Anda di halaman 1dari 14

KOMUNITAS PARAMEDIS JALANAN

SURABAYA

PENELITIAN

DOSEN PEMBIMBING / PENGAMPU:


Nur Mufarokhah, S.Psi., MM.

DISUSUN OLEH:

LukluAtul Widat Putri ( 180701010 )


Rizka Wahidah ( 180701056)
Lazuardi Imani (180701074)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta
alam atas segala rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun
laporan ini dengan sebaik-baiknya,

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan nabi kita
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
islamiyah, dari jalan yg gelap gulita menuju jalan yang terang benerang yakni agama
islam sehingga kita dapat merasakan manis iman dan indahnya islam.

Penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada teman - teman satu tim
yang telah mendukung penyelesaian makalah sebagai tugas kuliah, kepada Dosen
yang memberi pengarahan dan Perpustakaan yan menyediakan Sumber Informasi
untuk kami. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa pengajian ini jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan
makalah ini.

Mudah - mudahan bantuan dan dukungan yg diberikan semua pihak dapat


menjadi amal jariyah yang bermanfaat. Dan dengan segala keterbatasan dan
kelemahan yang ada pada penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Gresik, 1 Januari 2020

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................3
LANDASAN TEORI....................................................................................................3
A. Komunitas............................................................................................................3
B. Kesehatan............................................................................................................4
C. Solidaritas............................................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................7
A. Pelaksanaan Penelitian........................................................................................7
1. Tempat........................................................................................................7
2. Waktu.........................................................................................................7
3. Narasumber................................................................................................7
B. Hasil Penelitian....................................................................................................7
1. Pembentukan Komunitas Paramedis Jalanan.............................................7
2. Kontribusi Komunitas Jalanan...................................................................8
3. Dampak Sosial Terhadap Komunitas Paaramedi Jalanan........................10
BAB IV.......................................................................................................................11
PENUTUP..................................................................................................................11
A. Kesimpulan........................................................................................................11
B. Saran..................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam suatu kegiatan yang melibatkan orang banyak dalam suatu
tempat sangat perlu untuk memperhatikan resiko masalah yang akan dihadapi
terutama pada kegiatan demonstrasi faktor keselamatan diri perlu dijaga,
apalagi baru2 ini pemerintah telah merumuskan kebijakan yang memunculkan
pro dan kontra pada masyarakat. Sehingga aksi demonstrasi terkadang memicu
tindakan kerusuhan yang terjadi diantara pihak aparat keamanan dan para
demonstran. Tindakan anarkis baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja juga tidak dapat dihindarkan, dan sangat emungkinkan akan jatuhnya
para korban.

Maka dari itu sangat diperlukan tenaga medis dalam kegiatan


demonstrasi tersebut, yang mana dapat membatu para korban yang berjatuhan
untuk mendapatkan pertolongan pertama. Hal ini diperlukan adanya
kesolidaritasan dari berbagai lini masa selain dari petugas medis yang
disiapkan oleh aparat keamanan karena mengingat adanya kumpulan massa
yang sangat banyak dan dapat terjadi kerusuan diluar jangkauan petugas medis.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana komunitas paramedis jalanan dibuat ?


2. Apa kontribusi komunitas paramedis jalan?
3. Apa saja dampak sosial adanya komunitas paramedis jalan bagi anggota,
orang lain dan lingungan sekitar ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Sejarah berdirinya komunitas paramedis jalanan


2. Mengetahui apa saja kontribusi yang diberikan paramedis jalanan

1
3. Mengetahui dampak sosial adanya komunitas paramedis jalan bagi anggota,
orang lain dan lingungan sekitar.

D. Manfaat Penelitian

1. penelitian ini dapat menjadi informasi bagi seluruh masyarakat akan


pentingnya keselamatan para demonstran

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Komunitas

Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada


suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi
satu sama lain. Program yang digunakan adalah bidang pendidikan, kesehatan,
infrastruktur, sosial dan ekonomi yang dibangun sebesar-besarnya untuk
kesejahteraan warga serta masarakat yang ada dilingkungan sekitar.
Pembentukan komunitas biasanya diawali dengan adanya perasaan atau
persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan.
Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga
ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan
membentuk sebuah komunitas. Pembentukan komunitas dapat diawali dengan
adanya persamaan persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama
dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga kita sebagai makhluk sosial tidak
akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Salah satu bentuk kerja sama kita
dengan orang lain, slah satunya yaitu dengan membentuk komunitas kesehatan
agar menyelesaikan suatu masalah kesehatan yang umum terjadi di masarakat,
dengan tugas atau tujuan cara bekerja sama. Dalam sebuah kelompok
kesehatan dapat sedikit membantu warga ataupun masaakat dalam
kesehatannya.
Menurut Josep S Roucek dan Roland S Warren kelompok sosial adalah
suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang diantara mereka
terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya
atau orang lain secara keseluruhan. Menurut Abdul Syani, terbentuknya suatu
kelompok sosial karena adanya naluri manusia yang selalu ingin hidup
bersama. Manusia membutuhkan komunikasi dalam membentuk kelompok,
karena melalui komunikasi orang dapat mengadakan ikatan dan pengaruh
psikologis secara timbal balik. Ada dua hasrat pokok manusia sehingga ia
terdorong untuk hidup berkelompok, yaitu: (1.) Hasrat untuk bersatu dengan

3
manusia lain di sekitarnya (2.) Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam
sekitarnya.

E. Kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap masarakat, setiap


warga masarakat berhak memperoleh kesehatan. Kebutuhan kesehatan
masyarakat menurut Bradshaw (1972), dikategorikan dalam empat tipe
kebutuhan: Pertama, Normative Needs: kebutuhan dari masyarakat yang
didefinisikan menurut pendapat ahli. Normative needs cenderung digunakan
oleh pemerintah atau profesional di dalam perencanaan program intervensi
terhadap masyarakat. Kedua, Felt Needs: kebutuhan yang diartikan oleh
anggota masyarakat sendiri yaitu seperti apa yang mereka katakan, mereka
inginkan atau apa yang mereka anggap sangat diperlukan. Data pada felt need
biasanya dikumpulkan melalui survey masyarakat, diskusi kelompok terarah
pada masyarakat, dan sebagainya.

Ketiga, Expressed Needs: kebutuhan yang diungkapkan oleh masyarakat


dan dapat diamati melalui permintaan masyarakat. Contohnya, permintaan
untuk pelayanan tertentu; Keempat, Comparative Needs: kebutuhan yang
diperoleh dengan perbandingan, contohnya menilai pelayanan yang disediakan
dalam satu area sebagai dasar untuk menentukan kebutuhan terhadap ketentuan
pelayanan dalam area lainnya dengan populasi yang sesuai.

F. Solidaritas
Hamidah (2011:21-22) dalam hukum Romawi dikatakan bahwa
solidaritas menunjuk pada idiom “ semua untuk masing-masing dan masing
untuk semua.” Tidak jauh dari hukum romawi, bangsa Perancis
mengaplikasikan terminologi solidaritas pada keharmonisan sosial, persatuan
nasional dan kelas dalam masyarakat. Solidaritas sosial menunjuk satu keadaan
hubungan antara individu dengan kelompok yang ada pada suatu komunitas
masyarakat yang didasari pada moral dan kepercayaan yang dianut bersama
yang diperkuat oleh pengalaman bersama.

4
Emil Durkheim bahwa solidaritas adalah keadaan saling percaya antara
para anggota dalam suatu kelompok atau komunitas. Jika orang saling percaya
mereka akan menjadi satu/menjadi persahabatan, menjadi saling hormat
menghormati, menjadi terdorong untuk bertanggung jawab dan memperhatikan
kepentingan bersama. Konsep solidaritas sosial merupakan konsep sentral
Emile Durkheim (1858-1917) dalam mengembangkan teori Sosiologi.

Durkheim (1994) menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu


keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada
perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh
pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan
hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama
dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang
hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan
pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka.

Pola pembentukan solidaritas dianggap berhasil apa bila ketakutan –


ketakutan atau keresahan masyarakat dapat teratasi. Menurut Durkheim,
berdasarkan hasilnya, solidaritas dapat dibedakan antara solidaritas positif dan
solidaritas negatif. Solidaritas negatif tidak menghasilkan integrasi apapun, dan
dengan demikian tidak memiliki kekhususan, sedangkan solidaritas positif
dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri:

1) Mengikat individu pada masyarakat secara langsung, tanpa perantara.


Pada solidaritas positif yang lainnya, individu tergantung dari
masyarakat, karena individu tergantung dari bagian-bagian yang
membentuk masyarakat tersebut.
2) Suatu sistem fungsi-fungsi yang berbeda dan khusus, yang
menyatukan hubungan-hubungan yang tetap, walaupun sebenarnya
kedua masyarakat tersebut hanyalah satu saja. Keduanya hanya
merupakan dua wajah dari satu kenyataan yang sama, namun perlu
dibedakan
3) Dari perbedaan yang kedua itu muncul perbedaan yang ketiga, yang
akan memberi ciri dan nama kepada kedua solidaritas itu. Ciri-ciri tipe

5
kolektif tersebut adalah individu merupakan bagian dari masyarakat
yang tidak terpisahkan, tetapi berbeda peranan dan fungsinya dalam
masyarakat, namun masih tetap dalam satu kesatuan.

Menurut Durkheim dapat dibedakan dua macam solidaritas positif yang


dapat ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:

1) Pada solidaritas pertama, seorang warga masyrakat secara langsung


terikat kepada masyrkat. Di dalam hal solidaritas yang kedua seorang
warga masyrakat tergantung kepada masyrakat, karena dia tergantung
pada bagian-bagian masyrakat yang bersangkutan.
2) Solidaritas kedua adalah masyarakat merupakan tidak dilihat dari
aspek yang sama. Dalam hal pertama, masyrakat merupakan kesatuan
kolektif dimana terdapat kepercayaan dan perasaan yang sama.
Sebaliknya pada hal kedua masyrakat merupakan suatu sistemyang
terdiri dari bermacam-macam fungsi yang merupakan hubungan-
hubungan yang tetap, sebetulnya keduanya merupakan suatu
gabungan, akan tetapi dilihat dari sudut-sudut yang berbeda.

6
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Taman Apsari depan Gedung Grahadi


Kota Surabaya, dalam acara Seruan Aksi International Student Day dengan
menyerukan Getol (Gerakan Tolak Omnibus Law)

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada Tanggal 17 November 2020

3. Narasumber

Seluruh anggota Paramedis Jalanan yang tidak mau menyebutkan


nama aslinya, diantaranya Desmon, Diza, Fachri, Tirta, Ardian, Gopal,
Fittria, dkk

B. Hasil Penelitian

1. Pembentukan Komunitas Paramedis Jalanan


Komunitas Paramedis Jalanan yang pada aksinya memiliki ciri khas
memakai rompi oranye yang berada di tengah aksi para demonstran,
merupakan Komunitas yang sudah ada dari berbagai macam daerah
terutama Jakarta, merupakan kota pertama yang melahirkan Komunitas
tersebut, namun KPJ Surabaya baru terbentuk sekitar akhir tahun 2019.

Komunitas ini terbentuk dalam rangka membantu demonstran yang


membutuhkan pertolongan pada saat melaksanakan demonstrasi. Para
anggota KPJ Surabaya terdiri dari sekumpulan remaja di berbagai usia,
berbagai kalangan baik dari kalangan pekerja dan mahasiswa, dan juga
dari pihak mahasiswa terdiri dari banyak jurusan ada yang dari jurusan

7
kedokteran, perawat, psikologi, dan bahkan jurusan teknik jg turut ikut
membantu berupa tenaga.

Hal ini membuat anggota para komunitas dari berbagai macam latar
belakang tersebut terketuk hatinya untuk membantu karena melihat di
daerah lain para demonstran menghadapi kekhawatiran akan tindakan
anarkis baik dari pihak anggota demonstran maupun dari pihak aparat
keamanan, baik yang disengaja maupun yg tidak disengaja. Maka dari itu
disitulah jiwa kesolidaritasan para anggota dan relawan KPJ Surabaya
muncul.

4. Kontribusi Komunitas Jalanan


Selain ikut turun ke jalanan untuk membantu tenaga medis khusus
para demonstran, mereka juga menyatakan dalam wawancara yang penulis
lakukan, bahwa mereka juga melakukan kegiatan sosial lainnya seperti
penggalangan dana bantuan sosial, dan cek kesehatan gratis.

KPJ Surabaya tidak memiliki struktur organisasi, namun komunitas


ini bersifat seperti perkumpulan yang saling membatu satu sama lain.
Komunitas ini terbuka bagi siapapun yang mau menjadi relawan, mereka
juga menerima bantuan dari pihak luar berupa galang dana, jiwa
kesolidaritasan dan kemanusiaan yang tumbuh di antara komunitas
paramedis jalanan dan pihak luar yang membantu berupa materi, membuat
para anggota tergerak untuk turut membantu turun ke jalan, membantu
para demonstran dan para wartawan(pers), menggunakan keahlian mereka
untuk membantu para demonstran yang terluka ringan, atau membantu
demonstran yang mengalami luka serius dan memerlukan evakuasi ke
rumah sakit secepatnya.

Hal ini bukan berarti yang mereka lakukan bukan tanpa resiko,
dilapangan para anggota KPJ Surabaya pernah dikepung oleh aparat
keamanan pada saat demonstrasi penolakan RUU Omnibus Law, Anggota
KPJ Mengalami ancaman kekerasan dari pihak aparat keamanann (08

8
Oktober 2020). Dalam kutipan berita Suara Surabaya Media: “Total
relawan Tim Paramedis Jalanan yang bergabung dalam kegiatan sosial saat
unjuk rasa menolak UU Omnibus Law itu ada 60 orang. Sebagian di
antaranya, setelah pecah bentrokan di Jalan Pemuda dan Jalan Panglima
Sudirman tidak lama setelah Azan Maghrib berkumandang itu sudah
berada di dalam posko. Lainnya masih ada yang di lapangan dan sampai
sekarang tidak ada kabar.”.

Sedangkan pada pengakuan KPJ Surabaya dalam media sosial


Instagram, mengatakan bahwa Polisi mengejar massa aksi yang melewati
posko medis di Jalan Taman Simpang. Walaupun posko medis sudah
ditutup polisi tetap memaksa masuk. Polisi juga memaksa masuk ke dalam
tempat perawatan korban kerusuhan aparat dan semua relawan medis
diperintahkan untuk jongkok. Pada saat relawan medis jongkok beberapa
relawan ditarik oleh polisi serta diancam dengan kekerasan menggunakan
tongkat.

Polisi meminta daftar nama para relawan medis kemudian meminta


data KTP semua personel medis dan mendokumentasikan foto KTP. Pada
saat pendataan identitas relawan medis secara paksa, ada sekitar 16 orang
diluar posko yang dituntut untuk jujur pada saat ditanya kebenaran mereka
sebagai relawan atau penyusup, namun para relawan malah memperoleh
tindakan represif berupa pemukulan.

Beberapa korban yang sesak nafas semakin bertambah parah


kondisinya akibat tidak bisa tertangani dengan baik karena ketika mereka
dalam kondisi darurat, para relawan medis dimintai identitasnya secara
paksa.

Hal tersebut menjadi sebuah tantangan pada para anggota atau


relawan KPJ Surabaya yang dapat dijadikan pengalaman berharga.

9
5. Dampak Sosial Terhadap Komunitas Paaramedi Jalanan
Dengan adanya komunitas Kesehatan paramedis yang turun ke jalan
selama terjadi konflik masyarakat, seperti adanya aksi unjuk rasa atau
demo dan kesenggangan antar masyarakat, cukup memberikan dampak
positif. Karena, dengan adanya bantuan dari paramedis, korban yang jatuh
dapat segera mendapatkan pertolongan pertama, dan mendapat bantuan
untuk segera dilarikan di rumah sakit jika dalam keadaan darurat. Tidak
hanya selama konflik pada masyarakat terjadi, komunitas paramedis juga
cukup aktif dalam memberikan penyuluhan Kesehatan atau kampanye
Gerakan masyarakat sehat, untuk memberi edukasi terhadap masyarakat
tentang pentingnya Kesehatan, dan solidaritas sosial.

Dalam hasil wawancara telah dijelaskan oleh narasumber bahwa


perlunya tingkat kewaspadaan dan kesadaran bagi para demonstran untuk
melakukan aksi demonstrasi. Terlebih untuk tidak melakukan hal anarkis.
Namun bagi para anggota KPJ Surabaya, hal ini berdampak pada jiwa
kepedulian mereka yang bertambah, terutama jiwa kesolidaritasan antara
para penyalur aspirasi masyarakat juga meningkat.

10
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan

B. Saran
Kesimpulan

11

Anda mungkin juga menyukai