Anda di halaman 1dari 5

“PROSES KEPERAWATAN GERONTIK”

1. Sistem pernafasan : Perubahan fisiologis sistem pernafasan dan kasus yang sering
terjadi. RR meningkat, kapasitas vital paru menurun karena kekuatan otot dinding dada
dan recoil paru . Kasus yg banyak PPOK dengan faktor rokok dan polutan.
Pengkajian: observasi kedalaman nafas, penggunaan otot bantu pernafasan (kalavikula,
cuping hidung, retraksi dinding dada) dan frekwensi nafas. Ro utk mengetahui infeksi
paru dan luas paru yg terganggu.
Diagnosis keperawatan : Gangguan pola nafas, Gannguan perilaku kesehatan berisiko,
Ketidakefektifan manajemen kesehatan
Intervensi/implementasi : (1) Latihan nafas pursed lip breathing utk meningkatkan
asupan O2 dan kapasitas paru dan (2) Batuk efektif, suction, fisioterapi dada, manajemen
jalan nafas, pemberian O2
Evaluasi : RR batas normal, Suara nafas normal (bukan wheezing, cracles, ronchi)
2. Sistem Kardio : Muncul kekakuan (plak) di sepanjang pembuluh darah shg resistensi
pembuluh darah ↑ shg TD cenderung meningkat. Perubahan otot dan katup jantung shg
pompa darah keseluruh tubuh tidak optimal shg berisiko gagal jantung. Kondisi patologis
Hipetensi (Ht) dan chronic heart failure (CHF)
Pengkajian : Pengukuran Ht dan CHF, utk mengetahui pembesaran otot jantung dengan
mengukur Cardio Thorax Ratio (CTR). EKG utk mengetahui kondisi listrik otot jantung
Dx Keperawatan : Ketidakstabilan TD, Sindroma lansia lemah, intoleransi akvifitas.
Tanda yang muncul ketidakstabilan hemodinamik, mengalami ggn tubuh, lelah
Intervens dan Evaluasi
• Monitor ttv, manajemen energi dan aktifitas, bantuan perawatan diri, relaksasi,
edukasi
• TD stabil tanpa ada keluhan
3. SISTEM PERSYARAFAN & PERILAKU
• Pada lansia sel syaraf mengalami degenerasi sekitar 25%-40%, atrofi pd otak,
neurotransmiter otak menurun, penghantaran impulse antar sel syaraf mengalami
gangguan.
• Kemampuan mengingat dan belajar terganggu, respon melambat, mengalami
demensia atau kepikunan,
• Perubahan emosi krm masalah psikososial p depresi
Kasus demensia yaitu sindrom otak progresif yang mempengaruhi memori, proses pikir,
perilaku, dan emosi menyebabkan lansia bergantung pd org lain utk aktifitas sehari-hari
(ADL).
• Depresi pd lansia merupakan respon umum krn penyakit serius yang dilami.
• Delirium krn kondisi kesehatan secara umum, pengaruh obat atau kombinasi
semuanya.
Pengkajian
• Penilaian tkt kesadaran,
• Pengkajian status mental Mini Mental Status Examination (MMSE)
• Pengkajian pupil, perilaku
• Diagnostik CT scan, MRI, electroencephalography (EEG) kemungkinan infark atau
tumor
• Labr darah lengkap (ureum penyebabdelirium)
Diagnosa Keperawatan
• Risiko jatuh, Risiko cedera, Ggn pola tidur, Hambatan memori, Konfusi akut, Konfusi
chronik
Implemebtasi
• Pemenuhan kebutuhan fisik dan rasa aman, komunikasikan secara sederhana dan
jelas, mengorientasikan kepada realita, dan memotivasi utk tetap interaksi dengan
enviroment
Evaluasi
• Terpenuhinya hidrasi dan nutrisi lansia, tdk mengalami cedera, tidak ada perilaku
sulit yang muncul pada lansia (Behavioral Psycological Symptom of Dementia)
seperti agresif dan gelisah dan lansia terlibat aktif dalam kegiatan harian
4. SISTEM GINJAL & SALURAN KEMIH :
• Penurunan kapasitas kandung kemih dan mukosa uretra semakin menipis shg muncul
nocturia, ↑ urgensi dan frekwensi kemih.
• Pada pria muncul pembesaran prostat (BPH)
• Inkotinensia urin ↑
Pengkajian
• Identifikasi pola BAB/BAK, kemampuan mengosongkan kandung kemih dng tuntas,
kekuatan otot dasar panggul, dan distensi kandung kemih
Diagnosis
• Gangguan eliminasi urin
• Inkotinensia urin
Intervensi
• Melakukan edukasi perubahan gaya hidup dengan mekakukan , pengaturan minum,
pola BAK rutin, perubahan lingkungan dan penggunaan diapers, latihan otot-otot
panggul
Evaluasi
• ↑ pola BAK, kemampuan mengenali keinginan berkemih, kemmapuan mengosongkan
kandung kemih dengan tuntas, peningkatan kekuatan otot-otot dasar panggul dan
hilangnya distensi kandung kemih.
5. SISTEM PENCERNAAN
• ↓ sensori mengecap (asin & manis)
• ↓ motilitas esopagus (efek disfagia, heartburn, muntah, dehidrasi)
• ↓ sekresi asam lambung, enzim & motilitas usus, atrofi usus halus, permukaan
mukosa menipis, ↓ sel epitel berefek pd absorsi lemak dan B12, ↓ sekresi mukosa dan
elastisitas, ↓ tekanan spinter internal dan eksternal (efek pada inkotinensia), ↓ inpuls
syaraf (efek pada ransang defekasi dan konstipasi). Kasus yg banyak: malnutrisi,
inkontinensia bowel dan konstipasi
Pengkajian
• Identifikasi gangguan menelan dan pola BAB
Diagnosis Keperawatan
• Gangguan menelan,

“Asuhan Keperawatan Pada Keluarga dengan Lansia”


Konsep Askep Keluarga Lansia Merupakan bagian dari ilmu keperawatan komunitas.
Bagian integral dari asuhan keperawatan komunitas yang berpusat kepada anggota keluarga
yang sudah memasuki masa pensiun atau meninggal.
Tujuan : Membantu keluarga dalam melakukan perawatan kepada lansia, Membantu
keluarga mengenal masalah-masalah yang timbul dalam keluarga pada masa lansia,
Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga, Meningkatkan fungsi-fungsi komponen
keluarga
Fokus askep lansia : Membantu keluarga dalam melakukan perawatan kepada lansia,
Membantu keluarga mengenal masalah-masalah yang timbul dalam keluarga pada masa
lansia, Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga, Meningkatkan fungsi-fungsi
komponen keluarga
Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia
• Peran sebagai provider (penyedia)
• Peran sebagai pengatur rumahtangga
• Peran perawatan
• Peran sosialisasi
• Peran rekreasi, penghibur
• Peran memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal
• Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan)
• Peraan Seksual
Tugas Perkembangan Keluarga Lansia
 Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
Kebanyakan lansia tinggal dirumahnya sendiri yang pada umumnya dapat menyesuaikan diri
lebih baik dari pada yang tinggal dirumah anak atau keluarga mereka. Perumahan setelah
masa pensiun sering kali menjadi masalah meskipun kebanyakan lansia memiliki rumah
sendiri tetapi sebagian besar rumah telah tua dan rusak.
• Menyesuaikan pendapatan yang menurun
Saat pensiun terjadi penurunan pendapatan secara tajam seiring berjalannya waktu
pendapatan menurun kebutuhan meningkat seiring unculnya masalah kesehatan
• Mempertahankan hubungan perkawinan
Perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang
berlangsung bagi pasangan lansia
• Menyesuaikan diri terhadap kehilangan
peranLansia menyadari kesadaran akan sebagai proes kehidupan yang normal, akan
tetapi kesadaran akan menyesuaikan dengan mmudah terhadap kematian.
• Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
Keluarga merupakan fokus interaksi social dan sumber utama dukungan social.
Lansia biasanya menarik diri dari aktifitas-aktifitasnya. Anggota keluarga merupakan sumber
utama bantuan interaksi social.
Masalah – Masalah Yang dapat muncul pada keluarga dengan lansia
Ekonomi : Menyesuaikan pendapatan yang turus secara substansial, Ketergantuangan
Ekonomi
Perumahan : sering pindah ketempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian pindah ketatanan
institusi (Panti Jompo)
Sosial: Kehilangan Saudara, teman-teman dan pasangan
Pekerjaan :Keharusan Pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan perasaan
produktivitas.
Kesehatan: menurunnya fungsi fisik, mental dan kognitif; memberikan perawatan bagi
pasangan yang kurang sehat.
Peran Perawat dalam tiga tingkat pencegahan pada Lansia
a. Pencegahan Primer, Primary Prevention dilakukan dengan 2 cara : Health Promotion :
Yaitu peningkatan status kesehatan Lansia melalui: Health education, Growth and
development monitoring, Counseling, Pengendalian lingkungan , Stimulasi dan
bimbingan dini, Perlindungan gizi, Penyuluhan untuk pencegahan keracunan, General
and Specific protection, Imunisasi, personal hygiene, accidental safety, kesehatan kerja
perlindungan diri dari bahan kimia/ toxin, pengendalian sumber pencemaran.
b. Secondary prevention (pencegahan Sekunder), Yaitu pencegahan terhadap keluarga
yang masih sedang sakit, dengan 2 kegiatan ; (1) Early diagnosis and prompt treatment
(diagnosis dini & pengobatan segera / adekuat), melalui : Penemuan kasus secara dini,
pemeriksaan umum lengkap, penanganan kasus survey terhadap kontak, dll. (2)
Disability limitation (pembatasan kecatatan) : Penyempurnaan & identifikasi terapi
tujuan, Pencegahan komplikasi, Perbaikan fasilitas kesehatan, Penurunan beban social
Lansia, dll
c. Tertiary prevention (pencegahan tersier)
• Yaitu usaha pencegahan terhadap Keluarga yang setelah sembuh dari sakit serta
mengalami kecatatan antara lain :
• Penkes lanjutan, terapi kerja, perkampungan rehabilitasi social, penyadaran Lansia,
lembaga rehabilitasi, dll.
POSBINDU “sistem 5 meja”
meja 1 : pendaftaran / kms
meja 2 : pemeriksaan tensi nadi bb lab
meja 3 : pencatatan
meja 4 : penyuluhan meja 5 : pelayanan medis

Anda mungkin juga menyukai