Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

KMB

PENYAKIT DIARE

Disusun oleh :

NAMA : TITIN PUJIASTUTI

NIM : 30901700093

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SULTAN ANGUNG SEMARANG

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Menurut Sazawal dalam Wong (2009) Diare merupakan gejala yang terjadi
karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi.
Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam
usus. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lender dan darah atau lender saja (Potter dan
Perry, 2010). Diare atau mencret didefi nisikan sebagai buang air besar dengan
feses tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3
kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut
sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih,
digolongkan pada diare kronik. Feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah,
atau pus. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas,
tenesmus, demam, dan tanda-tanda dehidrasi (Lukman, 2015). Diare adalah
buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya nampak
sehat, dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja
menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah. Apabila pada diare
pengeluaran cairan melebihi pemasukan maka akan terjadi defisit cairan
tubuh, maka akan terjadi dehidrasi. Berdasarkan derajat dehidrasi maka diare
dapat dibagi menjadi diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan sedang dan
diare dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat terjadi defisit cairan sama dengan
atau lebih dari 10% berat badan. Anak dan terutama bayi memiliki risiko yang
lebih besar untuk menderita dehidrasi dibandingkan orang dewasa (sulaiman,
2011).
B. Etiologi
Penyebab diare menurut Lukman Zulkifli tahun 2015 yaitu :
1. Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%). Beberapa
jenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus serotype 1, 2, 8, dan 9
pada manusia, Norwalk virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe 40, 41), Small
bowel structured virus, Cytomegalovirus.
2. Bakteri
E. coli enterotoksigenik (ETEC), E. coli enteropatogenik (EPEC), E.
enteroagregatif. coli (EAggEC), Enteroinvasive E. coli (EIEC)
Enterohemorrhagic E. coli (EHEC), Shigella spp., Campylobacter jejuni
(Helicobacter jejuni), Vibrio cholerae 01, dan V. choleare 0139,
Salmonella (non-thypoid).
3. Protozoa
Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Cryptosporidium,
Microsporidium spp., Isospora belli, Cyclospora cayatanensis.
4. Helminths
Strongyloides stercoralis, Schistosoma spp., Capilaria philippinensis,
Trichuris trichuria.
Strongyloides stercoralis, Schistosoma spp., Capilaria philippinensis,
Trichuris trichuria.
Menurut Wong (2009), penyebab diare kebanyakan yaitu
mikroorganisme patogen yang disebarluaskan lewat jalur fekal-oral
melalui makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar-
manusia dengan kontak yang erat (misalnya pada tempat penitipan anak).
Kurang bersihnya air, tinggal berdesakan, hygiene yang buruk, kurang gizi
dan sanitasi yang jelek merupakan faktor risiko utama, khususnya untuk
terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang patogen. Peningkatan insidensi
dan beratnya penyakit diare pada bayi juga berhubungan dengan
perubahan yang spesifik menurut usia pada kerentanan terhadap
mikroorganisme pathogen. Sistem kekebalan bayi belum pernah terpajan
dengan banyak mikroorganisme patogen sehingga tidak memiliki antibody
pelindung yang didapat. Rotavirus merupakan agens paling penting yang
menyebabkan penyakit diare disertai dehidrasi pada anak-anak kecil
diseluruh dunia. Gejalanya dapat berkisar mulai dari gambaran klinik
tanpa manifestasi gejala sehingga kematian akibat dehidrasi. Infeksi
rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit karena diare
berat pada anak-anak kecil dan merupakan infeksi nosokomial (infeksi
yang didapat dalam rumah sakit) yang signifikan oleh mikroorganisme
patogen.
C. Patofisiologi
Menurut Dewi (2010), mekanisme diare yang menyebabkan timbulnya diare
adalah sebagai berikut : gangguan osmotik merupakan akibat terdapatnya
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare. Gangguan
sekresi akibat rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus atau
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan
selanjutnya timbul diare pula.
KLASIFIKASI DAN PATOFISIOLOGI menurut Lukman Zulkifli tahun 2015
Diare infeksi akut diklasifi kasikan secara klinis dan patofi siologis menjadi
diare noninfl amasi dan diare infl amasi. Diare infl amasi disebabkan invasi
bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan
diare disertai lendir dan darah. Gejala klinis berupa mulas sampai nyeri seperti
kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada
pemeriksaan tinja rutin makroskopis ditemukan lendir dan/ atau darah,
mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear. Diare dapat terjadi akibat
lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri setidaknya ada dua
mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus.
Infeksi bakteri menyebabkan infl amasi dan mengeluarkan toksin yang
menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan
perdarahan atau adanya leukosit dalam feses.
Pada dasarnya diare terjadi ketika terdapat gangguan transportasi air
dan elektrolit dalam lumen usus. Mekanisme patofisiologi dari diare dapat
berupa osmosis, sekretori, inflamasi, dan perubahan motilitas(Sweetser, 2012).
Diare osmosis terjadi pada malabsorpsi, penggunaan obat-obat seperti
magnesium sulfat, magnesium hidroksida, defek dalam absorpsi mukosa usus
misal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa. Adanya
substansi yang tidak terserap menarik air dari plasma menuju ke lumen usus
mengikuti gradien konsentrasi. Sedangkan pada diare sekretori terjadi akibat
peningkatan sekresi secara langsung atau yang lebih dominan akibat
penurunan absorbsi. Secara klinis, yang khaspada diare ini adalah
ditemukannya diare dengan jumlah yang sangat banyak. Selain itu, diare tipe
ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Diare
sekretori biasanya disebabkan karena enterotoksin pada infeksi Vibrio
cholerae, atau Eschericia coli, penyakit yang menghasilkan horon (VIPoma),
reseksi ileum (gangguan absorpsi garam empedu), efek obat laxatif diotyl
sodium sulfosuksinat dll). Inflamasi pada dinding usus mengakibatkan
terjadinya kerusakan mukosa usus. Hal ini menyebabkan terjadinya produksi
mukus berlebihan, eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, serta gangguan
absorpsi air elektrolit sehingga terjadilah diareinflamasi. Inflamasi mukosa
usus halus terjadi pada infeksi sepertinya disentri Shigellaatau bukaninfeksi
(kolitis ulseratif dan penyakit Chron).Gangguan motilitas usus yang terjadi
pada diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid juga dapat menyebabkan
diare. Selain itubeberapa kondisi fisiologis seperti kecemasan, obat-obatan,
dan toksin dapat berefek langsung pada enteric nervous system (ENS) yang
menyebabkan gangguan motilitas usus(Simadibrata & Daldiyono,
2009).Motilitas usus yang meningkat, penurunan waktu transit, ataupun
paparan isi lumen terhadap permukaan absorpsi usus berperan terhadap
terjadinya diare ini. Diare dapat terjadi akibat satu atau lebih patofisiologi
tersebut(Sweetser,2012).Rotavirus sebagai penyebab peningkatan rawat inap
bahkan kematian anak-anak akibat diare, memiliki lebih dari satu mekanisme
dalam proses terjadinya diare. Target dari virus ini adalah enterosit absortif
matang yang sedang melakukan regenerasi dan munculnya sel kripta sekretori
yang belum matang. Hal ini menyebabkan penurunan absorpsi dan
peningkatan sekresi pada usus. Selain itu rotavirus juga menyebabkan
hilangnya enzim pencernaan pada brush border sehingga menimbulkan
malabsorpsi. Peningkatan isi lumen akan memicu peningkatan aktivitas
peristaltis usus, yang juga berkontribusi terhadap terjadinya diare(Thapar &
Sinderson, 2004).
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Menurut Setiati (2014), tanda dan gejala bisa bersifat inflamasi atau
noninflamasi. Diare noninflamasi bersifat sekretorik (watery) bisa mencapai
lebih dari 1 liter per hari. Biasanya tidak disertai dengan nyeri abdomen yang
hebat dan tidak disertai darah atau lender pada feses. Demam dapat dijumpai
atau tidak. Gejala mual dan muntah bisa dijumpai. Pada diare tipe ini penting
diperhatikan kecukupan cairan karena pada kondisi yang tidak terpantau dapat
meyebabkan terjadinya kehilangan cairan yang mengakibatkan syok
hipovolemik. Diare yang bersifat inflamasi bisa berupa sekretori atau disentri.
Biasanya disebabkan oleh patogen yang bersifat invasif. Gejala mual, muntah,
disertai dengan demam, nyeri perut hebat dan tenesmus, serta feses berdarah
dan berlendir merupakan gejala dan tanda yang dapat dijumpai.
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah dan/atau demam,
tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.
Menurut zulkifli tahun 2015 Diare yang berlangsung beberapa saat tanpa
penanggulangan medis adekuat dapat menyebabkan kematian karena
kekurangan cairan tubuh yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau
karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik lanjut. Kehilangan
cairan menyebabkan haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering,
tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara serak. Keluhan dan
gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Kehilangan bikarbonat akan
menurunkan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan,
sehingga frekuensi napas lebih cepat dan lebih dalam (Kussmaul). Reaksi ini
adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonat agar pH dapat naik
kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi,
bikarbonat standar juga rendah, pCO2 normal, dan base excess sangat
negative. Gangguan kardiovaskuler pada hipovolemia berat dapat berupa
renjatan dengan tandatanda denyut nadi cepat, tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, wajah pucat, ujung-ujung ekstremitas
dingin, dan kadang sianosis. Kehilangan kalium juga dapat menimbulkan
aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal
menurun dan akan timbul anuria; bila tidak segera diatasi akan timbul penyulit
berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti gagal ginjal akut. Bila
keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi pemusatan
sirkulasi paru-paru dan dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang
menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali. Pada pasien diare berat
dengan demam, nyeri abdomen, atau kehilangan cairan harus diperiksa kimia
darah, natrium, kalium, klorida, ureum, kreatinin, analisis gas darah, dan
pemeriksaan darah lengkap.
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng,gelisah,suhu badan mungkin
meningkat,nafsu makan berkurang atau tidak ada,kemudian timbul diare.Feses
makin cair ,mungkin mengandung darah atau lendir,dan warna feses berubah
menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.Akibat seringnya
defekasi,anus dan area sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses makin lama
menjadi asam,hal ini terjadi akibat banyaknya asam laktat yang di hasilkan
dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus.Gejala muntah
dapat terjadi sesudah atau sebelum diare.Apabila penderita telah banyak
mengalami kehilangan air dan elektrolit ,maka terjadilah gejala dehidrasi.Berat
badan turun,ubun-ubun besar cekung pada bayi ,tonus otot dan turgor kulit
berkurang ,dan selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering.Gejala klinis
menyesuaikan dengan derajat atau banyaknya kehilangan cairan.Apabila
dilihat dari banyaknya cairan yang hilang,derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan kehilangan berat badan.Berdasarkankehilangan berat
badan,dehidrasi terbagi menjadi empat kategori yaitu,tidak ada dehidrasi (bila
terjadi penurunan berat badan 2,5%),dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan
berat badan 2,5-5%),dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5-
10%) (Sodikin,2011).
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis Menurut Setiati (2014), penanganan diare akut
sebagai berikut :
1. Rehidrasi Cairan Pada keadaan awal dapat diberikan sediaan
cairan/bubuk hidrasi peroral setiap kali diare. Pemberian hidrasi melalui
cairan infus dapat meggunakan sediaan berupa Ringer Lactat ataupun
NaCl isotonis.
2. Pengaturan Asupan Makanan Pemberian asupan makanan diberikan
secara normal, sebaiknya dalam porsi kecil namun dengan frrekuensi yang
lebih sering. Pilih makanan yang mengandung mikronutrien dan energy
(pemenuhan kebutuhan kalori dapat diberikan bertahap sesuai toleransi
pasien). Menghindari makanan atau minuman yang mengandung susu
karena dapat terjadinya toleransi laktosa, demikian juga makanan yang
pedas ataupun mengandung lemak yang tinggi.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kyle (2014), pemeriksaan laboratorium dan diagnostic untuk
diare yaitu :
1. Kultur feses: dapat mengindikasikan adanya bakteri.
2. Feses untuk adanya ovum dan parasit: dapat mengindikasikan
adanya parasite.
3. Feses untuk panel atau kultur virus: untuk menentukan adanya
rotavirus atau virus lain.
4. Feses untuk darah samar: dapat positif jika inflamasi atau ulserasi
terdapat di saluran GI.
5. Feses untuk leukosit: dapat positif pada kasus inflamasi atau infeksi.
6. pH feses/mengurangi zat: untuk melihat apakah diare disebabkan
oleh intoleransi karbohidrat.
7. Panel elektrolit: dapat mengindikasikan dehidrasi.

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. Pengkajian
IDENTITAS DATA
1. Klien
Nama : An. G
TTL : 8 Juni 2018
Usia : 24 bulan 8 hari
Pendidikan : Belum Sekolah
Alamat : Komp. Kramat Permai JL.Mangga No.43
Agama : Islam
Tanggal Masuk :-
No. CM :-

2. Penanggung Jawab
Nama Ayah / Ibu : Tn. D / Tn. S
Perkerjaan Ayah : Swasta
Perkerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Komp. Kramat Permai JL.Mangga No.43
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan Ayah : Sarjana
Pendidikan Ibu : Sarjana

A. KELUHAN PERTAMA
Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami BAB sebanyak 6 x dalam sehari.

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Ibu pasien mengatakan BAB An.G berwarna kuning pekat bercampur lendir dan berbusa,
konsistensinya encer, frekuensi 6 x dalam sehari. Kondisi tersebut dialami dari tanggal
13 Juni 2020.

C. RIWAYAT KELUARGA DAN KELAHIRAN MASA LAMPAU


1. Prenatal
An.G merupakan anak ke-1, selama hamil ibu pasien melakukan pemeriksaan rutin ke
dokter kandungan kurang lebih 8x. Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah sakit.
Obat yang diminum ibu selama hamil yaitu vitamin.
2. Intranatal
An.G lahir ditolong oleh petugas kesehatan di RSIA Fatimah lahir dengan
pervaginam, langsung menangis, lahir dengan cukup bulan ( 9 bulan 5 hari) dengan
BB 3,6 kg dan TB 50 cm.
3. Postnatal
An.G diasuh sendiri oleh kedua orang tuanya sejak lahir dan diberi full asi eksklusif.

D. RIWAYAT KELUARGA

Tn. P/70 th Ny.A/69 th Tn.B/55 th Ny.K/52 th


Ny.C/40 th Tn.D/39 th Tn.A/31th Tn.L/27 th Ny.D/30 th Ny. S/27 th Nn. T/22th

An.G / 24 bulan 8 hari


Keterangan :

: laki-laki : perempuan

:laki-laki meninggal : pasien

Ibu pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita diare maupun penyakit
lainnya.
E. RIWAYAT MASA LAMPAU
1. Penyakit masa kecil : An.G tidak pernah mengalami diare sepert ini
2. Tindakan operasi : An.G tidak pernah dilakukan tindakan operasi
3. Kecelakaan : An.G tidak pernah mengalami kecelakaan
4. Alergi : An.G tidak memiliki alergi terhadap benda asing ataupun
alergen
5. Imunisasi : An.G sudah mendapatkan imunisasi lengkap

F. RIWAYAT SOSIAL
An.G diasuh oleh kedua orang tuanya, tetapi kadang-kadang diasuh oleh eyangnya.
Hubungan anggota keluarga An.G baik.

G. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


An.G menjadi sedikit cengeng, lesu, dan nafsu makan berkurang. Tinja makin cair,
disertai lendir. Warna tinja menjadi kuning pekat serta warna urine sedikit gelap.

H. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL


1. Nutrisi
- Makanan yang disukai
Sebelum sakit makanan yang disukai An.G adalah daging dan puding.
Selama sakit An.G hanya diberi ASI oleh Ibunya karena An.G tidak nafsu makan
dan minum.
- Pola makan
Sebelum sakit An.G makan sebanyak 3x sehari dengan porsi banyak dan minum
sebanyak 500ml sehari.
Selama sakit An.G tetap makan 3x sehari dengan porsi yang sedikit dan minumnya
hanya 250ml sehari.
2. Eiminasi
Selama 1 hari An.G BAB 6x cair, BAK sekitar 3-4 kali sehari.
3. Aktivitas bermain
Sebelum dan selama sakit An.G tetap aktif bermain, namun agak sedikit lesu.
4. Mandi
Sebelum dan selama sakit An.G mandi 2x sehari dimandikan oleh ibunya.

5. Pola Tidur
Sebelum sakit An.G tidur selama 10-12 jam sehari
Salama sakit An.G tidur selama 10-12 jam sehari
6. Kognitif
Pasien tidak menggunakan alat bantu pendengaran maupun alat bantu penglihatan
7. Pola hubungan
Pada saat pengkajian An.G menolak untuk dikaji.
8. Reproduksi
An.G berjenis kelamin laki-laki berumur 24 bulan 8 hari tidak ada gangguan organ
reporduksi.

I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Pasien tampak sedikit lesu namun tetap aktif
2. Kesadaraan : composmentis
3. Tanda-tanda vital :
S : 36,5 C N : 110x/ menit RR : 30x/menit
4. Pengukuran Autopometri :
BB : 10 kg TB : 83 cm
Lingkar kepala :-
Lingkar lengan : 17 cm
5. Kepala : tidak ada benjolan
6. Mata : bersih tidak anemis
7. Hidung : bersih tidak ada lesi
8. Mulut : selaput mukosa sedikit kering
9. Telinga : bersih tidak ada serumen
10. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
11. Dada dan paru
I : simetris
Pa :-
Pe :-
Aus :-
12. Jantung
I : Tidak ada pembesaran jantung
Pa :-
Pe :-
Aus :-
13. Abdomen
I : perut simetris
Aus :-
Pa : Ketika ditekan perut sangat lembek
Pe :-
14. Ekstremitas : An.G tidak mengalami kelemahan otot
15. Genetalia : bersih, tidak ada kelainan
16. Kulit : tugor kulit sedikit kering, warna kulit putih

J. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN ANAK


1. Kemandirian dan bergaul : An.G belum mandiri dan sangat pemalu
2. Motorik halus : An.G bisa mengenal bentuk
3. Kognitif dan bahasa : An.G bisa berbicara
4. motorik kasar : An.G bisa memukul dan melempar

K. ANALISIS DATA
DATA FOKUS ETIOLOGI Masalah Keperawatan
Ds : Inflamasi gastrointestinal Diare
- Ibu pasien mengatakan
An.G BAB sebanyak 6x
dalam sehari dengan
konsistensi cair
- Ibu pasien mengatakan
An.G cenderung susah
makan dan minum
- Ibu pasien mengatakan
BB badan pasien
semenjak sakit turun 1
kg
Do :
- Pasien tampak sedikit
lesu dan gampang
menangis
- BC = -88 cc
- Pasien tampak tidak
nafsu makan
Ds : Ketidakmampuan Resiko Defisit Nutrisi
- Ibu pasien mengatakan Mengabsorbsi Nutrien
An.G BAB sebanyak 6x
dalam sehari dengan
konsistensi cair
- Ibu pasien mengatakan
An.G cenderung susah
makan dan minum
- Ibu pasien mengatakan
BB badan pasien
semenjak sakit turun 1
kg
Do :
- Pasien tampak sedikit
lesu dan gampang
menangis
- BC = -88 cc
- Pasien tampak tidak
nafsu makan
Ds : Obstruksi Intestinal Resiko
- Ibu pasien mengatakan Ketidakseimbangan
An.G BAB sebanyak 6x Cairan
dalam sehari dengan
konsistensi cair
- Ibu pasien mengatakan
An.G cenderung susah
makan dan minum
- Ibu pasien mengatakan
BB badan pasien
semenjak sakit turun 1
kg
Do :
- Pasien tampak sedikit
lesu dan gampang
menangis
- BC = -100 cc
- Pasien tampak tidak
nafsu makan

L. PRIORITAS DIAGNOSA
- Diare b.d Inflamasi gastrointestinal
- Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
- Resiko ketidakseimbangan cairan b.d obstruksi intestinal

M. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Karakterisik Rencana keperawatan
Keperawatan
Diare b.d Inflamasi Setelah dilakukan tindakan - Anjurkan untuk
gastrointestinal keperawaan 3x24 jam memberikan oralit
diharapkan BAB menjadi - Anjurkan untuk
normal dengan kriteria hasil : memberikan asi lebih
1. BAB maksimal 2x sehari sering
2. Feses berampas - Kaji frekuensi BAB
3. Pasien tidak lesu dan konsistensi feses
- Kaji kondisi pasien
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan - Anjurkan untuk
ketidakmampuan keperawaan 3x24 jam memberikan makanan
mengabsorbsi nutrien diharapkan nafsu makan kesukaan pasien
meningkat dengan kriteria sedikit demi sedikit
hasil: tapi sering
- Porsi makan pasien - Anjurkan untuk
meningkat memberikan asi lebih
- Minum pasien sering
meningkat
- BB pasien meningkat

Resiko Setelah dilakukan tindakan - Anjurkan untuk


ketidakseimbangan keperawaan 3x24 jam memberikan minum
cairan b.d obstruksi diharapkan nafsu minum sedikit tapi sering
intestinal meningkat dengan kriteria - Anjurkan untuk
hasil: memberikan asi lebih
- Kebutuhan minum sering
pasien meningkat
- Kebutuhan cairan
pasien seimbang

O. IMPLEMENTASI

Tgl/Jam Diagnose Implementasi Respon Klien TTD


Keperawatan
16 Juni Diare b.d inflamasi - Mengobservasi S: Tri
2020/16.0 gastrointestinal keadaan umum klien - Ibu klien
0 - Menganjurkan kepada mengatakan An.G
ibu pasien untuk BAB 6x dalam
memberikan larutan sehari dengan
gula dan garam konsistensi cair
- Menganjurkan ibu - Ibu klien
pasien untuk mengatakan akan
memberikan asi lebih memberikan ASI dan
sering larutan gula garam
- Ibu pasien
mengatakan anaknya
tidak mau minum
oralit
O:
- Pasien terlihat
sedang minum asi
16 Juni Defisit nutrisi b.d - Menganjurkan untuk S: Tri
2020/17.0 ketidakmampuan memberikan makanan - Ibu klien
0 mengabsorbsi kesukaan pasien mengatakan sudah
nutrien sedikit demi sedikit memberikan
tapi sering makanan yang
- Menganjurkan untuk disukai pasien dan
memberikan asi lebih sudah memberikan
sering asi lebih sering
O:
- Pasien terlihat sedikit
segar dari
sebelumnya
16 Juni Resiko - Menganjurkan untuk S:
2020/19.0 ketidakseimbanga memberikan minum - Ibu klien
0 n cairan b.d sedikit tapi sering mengatakan sudah
obstruksi intestinal - Menganjurkan untuk memberikan banyak
memberikan asi lebih minum dan asinya
sering O:
- Pasien terlihat sedikit
segar dari
sebelumnya
17 Juni Diare b.d inflamasi - Menganjurkan ibu S:
2020/09.0 gastrointestinal pasien untuk - Ibu pasien
0 memberikan larutan mengatakan anaknya
gula garam sedikit- BAB sejak tadi pagi
sedikit ini kurang lebih 4x
dan sudah sedikit
berampas
- Ibu pasien
mengatakan anaknya
sudah mulai banyak
minum ASI
O:
- Pasien tampak
sedikit segar dan
aktif
- Pasien terlihat lebih
sering minum air
putih

17 Juni Defisit nutrisi b.d - Menganjurkan untuk S:


2020/10.0 ketidakmampuan tetap memberikan - Ibu klien
0 mengabsorbsi makanan kesukaan mengatakan sudah
nutrien pasien sedikit demi memberikan
sedikit tapi sering makanan yang
- Menganjurkan untuk disukai pasien dan
memberikan asi lebih sudah memberikan
sering asi lebih sering
O:
- Pasien terlihat sedikit
segar
17 Juni Resiko - Menganjurkan untuk S:
2020/11.0 ketidakseimbanga memberikan minum - Ibu klien
0 n cairan b.d sedikit tapi sering mengatakan sudah
obstruksi intestinal - Menganjurkan untuk memberikan banyak
memberikan asi lebih minum dan asinya
sering O:
- Pasien terlihat sedikit
segar dari
sebelumnya
18 Juni Diare b.d inflamasi - Menganjurkan ibu S:
2020/09.0 gastrointestinal pasien untuk - Ibu pasien
0 memberikan larutan mengatakan anaknya
gula garam sedikit- BAB sejak tadi pagi
sedikit ini kurang lebih 2x
dan sudah berampas
- Ibu pasien
mengatakan anaknya
sudah mulai mau
minum larutan gula
garam walaupun
sedikit-sedikit
O:
- Pasien tampak
semakin segar dan
aktif dari
sebelumnya

18 Juni Defisit nutrisi b.d - Menganjurkan untuk S:


2020/10.0 ketidakmampuan tetap memberikan - Ibu klien
0 mengabsorbsi makanan kesukaan mengatakan sudah
nutrien pasien sedikit demi memberikan
sedikit tapi sering makanan yang
- Menganjurkan untuk disukai pasien dan
memberikan asi lebih sudah memberikan
sering asi lebih sering
O:
- Pasien terlihat
semakin segar dan
aktif dari
sebelumnya
- BB pasien bertambah
1 kg
18 Juni Resiko - Menganjurkan untuk S:
2020/11.0 ketidakseimbanga memberikan minum - Ibu klien
0 n cairan b.d sedikit tapi sering mengatakan sudah
obstruksi intestinal - Menganjurkan untuk memberikan banyak
memberikan asi lebih minum dan asinya
sering O:
- Pasien terlihat
semakin dan aktif
segar dari
sebelumnya
- Adanya penambahan
cairan BC = 192 cc

P. EVALUASI

Tgl/Jam Diagnose Evaluasi TTD


Keperawatan
18 Juni Diare b.d inflamasi S :
2020/09.0 gastrointestinal - Ibu pasien mengatakan anaknya BAB sejak
0 tadi pagi ini kurang lebih 2x dan sudah
berampas
- Ibu pasien mengatakan anaknya sudah
mulai banyak minum ASI dan air putih
- Ibu pasien mengatakan sudah mau minum
larutan oralit
O:
- Pasien tampak semakin segar dan aktif
- Pasien terlihat lebih sering minum air putih
A : Diare teratasi
P : Pertahankan intervensi
18 Juni Defisit nutrisi b.d S:
2020/10.0 ketidakmampuan - Ibu klien mengatakan sudah memberikan
0 mengabsorbsi makanan yang disukai pasien dan sudah
nutrien memberikan asi lebih sering
O:
- Pasien terlihat semakin segar dan aktif dari
sebelumnya
- BB pasien bertambah 1 kg
A: Defisit nutrisi teratasi
P: Pertahankan intervensi
18 Juni Resiko S:
2020/11.0 ketidakseimbangan - Ibu klien mengatakan sudah memberikan
0 cairan b.d obstruksi banyak minum dan asinya
intestinal O:
- Pasien terlihat semakin dan aktif segar dari
sebelumnya
- Adanya penambahan cairan
- BC = 192 cc
A: Resiko ketidakseimbangan cairan teratasi
P: Pertahankan intervensi

DAFTAR PUSTAKA

Dewi V, N. L. 2010. Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika

Doenges, M. E., 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Fahrunnisa; Fibriana, A. I. 2017. Pendidikan kesehatan Dengan Media Kalender “Pintare”


(Pintar Atasi Diare). Journal of Health Education. Diakses pada tanggal 15 April 2019
Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI

Kyle; Terri; Carman; Susan. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Edisi 2. Vol.1. Jakarta:
EGC

Marcdante, K. J. 2014. Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Singapura: Elsevier

Simadibrata M, Daldiyono. Diare akut. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2010. p.548-
56.

Farthing M, Salam MA, Lindberg G, Dite P, Khalif I, Salazar-Lindo E, et al. Acute diarrhea
in adults and children: A global perspective. World Gastroenterology Organisation Global
Guidelines. J Clin Gastroenterol. 2013; 47(1): 12-20.

Zein U. Diare akut infeksius pada dewasa. e-USU Repository [Internet]. 2004. Available
from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3388/1/penydalam-umar

Farrar J, Hotez FJ, Junghanss T, Kang G, Lalloo D, White N. Acute diarrhea. Manson’s
Tropical Diseases. Elsevier; 2013.

Mendrofa K. Karakteristik balita penderita diare yang berobat di Puskesmas Tetehosi Foa
Kecamatan Gido Kabupaten Niasa tahun 2005. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan,
2006.

Jannah, R. Gambaran penderita diare serta karakteristik yang berobat pada bulan juli di
puskesmas peusangan kabupaten bireun tahun 2005. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Aceh, 2005.

Irwanto, Rohim A, Sudarmo SM. Diare akut pada anak. Dalam: Soeginjato, S, penyunting.
Ilmu penyakit

Guerrant RL. Diarrhea as a cause and an effect of malnutrition increase diarrhea frequency
and duration. Am J Trop Med Hyg;1992;47:28-35.

Brown KH. Diarrhea and malnutrition. Prosiding symposium: nutrition in infection,


prologue and progress since 1968; Am Soc for Nutr Sci 2003.
Anonimos. Penatalaksanaan gastroenteritis pada balita. 2011. Diunduh dari:
http://www.dr-rocky.com/layoutartikel-kesehatan/42-diare-akut-pada-anak, diakses tanggal
7 Februari 2011.

Anda mungkin juga menyukai