Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SOSIOLOGI

KETIMPANGAN SOSIAL TENTANG AGAMA

NAMA: MARISA AFTI MUTIA


KELAS: XII.IPS.1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim.
Alhamdulillah, kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada beliau Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliah menuju jaman
yang penuh cahaya, yakni "Islam" yang senantiasa di ridhoi Allah SWT.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, maka dengan penuh santun dan hormat penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak dosen dan teman-teman yang telah
membantu penulis.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharap
saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk
menyempurnakan makalah akhir yang sederhana ini.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekhilafan.
Semoga laporan ini dapat menambah khasanah atau cakrawala pemikiran penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Atas perhatiannya "Jazakumullah Ahsanal
Jaza' … Amin".
Billahit Taufiq Walhidayah.

Tangerang, 08 Februari 2016

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Poligami merupakan suatu tindakan yang saat ini masih menjadi pro kontra di
masyarakat.  Hal ini dikarenakana perbedaan pendapat / pandangan masyarakat.
Masih banyak yang menganggap poligami adalah suatu perbuatan negatif.

Hal ini terjadi karena poligami dianggap menyakiti kaum wanita dan hanya
menguntungkan bagi kaum pria saja. Di Indonesia sendiri, masih belum ada Undang-
Undang yang menjelaskan secara rinci boleh tidaknya poligami dilakukan.

Tujuan hidup keluarga adalah untuk mendapatkan kebahagiaan lahir dan


batin. Namun dengan adanya Polligami yang dilakukan sang suami, kebahagiaan
dalam keluarga dapat menjadi hilang. Hal ini tentunya merugikan bagi kaum istri dan
anak-anaknya karena mereka beranggapan tidak akan mendapatkan perlakuan yang
adil dari sang suami.

Pandangan masyarakat terhadap poligami beragam, ada yang setuju namun


juga ada yang tidak setuju atau menentang terlebih lagi bagi kaum hawa yang merasa
dirugikan, karena harus berbagi dengan yang lain. Hal ini dipengaruhi dengan
perekonomian keluarga yang tidak memungkinkan poligami.

Berdasarkan uraian itulah saya memilih judul “ Poligami Menurut Pandangan


Islam “ untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang permasalahan poligami yang masih
menjadi pro kontra masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Poligami

Dalam antropologi sosial, poligami merupakan praktik pernikahan kepada


lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan)
sekaligus pada suatu saat (berlawanan dengan monogami, di mana seseorang
memiliki hanya satu suami atau istri pada suatu saat).

Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang


oleh sebagian kalangan. Terutama kaum feminis menentang poligami, karena mereka
menganggap poligami sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita.Islam pada
dasarnya memperbolehkan seorang pria beristri lebih dari satu (poligami).

Islam memperbolehkan seorang pria beristri hingga empat orang istri dengan syarat
sang suami harus dapat berbuat adil terhadap seluruh istrinya (Surat an-Nisa ayat 3
4:3).

Poligami dalam Islam baik dalam hukum maupun praktiknya, diterapkan


secara bervariasi di tiap-tiap negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Di
Indonesia sendiri terdapat hukum yang memperketat aturan poligami untuk pegawai
negeri, dan sedang dalam wacana untuk diberlakukan kepada publik secara umum.

2.1.2 Poligami Menurut Pandangan Islam

Poligami merupakan salah satu isu yang disorot tajam kalangan feminis, tak
terkecuali feminis islam. Poligami adalah isyarat islam yang merupakan sunah
Rasulullah SAW tentunya dengan syarat sang suami memiliki kemampuan untuk adil
diantara para isteri. Sebagai mana pada ayat yang artiya : “Dan jika kamu takut tidak
akan dapat berlaku adil terhadap(hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu
mengawininya),maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senang, dua, tiga
atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil,maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yangkamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat daripada tidak berbuat aniaya.” (QS.An-Nisa ayat ke-3)

ْ ُ‫ ِة َوإِن ت‬Aَ‫َولَن تَ ْستَ ِطيعُوا أَن تَ ْع ِدلُوا بَ ْينَ النِّ َسآ ِء َولَوْ َح َرصْ تُ ْم فَالَ تَ ِميلُوا ُك َّل ْال َم ْي ِل فَتَ َذرُوهَا َك ْال ُم َعلَّق‬
‫إ ِ َّن‬Aَ‫وا ف‬Aُ‫لِحُوا َوتَتَّق‬A‫ص‬
‫َّحي ًما‬ ِ ‫هللاَ َكانَ َغفُورًا ر‬

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara isteri-isteri(mu),
walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalau
cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-
katung.” (QS.An-Nisa ayat 129)

Selain itu, tidak adanya ayat Al-Quran dan sunah Rasulullah yang
menggambarkan diperbolehkan atau dilarangnya poligami. Sesungguhnya poligami
yang diatur dalam islam tidak memperbolehkan bagi laki-laki untuk berhubungan
dengan wanita yang ia sukai diluar pernikahan.

Poligami merupakan sistem yang manusiawi, karena dapat meringankan


beban masyarakat yaitu dengan melindungi wanita yang tidak bersuami dan
menempatkannya ke shaf para isteri yang terpelihara dan terjaga.
2.2.1 Penyebab Biologis

a. Istri yang Sakit

Adanya seorang istri yang menderita suatu penyakit yang tidak memungkinkan
baginya untuk melayani hasrat seksual suaminya. Bagi suami yang shaleh akan
memilih poligami dari pada energi ke tempat–tempat mesum dengan sejumlah wanita
pelacur

b. Hasrat Seksual yang Tinggi

Sebagian kaum pria memiliki gairah dan hasrat seksual yang tinggi dan
menggebu, sehingga baginya satu istri dirasa tidak cukup untuk menyalurkan
hasratnya tersebut.

c. Rutinitas Alami Setiap Wanita

Adanya masa-masa haid, kehamilan dan melahirkan, menjadi alasan utama


seorang wanita tidak dapat menjalankan salah satu kewajiban terhadap suaminya. Jika
suami dapat bersabar menghadapi kondisi seperti itu, tentu tidak akan menjadi
masalah. Tetapi jika suami termasuk orang yang hasrat seksualnya tinggi, beberapa
hari saja istrinya mengalami haid, dikhawatirkan sang suami tidak bisa menjaga diri,
maka poligami bisa menjadi pilihannya.

d. Masa Subur Kaum Pria Lebih Lama

Kaum pria memiliki masa subur yang lebih lama dibandingkan wanita. Dokter
Boyke, seorang seksolog, mengakui banyak menangani kasus perselingkuhan pria
usia 40-50 tahun, karena pada usia tersebut pria mendapat puber kedua, sementara
para istri umumnya malah menjadi frigid.
2.2.2 Penyebab Internal Rumah Tangga

Menurut buku ‘Hitam Putih Poligami’, terdapat beberapa faktor internal


rumahtangga yang mendorong suami untuk berpoligami.

a. Kemandulan

Banyak kasus perceraian yang dilatarbelakangi oleh masalah kemandulan , baik


kemandulan yang terjadi pada suami maupun yang dialami istri. Hal ini terjadi karena
keinginan seseorang untuk mendapat keturunan merupakan salah satu tujuan utama
pernikahan dilakukannya.

Dalam kondisi seperti itu, seorang istri yang bijak dan shalihah tentu akan
berbesar hati dan ridha bila sang suami menikahi wanita lain yang dapat memberikan
keturunan. Di sisi lain, sang suami tetep memposisikan istri pertamanya sebagai
orang yang mempunyai tempat di hatinya, tetap dicintainya, dan hidup bahagia
bersamanya.

b. Istri yang Lemah

Ketika sang suami mendapati istrinya dalam keadaan serba terbatas , tidak
mampu menyelesaikan tugas-tugas rumahtangganya dengan baik, tidak bisa
mengarahkan dan mendidik anak-anaknya, lemah wawasan ilmu dan agamanya,serta
bentuk-bentuk kekurangan lainnya.maka pada saat itu,kemungkinan suami melirik
wanita lain yang dianggapnya lebih baik,bisa saja terjadi.dan sang istri hendaknya
berlapang dada bahkan berbahagia,karena akan ada wanita lainyang membantunya
memecahkan persoalan rumah tangganya,tanpa akan kehilangan cinta dan kasih
saying suaminya.

c. Kepribadian yang Buruk

Istri yang tidak pandai bersyukur, banyak menuntut, boros, suka berkata kasar,
gampang marah, tidak mau menerima nasihat suami dan selau ingin menang sendiri,
biasanya tidak disukai sang suami. Oleh karenanya, tidak jarang suami yang mulai
berpikir untuk menikahi wanita lain yang dianggap lebih baik dan lebih shalihah,
apalagi jika watak dan karakter buruk sang istri tidak bisa diperbaiki lagi.

2.2.3 Faktor  Sosial

a. Banyaknya Jumlah Wanita

Di Indonesia, pada PEMILU tahun 1999, jumlah pemilih pria hanya 48%,
sedangkan pemilih wanita sebanyak 52%. Berarti dari jumlah 110 Juta jiwa pemilih
tersebut, jumlah wanita adalah 57,2 juta orang dan Jumlah pria 52,8 juta orang.
Padahal usia para pemilih itu merupakan usia siap nikah.

b. Kesiapan Menikah dan Harapan Hidup pada Wanita

Jika saya mencoba melakukan survei pada masalah kesiapan menikah, pasti para
wanita akan lebih banyak jumlahnya daripada jumlahnya daripada kaum pria. Bahkan
di daerah-daerah tertentu, wanita usia 14-16 tahun sudah banyak yang bersuami, dan
wanita yang usianya 20 tahun merasa sudah terlambat menikah. Sebagian pendapat
juga mengatakan bahwa harapan hidup kaum wanita, lebih panjang daripada harapan
hidup kaum pria, perbedaannya berkisar 5-6 tahun. Sehingga tidak heran jika lebih
banyak suami yang lebih dahulu meninggal dunia, sedangkan sang istri harus hidup
menjanda dalam waktu yang sangat lama, tanpa ada yang mengayomi, melindungi,
dan tiada yang memberi nafkah secara layak.

c. Berkurangnya Jumlah Kaum Pria

Dampak paling nyata yang ditimbulkan akibat banyaknya jumlah kematian pada
kaum pria adalah semakin bertambahnya jumlah perempuan yang kehilangan suami
dan terpaksa harus hidup menjanda.lalu siapakah yang akan bertanggung jawab
mengayomi,memberi perlindungan dan memenuhi nafkah lahir dan batinnya,jika
mereka terus menjanda?solusinya tida lain,kecuali menikah lagi dengan seorang
jejaka,atau duda,atau memasuki kehidupan poligami dengan pria yang telah
beristri.itulah solusi yang lebih mulia,halal dan baradab.
d. Lingkungan dan Tradisi

Lingkungan tempat saya hidup dan beraktivitas sangat besar pengaruhnya dalam
mempentuk karakter dan sikap hidup seseorang. Seorang suami akan tergerak hatinya
untuk melakukan poligami, jika ia hidup di lingkungan atau komunitas yang
memelihara tradisi poligami.

Sebaliknya ia akan bersikap antipati, sungkan dan berpikir seribu kali untuk
melakukannya, jika lingkungan dan tradisi yang ada di sekitarnya menganggap
poligami sebagai hal yang tabu dan buruk, sehingga mereka melecehkan dan
merendahkan para pelakunya.

e. Kemapanan Ekonomi

Inilah salah satu motivator poligami yang paling sering saya dapati pada
kehidupan modern sekarang ini. Kesuksesan dalam bisnis dan mapannya
perekonomian seseorang, sering menumbuhkan sikap percaya diri dan keyakinan
akan kemampuannya menghidupi istri lebih dari satu.

2.6 Dampak Negatif Poligami

2.6.1 Terhadap Kehidupan Rumah Tangga

Dampak poligami terhadap kehidupan rumah tangga antara lain :

1. Ketidakharmonisan hubungan anggota keluarga.


2. Sering timbul permasalahan atau percek-cokan.
3. Tidak adanya rasa saling pecaya.
4. Tidak adanya kepedulian yang besar dari suami terhadap anak dan isteri.
5. Kemungkinan dapat menyebabkan perceraian.
2.6.2 Dampak yang Umum Terjadi Terhadap Istri

Menurut buku ‘Agar Suami Tak Berpoligami’, dampak-dampak umum yang


dapat terjadi bagi para istri yang suaminya berpoligami adalah,
Dampak psikologis: perasaan inferior istri dan menyalahkan diri karena
merasa tindakan suaminya berpoligami adalah akibat dari ketidakmampuan dirinya
memenuhi kebutuhan biologis suaminya.

Dampak ekonomi rumah tangga: Ketergantungan secara ekonomi kepada


suami. Walaupun ada beberapa suami memang dapat berlaku adil terhadap istri-
istrinya, tetapi dalam prakteknya lebih sering ditemukan bahwa suami lebih
mementingkan istri muda dan menelantarkan istri dan anak-anaknya terdahulu..
Akibatnya istri yang tidak memiliki pekerjaan akan sangat kesulitan menutupi
kebutuhan sehari-hari.  Kekerasan terhadap perempuan, baik kekerasan fisik,
ekonomi, seksual maupun psikologis. Hal ini umum terjadi pada rumah tangga
poligami, walaupun begitu kekerasan juga terjadi pada rumah tangga yang
monogami.

Dampak hukum: Seringnya terjadi nikah di bawah tangan (perkawinan yang


tidak dicatatkan pada Kantor Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama), sehingga
perkawinan dianggap tidak sah oleh negara, walaupun perkawinan tersebut sah
menurut agama. Pihak perempuan akan dirugikan karena konsekwensinya suatu
perkawinan dianggap tidak ada, seperti hak waris dan sebagainya.

Dampak kesehatan: Kebiasaan berganti-ganti pasangan menyebabkan


suami/istri menjadi rentan terhadap penyakit menular seksual (PMS), bahkan rentan
terjangkit virus HIV/AIDS.

2.6.3 Dampak Negatif Poligami Terhadap Anak

Poligami tidak hanya berdampak negative terhadap kehidupan rumah tangga dan
isteri,namun poligami juga berdampak negative terhadap anak,antara lain:

1. Sang anak merasa tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya.


2. Anak menjadi frustasi melihat keadaan orang tuanya.
3. Anak mendapat tekanan mental.
4. Adanya rasa benci kepada sang ayah.
5. Dicemooh oleh teman-temannya.
6. Anak tidak betah di rumah.
7. Tidak menutup kemungkinan anak menjadi melakukan perbuatan yang tidak
baik.
8. Anak mengikuti pergaulan yang negative.
9. Anak tidak semangat belajar.
10. Anak menjadi beranggapan negative terhadap orang tua.
BAB IV

REFERENSI

Banyak ulama yang angkat bicara soal poligami, dari pernyataan dan
komentar-komentar yang disampaikannya, diharapkan dapat menjadi bahan renungan
dan masukan bagi saya, sekaligus menambah wawasan saya tentang fenomena
poligami dan realita yang terjadi di masyarakat.

Menurut Prof. Dr. Musdah Mulia, MA, dosen pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah,

“Poligami itu haram lighairih, yaitu haram karena adanya dampak buruk dan ekses-
eskes yang ditimbulkannya.”

Ia juga mengaku memiliki data yang menunjukkan bahwa praktik poligami di


masyarakat telah menimbulkan masalah yang sangat krusial dan problem sosial yang
sangat besar. Begitu juga dengan tingginya Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT), keretakan rumah tangga dan penelantaran anak-anak.

Prof. Dr. Quraish Shihab menyatakan, “Poligami itu mirip dengan pintu darurat
dalam pesawat terbang, yang hanya boleh dibuka dalam keadaan emergency
tertentu.”

Hal senada disampaikan pula oleh Ketua PBNU KH. Hasyim Muzadi,
“Poligami tak ubahnya sebuah pintu darurat (emergency exit) yang memang
disediakan bagi yang membutuhkannya.” Dalam kesempatan yang lain, beliau juga
mengatakan, “Poligami atau monogamy adalah sebuah pilihan yang diberikan islam
untuk manusia, keduanya tak perlu dikontradiksikan.”
Dr. KH. Miftah Faridh (Direktur PUSDAI Jabar), juga memiliki pandangan
yang sama, “Poligami dalam pandangan islam merupakan salah satu solusi yang
dapat dilakukan untuk memecahkan berbagai masalah sosial yang dihadapi manusia.
Poligami tidak perlu dipertentangkan , apalagi sampai menimbulkan keretakan
ukhuwah Islamiyah, adapun jika ada yang belum siap melakukannya, itu lain
persoalan.”

Pendapat yang sama, juga disampaikan oleh Prof. Huzaemah Tahido Yanggo. Ahli
fikih lulusan Universitas Al-Azhar Mesir ini menyatakan, bahwa poligami sesuai
dengan syariat islam. Menurutnya, hak poligami bagi suami telah dikompensasi
dengan hak istri untuk menuntut pembatalan akad nikah dengan jalan khulu’, yaitu
ketika sang suami berbuat semena-mena terhadap istrinya. Yang jelas istri
memperbolehkan suami dengan syarat adil. Syarat ini merupakan suatu
penghormatan kepada wanita, bila tidak dipenuhi akan mengakibatkan dosa. Kalau
suami tidak berlaku adil kepada istri-istrinya, berarti dia tidak mu’asyarah bil ma’ruf
(bergaul dengan baik) kepada mereka.
Daftar Pustaka

Abdillah, Abu Azzam.2007.Agar Suami Tak Berpoligami.Bandung: Ikomatuddin


Press.

Aydi, Hasan.2007.Poligami Syariah dan Perjuangan Kaum Perempuan.Bandung: Alfa


Beta.

Faqih, Khoyin Abu.2007.Poligami Solusi atau Masalah.Jakarta: Al-I’tishom Cahaya


Umat.

Gusmaian,Islah.2007.Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami.Jogjakarta:Putaka


Marwa.

Hathaut, Hasan.2007.Panduan Seks Islami.Jakarta:Zahra.

Husaein, Abdulrahman.2006.Hitam Putih Poligami.Jakarta:Fakultas Ekonomi UI.

Sumber internet:

www.wikipedia.com
www.google.com
www.liputan6.com

Anda mungkin juga menyukai