Anda di halaman 1dari 25

A.

DEFINISI
Stroke atau Cerebrovaskular accident (CVA) kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan terhentinya suplai darah kebagian otak
(Smeltzer & Bare, 2002).
Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal
maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari
24 jam akibat gangguan aliran darah ke otak ( WHO, 2014).
Stroke iskemik atau stroke non hemoragik disebabkan oleh
gangguan pasokan oksigen dan nutrisi ke sel-sel otak akibat bentukan
trombus atau emboli. Keadaan ini dapat diperparah oleh terjadinya
penurunan perfusi sistemik yang mengaliri otak. Sedangkan stroke
hemoragik intraserebral dan subarakhnoid disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah kranial (Buku Ilmu Penyakit Dalam, 2015).
Secara umu stroke bisa di artikan adalah suatu penyakit defisit
neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak
yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat atau
kematian.
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi Pembuluh darah otak
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel - sel
penunjang yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan
pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang
sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi neuron
berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar
2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi
sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah
arterial . Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per
menit, yaitu sekitar 15% dari darah total yang dipompa oleh
jantung saat istirahat agar berfungsi normal. Otak mendapat darah
dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri
dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum
anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah
ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum
posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu
dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu
sirkulus willisi.
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi.
Fungsi-fungsi dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau
motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai area broca atau pusat
bicara motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara sensoris,
sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai
pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan
serabut serabut saraf ke target organ.
2. ETIOLOGI
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik atau non
hemoragik maupun stroke hemorragik.
1. Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan
terhenti. 80% . Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Stroke Trombotik : proses terbentuknya thrombus yang
membuat penggumpalan.
b. Stroke Embolik : Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan
darah.
c. Hipoperfusion Sistemik : Berkurangnya aliran darah ke
seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
2. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi
pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu :
a. Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam
jaringan otak. Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara
permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
3. Faktor Resiko Stroke :
a. Faktor resiko medis, antara lain hipertensi (penyakit tekanan
darah tinggi), kolesterol, aterosklerosis (pengerasan pembuluh
darah), gangguan jantung, diabetes, riwayat stroke dalam
keluarga, migrain.
b. Faktor resiko perilaku, antara lain merokok (aktif & pasif),
makanan tidak sehat (junk food, fast food), alkohol,kurang
olahraga, mendengkur, kontrasepsi oral, narkoba, obesitas.
c. 80% pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis,
Menurut statistik. 93% pengidap penyakit trombosis ada
hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi.
d. Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak
nyaman (marah-marah), terlalu banyak minum alkohol,
merokok dan senang mengkonsumsi makanan yang berlemak
3. PATOFIOLOGI
Trombus dan embolus pada pembuluh darah otak
mengakibatkan aliran darah ke otak berkurang sehinggah otak
kekurangan oksigen. Iskemia terjadi ketika aliran drah menurun
kurang dari 25 ml per 100 g/menit. Akibatnya neuron tidak dapat
mempertahankan respirasi aerob. Mitokondria di ubah menjadi
respirasi anaerob sehinggah menghasilkan asam laktat dan
perubahan pH. Perubahan ini juga mengakibatkan penurunan neuron
dalam memproduksi adenosin triphospat yang akan di jadikan bahan
bakar dalam proses depolarisasi. Keseimbangan elektrolit mulai
terjadi dan fungsi sel berhenti. Penurunan aliran darah yang
berkurang menuju penumbra dan berkembang menjadi area infark.
Bagian penumbra adalah bagian otak yang iskemik dan bisa di
selamatkan dengan cepat. Aliran yang iskemik mengancam sel dan
penumbra karena membran yang mengalami depolarisasi dinding sel

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


dapat menyebabkan peningkatan kalsium yang masuk kedalam sel
dan mengeluarkan glutamat. Jika hal ini berlanjut dapat
menyebabkan bertambahnya kerusakan pada selaput sel, kalsium
dan glutamat banyak terbuang, vasokonstriksi dan menghasilkan
radikal bebas. Proses ini memperbesar area infark pada penumbra
dan memperluas stroke iskemik. Area infrak akan menimbulkan
edema otak sehinggah menyebabkan gangguan saraf yang bersifat
sementara. Area edema otak akan berkurang dalam waktu beberapa
jam atau beberapa hari sehinggah gangguan saraf secara perlahan
dapat kembali normal. Apabila stroke non hemoragik tidak segera di
tangani maka dapat menyebabkan stroke hemoragik.
Stroke hemoragik tergantung pada jenis penyebab dan jenis
penyakit aliran draah di otak. Gejala stroke hemoragikdiakibatkan
oleh perdarahan primer pada otak, aneurisme atau kelaian bentuk
arterivena yang menekan saraf kranial atau jaringan otak atau lebih
parah lagi ketika aneurisme atau kelainan arterivena pecah
menyebabkan perdarahan sub araknoid.
Perdarahan sub araknoid dapat terjadi sebagai akibat trauma
atau hipertensi, tetapi penyebab paling umum adalah kebocoran
aneurisme pada area sirkulus willis dan kelain bentuk arteri vena,
yang akan menekan pada saraf kranial atau jaringan otak atau lebih
parah lagi ketika AVM pecah, akan menyebbakan perdaraha sub
araknoid. Dengan meningkatnya tekanan dalam otak yang
diakibatkan oleh masuknya darah yang tiba-tiba kedalam ruang sub
araknoid akan menekan dan merusak jaringan otak. Perdarah sub
araknoid juga disebabkan oleh efek sekunder iskemia pada otak
akibat terjadinya penurunan tekanan perfusi dan vasospasme.
Perdarahan intraserebri paling umu pada pasien dengan hipertensi
dan aterosklerosis, karena perubahan degenaratif menyebabkan
pecahnya pembuluh darah otak. Perdarahan intraserebri juga bisa
disebabkan oleh tumor otajk dan penggunaan obat-obatan seperti

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


antikoagulan dan amphetamin. Perdarahan biasanya terjadi pada
lobus otak, basal ganglia, thalamus, pons dan serebellum.
Adakalanya, perdarahan dapat memecahkan dinding vetrikuler
lateral dan menyebabkan perdarahan intraventrikuler yang fatal
( Smeltzer & Bare,2008, Black & Hawks, 2005).

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


4. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala Stroke Non Hemoragik
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan
peredaran darah di otak bergantung pada berat ringannya
gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan peredaran
darah terjadi, maka gejala - gejala tersebut adalah :
1) Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna
a) Buta mendadak (amaurosis fugaks).
b) Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa
lisan (disfasia) bila gangguan terletak pada sisi dominan.
c) Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan
(hemiparesis kontralateral) dan dapat disertai sindrom
Horner pada sisi sumbatan.
2) Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior
a) Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai
lebih menonjol.
b) Gangguan mental.
c) Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
d) Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
e) Bisa terjadi kejang-kejang.
3) Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.
a) Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang
lebih ringan. Bila tidak di pangkal maka lengan lebih
menonjol.
b) Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.
c) Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).
4) Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.
a) Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
b) Meningkatnya refleks tendon.

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


c) Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh. Gejala-
gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor),
kepala berputar (vertigo).
d) Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
e) Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita
suara sehingga pasien sulit bicara (disatria).
f) Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan
kesadaran secara lengkap (strupor), koma, pusing,
gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap
lingkungan (disorientasi).
g) Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda
(diplopia), gerakan arah bola mata yang tidak
dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata
(ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah
lapang pandang pada belahan kanan atau kiri kedua mata
(hemianopia homonim).
h) Gangguan pendengaran.
i) Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.
5) Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior
a) Koma
b) Hemiparesis kontra lateral.
c) Ketidakmampuan membaca (aleksia).
d) Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.
6) Gejala akibat gangguan fungsi luhur
a) Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa.
Aphasia dibagi dua yaitu, Aphasia motorik adalah
ketidakmampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi
pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara
kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain tetap
baik. Aphasia sensorik adalah ketidakmampuan untuk
mengerti pembicaraan orang lain, namun masih mampu

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


mengeluarkan perkataan dengan lancar, walau sebagian
diantaranya tidak memiliki arti, tergantung dari luasnya
kerusakan otak.
b) Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena
kerusakan otak. Dibedakan dari Dyslexia (yang memang
ada secara kongenital), yaitu Verbal alexia adalah
ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat membaca
huruf. Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca
huruf, tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi
ketidakmampuan keduanya disebut Global alexia
c) Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat
adanya kerusakan otak.
d) Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan
mengenal angka setelah terjadinya kerusakan otak.
e) Right - Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image)
adalah sejumlah tingkat kemampuan yang sangat
kompleks, seperti penamaan, melakukan gerakan yang
sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan
tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan Agnosia
jari (dapat dilihat dari disuruh menyebutkan nama jari
yang disentuh sementara penderita tidak boleh melihat
jarinya).
f) Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah
hilangnya kemampuan melaksanakan bermacam perintah
yang berhubungan dengan ruang.
g) Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan
tingkah laku akibat kerusakan pada kortex motor dan
premotor dari hemisphere dominan yang menyebabkan
terjadinya gangguan bicara.

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


h) Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi
pada trauma capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan
pasca operasi pengangkatan massa di otak.
i) Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang
mencakup sejumlah kemampuan.
1. Stroke Hemoragik
Gejala Stroke Hemoragik
a. Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah:
nyeri kepala berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga
subarakhnoid pada pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala
penyerta yang khas. Serangan sering kali di siang hari, waktu
beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun
dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam,
23% antara 1/2 - 2 jam, dan 12% terjadi setelah 3 jam).
b. Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat,
nyeri di leher dan punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada
pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan pemeriksaan kaku
kuduk, Lasegue dan Kernig untuk mengetahui kondisi rangsangan
selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan pada
fungsi saraf. Pada gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam
setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi ulkus pepticum karena
pemberian obat antimuntah disertai peningkatan kadar gula darah,
glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG.
c. Gejala Perdarahan Subdural
Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala: nyeri
kepala, tajam penglihatan mundur akibat edema papil yang
terjadi, tanda-tanda defisit neurologik daerah otak yang tertekan.
Gejala ini timbul berminggu-minggu hingga berbulan-bulan
setelah terjadinya trauma kepala.

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


d) KOMPLIKASI
Komplikasi dari stroke antara lain :
1. Depresi
2. Trombosis vena dalam atau penggumpalan darah pada kaki. Lima
persen orang-orang akan mengalami penggumpalan darah di kaki
mereka setelah terserang stroke. Kondisi tersebut dikenal sebagai
trombosis vena dalam. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang-
orang yang tidak mampu lagi menggerakkan kaki mereka secara
normal. Dengan terhentinya gerakan otot kaki, maka aliran di
dalam pembuluh darah kaki menjadi lebih pelan dan tekanan darah
akan meningkat. Hal ini meningkatkan risiko untuk terjadinya
penggumpalan darah. Gejala-gejala trombosis vena dalam pada
kaki antara lain :
a) Rasa sakit.
b) Pembengkakan.
c) Kaki terasa sakit saat ditekan.
d) Kulit kaki tampak berwarna kemerahan.
e) Kulit kaki terasa hangat.
f) Jika Anda mengalami trombosis vena dalam, maka Anda
membutuhkan penanganan yang cepat karena pembekuan tersebut
kemungkinan dapat beralih ke paru-paru. Kondisi tersebut dikenal
sebagai emboli paru dan dapat mengakibatkan kematian.
3. Hidrosefalus atau tingginya produksi cairan serebrospinal. Sekitar
sepuluh persen orang yang mengalami stroke hemoragik akan
terkena hidrosefalus. Hidrosefalus adalah komplikasi yang terjadi
akibat berlebihannya produksi cairan serebrospinal di dalam rongga
otak. Produksi berlebihan tersebut disebabkan oleh dampak
kerusakan stroke hemoragik. Gejalanya adalah mual dan muntah,
kehilangan keseimbangan, dan sakit kepala. Cairan serebrospinal
berfungsi untuk melindungi otak dan saraf tulang belakang, serta
berfungsi untuk mengangkat kotoran dari sel-sel otak. Cairan

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


serebrospinal mengalir secara terus-menerus melalui seluruh bagian
dalam dan permukaan otak, serta saraf tulang belakang. Sisa cairan
serebrospinal biasanya dibuang dari otak untuk selanjutnya diserap
oleh tubuh.
4. Pneumonia ( radang paru - paru ), Ketidakmampuan untuk
bergerak setelah mengalami srtoke membuat pasien mungkin
mengalami kesulitan menelan dengan sempurna atau sering
terbatu-batuk sehingga cairan terkumpul di paru paru dan
selanjutnya terjadi pnumonia.
5. Disfagia atau kesulitan menelan
e) PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Abdul Gofir (2015) pemeriksaan diagnostik yang
sering dilakukan antara lain adalah :
a. CT scan
Pemeriksaan awal untuk menentukan apakah pasien termasuk
NHS atau HS. Pemeriksaan ini dapat melihat adanya edema,
hematoma iskemia atau infark.
b. Angioserebral
Membantu menetukan penyebab stroke secara spesifik seperti
adanya perdarahan atau obstruksi arteri ,ada tidaknya oklusi atau
rupture.
c. Punksi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosisi,
emboli serebral, TIA.
d. MRI
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik,kelainan
bentuk arteri vena.
e. EEG
Mengidentifikasi masalah yang didasrkan pada gelombang otak
dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


f) PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan
Tujuan penatalaksanaan komprehensif pada kasus stroke akut
adalah :
1. Meminimalkan jumlah sel yang rusak melalui perbaikan
jaringan penumbra dan mencegah perdarahan lebih lanjut pada
perdarahan intraserebral
2. Mencegah secara dini komplikasi neurologik maupun medik
3. Mempercepat perbaikan fungsi neurologis secara keseluruhan.
Jika secara keseluruhan dapat berhasil baik, prognosis pasien
diharapkan akan lebih baik.
a) Sasaran terapi :
Terapi yang diberikan tergantung dari jenis strokenya 
Hemoragik atau Iskemik
b) Sasaran : aliran pembuluh darah otak
c) Berdasarkan waktu terapinya :
- Terapi pada fase akut
- Terapi pencegahan sekunder atau rehabilitasi
d) Obat yang digunakan pada terapi serangan akut
Terapi Trombolitik : tissue Plasminogen Activator (t-PA),
Alteplase. Ex :
- Pentoxifilin, MK:  Sebagai antiagregasi,
dapat menghancurkan trombus, Meningkatkan deformalitas
eritrosit, Memperbaiki sirkulasi intraserebral, t-Pa dan
Alteplase, MK : megaktifkan plasmin  melisiskan
tromboemboli. Penggunaan t-PA terbukti         efektif jika
digunakan dalam 3 jam setelah serangan akut.
Catatan : terapi harus digunakan hati - hati karena dapat
menimbulkan resiko pendarahan.
- Terapi Antiplatelet : Aspirin, Clopidogrel, Dipiridamol –
Aspirin, Tiklopidin masih merupakan main stay dalam

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


terapi stroke. Urutan pilihan : Aspirin atau Dipiridamol –
Aspirin --> jika alergi atau gagal : Clopidogrel,  jika gagal :
Tiklopidin.
- Terapi Antikoagulan, hal masih kontroversial karena resiko
pendarahan intrakranial . Agen : Heparin, unfractionated
heparin, low-molecular–weight heparins (LMWH),
Heparinoids,warfarin.
e) Terapi Pemeliharaan (Pencegahan Stroke)
1) Terapi Antiplatelet. Aspirin, dapat menghambat sintesis
tromboksan ( senyawa yang berperan dalam proses
pembekuan darah ),  Dipiridamol atau kombinasi
Dipiridamol – Aspirin, Tiklopidin dan Clopidogrel --> jika
terapi aspirin gagal, Cilostazol
2) Terapi Antikoagulan. Masih dalam penelitian, efektif untuk
pencegahan emboli jantung pada pasien stroke
3) Terapi Hormon Estrogen. Pada wanita post-menopause
terapi ini terbukti mengurangi insiden terjadinya stroke
4) Antihipertensi. Hipertensi merupakan faktor resiko.
Penggunaan antihipertensi harus memperhatikan aliran
darah otak dan  aliran darah perifer, menjaga fungsi
serebral, Obat pilihan :
a) Gol. A II RA (Angiotensin II Reseptor Antagonis), ex :
Candesertan
b) Gol. ACE Inhibitor
f) Terapi memulihkan metabolisme otak. Tujuan :
1) Meningkatkan kemampuan kognitif
2) Meningkatkan kewaspadaan dan mood
3) meningkatkan fungsi memori
4) Menghilangkan kelesuamenghilangkan dizzines (ex :
citicholin, codergocrin mesilate, piracetam)

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


g) Terapi Rehabilitasi.
Ex : Fisioterapi, terapi wicara dan bahasa, dll (Manajemen
Stroke,2015)
Menurut PERDOSSI,2014 penatlaksanaan medis pada pasien
stroke :
1. Penatalaksanaan Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan
merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan
agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien
diberi oksigen 2 L / menit dan cairan kristaloid/koloid; hindari
pemberian cairan dekstrosa atau salin dalam H2O. Dilakukan
pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah
perifer lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time / INR, APTT,
glukosa darah, kimia darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia,
dilakukan analisis gas darah. Tindakan lain di Instalasi Rawat
Darurat adalah memberikan dukungan mental kepada pasien serta
memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang.
2. Stadium Akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktorfaktor etiologik
maupun penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi,
wicara dan psikologis serta telaah sosial untuk membantu pemulihan
pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu,
menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata
cara perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga.
1) Stroke Iskemik
a. Terapi umum:
Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada
pada satu bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi
dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya,
bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai
didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik,
kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih penuh,
dikosongkan (sebaiknya dengan kateter intermiten)
Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau
koloid 1500-2000 mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari
cairan mengandung glukosa atau salin isotonik. Pemberian
nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika
didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun,
dianjurkan melalui slang nasogastrik. Kadar gula darah >150 mg
% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg%
dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama.
Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg%
dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai
kembali normal dan harus dicari penyebabnya. Nyeri kepala
atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan
sesuai gejala.
Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila
tekanan sistolik ≥220 mmHg, diastolik ≥120 mmHg, Mean
Arterial Blood Pressure (MAP) ≥ 130 mmHg (pada 2 kali
pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan
infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal.
Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang
direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-
beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi
hipotensi, yaitu tekanan sistolik ≤ 90 mm Hg, diastolik ≤70
mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500
mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai
hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan
darah sistolik masih < 90 mmHg, dapat diberi dopamin 2-20
μg/kg/menit sampai tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg. Jika
kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit,

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan
peroral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2
minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang. Jika
didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus
intravena 0,25 sampai 1 g/ kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai
fenomena rebound atau keadaan umum memburuk, dilanjutkan
0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus
dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai
alternatif, dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau
furosemid.
b. Terapi khusus :
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti
aspirin dan anti koagulan, atau yang dianjurkan dengan
trombolitik rt-PA (recombinant tissue Plasminogen Activator).
Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau
pirasetam (jika didapatkan afasia).
2) Stroke Hemoragik
a. Terapi umum
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume
hematoma >30 mL, perdarahan intraventrikuler dengan
hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk. Tekanan
darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau
15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120
mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah.
Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera
diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2
menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum
300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali
6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial
meningkat, posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala dan dada

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


di satu bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke
iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).
Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik,
tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral,
sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas
dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik
spektrum luas.
b. Terapi khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat
vasodilator. Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak
perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya kian memburuk
dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3, hidrosefalus
akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan
VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 mL dengan tanda
peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi.
g) ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada pasien stroke meliputi identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, dan pengkajian psikososial.
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor registrasi, dan diagnose medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak
dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya
terjadi nyeri kepala,mual, muntah bahkan kejang sampai tidak

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan
fungsi otak yang lain. Adanya penurunan atau perubahan pada
tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam
intracranial.Keluahan perubahan perilaku juga umum terjadi.Sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsive, dan
koma.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes
mellitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian
obat-obatan yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat
antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.Adanya
riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral.Pengkajian riwayat ini dapat mendukung
pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data
dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
mellitus, atau adanay riwayat stroke dari generasi terdahulu.
f. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas
mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien.Dalam pola tata
nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah
spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil dan
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. Perawat juga
memasukkan pengkajian tehadap fungsi neurologis dengan dampak
gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu.
Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah :

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


keterbatasan yang diakibatkan oleh deficit neurologis dalam
hubungannya dengan peran social klien dan rencana pelayanan
yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis di dalam
system dukungan individu.
g. Pengkajian Aktivitas / istirahat
1) Gejala
Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia). Merasa mudah
lelah, susah untuk beristirahat (nyeri / kejang otot).
2) Tanda
Gangguan tonus otot (flaksid, spastis); paralitik (hemiplegia),
dan terjadi kelemahan umum. Gangguan penglihatan, dan
gangguan tingkat kesadaran.
h. Pengkajian Sirkulasi
1) Gejala
Adanya penyakit jantung (MCI ( Myocard Infarct, reumatik /
penyakit jantung vaskuler, GJK (Gagal Jantung Kongestif),
endokarditis bakterial), polisitemia, riwayat hipotensi postural.
2) Tanda
Hipertensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme /
malformasi vaskuler. Nadi : Frekuensi dapat bervariasi (karena
krtidakstabilan fungsi jantung / kondisi jantung, obat - obatan,
efek stroke pada pusat vasomotor). Distritmia, perubahan
EKG. Desiran pada karotis, femoralis, dan arteri iliaka / aorta
yang abnormal.
i. Integritas ego
1) Gejala
Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.
2) Tanda
Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan
gembira. Kesulitan untuk mengekspresikan diri.

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


j. Eliminasi
1) Gejala
Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urine,
anuria. Distensi abdomen (distensi kandung kemih
berlebihan), bising usus negatif (ileus paralitik).
k. Makanan / cairan
1) Gejala
Nafsu makan hilang. Mual munta selama fase akut
(Peningkatan TIK). Kehilangan sensasi (rasa kecap) pada
lidah, pipi, dan tenggorokkan, disfagia. Adanya riwayat
diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
2) Tanda
Kesulitan menelan (gangguan pada reflek palatum dan
faringeal). Obesitas (faktor risiko).
l. Neurosensori
Pemeriksaan 12 Saraf kranial
1) Saraf Olfaktorius (N. I)
Fungsi : Saraf sensorik, untuk penciuman.
Cara pemeriksaan : Anjurkan klien menutup mata dan uji
satu persatuan hidung klien kemudian anjurkan klien untuk
mengidentifikasi perbedaan bau-bauan yang diberikan.
(seperti teh atau kopi)
2) Saraf Optikus (N. II)
Fungsi : Saraf sensorik, untuk penglihatan.
Cara pemeriksaan : Dengan snellen cart pada jarak 5 - 6
meter dan pemeriksaan luas pandang dengan cara
menjalankan sebuah benda dari samping ke depan (kanan
dan kiri, atas kebawah).
3) Saraf Okulomotorius (N. III)
Fungsi : Saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata dan
kontraksi pupil.

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


Cara pemeriksaan : Anjurkan klien menggerakkan mata dari
dalam keluar, dan dengan menggunakan lampu senter uji
reaksi pupil dengan memberikan rangsangan sinar
kedalamnya.
4) Saraf troklearis (N. IV)
Fungsi: Saraf motorik, untuk pergerakan bola mata.
Cara pemeriksaan : Anjurkan klien melihat kebawah dan
kesamping kanan-kiri dengan menggerakkan tangan
pemeriksa.
5) Saraf Trigeminalis (N. V)
Fungsi : Saraf motorik, gerakan mengunyah, sensasi wajah,
lidah dan gigi, reflek kornea dan reflek berkedip.
Cara pemeriksaan : Dengan menggunakan kapas halus
sentuhan pada kornea klien perhatikan reflek berkedip klien,
dengan kapas sentuhkan pada wajah klien, uji kepekan lidah
dan gigi, anjurkan klien untuk menggerakkan rahang atau
menggigit.
6) Saraf Abdusen (N. VI)
Fungsi: Saraf motorik, pergerakan bola mata kesamping
melalui otot lateralis.
Cara pemeriksaan: Anjurkan klien melirik kanan dan kiri.
7) Saraf Fasialis (N. VII)
Fungsi : Saraf motorik, untuk ekspresi wajah.
Cara pemeriksaan : Dengan cara menganjurkan klien
tersenyum, mengangkat alis, mengerutkan dahi, uji rasa
dengan menganjurkan klien menutup mata kemudian
tempatkan garam/gula pada ujung lidah dan anjurkan
mengidentifikasi rasa tersebut.
8) Saraf Vestibulokoklear (N. VIII)
Fungsi : Saraf sensorik, untuk pendengaran dan
keseimbangan.

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


Cara pemeriksaan : Tes rine weber dan bisikan, tes
keseimbangan dengan klien berdiri menutup mata.
9) Saraf Glosofaringeus (N. IX)
Fungsi : Saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa.
Cara pemeriksaan : Dengan cara membedakan rasa manis
dan asam, dengan menggembungkan mulut.
10) Saraf Vagus (N. X)
Fungsi : Saraf sensorik dan motorik, reflek muntah dan
menelan.
Cara pemeriksaan : Dengan menyentuh faring posterior,
klien menelan saliva disuruh mengucapkan kata.
11) Saraf Asesorius (N. XI)
Fungsi : Saraf motorik, untuk menggerakan bahu
Cara pemeriksaan : Anjurkan klien untuk menggerakan bahu
dan lakukan tahanan sambil klien melawan tahanan tersebut.
12) Saraf Hipoglosus (N. XII)
Fungsi : Saraf motorik, untuk menggerakan lidah.
Cara pemeriksaan : Dengan cara klien disuruh menjulurkan
lidah dan menggerakan dari sisi ke sisi. (Amin & Hardhi,
2012)
m. Nyeri / kenyamanan
1) Gejala
Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda - beda (karena
arteri karotis terkena)
2) Tanda
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada
otot/ fasia.
n. Pernapasan
1) Gejala
Merokok (faktor risiko)

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


2) Tanda
Ketidakmampuan menelan / batuk / hambatan jalan nafas.
Timbulnya pernafasan sulit dan/ atau tak teratur. Suara
nafas terdengar / ronki (aspirasi sekresi).
o. Keamanan
1) Tanda
Motorik / sensorik : masalah dengan penglihatan.
Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke
kanan). Kesuiltan untuk melihat objek dari sisi kiri (pada
stroke kanan). Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh
yang sakit. Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan
wajah yang pernah dikenalnya dengan baik. Gangguan
berespon terhadap panas dan dingin/ gangguan regulasi
suhu tubuh. Kesulitan dalam menelan, tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri (mandiri). Gangguan
dalam memutukan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
tidak sabar/ kurang kesadaran diri (stroke kanan).
p. Interaksi sosial
1) Tanda
Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
q. Penyuluhan / pembelajaran
1. Gejala
Adanya riwayat hipertensi pada keluarga , stroke (faktor
resiko). Pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alkohol
(faktor risiko). (Doengoes, 2014).
A. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan fungsi nervus
vagus atau hilangnya refluks muntah
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang drai kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi
nervus hipoglosum

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis,fisik,kimia
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis,spatisipas
dan cedera otak, kehilangan keseimbangan
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gejala sisa stroke
6. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskular
7. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
penurunan aliran darah ke otak ( aterosklerosis, embolisme)

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP


DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gofir. Manajemen Stroke.EGC.2015
Brunner &Suddart. Keperawatan Medikal Bedah vol.2.EGC.Jakarta.2002
Black, J.M, Hawks J.H, 2006, Medical Surgical Nursing, Clinical
Management
for Positive Outcomes (8th Edition), Philadelpia: WB. Saunders Company
Doengoes, Marilynn. E, dkk,.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
untuk Perencanaan dan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta: EGC.2014
Dourman, Karel .Waspadai Stroke Di Usia Muda. Niaga
Swadaya.Jakarta.2013
Mahar .Marjono. Neurologis Klinis dasar.EGC.Jakarta.2015
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan
Klasifikasi 2015-2017/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made
Sumarwati, Dan Nike Moorhed, (et al). 2015. Nursing Outcomes
Classifications (NOC) 6th Edition. Missouri: Mosby Elsevier
Gloria M. Bulechek, (et al).2015. Nursing Interventions Classifications
(NIC) 6th PERDOSSI. Simposium Penatalaksanaan Stroke.2014 edition.
Missouri: Mosby Nugroho.Neurologi Klinis Dasar. Jakarta.2014
Brain Injuried American Society. Head Injury: Triage, Assessment,
Investigation And Early Management Of Head Injury In Infants, Children
And Adults. Diakses Www.Nice.Org.Uk pada 20 Februari 2017

Wanda S Talundu, S.Kep Profesi Ners STIKes WNP

Anda mungkin juga menyukai