Retribusi.
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
21
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
22
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN
23
PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN