UMUM
I PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Papan Nama Proyek Bh
2 Papan Peringatan dan Informasi Bh
3 Mobilisasi dan Demobilisasi Ls
4 Pengadaan K3 Proyek (APD, Rambu K3, Asuransi Pekerja) Ls
160
PEKERJAAN JOGGING TRACK DAN PERBAIKAN JALAN AKSES
III SITU
1 Pembersihan Lahan m²
2 Pasir Pasang t = 5 cm m³
Pengadaan dan Pemasangan Interblock (uk. 8 X 10.5 X 21 cm) Abu-abu
3 (Pabrikasi) m²
Pengadaan dan Pemasangan Kansteen ( uk. 10 x 20 x 40 cm)
4 (Pabrikasi) m²
5 Bongkar Paving Block Eksisting m²
I PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Mobilisasi dan demobilisasi
3. Jalan Akses
1. Pada awal pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan harus menjamin
adanya jalan masuk ke daerah kerja yang
memungkinkan untuk pemindahan alat dan bahan-bahan yang
akan digunakan.
2. Pelaksana Pekerjaan harus memperbaiki dan memelihara
jalan masuk untuk menghindari keterlambatan angkutan yang
dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan.
3. Apabila tidak dapat dilalaui jalan darat, maka pelaksana kerja
harus menyediakan fasiltas ponton untuk mengangkut alat
pancang dan sheet pile termasuk pengerukan daerah genangan
situ.
4. Semua pengoperasian yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan dan pekerjaan sementara harus
163
memenuhi persyaratan kontrak. Persyaratan-persayaratan
tersebut adalah agar tidak menggangu fasilitas-
fasilitas umum milik orang lain atau Pemilik Proyek. Pelaksana
Pekerjaan harus mengganti kerugian kepada Pemilik terhadap
semua tuntutan-tuntutan secara hukum, proses hukum,
kerugian, biaya-biaya, ongkos-ongkos dan
pengeluaran apapun yang timbul atau dalam hubungannya
dengan setiap hal semacam itu sejauh masih menjadi tanggung
jawab Pelaksana Pekerjaan.
5. Pelaksana Pekerjaan harus menyesuaikan pekerjaannya
dengan peraturan dari pejabat Desa/ Pemda setempat dan harus
mematuhi perintah-perintah dari pejabat yang berwenang dari
instansi terkait tentang penggunaan jalan air, jalan raya.
Pelaksanaan pekerjaan harus bertanggung jawab agar
pekerjaan tersebut tidak mengganggu, merusak dan
membahayakan penggunaan dan fungsi fasilitas-fasilitas yang
ada termasuk jalan air, jalan raya, lalu lintas
dan fasilitas lainnya, kecuali mendapat persetujuan dari
Pengawas Pekerjaan untuk pelaksanaan, penyelesaian dan
pemeliharaan pekerjaan.
6. Pelaksana Pekerjaan harus mengganti kerugian atas kerusakan
pada jalan, jembatan dan hak milik orang lain, sebagaimana
tersebut diatas karena kelalaian Pelaksana Pekerjaan atau Sub
Pelaksana Pekerjaan dalam hubungannya dengan pelaksanaan
pekerjaan.
7. Pelaksana Pekerjaan bertanggung jawab untuk
membersihkan kembali pada waktu penyelesaian proyek (serah
terima I) dan juga memperbaiki segala kerusakan akibat
pekerjaan konstruksi.
8. Pelaksana Pekerjaan harus mengerjakan jalan ini sesuai
dengan yang telah ditentukan atau sesuai dengan petunjuk
Pengawas Pekerjaan.
a. Laporan
1. Laporan Perkembangan Bulanan/Laporan Bulanan :
a. Kontraktor harus membuat dan menyampaikan
laporan bulanan kepada Direksi, setiap akhir bulan dan
dalam bentuk yang ditetapkan oleh Direksi, sebagai berikut
:
Kemajuan fisik pekerjaan hingga bulan lalu dan
perkiraan kemajuan untuk bulan ini.
Kemajuan pekerjaan berdasarkan pada jadwal
pelaksanaan pekerjaan.
Perkiraan jumlah pembayaran dari Pengguna
kepada Penyedia untuk bulan ini.
Tabel mengenai catatan mengenai alat, bahan dan
tenaga yang digunakan.
Hal-hal lainnya yang mungkin diperlukan
berdasarkan kontrak atau secara spesifik oleh Direksi.
b. Laporan bulanan tersebut akan diperiksa, disetujui
dan ditanda tangani oleh Direksi
2. Laporan Mingguan
a. Kontraktor harus membuat laporan mingguan dari
masing- masing item pekerjaan dalam bentuk yang
disetujui oleh Direksi. Laporan tersebut akan berisi :
informasi jumlah tenaga kerja, pemakaian
material dan peralatan yang digunakan, serta
kemajuan fisik pekerjaan setiap minggunya selama
pekerjaan berlangsung.
a. Umum.
1. Semua galian akan dilaksanakan sesuai syarat-syarat dalam
Bab ini dan dengan profil, elevasi yang ditunjukkan dalam
gambar desain atau ditentukan oleh Direksi.
2. Selama berlangsungnya pekerjaan, mungkin perlu atau
168
diminta oleh Direksi untuk mengubah kemiringan atau dimensi
galian dengan mengadakan revisi kemiringan ataupun dimensi
gambar dengan spesifikasi ini, maka pelaksana pekerjaan wajib
mengganti perubahan tersebut.
3. Setiap galian yang dibuat, untuk memudahkan Kontraktor
dengan suatu alasan atau tujuan tertentu, sehingga tidak
sesuai dengan gambar perencanaan, kecuali bila ditentukan
lain, harus ditimbun kembali oleh Kontraktor dengan biaya
sendiri.
4. Jenis alat berat, kapasitas, jumlah unit, model dan
tahun pembuatan yang digunakan di lapangan harus sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan dan persyaratan yang ada di
Kontrak.
5. Untuk memastikan hasil penggalian/pengerukkan di
dalam sungai/saluran/situ yang sebagian atau seluruhnya
terisi air, maka Direksi dapat melakukan
pengukuran/pencatatan dengan perlengkapan pengukuran
yang sesuai atau berupa unit
“echosounding” atas biaya Kontraktor.
6. Semua galian harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu stabilitas jalan dan konstruksi-
konstruksi yang berdekatan lainnya. Kerusakan bangunan
yang ditimbulkan karena cara pelaksanaan yang
salah/kurang baik, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
7. Disamping pekerjaan penggalian/pengerukan, dilaksanakan
pula pekerjaan pembersihan/pengangkatan sampah, eceng
gondok/semak-semak yang ada dilokasi pekerjaan dan
pekerjaan pembersihan ini tetap dilaksanakan
hingga berakhinya masa pemeliharaan untuk pekerjaan
tersebut di atas.
8. Kerusakan bangunan, jalan-jalan raya (yang dipakai sebagai
jalan kerja) dan lain-lain yang terjadi akibat pelaksanaan
pekerjaan ini adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor, selain
itu Kontraktor harus menjaga kelancaran lalu-lintas,
kebersihan dan keselarasan lingkungan.
2. Bahan-bahan lereng
170
5. Pengukuran dan Pembayaran
171
dengan mengadakan revisi kemiringan ataupun dimensi gambar
dengan spesifikasi ini, Kontraktor wajib mengganti perubahan
tersebut.
3. Setiap galian yang dibuat, untuk memudahkan Kontraktor dengan
suatu alasan atau tujuan tertentu, sehingga tidak sesuai dengan
gambar perencanaan, kecuali bila ditentukan lain, harus ditimbun
kembali oleh Kontraktor dengan biaya sendiri.
4. Untuk memastikan hasil penggalian/pengerukkan di
dalam sungai/saluran/situ yang sebagian atau seluruhnya terisi
air, maka Direksi dapat melakukan pengukuran/pencatatan dengan
perlengkapan pengukuran
yang sesuai atau berupa unit “echosounding” atas
biaya Kontraktor.
5. Semua galian harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu stabilitas jalan, jalan kereta api dan konstruksi-
konstruksi yang berdekatan lainnya. Kerusakan bangunan yang
ditimbulkan karena cara pelaksanaan yang salah/kurang baik,
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
1. Umum.
a. Sheet Pile yang didatangkan di lapangan harus sesuai dengan
Gambar dan harus sesuai dengan prinsip-prinsip dasar
standar yang berlaku di Indonesia (PBI 1971) dan atau standar
yang lain seperti JIS atau British Standard Code. Sheet Pile
yang didatangkan harus pabrikasi dan harus mempunyai
spesifikasi sesuai tipenya (seperti yang tercantum pada brosur
produk).
b. Sebelum pemesanan dan pembuatan sheet pile ke pabrik, maka
173
harus dilaksanakan inspeksi bersama ke pabrik oleh
kontraktor, konsultan supervisi dan direksi untuk memastikan
bahwa sheet pile memenuhi kualifikasi/ mutu sesuai tipenya.
2. Sheet Pile Beton Pracetak/Pembuatan.
a. Pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan penambahan
SheetPile beton bertulang harus sesuai dengan spesifikasi ini
yang meliputi bekisting, penulangan dan beton seperti yang
ditunjukkan pada gambar. Setiap perubahan yang diusulkan
Penyedia harus mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan
terlebih dahulu.
b. Apabila Sheet Pile akan disimpan terlebih dahulu di lapangan,
tiang harus diberi penyangga yang cukup pada tanah dasar
yang kuat untuk menghindari kerusakan akibat lenturan yang
berlebihan. Setiap Sheet Pile harus diberi tanda-tanda yang
cukup mengenai karakteristik, ukuran dan tanggal
kedatangannya atau pembuatannya.
c. Tulangan utama tidak boleh disambung kecuali kondisi
kepraktisan. Dalam hal ini tulangan bisa di las secara overlap
atas persetujuan Direksi Lapangan.
d. Sheet Pile harus dicetak dalam posisi horizontal, pengecoran
harus dilakukan dengan baik sehingga tidak terjadi cacat-cacat,
kantong-kantong udara, kasar atau cacat-cacat lainnya.
e. Sheet Pile harus diuji dengan hammer test atau sejenisnya
sesuai dengan kekuatan beton rencana oleh Direksi Lapangan
di pabrik sebelum dilakukan pengiriman ke lokasi pekerjaan.
3. Alat Pancang.
a. Sebelum dilakukan pemancangan, Penyedia harus mengirimkan
kepada Direksi Lapangan rincian alat pancang yang akan
digunakan, termasuk alat-alat pembantu, stager dan usulan
cara kerja. Pelaksanaan pemancangan dilakukan apabila sudah
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan.
b. Sheet Pile dipancang dengan metode Palu Gravitasi atau Palu
Diesel.
c. Berat palu untuk metode palu gravitasi tidak boleh kurang dari
:
50% berat tiang pancang
1500 kg
d. Jatuhan palu tidak boleh lebih dari 2,0 m.
4. Pengukuran.
a. Pengukuran dan setting out dari rencana Sheet Pile harus
sudah diselesaikan dan dikirimkan kepada Direksi Lapangan
untuk persetujuannya paling lambat 48 jam sebelum
pemancangan.
b. Setting out setiap Sheet Pile harus sudah diselesaikan dan
disetujui Direksi Lapangan paling lambat 24 jam sebelum
pemancangan.
c. Semua titik-titik setting out, jenis, tanda-tanda dan
semacamnya harus dipelihara oleh Penyedia selama pekerjaan
pemancangan.
5. Pemancangan
a. Sheet Pile tidak boleh dipancang sebelum berumur 28 hari
setelah pengecoran kecuali ditentukan lain dan atas
persetujuan Direksi Lapangan. 174
ef WH W + n2 W p
Pu = x
S + C1 – C2 + C 3 W+P
2
dimana :
Pu : Kapasitas daya dukung batas (ton)
Pa : Kapasitas daya dukung yang diijinkan (ton)
ef : Efisiensi palu
ef = 1,00 untuk palu diesel
ef = 0,75 untuk palu yang dijatuhkan dengan tali dan gesekan
katrol
W : Berat palu atau ram (ton)
Wp : Berat tiang pancang (ton)
n : Koefisien restitusi
n = 0,25 untuk tiang pancang beton
H : Tinggi jatuh palu (m)
H = 2 H’ untuk palu diesel (H’ = tinggi jatuh ram)
S : Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir,
atau “set” (m)
C1 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk kepala tiang dan
pur (m)
C2 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastis
dari batang tiang pancang (m)
C3 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk gempa pada
lapangan (m)
N : Faktor Keamanan
Nilai C1 + C2 + C3 harus diukur selama pemancangan.
6. Material Konstruksi pabrikasi harus mendapat surat dukungan
dan dilampiri hasil uji mutu produk dari pabrik.
Pembayaran untuk pemancangan sheet pile ini akan dilakukan
dengan harga satuan per meter panjang (m’) yang ditawarkan di
Daftar Kuantitas, harga satuan harus sudah termasuk semua 176
biaya yang timbul dari tenaga kerja, material dan peralatan yang
digunakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Pembayaran
dapat dilakukan pembayaran setelah sheet pile terpasang sesuai
dengan gambar dan perintah Direksi.
4. Pekerjaan Beton
a. Bahan
b) Campuran beton.
a. Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir,
krikil/batu pecah, air seperti yang ditentukan
sebelumnya, semuanya dicampur dalam
perbandingan yang sesuai dan diolah sebaik-
baiknya sampai pada kekentalan yang tepat.
b. Untuk beton mutu "BO", (type lean/beton
tumbuk), campuran yang biasa untuk pekerjaan
non-struktural dipakai perbandingan volume dari
semen portland, terhadap pasir dan agregat yang
tidak boleh kurang dari 1 : 3 : 5.
c. Untuk beton mutu "BI" dan K.125 (Type D),
campuran nominal dari semen portland, pasir dan
kerikil/batu pecah harus digunakan dengan
perbandingan volume 1 : 2 : 3 atau 1 : 1 1/2: 2
1/2.
d. Untuk mutu K.175 (Type C) dan mutu-mutu
lainnya yang lebih tinggi harus dipakai
"Campuran yang direncanakan" (designed mix).
e. Ukuran maksimum agregat kasar dalam beton
untuk bagian-bagian pekerjaan tidak boleh
melampaui ukuran yang sepraktis mungkin
178
hingga tercapai pengecoran yang tepat dan
memuaskan atau ukuran yang ditetapkan oleh
Direksi Lapangan. Perbandingan antara bahan-
bahan pembentuk beton yang dipakai untuk
berbagai pekerjaan (sesuai kelas/mutu) harus
ditetapkan dari waktu ke waktu selama
berjalannya pekerjaan, demikian juga
pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang
dihasilkan.
Perbandingan campuran dan faktor air semen
yang ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan,
yang mempunyai kepadatan yang tepat,
kekedapan, keawetan dan kekuatan yang
dikehendaki, dengan tidak memakai semen terlalu
banyak.
c) Pengujian.
Banyaknya air yang dipakai untuk beton barus diatur
menurut keperluan untuk menjamin beton dengan
konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan variasi
kandungan lembab atau gradasi (butiran) dari agregat
waktu masuk dalam mesin pengaduk (mixer).
Penambahan air untuk mencairkan beton kaku basil
pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering
sebelum dipasang, sama sekali tidak diperkenankan. Nilai-
nilai Slump untuk berbagai pekerjaan beton.
Slump ( Cm )
Uraian
Maksimum Minimum
c. Pembesian/ Tulangan
a) Persiapan Pengecoran.
a.1. Sebelum pembuatan beton dimulai semua alat-alat
pengaduk dan pengangkut beton harus sudah bersih.
Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan
baja tulangan beton, pemasangan instalasi-instalasi yang
harus ditanam, penyokong, pengikatan dan penyiapan
permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus
menurut persetujuan dan tidak boleh berhubungan
dengan air yang mengalir sebelum beton itu cukup keras.
Semua permukaan cetakan dan material tertanam yang
dilekati spesi/mortar adukan beton yang lebih dahulu
dicor harus dibersihkan dari adukan-adukan tersebut
sebelum pengecoran dilanjutkan.
a.2. Setelah dilakukannya pembesian sebelum di pasang
bekisting harus di pasang Beton Deking untuk selimut
betonnya dan Sebelum pengecoran beton, semua
permukaan pada tempat pengecoran beton (cetakan, lantai
kerja) harus bersih dari air yang menggenang, reruntuhan
atau bahan lepas. Permukaan-permukaan dengan bahan-
184
bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan
dicor, harus dibasahi dengan rata hingga kelembaban dari
beton yang harus dicor tidak akan berkurang.
a.3. Pada permukaan-permukaan yang harus ditutup beton
yang mempunyai sifat penyerapan yang tinggi dimana
perlu untuk memudahkan pemasangan tulangan dan
pengecoran beton diatas pondasi tanah. seperti ditentukan
oleh Direksi Lapangan, Penyedia harus memasang lantai
kerja yang terdiri dari lapisan beton minimal seteba1 5 cm
atau sesuai gambar rencana atau petunjuk Direksi
Lapangan.
Lantai kerja harus dihamparkan secara merata diatas
tanah pondasi dan dibiarkan mengeras selama sedikitnya
24 jam sebelum beton dicor.
d) Suhu
Suhu beton dicor/dituangkan tidak boleh lebih dari 32°C dan
tidak kurang dari 4,5°C. Bila suhu ada diantara 27°C dan
32°C, beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian
langsung dicor. Bila beton dicor pada waktu cuaca sedemikian
sehingga suhu dari beton melebih 32°C, sebagai yang
ditetapkan oleh Direksi Lapangan, Penyedia harus mengambil
langkah yang efektif, yaitu mendinginkan agregat dan
mengatur suhu beton, sehingga beton dapat dicor pada suhu
dibawah 32°C.
e) Pengecoran.
e.1. Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk
pengangkutan beton harus sedemikian rupa sehingga
beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan
dapat dibawa ketempat pekerjaan, tanpa adanya
pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan
perubahan nilai slump.
e.2. Beton dicor hanya waktu Direksi Lapangan atau wakilnya
yang ditunjuk serta Wakil Penyedia yang setaraf ada
ditempat kerja. Setelah permukaan disiapkan baik-baik
permukaan-permukaan construction joints dimana beton
baru akan dicor harus dilapisi dengan penutup yang
terbuat dari adukan semen atau ditutup dengan lapisan
spesi kira-kira setebal 2 cm.
Spesi harus mempunyai perbandingan semen dan pasir
seperti campuran beton yang bersangkutan kecuali
ditentukan lain, demikian juga konsistensinya.
Adukan harus dihamparkan merata dan harus rata juga
pada permukaan-permukaan yang tidak beraturan. Dalam
pengecoran pada construction joints yang telah terbentuk,
penyangga khusus harus dibuat untuk menjamin agar
beton menjadi rapat betul dengan permukaan joints
(sambungan) lewat pembobokan dengan memakai alat-alat
yang cocok.
e.3. Pencampuran/penumbukan kembali beton tidak
diperkenankan. Beton yang sudah mengeras dan tidak
sesuai dengan spesifikasi harus dibuang dan Kontraktor
tidak dibayar untuk pekerjaan terbuang semacam itu.
186
Dalam semua hal, beton yang akan dituang/dicor harus
diusahakan agar pengangkutannya ketempat posisi
terakhir sedekat mungkin, sehingga pada waktu
pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil
dan spesinya. Pemisahan yang berlebihan dari agregat
kasar dalam beton yang disebabkan jatuh bebas dari
tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar
atau bertumpuk dengan baja tulangan tidak diijinkan dan
apabila pemisahan yang sedemikian itu mungkin terjadi,
Kontraktor harus mempersiapkan drop chutes dan buffles
atau alat lain yang cocok untuk mengontrol jatuhnya
beton.
Penyedia harus mengajukan terlebih dahulu kepada
Direksi Lapangan untuk mendapatkan persetujuan dalam
cara mengecor berikut peralatan yang akan digunakan.
e.4. Kecuali ada penyetopan/pemotongan oleh siar (joints)
semua penuangan beton harus selalu berlapis-lapis
horisontal dan umumnya tebalnya tidak lebih dari 50 cm.
b) Bahan-Bahan
- Batu
Batu yang dipergunakan harus keras dengan permukaan
kasar tanpa cacat / retak, dan cara pengerjaanya harus
dilakukan menurut cara terbaik.
- Adukan
Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 semen : 4
pasir
c) Pemasangan
Pekerjaan pasangan batu dilaksanakan sesuai dengan
ukuran dan bentuk-bentuk yang ditunjukkan dalam gambar.
Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan adukan sehingga
semua hubungan batu melekat satu sama lain dengan
sempurna. Setiap batu harus dipasang diatas lapisan adukan
dan diketok ke tempatnya hingga teguh.
193