pendekatan-pendekatan tersebut berhenti pada serangkaian prinsip dasar umum yang diacu
sebagai teori atribusi (Attribution Theory). Semuanya ini berkenaan dengan seluruh proses
pembuatan atribusi sebab-akibat : yakni apa yang memotivasikan orang untuk memberikan
paling penting, dan berbagai distrosi dalam proses atribusi yang mencegah orang untuk
sampai kepada penjelasan sebab-akibat yang akurat. Marilah kita mulai dengan
Pembuatan teori tentang atribusi dimulai Fritz heider (1946 – 1958), seorang
kita, sehingga tidak menimbulkan konflk. Contohnya, jika kita setuju pada hak
seseorang untuk melakukan aborsi, seperti juga orang-orang lain, maka sikap kita
tersebut konsisten atau seimbang (balance). Namun jika kita setuju aborsi tetapi
ternyata teman-teman dekat kita dan juga orang-orang di sekeliling kita tidak setuju
pada aborsi maka kita dalam kondisi tidak seimbang atau (imbalance). Akibatnya kita
merasa tertekan (stress), kurang nyaman, dan kemudian kita akan mencoba mengubah
bersikap bahwa kita sekarang tidak sepenuhnya setuju pada aborsi. Melalui
pengubahan sikap tersebut, kita menjadi lebih nyaman. Intinya sikap kita senantiasa
kita sesuaikan dengan sikap orang lain agar terjadi keseimbangan karena dalam situasi
tradisi kognitif dalam psikologi sosial, ia mengemukakan dua motif kuat dalam diri
semua manusia, yakni : kenutuhan membentuk pengertian mengenai jagad raya yang
Salah satu pokok untuk memenuhi kedua motif tersebut ialah kemampuan
meramalkan bagaimana manusia akan berperilaku. Jika kita tidak mampu meramalkan
bagaimana orang lain akan berperilaku, maka kita akan memandang dunia secara
acak, memebrikan kejutan, dan tidak terpadu. Kita tidak akan tahu apakah kita harus
mengharapkan pujian atau hukuman untuk prestasi kerja kita. Begitu pula, kita harus
mampu meramalkan perilaku orang lain agar dapat memperoleh tingkat kendali yang
meramalkan bahwa truk besar itu tidak akan berbelok secara tiba-tiba pada tikungan
huruf U di depan kita. Untuk dapat meramalkan bagaimana orang lain akan
berperilaku, kita harus mempunyai sedikit teori dasar mengenai perilaku manusia.
Menurut Heider, setiap orang dan bukan hanya para psikolog saja, mencari
penjelasan atas perilaku orang lain. Hasilnya ia namakan Psikologi Naif – yaitu teori
umum mengenai perilaku manusia, yang dianut oleh setiap orang awam.Yang
yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Ia mencoba menemukkan apa
penyebab apa, atau siapa yang mendorong siapa melakukan apa. Respon yang kita
berikan pada suatu peristiwa bergantung pada interpretasi kita tentang peristiwa itu.
Sebab akibat
kerangka ”sebab dan akibat”. Masalah pokok paling umum dalam persepsi sebab-akibat
adalah menentukkan apakah suatu tindakan tertentu menurut kesimpulan Anda disebabkan
keadaan intern atau kekuatan ekstern. Maksudnya, apakah ”tempat sebab-akibat?” Misalnya
Anda minta kepadawanita muda yang duduk disamping Anda di ruang kuliah untuk nonton
bersama akhir minggu ini, tetapi ia menolak karena minggu ini ia sibuk sekali. Apakah inti
”sebenarnya” dari penolakkannya tersebut? Hal itu mungkin disebabkan karena beberapa
keadaan intern, seperti misalnya dia tidak tertarik kepada Anda, atau dia lebih tertarik
mengerjakkan hal lain. Atau bisa juga dikarenakan faktor ekstern seperti, misalnya dia
Agar supaya bisa meneruskan kegiatan kita dan mencocokkannya dengan orang-
orang disekitar kita, kita mentafsirkan informasi untuk memutuskan penyebab perilaku kita
dan orang lain. Heider memperkenalkan konsep ”Causal Attribution” – proses penjelasan
tentang penyebab suatu perilaku. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bedakan dua jenis
penyebab, yaitu :
Merupakan atribut yang melekat pada sifat dan kualitas pribadi atau personal seperti
tekanan orang lain, uang, sifat situasi sosial, cuaca dan seterusnya.
Terdapat dalam lingkungan atau situasi seperti keadaan hati, sikap, ciri
muda tadi benar-benar sibuk (atribusi eksternal), atau apakah dia baru saja memutuskan
bahwa dia tidak tertarik berkencan dengan Anda (atribusi intern)? Dan yang jadi
masalah utama ialah apakah harus dibuat kesimpulan intern atau kesimpulan ekstern
terhadap perilaku pemberi stimulus. Pengambilan kesimpulan ekstern menguraikan
sebab-akibat kepada segala sesuatu yang berada di luar orang tersebut seperti
kemungkinan mendapat hadiah atau hukuman, keberuntungan, sifat khusus tugas, dan
selanjutnya. Penyabab intern mencakup ciri kepribadian, motif, emosi, keadaan hati,
Dimensi sebab-akibat (causalitas) kedua ialah apakah penyebabnya stabil atau tidak
stabil. Maksudnya, kita harus tau apakah penyebab tersebut merupakan bagian menarik
yang relatif permanen dari lingkungan ekstern atau pembawaan intern orang itu. Ada
beberapa penyebab ekstern yang cukup stabil seperti peraturan dan undang-undang
(larangan untuk menjalankan kendaraan pada waktu lampu merah menyala,m atau larangan
Beberapa penyebab ekstern bersifat tidak stabil : cuaca banyak sekali mempengaruhi
apakah kita akan berbelanja di malam minggu atau tinggal di ruma membaca buku, namun
cuaca itu banyak sekali ragamnya. Adakalanya tendangan bola dapat dikendalikan, namun
adakalanya lebih mudah menendang tanpa arah. Itu berarti bahwa keberhasilan seorang
pemain bola tergantung dari penyebab ekstern yang tidak stabil. Dan penyebab intern dapat
bersifat stabil maupun tidak stabil. Dengan kata lain, penyebab dapat terdiri atas berbagai
Bagaimana kita sampai pada suatu atribusi? Teori atribusi dimulai dengan dua
Menurut Heider, prinsip variasi bersama berarti bahwa kita cenderung mencari
hubungan antara pengaruh tertentu dengan penyebab tertentu di antara sejumlah kondisi
yang berlainan. Jika sebuah penyebab tertentu selalu dihubungkan dengan pengaruh
tertentu dalam berbagai situasi, dan jika pengaruhnya tidak terdapat karena tiadanya
selalu bervariasi bersama dengan pengaruh ; dan jika penyebab tidak ada, maka pengaruh
pun tidak ada. Contoh rekan sekamar Anda marah-marah dan mengeluhkan segala
sesuatu sebelum ujian, tetapi menyenangkan jika tidak ada ujian. Apakah kita
menyimpulkan bahwa dia memang seorang pemarah- yaitu dia memang memiliki
keluhannya dengan rasa tegang yang berhubungan dengan ujian, dan bukan karena dia
pemarah. Kemarahannya hampir selalu diasosiasikan dengan ujian dan tidak muncul jika
tidak sedang ada ujian, sehingga kita menghubungkannya dengan ujian dan bukan
kepada kepribadiannya. Seperti psikolog yang naif, orang awam mengamati perilaku
orang lain dan mencari pengaruh tetap yang tidak bervariasi, yang mengikuti stimulus
tertentu. Dengan cara itu mereka akan sampai kepada sebuah atribusi.
2. Prinsip keraguan
Prinsip pokok lain guna membuat kesimpulam sebab-akibat ialah yang disebut
Kelley sebagai prinsip keraguan yaitu ”peranan penyebab tertentu untuk menghasilkan
pengaruh tertentu diragukan kebenarannya jika penyebab lain yang masuk akal juga
hadir” .
mengatribusikan pengaruhnya kepada suatu penyebab tertentu, jika terdapat lebih dari
satu kemungkinan penyebab. Contoh seorang wira niaga asuransi bersikap sangat manis
kepada kita dan menawarkan kopi, namun kita tidak dapat membuat kesimpulan yang
kepada rasa suka murni terhadap diri kita. Lebih mungkin lagi, kita meragukan
kemungkinan penyebabnya dan mengatribusikan perilaku orang tadi sebagian karena dia
menghendaki usaha kita. Sebaliknya, jika orang itu tahu bahwa kita tidak memiliki uang
untuk membeli pois asuransi, kita tidak perlu memiliki keraguan, karena keinginan
terhadap usaha kita bukan lagi merupakan penyebab yang masuk akal.
B. MENURUT WEINER
orang.
• Jika keberhasilan atau kegagalan adalah disebabkan faktor internal, kesuksesan akan
harga diri.
2. Stabilitas - apakah penyebabnya cenderung tetap sama dalam waktu dekat atau dapat
mengubah.
• Erat berkaitan dengan harapan tentang masa depan.
• Jika siswa atribut kegagalan mereka dengan faktor-faktor yang stabil seperti
kesulitan. subjek, mereka akan berharap untuk gagal dalam subjek yang sama di
masa depan.
• Terkait dengan ambisi seperti marah, belas kasihan, rasa syukur, atau malu
• Jika kita merasa bertanggung jawab atas kegagalan kita, kita mungkin merasa
bersalah
• Jika kita merasa bertanggung jawab atas keberhasilan kita, kita mungkin merasa
bangga
• Gagal pada tugas kita tidak dapat mengendalikan dapat menyebabkan malu atau
kemarahan.
adanya beberapa kasus yang dapat dikendalikan seorang individu, sedangkan lainnya berada
itu dapat berada- bersama dengan kombinasi tempat dari kendali dan stabilitas. Contohnya:
1. Penyebab intern yang tidak , biasanya dipandang sebagai dapat, seperti usaha stabil
2. Penyebab intern jarang dilihat sebagai dapat seperti kemampuan yang stabil
seseorang ”dikaruniai” dan memiliki ”baka sejak lahir” dipandang tidak menguasai
Ringkasnya, mudah bagi kita untuk memikirkan kombinasi apapun dari ketiga
paling masuk akal di antara berbagai atribusi sebab-akibat. Mereka juga amat sering
mahasiswa terhadap prestasi rekan-rekannya, atau atas pengalaman nilai sekolah yang
tugas tertentu dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari empat kemungkinan
Salah satu hipotesis yang paling menarik dalam teori atribusi adalah bahwa orang
sampai kepada persepsi keadaan intern mereka sendiri dengan cara yang sama dan jika
mereka sampai pada persepsi tentang keadaan orang lain. Gagasan ini berasal dari asumsi
umum bahwa emosi, sikap, ciri, dan kemampuan kita seringkali tidak jelas dan meragukkan
kita sendiri. Kita harus menyimpulkannya dari perilaku terbuka kita dan persepsi kita
Pendekatan tersebut menyatakan bahwa dalam persepsi diri sendiri, seperti halnya
persepsi terhadap orang lain, maka kita mencari asosiasi penyebab-akibat tetap serta
menggunakan prinsip keraguan untuk membagi tanggung jawab tentang berbagai sebab
yang masuk akal. Jika kita mempersepsikan paksaan ekstern yang kuat mendorong untuk
sampai ke atribusi situasional. Andakata kita terdapat paksaanekstern yang jelas, kita
mengasumsi bahwa atribusi disposisional akan lebih cepat. Pendekatan ini telah banyak
mendorong diadakannya riset tentang persepsi diri sendiri atas sikap, motivasi, dan emosi.
Sikap
Sudah sejak lama para psikolog mengasumsikan bahwa orang menilai sikap mereka
sendiri melalui introspeksi, yaitu dengan meninjau kembali berbagai kognisi dan perasaan
secara sadar.
Motivasi
Gagasan yang sama telah diterapkan terhadap persepsi diri akan motivasi.
Gagasannya adalah bahwa pelaksanaan tugas demi penghargaan tinggi, akan menjurus
kepada atribusi eksternal yaitu, saya melakukannya karena telah dibayar tinggi untuknya.
Melaksanakan tugas yang sama dengan penghargaan rendah akan menjurus kepada atribusi
intern yaitu saya tidak seyogianya telah melakukannya demi sedikit uang tersebut, sehingga
saya harus sudah melakukannya karena saya benar-benar menikmatinya. Hal ini akan
menjurus kepada ramalan paradoksal bahwa penghargaan rendah akan menjurus ke minat
intrinsik yang amat besar akan suatu tugas karena orang tersebut mengartibusikan
pelaksanaan tugas tadi dengan minat intrinsik, dan bukan dengan penghargaan ekstrinsik.
Dengan kata lain, pembenaran berlebihan untuk terlibat ke dalam suatu aktivitas akan
penghargaan itu dapat menjauhkan orang secara aktual dari segala aktivitas yang mungkin
akan mereka nikmati, dan bukannya memberikan dorongan. Hukuman pun dapat membuat
aktivitas terlarang kelihatan lebih menarik, meskipun bukti mengenai hal ini lebih sedikit
jumlahnya.
Emosi
Para ahli teori tradisional tentang emosi menyatakan bahwa kita mengenal apa yang
kita rasakan dengan mempertimbangkan keadaan fisiologis kita sendiri, keadaan mental
kita, dan stimulus ekstern yang menyebabkan keadaan tersebut. Namun, bukti terakhir
menunjukkan bahwa berbagai reaksi emosional secara biokimia serupa. Kita dapat
membedakan rangsangan tinggi dari rangsangan rendah, tapi tidak dapat membedakan
berbagai jenis emosi. Sebagai contoh, sukar sekali membedakan berbagai jenis emosi.
Sebagai contoh, sukar sekali membedakan antara rasa cemburu yang berlebihan dari rasa
cinta yang besar. Oleh karenanya, kita memerlukan informasi lain guna mengidentifikasikan
berdasar emosi. Ia menyatakan bahwa persepsi terhadap emosi kita tergantung dari :
Untuk sampai kepada ciri kognitif, kta meninjau perilaku kita sendiri serta
situasinya. Jika secara fisiologik kita terangsang dan mentertawakan pertunjukkan komedi
di televisi, maka dapat kita simpulkan bahwa kita merasa senang. Jika kita membentak
seseorang karena dia telah mendorong kita dijalan yang padat, maka dapat kita simpulkan
bahwa kita marah. Pada setiap kasus, perilaku dan interpretasi kita tentang keadaan akan
pengalaman intern kita mengenai rangsangan emosi. Seperti teori Bem tentang teori
intern, dan karena itu persepsi-diri-sendiri sangat bergantung dari persepsi atas perilaku
mengatribusikan perilaku orang lain. Pertanyaan yang paling pokok adalah sebagai berikut :
pembawaan sejati seperti ciri, sikap, keadaan hati, atau keadaan intern lainnya
situasional?
Kita tahu bahwa orang tidak selalu melakukan atau mengatakan apa yang
diyakininya. Seorang tawanan perang mungkin akan mengatakan hal-hal yang bertentangan
dengan sikapnya yang sebenarnya. Atau, seorang pemudabarangkali akan gembira dan
tawanan perang mengungkapkan kecaman yang murni keluar dari hatinya terhadap rencana
penyerangan negaranya. Hal ini pasti terjadi di Vietnam pada beberapa serdadu Amerika
dan penerbang. Dan pemuda tadi mungkin merasa lega sejati karena hubungan dengan
pacarnya selama ini membuatnya tertekan. Jadi, bagaimana kita dapat membedakan bilakah
tindakan seseorang itu benar-benar merupakan cerminan sikap internnya atau merupakan
ciri lain?
apakah paksaan ekstern yang mungkin akan mengarahkan seseorang untuk salah
menempatkan sikapnya yang sejati atau tidak. Contohnya, apakah seseorang mengarahkan
senjatanya ke kepala orang tersebut? Jika demikian, dapat dibuat atribusi ekstern. Tidak
terdapatnya paksaan ekstern masuk akal semacam itu., Penyebab ekster tetap akan
meragukkan sifatnya, dan harus dibuat atribusi intern, yakni : orang tersebut harus benar-
A. TEMUAN WEINER
berpengaruh dalam psikologi sosial hari ini. Attribution teori mengasumsikan bahwa
orang mencoba untuk menentukan mengapa orang melakukan apa yang mereka
lakukan, yaitu, menafsirkan menyebabkan untuk suatu peristiwa atau perilaku. Sebuah
Penemuan atribusi Weiner adalah terutama tentang prestasi. Menurut dia, faktor
yang paling penting yang mempengaruhi attributions adalah kemampuan, usaha, kesulitan
lain, dll).
Ketika seseorang berhasil, satu atribut kesuksesan internal ("keahlian saya sendiri").
Ketika saingan berhasil, satu cenderung kredit eksternal (keberuntungan misalnya). Ketika
seseorang gagal atau membuat kesalahan, kita akan lebih cenderung menggunakan atribusi
diri kita sendiri. Ketika orang lain gagal atau melakukan kesalahan, atribusi internal sering
1. Usaha
2. Kemampuan
4. Keberuntungan.
1. Lokus kontrol
2. Stabilitas
3. Pengendalian.
B. TEMUAN HEIDER
Heider (1958) adalah orang pertama yang mengusulkan teori psikologis atribusi,
tetapi Weiner dan rekan (misalnya, Jones et al, 1972; Weiner, 1974, 1986)
mengembangkan kerangka teoritis yang telah menjadi paradigma penelitian utama dari
psikologi sosial. Heider mendiskusikan apa yang disebut psikologi "naif" atau "akal".
perilaku orang lain dengan piecing bersama informasi sampai mereka tiba di sebuah
orang melakukan apa yang mereka lakukan. Seseorang yang ingin memahami mengapa
orang lain melakukan sesuatu yang mungkin atribut satu atau lebih menyebabkan
a. Atribusi internal
b. Atribusi eksternal
A. TEMUAN WEINER
Weiner bekerja dalam teori atribusi dan berevolusi dari waktu ke waktu. Pada
sendiri dalam empat kategori yang bervariasi di sepanjang dua dimensi: lokus kontrol
(hasil mereka adalah karena suatu penyebab internal atau eksternal), dan stabilitas dari
waktu ke waktu (sementara atau permanen Dalam rangka PAEI, empat kategori yaitu:
Pola pikir seseorang yang berpikir bahwa tujuan dapat jatuh di luar
jangkauan kecuali agresif dan segera dikejar.. Anda harus pergi ke sana dan
sendiri..
dan prosedur yang diperlukan untuk menyelesaikan lebih disukai. Terbukti dan
masalah yang tidak diketahui dan tidak terstruktur tanpa kecemasan. Keraguan
dan menghindari setiap implikasi dari perbandingan sosial. Ini juga merupakan
jawab dan menyalahkan baik dan pujian yang digagalkan. atribusi ini
Teori Atribusi yang berkembang pada tahun 1960-an dan 1970-an memandang
individu sebagai psikologi amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi
apa, atau apa yang mendorong siapa melakukan apa. Respon yang kita berikan pada
antara prestasi tinggi dan rendah. Menurut teori atribusi Heider, berprestasi tinggi
karena mereka percaya bahwa sukses adalah karena kemampuannya yang tinggi dan
usaha yang mereka yakin. Kegagalan dianggap disebabkan oleh nasib buruk atau ujian
kemampuan mereka dan / atau (b) menganggap kesuksesan adalah berkaitan dengan
keberuntungan atau "siapa yang Anda tahu" atau faktor lain di luar kendali mereka.
Jadi, bahkan ketika berhasil, tidak sebagai penghargaan kepada peraih rendah karena
dia tidak merasa bertanggung jawab, tidak meningkatkan / nya harga dirinya dan
kepercayaan.
Contoh 1 :
Jika, misalnya, runner sudah mengeluarkan upaya yang tinggi, tetapi gagal
mencapai perlombaan terakhir, kemudian mendorong dia untuk atribut kegagalan kurangnya
upaya mungkin hanya moral-nya, Jika standar kualifikasi itu terlalu sulit untuk bertemu,
kemudian mendorong atribusi kurangnya usaha bisa melayani tujuan kecil, karena upaya
peningkatan mungkin akan melakukan sedikit untuk meningkatkan hasil. Jika strategi ras
yang salah digunakan, maka upaya peningkatan secara logis tidak akan mengakibatkan hasil
yang lebih baik, jika strategi yang sama digunakan di masa depan.
Contoh 2
Seorang mahasiswa, sebut saja namanya Rudi, bertengkar dengan seorang dosen di
kampusnya, begitu pula dengan mahasiswa yang lain. Hal ini menunjukkan konsensus yang
tinggi. Rudi pernah juga bertengkar dengan dosen itu sebelumnya. Hal ini menunjukkan
bahwa konsistensi yang tinggi. Kemudian Rudi tidak bertengkar dengan dosen yang lain,
Rudi hanya bertengkar dengan dosen itu saja. Dalam hal ini maka kita akan menyimpulkan
bahwa Rudi marah kepada dosen itu karena ulah dosen, bukan karena watak Rudi yang
pemarah. Ini sebagai salah satu contoh atribusi kausalitas eksternal yang merupakan proses
pembentukan kesan berdasarkan kesimpulan yang kita tafsirkan atas kejadian yang terjadi.
B. APLIKASI TEMUAN WEINER
siswa:
bekerja keras."
sebagai sukses.
yang efektif untuk tugas itu. Hanya berusaha lebih keras atau
atau kegagalan
dipertimbangkan.
untuk keberhasilan.
Contoh
Atribusi mengacu ke penyebab suatu kejadian atau hasil menurut persepsi individu.
Adapun yang menjadi pusat penelitian di bidang ini adalah untuk mengetahui proses berfikir
Ada tiga langkah penerapan Teori Atribusi dalam pembelajaran yang terdiri dari:
pengembangan siasat
Pelaksanaan penerapan Teori Atribusi Weiner ini secara eksplisit disisipkan dalam
memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa agar mengembangkan lingkungan
proaktif yang positif. Dengan kata lain suasana pembelajaran menjadi berpusat pada siswa
(student oriented).