Anda di halaman 1dari 16

ZAT ADITIF

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Bahan Pangan


Dosen pengampu : Khamidinal, S. Si, M. Si

Disusun Oleh:
Uswatun Hasanah 15670009
Siti Muslimah 15670015
Bagas Rahmata Putra 15670022
Nur Indah Nugraheni 15670028
Ahmad Riva’i 15670035
Muyassaroh Faizzatus Sufiani 15670044
Wardah Ulyana Wijaya 15670051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap hari kita memerlukan makanan untuk mendapatkan energi (karbohidrat dan
lemak) dan untuk pertumbuhan sel-sel baru, menggantikan sel-sel yang rusak (protein).
Selain itu, kita juga memerlukan makanan sebagai sumber zat penunjang dan pengatur
proses dalam tubuh, yaitu vitamin, mineral, dan air.
Sehat tidaknya suatu makanan tidak bergantung pada ukuran, bentuk, warna,
kelezatan, aroma, atau kesegarannya, tetapi bergantung pada kandungan zat yang
diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan dikatakan sehat apabila mengandung satu macam
atau lebih zat yang diperlukan oleh tubuh. Setiap hari, kita perlu mengonsumsi makanan
yang beragam agar semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh terpenuhi. Hal ini
dikarenakan belum tentu satu jenis makanan mengandung semua jenis zat yang
diperlukan oleh tubuh setiap hari.
Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan, seringkali kita perlu
menambahkan bahan-bahan tambahan ke dalam makanan yang kita olah. Bisa kita
perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur sop
yang tidak digarami atau bubur kacang hijau yang tidak memakai gula. Dalam hal ini,
garam dan gula termasuk bahan tambahan. Keduanya termasuk jenis zat aditif makanan.
Zat aditif bukan hanya garam dan gula saja, tetapi masih banyak bahan-bahan kimia lain.
Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan
untuk memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan
gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk, dan lain.
Penggunaan zat aditif sendiri sudah berlangsung sejak lama di masyarakat, baik yang
sintetis maupun alami. Dan saat ini hampir semua orang sangat bergantung pada
penggunaan zat aditif ini dalam kehidupannya. Dalam industri makanan dan minuman,
zat aditif ini merupakan faktor kunci untuk menghasilkan produk yang baik dan disenangi
konsumen. Sedangkan penggunaannya untuk keperluan rumah tangga bertujuan untuk
meningkatkan citarasa dari suatu makanan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa dampak dari penggunaan zat aditif ?
2. Upaya apa yang dilakukan untuk mengurangi dampak dari zat aditif ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Zat Aditif
Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau zat aditif makanan didefinisikan sebagai
bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk
meningkatkan mutu (Permenkes RI No 329/Menkes/PER/XII/76).
Klasifikasi BTM
Zat aditif makanan dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1. Aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan
tertentu, seperti untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan
keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lain sebagainya
2. Aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah
sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.
Bila dilihat dari sumbernya, zat aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti
lesitin, asam sitrat, dan lain-lain, dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai
sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia, maupun sifat
metabolismenya seperti karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada umumnya bahan
sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah.
Walaupun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses
sehingga mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat
karsinogen yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia.
B. Jenis-Jenis Zat Aditif
1. Jenis-jenis Zat Aditif Alami
a. Bahan Pewarna
Bahan pewarna adalah zat aditif yang ditambahkan untuk meningkatkan warna
pada makanan atau minuman. Bahan pewarna dicampurkan untuk memberi warna
pada makanan, meningkatkan daya tarik visual pangan, merangsang indera
penglihatan, menyeragamkan dan menstabilkan warna, dan menutupi atau mengatasi
perubahan warna.
Pewarna alami adalah pewarna yang dapat diperoleh dari alam, baik dari
tumbuhan dan hewan. kunyit (warna kuning), daun suji dan daun pandan (warna
hijau), warna telang (warna biru keunguan), gula kelapa (warna merah kecoklatan),
cabe dan bunga belimbing sayur (warna merah). Pewarna alami ini sangat aman bagi
3
kesehatan manusia. Pewarna alami mempunyai keunggulan, yaitu umumnya lebih
sehat untuk dikonsumsi daripada pewarna buatan. Namun, pewarna makanan alami
memiliki beberapa kelemahan, yaitu cenderung memberikan rasa dan aroma khas
yang tidak diinginkan, warnanya mudah rusak karena pemanasan, warnanya kurang
kuat (pucat), dan macam warnanya terbatas.
Tabel 1. Beberapa contoh bahan pewarna alami
No Warna yang diinginkan Contoh sumber
1 Biru Buah murbei, buah anggur
2 Coklat Buah pinang, kakao, karamel
3 Merah Buah naga, buah bit
4 Jingga Buah somba
5 Hijau Daun suji
6 Merah muda Kulit kayu mahoni
7 Orange Wortel
8 Kuning Kunyit
b. Pemanis
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan
untuk keperluan produk olahan pangan, industri serta minuman dan makanan
kesehatan. Pemanis dipakai untuk menambah rasa manis yang lebih kuat pada bahan
makanan.
Pemanis dapat dibedakan menjadi dua yaitu pemanis alami dan buatan.
Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-
bahan nabati maupun hewani. Pemanis alami yang umum dipakai adalah gula pasir,
gula tebu atau gula pasir, gula merah, madu, dan kulit kayu.
a. Gula tebu atau gula pasir mengandung zat pemanis fruktosa yang merupakan
salah satu jenis glukosa. Gula tebu atau gula pasir yang diperoleh dari tanaman
tebu merupakan pemanis yang paling banyak digunakan. Selain memberi rasa
manis, gula tebu juga bersifat mengawetkan.
b. Gula merah merupakan pemanis dengan warna coklat. Gula merah merupakan
pemanis kedua yang banyak digunakan setelah gula pasir. Kebanyakan gula jenis
ini digunakan untuk makanan tradisional, misalnya pada bubur, dodol, kue apem,
dan gulali.
c. Madu merupakan pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah madu. Selain sebagai
pemanis, madu juga banyak digunakan sebagai obat.
d. Kulit kayu manis merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pemanis. Selain
itu kayu manis juga berfungsi sebagai pengawet.

4
c. Pengawetan
Pengawetan bahan makanan dapat dilakukan secara fisik, kimia, dan biologi.
Pengawetan bahan makanan secara fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
pemanasan, pendinginan, pembekuan, pengasapan, pengalengan, pengeringan, dan
penyinaran. Pengawetan secara biologis dapat dilakukan dengan fermentasi atau
peragian, dan penambahan enzim, misalnya enzim papain dan enzim bromelin.
Pengawetan secara kimia dapat dilakukan dengan penambahan bahan pengawet yang
diijinkan. Contoh bahan pengawet alami antara lain gula (untuk manisan), dan garam
untuk asinan). Selain itu beberapa bahan alam misalnya saja penambahan air jeruk
atau air garam yang dapat digunakan untuk menghambat terjadinya proses reaksi
waktu coklat (browing reaction) pada buah apel.
d. Penyedap Makanan
Penyedap makanan adalah bahan tambahan makanan yang tidak menambah
nilai gizi. Penyedap makanan sebagai penguat rasa protein, penurun rasa amis pada
ikan, dan penguat aroma buah-buahan. Berikut diuraikan beberapa contoh penyedap
makanan.
a. Penyedap rasa
Penyedap rasa atau penegas rasa adalah zat yang dapat meningkatkan cita rasa
makanan. Penyedap berfungsi menambah rasa nikmat dan menekan rasa yang
tidak diinginkan dari suatu bahan makanan. Penyedap rasa ada yang diperoleh
dari bahan alami maupun sintetis.
Penyedap rasa alami berasal dari rempah-rempah, misalnya: bawang putih,
bawang bombay, pala, merica, ketumbar, serai, pandan, daun salam, dan daun
pandan, dll. Penyedap sintetik pada dasarnya merupakan tiruan dari yang terdapat
di alam, tetapi karena kebutuhannya jauh melebihi dari yang tersedia maka sejauh
mungkin dibuatlah tiruannya.
e. Pemberi Aroma
Pemberi aroma Pemberi aroma adalah zat yang dapat memberikan aroma
tertentu pada makanan atau minuman, sehingga dapat membangkitkan selera
konsumen. Penambahan zat pemberi aroma menyebabkan makanan memiliki
daya tarik untuk dinikmati. Zat pemberi aroma yang Zat pemberi aroma yang
berasal dari bahan segar atau ekstrak dari bahan alami, misalnya minyak atsiri
dan vanili.
2. Jenis-jenis Zat Aditif Sintesis
5
a. Antioksidan
Antioksidan adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau
menghambat proses oksidasi. Contoh:
1) Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan
pada daging olahan, kaldu, dan buah kalangan.
2) Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan
3) Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin
dan mentega.
b. Antikempal
Antikempal adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah
mengempalnya makanan yang berupa serbuk, tepung, dan bubuk. Bahan ini biasa
ditambahkan dalam garam meja, mrica bubuk, susu bubuk,. Contoh: aluminium
silikat untuk susu bubuk, dan kalsium aluminium silikat untuk garam meja.
c. Pengatur keasaman
Pengatur keasaman adalah bahan tambahan makanan yang dapat
mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman makanan.
Contoh: asam asetat (CH3COOH), aluminium amonium sulfat (Al(NH4)2(SO4),
amonium bikarbonat (NH4HCO3), asam klorida (HCl), asam laktat, asam sitrat,
asam tatrat, dan natrium bikarbonat (NaHCO3).
d. Pewarna
Pewarna buatan atau sintetis yang terbuat dari bahan kimia. Bahan pewarna
buatan dipilih karena memiliki beberapa keunggulan dibanding pewarna alami,
yaitu harganya murah, praktis dalam penggunaan, warnanya lebih kuat, macam
warnanya lebih banyak, dan warnanya tidak rusak karena pemanasan.
Penggunaan bahan pewarna buatan untuk makanan harus melalui pengujian yang
ketat untuk kesehatan konsumen. Contoh bahan pewarna buatan seperti tartrazin
untuk warna kuning, bliliant blue untuk warna biru, alura red untuk warna merah.
Meski aman dalam takran tertentu, namun sebaiknya tidak dikonsumsi dalam
jumlah yang banyak dan terus menerus.
Penggunaan pewarna buatan secara aman sudah begitu luas digunakan
masyarakat sebagai bahan pewarna dalam produk makanan. Namun, di
masyarakat masih sering ditemukan penggunaan bahan pewarna buatan yang
tidak sesuai dengan peruntukannya. Pewarna tekstil yang sering disalahgunakan

6
sebagai pewarna makanan, antara lain rhodamine B (warna merah) dan metanil
yellow (warna kuning). Bahan – bahan itu dapat memicu terjadinya kanker.
Berikut ini disajikan tabel tentang zat pewarna sintetis yang diijinkan untuk
makanan dan minuman menurut PerMenKes RI No. 722/Menkes/Per /IX/1988 :

Sedangkan bahan berbahaya yang dilarang untuk makanan dan minuman


menurut PerMenKes RI No. 239/Menkes/Per/V/1985 adalah :

7
e. Pemanis Zat
Pemanis dibedakan menjadi:
1) Pemanis nutritif (menghasilkan kalori), berasal dari tanaman (sukrosa/ gula
tebu, gula bit, xylitol dan fruktosa), dari hewan (laktosa, madu), dan dari hasil
penguraian karbohidrat (sirup glukosa, dekstrosa, sorbitol)
2) Pemanis non nutritif (tidak menghasilkan kalori), berasal dari tanaman
(steviosida), dari kelompok protein (miralin, monellin, thaumatin). Pemanis
buatan tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi, contohnya sakarin
(kemanisannya 500x gula), dulsin (kemanisannya 250x gula), dan natrium
siklamat (kemanisannya 50x gula) dan sorbitol.
f. Pemutih dan pematang tepung
Pemutih dan pematang tepung untuk mempercepat proses pemutihan dan atau
pemanggangan tepung sehingga memperbaiki mutu pemanggangan. Contoh:
asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat.
g. Pengeras
Zat aditif ini dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan.
Contoh: aluminium amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium
glukonat (pada buah kalangan).
8
h. Penyedap rasa dan aroma (flavour)
Penyedap rasa dan aroma dapat memberikan, menambah, mempertegas rasa
dan aroma. Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari
golongan ester. Contoh: Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel),
butil butirat (rasa nanas), isobutil propionat (rasa rum)
i. Penguat rasa (flavour echancer)
Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang paling banyak digunakan
adalah MSG (Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenal dengan nama
vetsin.
j. Sekuestran (Sequesteran)
Sequesteran adalah bahan yang mengikat ion logam merupakan bahan
penstabil yang digunakan dalam berbagai pengolahan bahan makanan. Contoh:
polifosfat dan EDTA pada penglahan ikan kalengan, asam fosfat (pada lemak dan
minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim), kalsium dinatrium EDTA dan
dinatrium EDTA.
k. Penambah gizi
Zat aditif yang ditambahkan adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk
memperbaiki gizi makanan. Contohnya: asam askorbat (vitamin C), feri fosfat,
vitamin A, dan vitamin D.
l. Pengawet
Bahan pengawet untuk mencegah / menghambat kerusakan oleh mikroba
Bahan pengawet yang terdapat pada makanan dan minuman kemasan kerapkali
dituding sebagai zat berbahaya bagi kesehatan. Jenis zat pengawet ada dua, yaitu
GRAS (Generally Recognized as Safe), dan ADI. GRAS aman dan tidak berefek
toksik, misalnya garam, gula, lada, dan asam cuka. ADI (Acceptable Daily
Intake), jenis pengawet yang diizinkan dalam buah-buahan olahan demi menjaga
kesehatan konsumen. Cara kerja bahan pengawet terbagi menjadi dua, yaitu
sebagai antimikroba dan sebagai antioksidan. Sebagai antimikroba artinya
menghambat pertumbuhan kuman dan sebagai antioksidan maksudnya mencegah
terjadinya oksidasi terhadap makanan sehingga tidak berubah sifat, contohnya
mencegah makanan berbau tengik.
Bahan pengawet yang diizinkan digunakan dalam makanan dalam kadar
tertentu adalah asam benzoat, asam propionat, asam sorbat, belerang dioksida,

9
etil phidroksi benzoat, kalium benzoat, kalium bisulfit, kalium meta bisulfit,
kalium nitrat, kalium nitrit, kalium propionat, kalium sorbat, kalium sulfit,
kalsium benzoit, kalsium propionat, kalsium sorbat, natrium benzoat, metil-p-
hidroksi benzoit, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, natrium nitrat, natrium
nitrit, natrium propionat, natrium sulfit, nisin dan propil-p-hidroksi-benzoit.
1) Asam propionat (natrium propionat atau kalsium propionat)
Sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Untuk
bahan tepung terigu, dosis maksimum yang digunakan adalah 0,32 % atau 3,2
gram/kg bahan; sedngkan untuk bahan dari keju, dosis maksimum sebesar 0,3
% atau 3 gram/kg bahan.
2) Asam Sitrat (citric acid)
Asam sitrat dipakai untuk meningkatkan rasa asam (mengatur tingkat
keasaman) pada berbagai pengolahan minum, produk air susu, selai, jeli, dan
lain-lain. Asam sitrat berfungsi sebagai pengawet pada keju dan sirup,
digunakan untuk mencegah proses kristalisasi dalam madu, gula-gula
(termasuk fondant), dan juga untuk mencegah pemucatan berbagai makanan,
misalnya buah-buahan kaleng dan ikan. Larutan asam sitrat yang encer dapat
digunakan untuk mencegah pembentukan bintik-bintik hitam pada udang.
Penggunaan maksimum dalam minuman adalah sebesar 3 gram/liter sari buah.
3) Benzoat (acidum benzoicum atau flores benzoes atau benzoic acid)
4) Bleng
Bleng merupakan larutan garam fosfat, berbentuk kristal, dan berwarna
kekuning-kuningan. Bleng banyak mengandung unsur boron dan beberapa
minerallainnya. Penambahan bleng selain sebagai pengawet pada pengolahan
bahan pangan terutama kerupuk, juga untuk mengembangkan dan
mengenyalkan bahan, serta memberi aroma dan rasa yang khas.
Penggunaannya sebagai pengawet maksimal sebanyak 20 gram per 25 kg
bahan. Bleng dapat dicampur langsung dalam adonan setelah dilarutkan dalam
air atau diendapkan terlebih dahulu kemudian cairannya dicampurkan dalam
adonan.
5) Garam dapur (natrium klorida)
Garam dapur dalam keadaan murni tidak berwarna, tetapi kadang-kadang
berwarna kuning kecoklatan yang berasal dari kotoran-kotoran yang ada
didalamnya. Air laut mengandung ± 3 % garam dapur. Garam dapur sebagai
10
penghambat pertumbuhan mikroba, sering digunakan untuk mengawetkan
ikan dan juga bahanbahan lain. Pengunaannya sebagai pengawet minimal
sebanyak 20 % atau 2 ons/kg bahan.
6) Garam sulfat
Garam sulfat digunakan dalam makanan untuk mencegah timbulnya ragi,
bakteri dan warna kecoklatan pada waktu pemasakan.
7) Gula pasir
Gula pasir digunakan sebagai pengawet dan lebih efektif bila dipakai dengan
tujuan menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagai bahan pengawet,
pengunaan gula pasir minimal 3% atau 30 gram/kg bahan.
8) Kaporit (Calsium hypochlorit, hypochloris calsiucus, chlor kalk, kapur klor)
Kaporit merupakan campuran dari calsium hypochlorit, calsium -chlorida dan
calsium –oksida. Garam ini berupa serbuk putih yang sering menggumpal
hingga membentuk butiran. Biasanya mengandung 25~70 % chlor aktif dan
baunya sangat khas. Kaporit yang mengandung klor ini digunakan untuk
mensterilkan air minum dan kolam renang, serta mencuci ikan.
9) Natrium Metabisulfit
Natrium metabisulfit yang diperdagangkan berbentuk kristal. Pemakaiannya
dalam pengolahan bahan pangan bertujuan untuk mencegah proses
pencoklatan pada buah sebelum diolah, menghilangkan bau dan rasa getir
terutama pada ubi kayu serta untuk mempertahankan warna agar tetap
menarik. Natrium metabisulfit dapatdilarutkan bersama-sama bahan atau
diasapkan. Prinsip pengasapan tersebut adalah mengalirkan gas SO 2 ke dalam
bahan sebelum pengeringan. Pengasapan dilakukan selama ± 15 menit.
Maksimum penggunaannya sebanyak 2 gram/kg bahan. Natrium metabisulfit
yang berlebihan akan hilang sewaktu pengeringan.
10) Nitrit dan Nitrat
Bahan ini tersedia dalam bentuk garam kalium dan natrium nitrit. Natrium
nitrit berbentuk butiran berwarna putih, sedangkan kalium nitrit berwarna
putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Nitrit dan nitrat dapat
menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang
singkat. Sering digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk
mempertahankan warna merah daging. Jumlah nitrit yang ditambahkan
biasanya 0,1 % atau 1 gram/kg bahan yang diawetkan. Untuk nitrat 0,2 % atau
11
2 gram/kg bahan. Apabila lebih dari jumlah tersebut akan menyebabkan
keracunan, oleh sebab itu pemakaian nitrit dan nitrat diatur dalam undang-
undang. Untuk mengatasi keracunan tersebut maka pemakaian nitrit biasanya
dicampur dengan nitrat dalam jumlah yang sama. Nitrat tersebut akan diubah
menjadi nitrit sedikit demi sedikit sehingga jumlah nitrit di dalam daging tidak
berlebihan.
11) Sendawa
Sendawa merupakan senyawa anorganik yaitu kalium nitrat (Chili salpeter)
dan natrium nitrat (Bengal salpeter). Bahan ini berbentuk kristal putih atau tak
berwarna, rasanya asin dan sejuk. Sendawa mudah larut dalam air dan meleleh
pada suhu 377oC. Sendawa dapat dibuat dengan mereaksikan kalium khlorida
dengan asam nitrat atau natrium nitrat. Dalam industri biasa digunakan untuk
membuat korek api, bahan peledak, pupuk, dan juga untuk pengawet bahan
pangan. Penggunaannya maksimum sebanyak 0,1 % atau 1 gram/kg bahan.

C. Dampak dari Zat Aditif


1. Pengawet
a. Formalin : menyebabkan kanker paru-paru, gangguan berat pada alat pencernaan,
memicu sakit jantung, serta akan merusak sistem syaraf.
b. Boraks : menimbulkan rasa mual yang hebat, muntah, diare, berbagai penyakit
kulit, terjadinya kerusakan ginjal, serta gangguan parah pada otak dan hati.
c. Natamysin : rasa mual, muntah, menyebabkan tidak adanya nafsu makan, diare,
dan ruam kulit.
d. Kalium asetat : dapat menimbulkan terjadinya kerusakan dari fungsi ginjal.
e. Nitrit dan nitrat : menimbulkan keracunan, dapat mempengaruhi kemampuan
hemoglobin dalam sel darah merah dalam membawa oksigen ke berbagai organ
tubuh, kesulitan bernapas, menimbulkan rasa sakit kepala, mengakibatkan anemia,
radang ginjal, dan muntah-muntah.
f. Kalsium benzoate : dapat memicu terjadinya serangan penyakit asma.
g. Sulfur dioksida : tukak lambung, memperparah gejala penyakit asma,
menimbulkan mutasi genetik, kanker dan alergi.
h. Kalsium dan natrium propionate : penggunaan melebihi angka maksimum yang
diizinkan dapat menyebabkan sakit kepala migren, rasa lelah, dan gangguan tidur.
i. Natrium metasulfat : dapat menimbulkan alergi pada kulit.
12
2. Pewarna
a. Rodhamin B (pewarna tekstil) : menyebabkan kanker serta menimbulkan
keracunan parah pada paru-paru, selaput lendir pada tenggorokan, hidung, dan
usus.
b. Tartazine : meningkatkan kemungkinan penyakit hiperaktif khususnya pada anak-
anak.
c. Sunset yellow : dapat menyebabkan kerusakan krusakan kromosom yang
permanen.
d. Ponceau 4r : menimbulkan anemia dan serta tingkat kepekatan pada hemoglobin
dalam darah.
e. Carmoisine : (merah) dapat memicu terjadinya kanker hati dan dapat
menimbulkan alergi.
3. Pemanis
a. Siklamat : menimbulkan kanker (bersifat karsinogenik).
b. Sakarin : menyebabkan terjadinya infeksi dan kanker pada organ kantong kemih.
c. Aspartam : dapat menyebabkan terjadinya gangguan saraf serta tumor otak.
4. Penyedap Rasa
Monosodium glutamat (MSG) : menimbulkan adanya kelainan hati, rasa trauma,
memacu terjadinya hipertensi, stress, dan demam tinggi, terjadinya proses penuaan
dini , alergi kulit, rasa mual, muntah, sakit kepala migren, memacu serangan penyakit
asma, menimbulkan ketidakmampuan dalam belajar, serta terjadinya depresi.
D. Upaya Mengurangi Dampak dari Zat Aditif
1. Cara Internal
Cara internal berarti cara ini ditempuh dari diri kita sendiri. Beberapa cara internal
yang bisa kita lakukan antara lain :
a. Mengurangi konsumsi makanan siap saji (fast food/makanan instan)
b. Meningkatkan konsumsi buah – buahan, sayuran, dan vitamin. Beberapa vitamin
yang dimksud antara lain vitamin A, C, E (banyak terdapat dalam sayur dan
buah); asam folat terdapat dalam brokoli, bayam dan asparagus; betakaroten,
vitamin B3 (niasin), vitamin D dalam bentuk aktif (1,25-hidroksi) terdapat dalam
mentega, susu, kuning telur, ati, beras, dan ikan segar.
c. Memberi pengertian kepada anggota keluarga tentang bahaya zat aditif,
mengawasi, mengontrol pemberian dan penggunaan uang jajan dan membiasakan
membawa bekal makanan sehat dari rumah ketika berpiknik dan bersekolah
13
2. Cara Eksternal
Cara eksternal berarti adalan “institusi” di luar diri kita, seperti produsen makanan,
penjual makanan, lembaga pemerintahan maupun lembaga non pemerintahan (LSM,
Ulama, tokoh pemerhati masalah keseatan, dll). Cara eksternal yang bisa ditempuh
antara lain:
a. Produsen
Harus memiliki kesadaran akan tanggungjawab terhadap penggunaan zat aditif
pada bahan pangan yang mereka produksi, memberikan informasi yang jelas
komposisi bahan aditif yang ditambahkan pada produknya. Dan harus diingat
jangan hanya berpusat pada keuntungan financial semata
b. Pemerintah
Pemerintah harus melakukan pengawasan ketat dan menindak secara tegas
produsen yang terbukti secara nyata melakukan pelanggaran terhadap aturan
pemberian zat aditif dalam produk makanan. Melakukan kampanye akan
pentingnya memperhatikan apa yang dimakan dan yang tidak sebaiknya dimakan.
c. Non Pemerintahan
Membantu pemerintah dalam mengawasi produk – produk bahan makanan
yang beredar dipasaran, memberikan penyuluhan akan pentingnya makanan sehat
bagi tubuh.

14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Dampak yang diberikan dari penggunaan zat aditif bagi tubuh sangat tidak baik, seperti
yang telah dituliskan dimakalah ini.
2. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dari dampak ini dimulai dari diri sendiri (upaya
internal) dan dari istitusi terkait (upaya eksternal).

15
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Hermansyah. 2017. Pengenalan Tentang Bahan Aditif Berbahaya Pada Jajanan Anak
Sekolah. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
F. G. Winarno dan Titi Sulistyowati Rahayu, 1994, Bahan Tambahan untuk Makanan dan
Kontaminan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Menkes RI.(1988).Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/PER/XI/88 tentang
Bahan Tambahan Makanan, Jakarta: Depkes.
Menkes RI.(1985).Peraturan Menteri Kesehatan RI No 239/Menkes/PER/V/76 tentang
Bahan Berbahaya untuk Makanan dan Minuman, Jakarta: Depkes.
Ramlati, dkk. 2017. Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran IPA Bab IX Zat
Aditif dan Adiktif serta Sifat Bahan dan Pemanfatannya. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

16

Anda mungkin juga menyukai