Kanker Ginjal, Paru, Mammae, DM 2
Kanker Ginjal, Paru, Mammae, DM 2
Definisi
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru itu sendiri (primer) maupun keganasan dari luar paru (metastasis). Dalam
pengertian klinis yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal
dari epitel bronkus (karsinoma bronkus).
Etiologi
Penyebab pasti dari kanker paru belum diketahui secara jelas. Paparan atau inhalasi
berkepanjangan terhadap suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama
disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain. Dari beberapa
kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan
merokok. Lombard dan Doering telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok
dibandingkan yang tidak merokok.
a. Merokok
Kanker paru beresiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan dengan
bukan perokok. Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan riwayat jumlah merokok
dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun
merokok) serta faktor saat mulai merokok (semakin muda individu mulai merokok,
semakin besar resiko terjadinya kanker paru). Faktor lain yang juga dipertimbangkan
termasuk didalamnya jenis rokok yang diisap (kandungan tar, rokok filter dan kretek).
b. Polusi udara
Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk didalamnya adalah sulfur, emisi
kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti menunjukkan
bahwa insiden kanker paru lebih besar didaerah perkotaan sebagai akibat penumpukan
polutan dan emisi kendaraan.
c. Polusi lingkungan kerja
Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik tampaknya merupakan suatu penyakit
akibat polusi di lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya industri, yang paling berbahaya
adalah asbes yang kini banyak sekali diproduksi dan digunakan pada bangunan. Resiko
kanker paru diantara para pekerja yang berhubungan atau lingkungannya mengandung
asbes ±10 kali lebih besar daripada masyarakat umum. Peningkatan resiko ini juga
dialami oleh mereka yang bekerja dengan uranium, kromat, arsen (misalnya insektisida
yang digunakan untuk pertanian), besi, dan oksida besi. Resiko kanker paru akibat kontak
dengan asbes maupun uranium akan menjadi lebih besar lagi jika orang itu juga perokok.
d. Penyaki-penyakit paru
Kehadiran penyakit-penyakit paru tertentu, khususnya chronic obstructive pulmonary
disease (COPD), dikaitkan dengan suatu risiko yang meningkat sedikit (empat sampai
enam kali risiko dari seorang bukan perokok) untuk mengembangkan kanker paru bahkan
setelah efek-efek dari menghisap rokok serentak telah ditiadakan.
e. Rendahnya asupan vitamin A
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah vitamin A
dapat memperbesar resiko terjadinya kanker paru. Hipotesis ini didapat dari berbagai
penelitian yang menyimpulkan bahwa vitamin A dapat menurunkan resiko peningkatan
jumlah sel-sel kanker. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama vitamin A yang turut
berperan dalam pengaturan diferensiasi sel.
f. Faktor herediter
Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker paru memiliki resiko
yang lebih besar mengalami penyakit yang sama. Walaupun demikian masih belum
diketahui dengan pasti apakah hal ini benar-benar herediter atau karena faktor-faktor
familial
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan antara lain sesak nafas, batuk, nyeri dada, nyeri tulang
belakang, hemoptisis, anoreksia, penurunan berat badan yang signifikan, lemah badan, dan
obstruksi vena cava.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kanker paru antara lain
pemeriksaan laboratorium, radiologi, trans thoracal biopsy (TTB), fine needle aspiration biopsy
(FNAB), dan pemeriksaan histopatologik.
Tatalaksana
Pengobatan kanker paru dibagi berdasarkan jenisnya antara NSCLC dan SCLC. Umumnya terapi
yang diberikan berdasarkan stadium kanker itu sendiri, yaitu antara lain pembedahan,
radioterapi, dan kemoterapi. Kemoterapi digunakan sebagai terapi baku untuk pasien kanker paru
mulai dari stadium III A dan untuk pengobatan paliatif
a. Keperawatan
1) Kuratif Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup
klien.
2) Paliatif Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal Mengurangi dampak fisis maupun
psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4) Suporotif Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
b. Medis
1) Pembedahan Indikasi
a) Tumor stadium I
b) Stadium II jenis karsinoma dan karsinoma sel besar tidak dapat di bedakan
(undifferentiated)
c) Dilakukan secara khusus pada stadium III
Secara individual yang mencakup 3 kriteria :
Karakteristik biologis tumor
Hasil baik (Tumor dari skuamosa atau epidermoid), hasil cukup
baik (adenokarsinoma dan karsinoma sel besartak terdiferensiasi),
Hasil buruk (oat cell)
Letak tumor dan pembagian stadium klinis menentukan teknik
reseksi terbaik yang dilakukan
Keadaan fungsional penderita
Terdapatnya penyakit degeneratif lain atau penyakit gangguan
kardiovaskuler, operasi harus dipertimbangkan masak-masak.
2) Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsi.
3) Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat
4) Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau
bula emfisematosa, abses paru, infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois
5) Reseksi segmental
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru
6) Reseksi baji
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metasmetik atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentuk
baji (potongan es)
7) Dekortikasi
Merupakan pengangkatan bahan-bahan fibrin dari pleura viscelaris).
8) Radiasi
Indikasi dan syarat pasien dilakukan tindakan radiasi adalah : a) Pasien dengan
tumor yang operabel tetapi karena resiko tinggi maka pembedahan tidak dapat
dilakukan b) Pasien kanker jenis adenokarsinoma atau sel skuamosa yang
inoperabel yang diketahui terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada hilus
ipsilateral dan mediastinal. c) Pasien dengan karsinoma bronkus dengan histology
sel gandum atau anaplastik pada satu paru tetapi terdapat penyebaran nodul pada
kelenjar getah bening dibawah supraklavikula d) Pasien kambuh sesudah
lobektomi atau pneumonektomi tanpa bukti penyebaran diluar rongga dada
9) Kemoterapi
a) Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas
serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
b) Pada karsinoma sel skuamosa sangat responsive pada kemoterapi.
c) Sedangkan pada non small cell carcinoma kurang memberi hasil yang
baik.
d) Syarat untuk pelaksanaan radioterapi dan kemoterapi: (1) Hb > 10 gr%,
(2) Leukosit > 4000/dl, (3) Trombosit > 100.000/dl e) Skala Karnofsky
Selama pemberian kemoterapi atau radiasi perlu diawasi terjadinya
melosupresi dan efek samping obat atau toksisiti akibat tindakan lainnya.
Komplikasi
a. Efusi pleura
Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruangan yang mengelilinggi paru-paru
di rongga dada ruangan pleura.
b. Metastase pada tulang pinggang/tulang punggung
Ini sering menyebar (bermetasis) ke area lain tubuh, biasanya berlawanan dengan paru-
paru,seperti tulamg otak, hati dan kelenjer adrenal.kanker yang meluas dapat
menyebabkan rasa sakit, sakit kepala, mual atau tanda tanda dan gejala lain bergantungan
pada organ yang terkena
c. Sesak nafas
Orang dengan kanker paru dapat mengalami sesak napas jika kanker berkembang untuk
menutup saluran udara yang utama.
d. Batuk darah
Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas,yang dapat membuat anda
batuk (Hemnoptisis).
e. Nyeri
Kanker paru-paru yang dapat meluas ke lapisan Kanker paruparu atau bagian lain dari
tubuh dapat menyebabkan rasa sakit.
KANKER GINJAL
Kanker ginjal adalah penyakit dimana sel ginjal menjadi ganas (kanker) dan tumbuh tidak
terkendali membentuk tumor. Hampir semua kanker ginjal pertama kali muncul di lapisan
tabung kecil (tubulus) di ginjal. Jenis kanker ginjal ini disebut karsinoma sel ginjal. Carcinoma
sel ginjal adalah tumor malignoma renal, yang sering ditemukan diperensim renal dan
menimbulkan gejala yang baru.
Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) dan jenis kanker
ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adeno karsinoma
renalis/hipemefroma). Kanker ginjal atau hipemefroma merupakan jenis kanker yang terdapat
pada bagian ginjal atau disebut tubulus renal proksimal. Kanker ginjal merupakan suatu
keganasan pada parenkim ginjal yang berasal dari tubulus proksimalis ginjal. Stadium dari
adenokarsinoma ginjal terbagi atas empat stadium:
Klasifikasi
T : tumor primer
T1a : diameter terbesar tumor < 4,0 cm, terlokalisasi dalam ginjal
T3a : tumor langsung menginvasi jaringan perirenal atau kelenjar adrenal, tapi
belum menembus fasia Gerota
T3b : secara makroskopik tumor menginvasi vena renal aau vena kaya
subfrenik
M : metastasis jauh
Penggolongan stadium
I : T1 N0 M0
II : T2 N0 M0
III : T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0
T3a N1 M0
T3b N0 M0
T3b N1 M0
T3c N0 M0
T3c N1 M0
IV : T4 N0 M0
T4 N1 M0
T apapun N2 M0
T apapun N apapun M1
Kini sudah jarang dipakai, tapi literatur yang melaporkan kasus di masa lalu sering memakai
sistem klasifikasi ini.
Stadium II : tumor menginvasi lemak perirenal, tapi belum menembus fasia Gerota
Penyebab pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor lingkungan dan genetic yang
menjadi faktor resiko terbentuknya karsinoma sel ginjal, meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Merokok.
Perokok memiliki sekitar dua kali lipat risiko dari non-perokok.
2) Kontak dengan bahan kimia tertentu.
Pekerja yang melakukan kontak dengan bahan kimia seperti pewarna aniline
(senyawa organik buatan yang digunakan dalam pekerjaan kulit dan kayu) dan
logam berat memiliki risiko lebih tinggi.
3) Obesitas.
Mereka yang mengalami obesitas akan memiliki ririko yang jauh lebih tinggi
terkena kanker ginjal. Risiko obesitas terkait dengan risiko darah tinggi
(hipertensi).
4) Penyakit ginjal stadium akhir yang memerlukan dialysis (pengobatan yang
melakukan beberapa hal yang dilakukan oleh ginjal sehat).
5) Asupan obat penghilang rasa sakit kronis, seperti parasetamol, dan obat anti
pembengkakan tanpa steroid (NSAID) seperti ibuprofen dan aspirin.
6) Kanker ginjal bawaan.
Sebagian besar dari mereka yang terkena penyakit memiliki bentuk kanker ginjal
yang sporadis atau bukan bawaan dari kanker ginjal. Suatu bentuk bawaan dari
penyakit terjadi pada sebagian kecil pasien (kurang dari lima persen dari total)
karena adanya gen yang rusak. Kondisi yang diwariskan ini mempengaruhi
seseorang terkena kanker ginjal yang meliputi sindrom von Hippel-Lindau (VHL)
[kelainan bawaan yang ditandai dengan pembentukan tumor dan kantung berisi
cairan (kista) di berbagai bagian tubuh], tuberous sclerosis (penyakit genetik
multi-sistem langka yang menyebabkan tumor tidak berbahaya tumbuh di otak
dan organ penting lainnya seperti ginjal, jantung, mata, paru-paru, dan kulit),
sindrom Birt-Hogg-Dube (kondisi bawaan yang terkait dengan beberapa tumor
kulit, kista paru-paru yang tidak berbahaya, dan suatu peningkatan risiko baik
tumor ginjal dan kanker ginjal yang tidak berbahaya), dan sel jernih bawaan non-
VHL dan kanker sel ginjal papiler
Gejala kanker ginjal dimulai dari gejala-gejala yang spesifik. Ciri-cirinya sangat halus sehingga
tidak disadari bagi mereka yang berpotensi menderitanya. Meski tidak dimulai dari gejala khas,
namun beberapa indikasi seperti adanya: Kerusakan struktur fungsional ginjal Proliferasi sel
tidak terkendali Abnomalitas pertumbuhan sel Kadmium masuk ke pembuluh darah Kanker
Ginjal Gangguan filtrasi ginjal Edema Peningkatan volume intestisial Retensi Na Penurunan
produksi hormone eritropoetin Penurunan Hb Penurunan produksi eritrosit MK: Kelebihan
volume cairan MK: Nyeri kronis Nyeri pada pinggang Pembesaran tumor pada ginjal Gangguan
keseimbangan elektrolit Penekanan saraf di pinggang MK: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh Penurunan nafsu makan Mual dan muntah Hematuria Pembuluh darah
pecah Penekanan pada pembuluh darah MK: Intoleransi aktivitas Pembentukan senyawa
nitrosamin Masuk ke dalam sel Mutasi DNA Tidak berfungsinya VHL Retensi pembuluh darah
Penurunan laju filtrasi glomerolus Penurunan aliran darah ke ginjal Peningkatan HIF MK:
Ansietas Perubahan status MK: Risiko kesehatan perdarahana) Benjolan di perut, benjolan pada
perut bawah cukup sulit diraba secara fisik. Pada stadium rendah kadangkala tidak teraba secara
fisik
a) Kencing darah
b) Nyeri dibagian pinggang menjadi gejala umum kanker ginjal. Sementara rasa sakit di
pinggang baru terasa ketika pertumbuhan tumor semakin membesar, terasa sebagian sakit
tumpul (sakit terasa monoton dan terus-menerus)
Meski tidak spesifik, tanda-tanda umum penyakit kanker ginjal yang sering dijumpai pada
penderita kanker ginjal adalah:
a. Pemeriksaan radiologi
PIV biasanya dikerjakan atas indikasi adanya hematuria, tetapi jika diduga ada massa
pada ginjal, pemeriksaan dilanjutkan dengan CT scan atau MRI. Dalam hal ini USG
hanya dapat menerangkan bahwa ada massa solid atau kistik. CT scan merupakan
pemeriksaan pencitraan yang dipilih pada karsinoma ginjal. Pemeriksaan ini mempunyai
akurasi yang cukup tinggi dalam mengetahui adanya penyebaran tumor pada vena renalis,
vena cava, ekstensi perirenal, dan metastasis pada kelenjar limfe retroperitonereal. MRI
dapat mengungkapankan adanya invasi tumor pada vena renalis dan vena cava tanpa
membutuhkan kontras, tetapi kelemahanya adalah kurang sensitive mengenali lesi solid
yang berukuran kurang dari 3 cm.
1) IVP (Intrevenous Pyelograf)
Memperlihatkan ketidakserasian tepi-tepi ginjal dan memberi gambaran adanya
dugaan tumor ginjal. Tumor kecil pada parenkin tidak akan jelas, tapi bisa diperjelas
dengan CT scan.
2) Foto thoraks (Rontgen)
Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis ke paru-paru.
Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien dengan tumor Wilms bilateral
atau termasuk horseshoe kidney.
3) Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan tumor solid dengan
tumor yang mengandung cairan. Dengan pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak
sebagai tumor padat di daerah ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai pemandu
pada biopsi. Pada potongan sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan
tampak mengalami pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai massa
hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur heterogenus.
4) CT Scan
Untuk membuat diferensiasi carcinoma sel-sel ginjal dan kista renal. Memberi
beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms. Ini meliputi konfirmasi
mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya menyingkirkan neuroblastoma; deteksi
massa multipel; penentuan perluasan tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah
besar dan evaluasi dari ginjal yang lain. CT scan memperlihatkan massa heterogenus
di ginjal kiri danmetastasis hepar multiple. CT scan dengan level yang lebih tinggi
lagi menunjukkan metastasishepar multipel dengan thrombus tumor di dalam vena
porta.
5) Angiografi
Untuk diferensiasi kista dengan tumor.
b. Pemeriksaan Laboratorium:
1) Analisis urin
2) Pemeriksaan sel darah lengkap
3) Blood Gas Analysis
4) Pemeriksaan kimia darah lengkap dan koagulasi darah
5) Laju endap eritrosit
6) Kadar human chronic gonadotropin (HCG)
7) Kadar kortisol
8) Kadar renin
9) Kadar hormon adenokortikotropin.
Penatalaksanaan
1. Operasi
Operasi adalah perawatan yang paling umum untuk kanker ginjal. Perawatan jenis ini
merupakan suatu tipe dari terapi lokal yang dilakukan dengan merawat kanker ginjal dan
area yang dekat pada tumor. Operasi untuk mengangkat ginjal disebut nephrectomy.
Adapun tipe operasi pengangkatan ginjal ini tergantung pada stadium dari tumor yaitu :
a. Radical nephrectomy.
Ahli bedah mengangkat seluruh ginjal bersama kelenjar adrenal dan beberapa jaringan
disekitar ginjal. Beberapa simpul getah bening di area itu juga diangkat
b. Simple nephrectomy.
Ahli bedah hanya mengangkat ginjal. Biasanya tindakan ini dilakukan pada penderita
kanker ginjal stadium I.
c. Partial nephrectomy.
Ahli bedah hanya mengangkat bagian dari ginjal yang mengandung tumor. Operasi ini
dilakukan ketika seseorang itu hanya mempunyai satu ginjal, ketika kanker sudah
memengaruhi kedua ginjal, maupun penderita yang ukuran tumor ginjalnya kurang dari 4
cm atau ¾ inci.
Efek samping dari operasi adalah lamanya waktu untuk sembuh. Lama waktu yang
diperlukan untuk kesembuhan pun berbeda untuk setiap orang. Pasien sering tidak
nyaman selama beberapa hari pertama meskipun telah menggunakan obat penghilang
nyeri.
2. Arterial embolization
Arterial embolization adalah tipe terapi lokal yang menyusutkan tumor dan dilakukan
sebelum tindakan operasi. Tujuannya adalah agar operasi dapat berjalan lebih mudah.
Ketika operasi tidak mungkin dilakukan, maka embolization digunakan untuk membantu
menghilangkan gejala – gejala kanker ginjal.
Cara ini dilakukan dengan memasukkan tabung yang sempit ke dalam suatu pembuluh
darah di kaki. Tabung dialirkan keatas hingga ke pembuluh darah besar utama atau arteri
ginjal yang menyediakan darah pada ginjal. Lalu disuntikkan suatu senyawa ke pembuluh
darah untuk menghalangi aliran darah ke dalam ginjal. Setelah arterial embolization
penderita biasanya merasakan nyeri punggung atau mengalami demam. Efek – efek
lainnya mual dan muntah. Namun masalah – masalah ini bisa segera menghilang.
3. Terapi radiasi
Terapi radiasi ( radioterapi ) adalah tipe lain dari tipe lokal yang yang menggunakan sinar
bertenaga tinggi untuk membunuh sel – sel kanker, serta memengaruhi sel – sel kanker di
area yang dirawat. Pasien mendapatkan perawatan di rumah sakit atau klinik dalam lima
hari setiap minggu selama beberapa minggu.
Efek samping dari terapi radiasi tergantung pada jumlah radiasi yang diberikan dan
bagian tubuh yang dirawat. Pasien bisa menjadi sangat lelah selama terapi radiasi,
terutama pada minggu – minggu pertama perawatan. Terapi radiasi pada ginjal dan area –
area yang berdekatan memungkinkan terjadinya mual, muntah, diare atau tidak nyaman
ketika BAK. Selain itu juga menyebabkan kekurangan jumlah sel darah putih sehat yang
sebenarnya membantu melindungi tubuh terhadap infeksi. Efek lainnya kulit diarea yang
dirawat akan memerah, kering dan peka (Heri Saputra, 2010).
4. Terapi biologis
Terapi biologis adalah suatu tipe dari terapi sistematis atau terapi yang menggunakan
senyawa – senyawa yang berjalan melalui aliran darah, mencapai dan memengaruhi sel –
sel di seluruh tubuh. Terapi biologis menggunakan kemampuan alamiah tubuh atau
sistem imun untuk melawan kanker.
Terapi biologis mungkin menyebabkan gejala – gejala seperti flu, kedinginan, demam,
nyeri – nyeri otot, kelemahan, kehilangan nafsu makan, mual, muntah dan diare. Pasien –
pasien juga mungkin memperoleh suatu ruam kulit atau skin rash. Persoalan – persoalan
ini dapat menjadi parah, namun mereka menghilang setelah perawatan dihentikan.
5. Kemoterapi
Kemoterapi adalah tipe dari terapi sistemis dengan menggunakan obat – obatan. Obat –
obatan anti kanker memasuki aliran darah dan mengalir ke seluruh tubuh. Meskipun
berguna untuk kanker – kanker yang lain, obat – obatan tersebut telah menunjukkan
penggunaan yang teratas terhadap kanker.
Efek samping dari kemoterapi tergantung pada obat – obatan spesifik dan jumlah yang
diterima. Pada umumnya, obat – obatan anti kanker memengaruhi sel – sel yang
membelah secara cepat, terutama sel – sel darah. Sel – sel ini melawan infeksi, membantu
darah untuk menggumpal atau membantu, dan membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Ketika obat – obat memengaruhi sel – sel darah, pasien lebih mudah mendapat infeksi,
memar berdarah, juga merasa sangat lemah dan lelah. Kemoterapi dapat menyebabkan
kerontokan rambut. Rambut tumbuh kembali, namun adakalanya rambut yang baru
memiliki warna dan tekstur yang agak berbeda. Kemoterapi dapat menyebabkan nafsu
makan yang buruk, mual, muntah, diare, atau luka – luka mulut dan bibir. Namun, efek –
efek samping ini dapat dikontrol dengan menggunakan obat – obatan.
Jenis obat kemoterapi yang diberikan pada kanker ginjal yaitu:
a. Interferon alfa : diberikan secara subkutan dan dosis bersifat individualistic. Efek
sampingnya adalah gejala flu seperti demam, fatigue, sakit kepala, anoreksia,
menggigil, depresi, letargi, pusing, mual, muntah, konstipasi, stomatitis, pruritus,
nyeri di tempat suntikan, dan peningkatan enzim hati.
b. Interleukin-2 (IL-2) : diberikan secara intravena (dalam pembuluh darah) atau
suntikan subkutan (di bawah kulit) dua kali sehari.efek sampingnya adalah mual,
kelelahan, kebingungan, depresi, mudah tersinggung dan insomnia.
6. Nutrisi
Pasien perlu makan dengan baik selama terapi kanker. kecukupan kalori dibutuhkan
untuk menjaga berat badan dan protein untuk mempertahankan kekuatan. Nutrisi bisa
membuat penderita kanker merasa lebih baik dan mempunyai lebih banyak energi.
Masalahnya pasien kanker sering kali sulit untuk makan karena tidak merasa nyaman
atau lelah.
7. Nefrostomi
Nefrostomi merupakan suatu tindakan diversi urine menggunakan tube, stent, atau kateter
melalui insisi kulit, masuk ke parenkim ginjal dan berakhir di bagian pelvis renalis atau
kaliks. Nefrostomi biasanya dilakukan pada keadaan obstruksi urine akut yang terjadi
pada sistem saluran kemih bagian atas, yaitu ketika terjadi obstruksi ureter atau ginjal.
Nefrostomi dapat pula digunakan sebagai prosedur endourologi, yaitu intracorporeal
lithotripsy, pelarutan batu kimia, pemeriksaan radiologi antegrade ureter, dan
pemasangan double J stent (DJ stent). Nefrostomi ini biasanya dilakukan untuk
mengobati penderita kanker ginjal atau orang dengan kerusakan ginjal yang parah.
Nefrostomi juga dilakukan untuk mengambil ginjal yang sehat untuk donor pada
transplantasi ginjal.
Menurut Robert R. Cillio (2012), perawatan yang harus dilakukan pada tindakan
nefrostomi adalah:
1. Untuk nefrostomi dengan indikasi infeksi maka pemberian antibiotika sejak sebelum
tindakan diteruskan. Pedomannya adalah:
a. Jenis antibiotika berdasarkan kultur dan antibiogram
b. Bila belum ada kultur dan antibiogram
1) Kombinasi ampicillin atau derifatnya dan aminoglikosida
2) Cephalosporin generasi III, untuk kasus gagal ginjal berat Bila tidak
infeksi cukup diberikan obat golongan nitrofurantorin atau asam
nalidisat peri operatif.
2. Perhatikan kateter / pipa drainage, jangan sampai tersumbat
3. Perhatikan dan catat secara terpisah produksi cairan dari nefrostomi.
4. Usahakan diuresis yang cukup.
5. Periksa kultur urin dari nefrostomi secara berkala.
6. Bila ada boleh spoelling dengan larutan asam asetat 1% seminggu 2x
7. Kateter diganti setiap lebih kurang 2 minggu. Bila nefrostomi untuk jangka lama
pertimbangkan memakai kateter silikon.
8. Pelepasan kateter sesuai indikasi
9. Pelepasan drain bila dalam 2 hari berturut-turut setelah pelepasan kateter produksinya
< 20 cc/24 jam.
10. Pelepasan benang jahitan keseluruhan 10 hari pasca operasi. Perawatan
postprosedural dan tinjak lanjut yang dilakukan pada tindakan nefrostomi:
a. Bed rest selama 4 jam
b. Melanjutkan diet yang disarankan untuk postprosedural
c. Pemeriksaan tanda-tanda vital setiap 30 menit selama 4 jam pertama
postrosedural dan kemudian dilakukan setiap shift
d. Terapi antibiotik jika diidentifikasi ataupun diduga terjadi infeksi
e. Pembilasan kateter dengan 5 ml larutan NaCl isotonik bakteriostatik
kemudian diaspirasi setiap 6-12 jam.
f. Pantau output urine
8. Sistostomi
Sistostomi adalah prosedur di mana kandung kemih dan kulit dihubungkan dengan
pembedahan untuk mengeringkan urin melalui tabung yang keluar di dinding perut. Ini
perlu dilakukan pada pasien yang tidak dapat berkemih secara normal akibat sumbatan
pada kandung kemih atau kondisi medis lainnya yang mengganggu bagian dari saluran
kemih atau fungsi normal ginjal yang menyebabkan urin pasien tertahan. Penggunaan
tabung sistostomi, yang juga dikenal dengan sebutan kateter suprapubik, salah satu
pengalihan saluran kemih yang rendah resiko dan dapat digunakan sementara maupun
jangka panjang. Sistotomi adalah memasukkan kateter dengan membuat lubang pada
buli-buli melalui insisi suprapubik dengan tujuan untuk mengeluarkan urine.
Kateterisasi suprapubik umumnya digunakan untuk drainase urine jangka pendek. Jika
usia pasien atau kondisi komorbid tidak memungkinkan untuk dilakukannya operasi
koreksi, maka kateter temporer ini dapatdipertahankan lebih lama, atau dapat diganti
dengan kateter suprapubik yang permanen
Komplikasi
Komplikasi yang muncul akibat kanker ginjal menurut Nursalam, 2008 yaitu:
1. Metastase yang kuat ke berbagai organ meliputi paru, hati, otak, dan tulang melalui
saluran limfe atau melalui sistem vena berupa:
a. Sumbatan arteri.
b. Perdarahan.
c. Kehilangan fungsi ginjal.
2. Komplikasi pembedahan karena nefrektomi meliputi atelektasis, pneumonia, hemoragis,
infeksi, dan ileus paralitik
KANKER MAMAE
a. Definsi
Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa
berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobules nya) maupun komponen
selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persarafan jaringan payudara.
b. Faktor resiko
Penyebab spesifik ca mammae masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang
diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya ca mammae antara lain :
- Faktor reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya ca mammae adalah
nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan
pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
- Penggunaan hormon
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya ca mammae. Peningkatan ca mammae
yang signifikan terdapat pada pengguna terapi estrogen replacement. Suatu meta analisis
menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko ca mammae pada pengguna kontrasepsi
oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi
untuk mengalami ca mammae sebelum menopause. Sel-sel yang sensitif terhadap
rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.
- Riwayat keluarga dan faktor genetik
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan
dilaksanakan skrining kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada
wanita yang keluarganya menderita kanker payudara, ditemukan bahwa kanker payudara
berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan
terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara 60% pada umur 50
tahun dan 85% pada umur 70 tahun.
- Faktor umur
Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita yang paling
sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun, meski wanita berumur di
bawah 40 tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun risikonya lebih rendah
dibandingkan wanita di atas 40 tahun.
c. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam proses yang rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari dua tahap:
1. Fase Inisiasi
Kanker initerjadi pada kantung susu, yaitu penghubung antara kelenjar yang memproduksi
susu (alveolus) dan putting susu. Dalam kondisi ini, kanker belum menyebar ke bagian luar
jaringan kantung susu.
2. Fase Promosi
Pada tahap promosi ini, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi, karena
diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan
suatu karsinogen).
d. Klasifikasi kanker payudara
Berdasarkan WHO Histological Klassification of breast tumor, kanker payudara di
klasifikasikan sebagai berikut:
1. Kanker Payudara Non-Invasif
Kanker yang terjadi pada kantung (tube) susu {penghubung antara alveolus (kelenjar yang
memproduksi susu) dan putting payudara}. Dalam bahasa kedokteran disebut ‘ductal
carcinoma in situ’ (DCIS), yang mana kanker belum menyebar ke bagian luar jaringan
kantung susu.
2. Kanker payudara invasif
Sel kanker merusak saluran dan dinding kelenjar susu serta menyerang lemak dan jaringan
konektif payudara di sekitarnya. Kanker dapat bersifat invasive (menyerang) tanpa selalu
menyebar (metastatik) ke simpul limfe atau organ lain dalam tubuh.
e. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala umum kanker payudara yang menjadi keluhan, sebagai berikut :
1. Gejala Klinis
Gejala klinis payudara dapat berupa benjolan pada payudara, umumnya berupa benjolan
yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin
besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan 10 perubahan pada kulit payudara atau
pada putting susu.
2. Erosi atau eksema puting susu
Kulit atau putting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau
kecoklat-coklatan sampai menjadi odema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau
d’orange), mengkerut atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama
makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering
berbau busuk, dan mudah berdarah.
Sedangkan jika berdasarkan fasenya tanda dan gejala kanker payudara terdiri dari:
- Fase awal
Fase awal kanker payudara asimptomatik (tanpa tanda gejala). Tanda dan gejala yang
paling umum benjolan dan penebalan payudara. Kebanyakan sekitar 90% ditemukan oleh
penderita sendiri. Pada stadium dini, kanker payudara tidak menimbulkan keluahan.
- Fase lanjut
Kanker payudara fase lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui criteria operbilitas
heagensen sebagai berikut:
a) Terdapat odemaluas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara).
b) Adanya nodul satelit pada kulit payudara.
c) Adanya odem lengan.
d) Terdapat nodul supraklavikula.
f. Stadium dan grade kanker payudara
Stadium atau grade penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian atau
pemeriksaan dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya,
sudah sejauh manakah tingkat penyebaran atau perkembangan kanker tersebut. Stadum
atau Grade hanya dilakukan pada kanker ganas dan tidak ada pada kanker jinak.
- Stadium 0
Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau non invasive Cancer yaitu kanker tidak menyebar
keluar dari pembuluh darah/saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada
payudara.
- Stadium I
Ukuran tumor diameter <2cm, tidak terdapat metastasis pada aksila/ketiak dan tidak
meluas pada kulit atau otot.
- Stadium II A
Pada stadium ini tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada titik-
titik saluran getah bening di ketiak (axillary limph nodes). Diameter tumor lebih lebar dari
2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm, belum menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada
ketiak (axillary limph nodes). Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara tapi ditemukan
pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.
- StaBenjolan pada stadium dua telah ber ukuran kurang lebih dua namun tidak lebih dari
lima sentimeter dengan penyebaran sudah sampai ke kelenjar susu dan daerah ketiak. Pada
stadium ini kemungkinan sembuh adalah 30-40%. Jika sudah diketahui penderita kanker
pada stadium 2 maka biasanya dilakukan operasi dengan pengangkatan sel-sel kanker yang
ada pada tubuhdium II B.
- Stadium III A
Tumor dengan diameter > 5 cm tapi masih bebas dari jaringan sekitarnya dengan atau
tanpa metastasis aksila yang masih bebas satu sama lain, atau tumor dengan metastasis
aksila yang melekat.
- Stadium III B
Tumor telah menyebar ke kulit payudara, dinding dada, atau nodus limfe mamae internal,
termasuk inflamasi kanker payudara.
- Stadium IV
Pada stadium kanker sudah begitu parah sudah menjalar ke bagian tubuh lain. Sehingga
tidak ada jalan lain selain pengangkatan payudara. Kanker juga telah bermetafisis yaitu
kanker telah menyebar dari payudara dan kelenjar getah bening di sekitar ketiak ke bagian
lainnya seperti paru, tulang, hati dan otak kanker pada payudara itu bisa membengkak dan
pecah, kalo sudah begini bau busuk dan anyir akan keluar dari buah dada.
g. Penegakan diagnosa
1. Anamnesa
- Anamnesa terhadap keluhan di payudara atau ketiak apakah ada benjolan, rasa sakit,
edema lengan atau kelainan kulit.
- Anamnesa terhadap keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis sepeti nyeri
tulang vertebrata, sesak, batuk dan lain-lain.
- Anamnesa terhadap faktor-faktor resiko (usia, riwayat keluarga, riwayat kanker individu
dan konsumsi lemak).
2. Pemeriksaan fisik
Ketepatan mendiagnosa kanker payudara dengan pemeriksaan fisik sekitar 70%.
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap status lokalis payudara kanan atau payudara kiri atau
bilateral dan penderita harus diperiksa dalam posisis duduk atau terlentang. Kemudian
payudaradiperiksa sehubungan dengan perubahan kulit, perubahan putting susu, status
kelenjar getah bening dan pemeriksaan pada lokasi metastasis jauh.
3. Pemeriksaan biopsi jarum halus
Pemeriksaan ini dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di curigai ganas.
Biopsi jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor dengan jarum halus dan disedot
dengan spuit 10 cc sampai jaringan tumor lepas dan masuk ke dalam jarum. Kemudian
jaringan tumor diperiksa dilaboratorium oleh ahli Patologi Anatomi untuk mengetahui
apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna).
4. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan menggunakan Mammografi dan USG
(Ultrasonografi) payudara. Mammografi merupakan tindakan pemeriksaan payudara
dengan menggunakan sinar X berintensitas rendah. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk
melihat ada tidaknya benjolan pada payudara. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
perempuan dengan keluhan perihal payudara, baik setelah ditemukan maupun sebelum
ditemukan adanya benjolan dan sebagai check up kanker payudara.
American Cancer Sosiety dalam programnya menganjurkan sebagai berikut :
(a) Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali mammografi dasar
(Baseline mammogram).
(b) Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi dilakukan 1 atau 2 tahun sekali.
(c) Untuk perempuan berumur diatas 50 tahun, mamografi dilakuakn setahun sekali.
h. Tatalaksana
Terapi pada kanker payudara harus didahului dengan diagnosa yang lengkap dan akurat
( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi pada kanker payudara haruslah
dilakukan dengan pendekatan humanis dan komprehensif. Terapi pada kanker payudara
sangat ditentukan luasnya penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau
biomolekuler-signaling.Terapi pada kanker payudara selain mempunyai efek terapi yang
diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan (adverse effect), sehingga
sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan untung ruginya dan harus
dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan
mengenai faktor usia, co- morbid, evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan
seri pengobatan sistemik termasuk end of life isssues.
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan kanker
payudara. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
- Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving surgery, diseksi
aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
- Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : ovariektomi, adrenalektomi, dsb.
- Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
- Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal/regional, dapat
dilakukan pada saat bersamaan (immediate) atau setelah beberapa waktu (delay).
Jenis pembedahan kanker payudara
1. Mastektomi
Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara termasuk
kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II
secara en bloc. Indikasi: Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada
stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor.
Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks puting-areola, otot
pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III secara en
bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan operasi yang pertama kali dikenal oleh Halsted
untuk kanker payudara, namun dengan makin meningkatnya pengetahuan biologis dan
makin kecilnya tumor yang ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang lebih
minimal Indikasi:
- Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable
- Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu ataupun ahli bedah
yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah
onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan autolog seperti
latissimus dorsi (LD) flap atau transverse rectus abdominis myocutaneous (TRAM) flap;
atau dengan prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun
dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander sebelumnya.
Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks puting-
areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila. Indikasi:
- Tumor phyllodes besar
- Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif menghilangkan tumor.
- Penyakit Paget tanpa massa tumor
- DCIS
2. Breast Conserving Therapy (BCT)
Pengertian BCT secara klasik meliputi : BCS (=Breast Conserving Surgery), dan
Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS adalah pembedahan atas tumor payudara
dengan mempertahankan bentuk (cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi
dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau kuadrantektomi
disertai diseksi kelenjar getah bening aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT
adalah eradikasi tumor secara onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan
fungsi sensasi. BCT merupakan salah satu pilihan terapi lokal kanker payudara stadium
awal. Beberapa penelitian RCT menunjukkan DFS dan OS yang sama antara BCT dan
mastektomi. Namun pada follow up 20 tahun rekurensi lokal pada BCT lebih tinggi
dibandingkan mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS. Sehingga pilihan BCT harus
didiskusikan terutama pada pasien kanker payudara usia muda. Secara umum, BCT
merupakan pilihan pembedahan yang aman pada pasien kanker payudara stadium awal
dengan syarat tertentu. Tambahan radioterapi pada BCS dikatakan memberikan hasil yang
lebih baik.
Indikasi :
- Kanker payudara stadium I dan II.
- Kanker payudara stadium III dengan respon parsial setelah terapi neoajuvan.
Kontra indikasi :
- Kanker payudara yang multisentris, terutama multisentris yang lebih dari 1 kwadran dari
payudara.
- Kanker payudara dengan kehamilan
- Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
- Tumor di kuadran sentral (relatif)
2. Terapi sistemik
a. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan beberapa
kombinasi obat kemoterapi.
Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar mendapatkan
efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih dapat diterima
Hasil pemeriksaan imunohistokimia memberikan beberapa pertimbangan penentuan
regimen kemoterapi yang akan diberikan.
Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah menjadi standar lini pertama (first line)
adalah:
CMF
- Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral)(dapat diganti injeksi 500 mg/m2, hari 1
&8)
- Methotrexate 50 mg / m2 IV, hari 1 & 8
- 5 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8 Interval 3-4 minggu, 6 siklus
CAF
- Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
- Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
- 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
CEF
- Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
- Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
- 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1 Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
Tabel kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes dan pradiabetes.9
Kelompok risiko tinggi dengan hasil pemeriksaan glukosa plasma normal sebaiknya
diulang setiap 3 tahun, kecuali pada kelompok prediabetes pemeriksaan diulang tiap 1
tahun. Pada keadaan yang tidak memungkinkan dan tidak tersedia fasilitas pemeriksaan
TTGO, maka pemeriksaan penyaring dengan mengunakan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, diperbolehkan untuk patokan diagnosis DM. Dalam hal ini harus diperhatikan
adanya perbedaan hasil pemeriksaan glukosa darah plasma vena dan glukosa darah
kapiler seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (mg/dl).
SGLT – 2
(Novorapid®)
Insulin Glulisin
(Apidra®)
Actrapid® pen/cartridge
Sansulin®
Insulatard® Pen/cartridge
Insuman Basal®
(Lantus®)
Insulin Determir
(Levermir®)
Dengan
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta. 2008.
2. Black, M. Joyce. Keperawatan Medikal Bedah, Ed. 8. Singapore: Elseveir. 2014.
3. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Indonesia. Jakarta: PERKENI; 2015.