Anda di halaman 1dari 5

Nama: Nurunnasywa Hanifah

Kelas: 2-25
Absen/NPM: 24/ 1302191692

RESUME KULIAH UMUM

BUDAYA NUSANTARA DAN PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

Merajut nilai keberagaman budaya dan toleransi generasi milenial

Pembicara: Ayu Kartika Dewi sebagai narasumber 1

Judul: “Hidup dalam Kemajemukan Indonesia”

Level toleransi

1. “selama tidak menyenggol, kita aman”

2. Menikmati keberagaman

3. Merayakan keberagaman

4. Melindungi keberagaman: toleransi aktif untuk melindungi keberagaman. Melindungi


kebhinekaan karena khebinekaan adalah sebuah keniscayaan.

Sebuah riset menunjukan adanya hubungan atau korelasi antara toleransi dan
pertumbuhan ekonomi. Semakin kita toleran, bergotong royong, akan meningkatkan
produktivitas Negara sehingga pembangunan Negara lebih mudah tercapai.

Mengapa kita lebih nyaman bersama dengan orang yang sama seperti kita?

karena kita terbiasa hidup di lingkungan yang mirip dengan kita. artinya secara otak,
kita memiliki kecenderungan bias dengan persamaan. Sebagian besar kita memiliki
implisit bias. Kita tidak bisa mengklaim bahwa kita 100% toleran terhadap
perbedaan.

Jenis-jenis bias

1. affinity bias: bias kesamaan, mereka memiliki kecenderungan merasa lebih


terhubung dengan orang lain yang serupa
Nama: Nurunnasywa Hanifah
Kelas: 2-25
Absen/NPM: 24/ 1302191692

2. Confirmation bias: kecenderungan menarik kesimpulan berdasarkan prasangka dan


kepercayaan, buka data.
3. Atrribution bias: menilai perilaku seseorang berdasarkan perilaku dan interaksi yang
singkat
4. halo effect: menempatkan orang pada posisi tinggi setelah mengetahui orang itu
mengesankan
5. gender bias: lebih menerima gender satu dibanding gender yang lain.
6. comformity bias: kecenderungan untuk bertindak serupa dengan orang lain

Apa yang harus dilakukan untuk menyikapinya?

1. rendah hati menerima bahwa kita memiliki implicit bias

2. latih terus otak kita untuk menentang implicit bias

3. Pakailah Scientist Mindset

Toleransi seharusnya kaum mayoritas lebih percaya pada minoritas bahwa


mempersekusi perbedaan adalah hal yang salah, harus bisa membela hak-hak setara
kaum minoritas, membela keragaman dan melindunginya.

Pesan : Interaksi adalah awal dari toleransi. Ketika berada di ruang public, jangan coba-
coba menggunakan bahasa lokal, gunakan lah bahasa umum untuk membuka interaksi
sehingga tidak membatasi orang lain yang berbeda. Menjadi minoritas dapat melatih
kesadaran kita untuk toleransi.
Nama: Nurunnasywa Hanifah
Kelas: 2-25
Absen/NPM: 24/ 1302191692

Pembicara: Yenny Wahid sebagai narasumber 2

Judul: “Inteoleransi dan radikelisme di Indonesia”

Apa makna pancasila dan bhineka tunggal ika?

Toleransi di Indonesia: ketika ada dukungan hak sipil kelempok yang tidak disukai

Indikator yang mengukur dukungan terhadap hak sipil kelompok yang tidak bisa disukai:

 Anggota kelompok yang tidak disukai menjadi bagian dari pejabat pemerintahan,
Anggota kelompok yang tidak disukai mengajar di sekolah negeri, Anggota
kelompok yang tidak disukai mengadakan pawai di daerah ini, Anggota kelompok
yang tidak disukai berpidato di hadapan masyarakat di daerah ini, Anggota
kelompok yang tidak disukai menjadi tetangganya.

Hasilnya: lebih banyak orang yang masih/bersedia memberikan ruang kebebasan bagi
anggota kelompok yang tidak disukai tadi mendapatkan hak-haknya.

Orang toleran di Indonesia: 44%

Orang intoleran : 38%

Indikator mengukur intoleran terhadap kelompok minoritas di Indonesia

 orang non muslim menjadi presiden, orang non muslim Menjadi wakil presiden,
orang non muslim Menjadi gubernur, orang non muslim Bupati/walikota, orang non
muslim Membangun tempat peribadatan di sekitar daerah, orang non muslim
Mengadakan acara keagamaan di sekitar daerah

Hasil : ternyata hasil dari riset tersebut menunjukan bahwa orang-orang mayoritas
masih bersedia mendukung non muslim menjadi presiden dan beberapa indikator
lainnya.

Perbedaan intoleransi dan radikalisme

Intoleransi adalah aksi yang tidak memenuhi hak konstitusional orang lain namun tidak
berupa tindakan sedangkan radikalismse berupa tindakan dan indikatornya lebih jelas
Nama: Nurunnasywa Hanifah
Kelas: 2-25
Absen/NPM: 24/ 1302191692

seperti menyerang tempat ibadah agama lain, melakukan demonstrasi besar-besaran


yang dapat menimbulkan disintegrasi bangsa, dll.

Intoleransi selalu diukur dari sikap dan perilaku mayoritas dari suatu Negara.

Radikalisme sosial keagamaan

Riset mengenai apakah dalam 3 tahun terakhir pernah melakukan tindakan radikal
seperti ini:

 Menyerang rumah ibadah agama lain: 0,4%


 Melakukan demonstrasi terhadap kelompok yang dinilai menodai atau mengancam
kesucian islam 1,2%
 Ikut merencanakan atau melakukan sweeping tempat yang dianggap bertentangan
dengan syariat islam: 1,4%
 Meyakinkan orang lain agar ikut memperjuangkan penegakan syariat islam di
Indonesia: 9%
 Menyumbang dalam bentuk materi untuk organisasi yang dipandang sedang
memperjuangkan syariat islam: 13%

Kesimpulan riset menunjukan bahwa kondisi di Indonesia berada pada posisi angka yang
cukup baik karena hanya 7,7% yang bersedia melakukan tindakan radikal dan bila ada
kesempatan melakukan presentasenya hanya sebesar 0,4%

Karakteristik kelompok radikal di Indonesia:

1. cenderung memahami ajaran agama secara literalis, khususnya yang menganggap


jihad sebagai perang,

2. banyak terpapar informasi keagamaan yang berisi kecurigaan dan kebencian

3. cenderung mengingkari atau menentang pemenuhan hak-hak kewarganegaraan


terhadap kelompok lain yang tidak disukai

4. cenderung membenarkan dan mendukung tindakan dan gerakan radikal.


Nama: Nurunnasywa Hanifah
Kelas: 2-25
Absen/NPM: 24/ 1302191692

Intoleransi juga menguat dikarenakan berbagai faktor yang mengiringinya seperti social
media, posisi yang dibangun oleh para politisi, radikal dengan melihat orang yang
berbeda dari dirinya.

Dukungan terhadap sistem dan nilai demokrasi

Good news:

1. dukungan terhadap sistem dan nilai demokrasi masih tinggi. Orang yang mendukung
demokrasi cenderung tidak radikal,

2. dukungan terhadap pancasila masih tinggi artinya menjadi modal besar bagi
Indonesia dan pijakan Negara untuk melangkah ke depan

Bagaimana cara memupuk toleransi?

Mensyukuri apa yang kita miliki yakni pancasila. Pancasila memberikan ruang bagi kita
untuk bebas beragama dan bereskpresi sesuai agamanya masing-masing. Dan Negara
mendukung dengan memfasilitasi dan melayani umat beragama agar bisa
mengeskpresikan tradisi keagamaan dengan baik. Namun perlu kebebasan tetap harus
dibatasi dengan saling menghargai, Negara berperan juga dengan membatasi bias bias
yang menimbulkan intoleransi. Kelompok mayoritas harus mampu melindungi
kelompok-kelompok minoritas agar diskriminasi tidak terjadi.

Perbedaan organisasi islam moderat dan radikal

Dalam implementasi syariat, organisasi islam tidak perlu menjadikan syariat islam
sebagai hukum positif di Indonesia, hanya perlu dijadikan inspirasi sehingga tidak
menimbulkan potensi diskriminasi keagamaan di tengah perbedaan.

Anda mungkin juga menyukai