Anda di halaman 1dari 5

Menurut UU No.

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah


1. Dasar Pemikiran
Undang- Undang Dasar 1945 ialah landasan yang kokoh untuk menyelenggarakan
otonomi dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, serta bertanggung jawab kepada
wilayah daerah. Seperti tertuang dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 yang memuat
mengenai pembagian Daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan
susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang. Undang-undang ini disebut
"Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah" karena undang-undang ini pada prinsipnya
mengatur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang lebih mengutamakan penerapan asas
desentralisasi.
Menimbang peraturan sebelumnya yang dimuat dalam Undang-Undang No., 5 Tahun
1979 tentang pemerintahan desa yang tidak menyeragamkan nama, bentuk, susunan, dan
kedudukan pemerintahan Desa, tidak sesuai dengan jiwa Undang-Undang Dasar 1945 dan
perlunya mengakui serta menghormati hak asal-usul Daerah yang bersifat istimewa. Oleh
karena itu Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dibuat untuk menggantikan undang-undang
sebelumnya.
2. Pembagian Daerah
Sistem ketatanegaraan Indonesia wajib menjalankan prinsip pembagian kewenangan
berdasarkan asas dekonsentrasi dan desentralisasi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Daerah Provinsi dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi,
sementara itu Daerah Kabupaten dan Kota dibentuk berdasarkan asas dekonsentrasi. Daerah
Provinsi juga berkedudukan sebagai wilayah administrasi yang mana dimaksud sebagai
daerah administrasi menurut UUD 1945. Menurut undang-undang ini, kecamatan
berkedudukan sebagai perangkat Daerah kabupaten atau daerah Kota.
3. Penyelenggaraan Pemerintahan
Asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan digunakan sebagai prinsip
penyelenggaraan pemerintahan. Pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota asas desentralisasi
digunakan secara utuh dan bulat, yang dimaksud disini adalah tidak mempunyai hubungan
hierarki dimana Daerah Provinsi tidak membawahkan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota,
tetapi dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan terdapat hubungan koordinasi, kerja
sama, dan/atau kemitraan dalam kedudukan masing-masing sebagai Daerah Otonom
4. Pemerintahan Daerah

Susunan Pemerintahan Daerah Otonom meliputi DPRD dan Pemerintah Daerah. DPRD
sebagai Badan Legislatif Daerah dan Pemerintah Daerah sebagai Badan Eksekutif Daerah.
Pemerintah Daerah terdiri atas Kepala, Daerah beserta perangkat Daerah lainnya. DPRD
dipisahkan dari Pemerintah Daerah dengan maksud untuk lebih memberdayakan DPRD dan
meningkatkan pertanggungjawaban Pemerintah Daerah kepada rakyat.

5. Kepala Daerah

Setiap Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Daerah sebagai kepala eksekutif yang
dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah. Dalam menjalankan tugas dan kewenangan
selaku Kepala Daerah, Bupati/Walikota bertanggung jawab kepada DPRD Kabupaten/Kota.
Untuk menjadi Kepala Daerah, seseorang diharuskan memenuhi persyaratan tertentu yang
intinya agar Kepala Daerah selalu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki etika
dan moral, berpengetahuan, dan berkemampuan sebagai pimpinan pemerintahan,
berwawasan kebangsaan, serta mendapatkan kepercayaan rakyat.
6. Keuangan Daerah
Dalam rangka menyelenggarakan Otonomi Daerah kewenangan keuangan yang melekat
pada setiap kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan Daerah. Sumber pendapatan
Daerah terdiri atas: Pendapatan Asli Daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-
lain pendapatan Daerah yang sah.
7. Peraturan Daerah
Kewenangan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka desentralisasi
harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta
sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut. Daerah
berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan bertanggung
jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
8. Kepegawaian
Kebijakan kepegawaian dalam undang-undang ini menganut kebijakan yang mendorong
pengembangan Otonomi Daerah sehingga kebijakan kepegawaian di Daerah yang
dilaksanakan oleh Daerah Otonom sesuai dengan kebutuhannya, baik pengangkatan,
penempatan, pemindahan, dan mutasi maupun pemberhentian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
9. Pembinaan dan Pengawasan
Yang dimaksud dengan pembinaan adalah lebih ditekankan pada memfasilitasi Dalam
upaya pemberdayaan Daerah Otonom, sedangkan pengawasan lebih Ditekankan pada
pengawasan represif untuk lebih memberikan kebebasan kepada Daerah Otonom dalam
mengambil keputusan serta memberikan peran kepada DPRD Dalam mewujudkan fungsinya
sebagai badan pengawas terhadap pelaksanaan Otonomi Daerah. Karena itu, Peraturan
Daerah yang ditetapkan Daerah Otonom tidak memerlukan pengesahan terlebih dahulu oleh
pejabat yang berwenang.
10. Desa
Desa berdasarkan Undang-undang ini adalah Desa atau yang disebut dengan nama lain
sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak
asal-usul yang bersifat istimewa, sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 18 Undang-
Undang Dasar 1945 Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai Pemerintahan Desa
adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan
masyarakat. Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan Desa, bantuan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, pendapatan lain-lain yang sah, sumbangan pihak ketiga
dan pinjaman Desa.
Menurut UU no. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
1. Dasar Pemikiran
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Memperhatikan beberapa Ketetapan MPR dan
Keputusan MPR, seperti; Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan Otonomi
Daerah; dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, DPA, DPR, BPK, dan MA pada
sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tahun 2002 dan
Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 5/MPR/2003
tentang Penugasan Kepada MPR-RI Untuk Menyampaikan Saran Atas Laporan Pelaksanaan
Keputusan MPR-RI oleh Presiden, DPR, BPK, dan MA pada Sidang Tahunan MPR-RI
Tahun 2003.
Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah
diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang
menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Daerah memiliki
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peranserta,
prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan
rakyat
2. Pembagian Daerah (Pembentukan Daerah dan Kawasan Khusus)
Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus di daerah otonom untuk
menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus dan untuk
kepentingan nasional/berskala nasional. Pemerintah wajib mengikutsertakan pemerintah
daerah dalam pembentukan kawasan khusus tersebut.
3. Penyelenggaraan Pemerintahan
Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara
Pemerintah dengan daerah otonom. Pembagian urusan pemerintahan tersebut didasarkan pada
pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya/tetap
menjadi kewenangan Pemerintah. Urusan pemerintahan tersebut menyangkut terjaminnya
kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan. Urusan pemerintahan dimaksud
meliputi : politik luar negeri, pertahanan, keamanan. Di samping itu terdapat bagian urusan
pemerintah yang bersifat concurrent artinya urusan pemerintahan yang penanganannya dalam
bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan pemerintah
daerah.
4. Pemerintahan Daerah
Pemerintahan Daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang
dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD
merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan
yang setara bermakna bahwa di antara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan
yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi. Hal ini tercermin dalam membuat
kebijakan daerah berupa Peraturan Daerah.
5. Kepala Daerah
Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah.
Kepala daerah sebagaimana dimaksud adalah untuk provinsi disebut Gubernur, untuk
kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota. Kepala daerah mempunyai tugas
dan wewenang: memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan bersama DPRD; mengajukan rancangan Perda; menetapkan Perda yang telah
mendapat persetujuan bersama DPRD dll. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,
kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah. Secara umum perangkat daerah terdiri dari
unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam lembaga
sekretariat; unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam lembaga teknis daerah; serta unsur
pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam lembaga dinas daerah.
6. Keuangan daerah
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila
penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan
yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada Undang-Undang tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dimana besarnya disesuaikan
dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Daerah. Semua
sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada
daerah menjadi sumber keuangan daerah. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
daerah melekat dan menjadi satu dengan pengaturan pemerintahan daerah, yaitu dalam
Undang-Undang mengenai Pemerintahan Daerah.
7. Peraturan Daerah
Peraturan daerah dibuat oleh DPRD bersama-sama Pemerintah Daerah, artinya prakarsa
dapat berasal dari DPRD maupun dari Pemerintah Daerah. Peraturan daerah tertentu yang
mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD, perubahan APBD, dan tata ruang,
berlakunya setelah melalui tahapan evaluasi oleh Pemerintah. Hal itu ditempuh dengan
pertimbangan antara lain untuk melindungi kepentingan umum, menyelaraskan dan
menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau peraturan
Daerah lainnya, terutama peraturan daerah mengenai pajak daerah dan retribusi daerah
8. Kepegawaian
(1) Perpindahan pegawai negeri sipil antar kabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan
oleh Gubernur setelah memperoleh pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara. (2)
Perpindahan pegawai negeri sipil antar kabupaten/kota antar provinsi, dan antar provinsi
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Kepala Badan
Kepegawaian Negara. (3) Perpindahan pegawai negeri sipil provinsi/kabupaten/kota ke
departemen/lembaga pemerintah non departemen atau sebaliknya, ditetapkan oleh Menteri
Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara.
9. Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh Pemerintah
yang meliputi : a. koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan; b. pemberian
pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan; c. pemberian bimbingan, supervisi,
dan konsultasi pelaksanaan urusan pemerintahan; d. pendidikan dan pelatihan; dan e.
perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan urusan
pemerintahan.
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh Pemerintah
yang meliputi: a. Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah; b.
Pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan secara nasional
dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.
10. Desa
Undang-Undang ini mengakui otonomi yang dimiliki oleh desa ataupun dengan sebutan
lainnya dan kepada desa melalui pemerintah desa dapat diberikan penugasan ataupun
pendelegasian dari Pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan
pemerintah tertentu. Sebagai perwujudan demokrasi, dalam penyelenggaraan pemerintahan
Desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lain yang sesuai dengan budaya
yang berkembang di Desa bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam
penyelenggaraan pemerintahan Desa.

Anda mungkin juga menyukai