Anda di halaman 1dari 25

Instruktur: drg. M.

Khafid

PULPOTOMI DAN
PULPEKTOMI
NOOR AZIZAH SISKAWATI
NIM. 40619062

Pedodonsia RSGM IIK BW Kediri


SKENARIO
Seorang pasien anak usia 7 tahun dengan berat badan 25 kg datang dengan
keluhan gigi kiri atas belakang terasa sakit sejak 2 hari terakhir. Orang tua pasien
menjelaskan anak nya sudah 2 hari terakhir rewel dan tidak mau makan karena
sakit gigi dan sejak tadi pagi badan mulai demam. Pasien sudah minum
paracetamol sirup sejak 2 hari lalu dan tidak kunjung reda.
Pemeriksaan EO palpasi pada pipi sinistra nyeri tekan (+), kemerahan (-),
pembengkakan (-).
Pemeriksaan IO gigi 64 KPP vitalitas (-), d (+), p (+), pembengkakan (+),
palpasi gingiva bukal (+, padat kenyal) fluktuasi (+), kemerahan (+), setelah
dilakukan foto rontgen, didapatkan gambaran radiuolusen berbatas diffuse pada
periapikal gigi 64.
Pada gigi 74 pasien juga mengeluhkan sakit yang terus menerus dan makin
sakit apabila digunakan untuk berbaring, pemeriksaan klinis didapat karier
profunda dengan pulpa terbuka, bereaksi terhadap tes dingin, perkusi (+), d (-),
goyang derajat 2 dan pemeriksaan radiologi didapatkan resopsi akar lebih dari
1/3 apikal.
Pada gigi 84 didapatkan pula gigi karies dengan tampak adanya daging
tumbuh berwarna kemerahan dan mudah berdarah.
PERTANYAA
N
1. Apa diagnosa pada gigi 64, 74, dan 84, serta jelaskan
etiopatogenesis dari diagnosa tersebut?

2. Jelaskan tindakan yang dilakukan pada kunjungan pertama


saat pasien tiba di tempat praktek drg, serta jelaskan alasan
medis/alasan dari tindakan yang diberikan tersebut!

3. Jelaskan rencana perawatan pada gigi 64, 74 dan 84,


beserta dasar dari indikasi rencana perawatan tersebut, serta
berikan rencana perawatan alternatifnya jika ada beserta
alasan dari tindakan alternatif tsb!

4. Tuliskan prosedur tindakan yang diberikan pada soal nomor


3, serta jelaskan pula mengapa prosedur tersebut dilakukan,
apa saja yang harus diperhatikan saat melakukan prosedur
tersebut!
DIAGNOSA

ETIOPATOGENESIS
DIAGNOSA
Gigi 64 nekrosis pulpa disertai abses
periapikal

Gigi 74 pulpitis irreversible

Gigi 84 pulpitis hiperplastik kronis


ETIOPATOGENESIS
Nekrosis pulpa disertai abses periapikal:

Infeksi pada jaringan pulpa dapat terjadi oleh beberapa penyebab seperti karies atau trauma yang
menyebabkan gigi nekrosis. Destruksi jaringan periapikal berkembang dari respon tubuh terhadap bakteri dan
produknya yang menginvasi jaringan periapikal yang kemudian mengaktifkan reaksi imun tubuh. Jika dibiarkan terlalu
lama tanpa perawatan lama kelamaan akan mencapai jaringan periapikal dan menyebabkan abses periapikal (Budiarti
& Widjiatuti, 2018).

Pulpitis irreversible:

Mekanisme patogenesis terjadinya pulpitis diawali dengan bakteri yang menginfeksi gigi. Ketika terdapat akses
ke pulpa, metabolit bakteri dan komponen dinding sel menyebabkan inflamasi. Pada lesi awal hingga lesi sedang,
produk asam dari proses karies berperan secara tidak langsung dengan mengurai matriks dentin, yang akan
menimbulkan pelepasan molekul bioaktif untuk dentinogenesis (pembentukan dentin tersier) (Roeslan, 2002). Pada
pulpitis ireversibel, venula pasca-kapiler menjadi padat, dan mempengaruhi sirkulasi di dalam pulpa, serta
menyebabkan perubahan patologik seperti nekrosis. Daerah nekrotik ini menarik leukosit polimorfonuklear dengan
kemotaksis dan memulai suatu reaksi inflamasi akut. Terjadi fagositosis oleh leukosit polimorfonuklear pada daerah
nekrosis. Setelah fagositosis, leukosit polimorfonuklear, yang mempunyai masa hidup pendek, mati dan melepaskan
enzim lisosomal. Enzim lisosomal menyebabkan lisis beberapa stroma pulpa dan bersama-sama dengan debris selular
leukosit polimorfonuklear yang mati, membentuk suatu eksudat purulen (nanah). Reaksi inflamasi ini menghasilkan
mikroabses (pupitis akut) (Widodo, 2005).
ETIOPATOGENESIS
Pulpitis hiperplastik kronis:

Pulpa polip merupakan radang jaringan pulpa gigi yang pada


umumnya merupakan Kelanjutan dari proses karies yang dibiarkan
begitu saja dan tidak segera ditangani. Adanya keterlibatan bakteri dalam
proses karies yang telah mencapai pulpa juga memberikan kontribusi
dalam menstimulasi respon pulpa yag berupa peradangan pulpa. Dapat
juga terjadi karena ruang pulpa yang masih besar dan mempunyai
pembuluh darah yang banyak, serta adanya perforasi pada atap pulpa
yang meurpakan drainase (Widodo, 2005).
TINDAKAN PADA
KUNJUNGAN PERTAMA
Relief of pain dengan Medikasi:
Nama Obat Sediaan Dosis

Metronidazole 250mg, 500 mg, 125 7,5 mg/kgBB setiap 8


mg/5 ml (60 ml) jam

(Pusporini, 2019)
TINDAKAN PADA
KUNJUNGAN PERTAMA
Resep:
R/ Metronidazole syr 125 mg/5 cc fls No. II
ʃ 3 dd c.orig 1 p.c.

(Pusporini, 2019)
ALASAN
Pemberian antibiotik bertujuan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme patogen. Pemberian obat
metrodinazole memiliki resisten paling tinggi, obat ini
mampu melawan parasit antiprozoa anaerob dan bakteri
anaerob gram (-) termasuk bakteroidal sp. dan bakteri
anaerob gram (+).

(Pusporini, 2019)
Rencana Perawatan Gigi 64
PULPEKTOMI NON VITAL

Pulpektomi : suatu prosedur menghilangkan seluruh jaringan pulpa


inflamas
Indikasi Klinis Pulpektomi :
1. Pada gigi yang sebelumnya diindikasikan pulpotomy yang
menunjukkan perdarahan pulpa tidak terkontrol.
2. Gigi sulung nekrosis.
3. Pada pemeriksaan radiologi menunjukkan support jaringan
periodontal dan tulang yang baik.
4. Gigi sulung dengan pulpa nekrotik dan resorbsi akar minimum
Adanya aparan karies Adanya keluhan spontan
Kontraindikasi
1. Pada pasien anak dengan penyakit sistemik.
2. Banyak kegoyangan gigi.
3. Adanya perforasi pada furkasi akar.
4. Gigi yang tidak dapat dilakukan isolasi.
5. Resorbsi eksternal
6. Kista radicular, kista dentigerous/follicular.
MACAM-MACAM PULPEKTOMI

1. Pulpektomi vital
Pengambilan seluruh jaringan dalam ruang pulpa dan saluran akar
secara vital.
2. Pulpektomi devital
Pengambilan seluruh jaringan pulpa dalam ruang pulpa dan saluran
akar yang lebih dahulu dimatikan dengan bahan devitalisasi pulpa.
Indikasi
Sering dilakukan pada gigi posterior sulung yang telah mengalami
pulpitis atau dapat juga pada gigi anterior sulung pada pasien yang tidak
tahan terhadap anestesi.
3. Pulpektomi non vital
Gigi sulung yang dirawat pulpektomi non vital adalah gigi sulung
dengan diagnosis gangren pulpa atau nekrose pulpa.
Rencana Perawatan Gigi 74
PULPOTOMI VITAL
Pulpotomi :
Prosedur menghilangkan jaringan pulpa pada bagian koronal, meninggalkan jaringan pulpa sehat dan
vital pada saluran akar (Heasman, 2003)

Indikasi Pulpotomi
1. Trauma mekanik yang mengenai pulpa
2. Karies luas namun tidak ada kelainan periapical
3. Ada riwayat hanya sakit spontan.
4. Pendarahan yang dapat terkontrol.
5. Tidak ada abses atau fistula.
6. Tidak ada Interradicular bone loss.
7. Tidak ada radiolusen pada interradikular
8. Minimal 2/3 Panjang akar masih ada.
9. Pada gigi permanen muda dengan pulpa vital terbuka dan pembentukan apical belum sempurna

Kontraindikasi.
1. Sakit gigi yang persisten.
2. Pada saat perkusi (+)
3. Karies yang sangat luas
Rencana Perawatan Gigi 84
PENGAMBILAN JARINGAN GRANULASI
PULPEKTOMI VITAL
Pulpektomi : suatu prosedur menghilangkan seluruh jaringan pulpa
inflamas
Indikasi Klinis Pulpektomi :
1. Pada gigi yang sebelumnya diindikasikan pulpotomy yang
menunjukkan perdarahan pulpa tidak terkontrol.
2. Gigi sulung nekrosis.
3. Pada pemeriksaan radiologi menunjukkan support jaringan
periodontal dan tulang yang baik.
4. Gigi sulung dengan pulpa nekrotik dan resorbsi akar minimum
5. Adanya aparan karies
6. Adanya keluhan spontan

Kontraindikasi
1. Pada pasien anak dengan penyakit sistemik.
2. Banyak kegoyangan gigi.
3. Adanya perforasi pada furkasi akar.
4. Gigi yang tidak dapat dilakukan isolasi.
5. Resorbsi eksternal
6. Kista radicular, kista dentigerous/follicular.
MACAM-MACAM PULPEKTOMI

1. Pulpektomi vital
Pengambilan seluruh jaringan dalam ruang pulpa dan saluran akar
secara vital.
2. Pulpektomi devital
Pengambilan seluruh jaringan pulpa dalam ruang pulpa dan saluran
akar yang lebih dahulu dimatikan dengan bahan devitalisasi pulpa.
Indikasi
Sering dilakukan pada gigi posterior sulung yang telah mengalami
pulpitis atau dapat juga pada gigi anterior sulung pada pasien yang tidak
tahan terhadap anestesi.
3. Pulpektomi non vital
Gigi sulung yang dirawat pulpektomi non vital adalah gigi sulung
dengan diagnosis gangren pulpa atau nekrose pulpa.
PROSEDUR PERAWATAN
PROSEDUR PULPEKTOMI NON VITALPADA GIGI 64

Kunjungan 2
1. Melakukan kontrol, apabila masih terdapat abses maka dilakukan drainase terlebih
dahulu.
2. Isolasi daerah kerja
3. Buka atap pulpa dan setelah atap pulpa terbuka, jaringan pulpa diangkat dengan file
Hedstrom
4. Instrumen saluran akar pada kunjungan 1 tidak dianjurkan jika ada pembengkakan, gigi
goyang atau ada fistel
5. Irigasi saluran akar dengan H2O2 3% keringkan dengan gulungan kapas kecil
6. Obat anti bakteri diletakkan pada kamar pulpa formokresol atau CHKM dan diberi
tumpatan sementara
Kunjungan 3
1. Buka tumpatan sementara
2. Jika saluran akar sudah kering dapat diisi dengan ZoE dan eugenol formokresol (1:1)
atau ZnO dan formokresol
3. Kemudian tambal sementara atau tambal tetap
PROSEDUR PULPOTOMI VITAL PADA GIGI 74

Dilakukan pada kunjungan 2:


1. Anestesi lokal dan isolasi daerah kerja
2. Semua kotoran pada kavitas gigi dan jaringan karies disingkirkan, kemudian gigi diolesi dengan
larutan yodium
3. Buka atap pulpa dengan bur fissure steril dengan kecepatan tinggi dan semprotan air pendingin
kemudian pemotongan dan amputasi jaringan pulpa dalam kamar pulpa sampai batas dengan
ekskavator yang tajam atau dengan bur kecepatan rendah
4. Irigasi dengan aquades
5. Perdarahan setelah amputasi dikontrol dengan kapas kecil yang dibasahi dengan larutan saline,
letakkan kapas di atas pulp stump selama 3-5 menit
6. Kapas diambil perlahan
7. Ganti dengan kapas steril yang sudah dibasahi formokresol, kemudian orifice saluran akar fitutup
selama 5 menit
8. Setelah 5 menit, kapas diangkat terlihat warna coklat tua atau kehitaman pada kamar pulpa
9. Kemudian di atas pulp stump diletakan campuran berupa pasta dari ZnO, eugenol, dan formokresol
dengan perbandingan 1:1
10. Restorasi gigi
PROSEDUR PULPEKTOMI VITAL PADA GIGI 84
Gigi 84:
1. Asepsi daerah kerja menggunakan povidon iodine 10%
2. Anestesi jaringan polip
3. Oleskan povidon iodine pada jaringan polip
4. Angkat polip/eksisi menggunakan eksavator steril dari tepi polip hingga seluruh polip
terangkat
5. Irigasi menggunakan NaOCl 2,5% dan aquades untuk membersihkan sisa-sisa jaringan
polip dan darah
6. Perdarahan segera dikontrol dengan kapas kecil yang dibasahi larutan yang tidak
mengiritasi misalnya larutan salin atau aquadest, letakkan kapas tadi di atas pulp stump
selama 3 – 5 menit.
7. Kemudian kapas diambil hati-hati karena dikhawatirkan menyebabkan perdarahan
kembali.
8. Buka atap pulpa dan setelah atap pulpa terbuka, jaringan pulpa diangkat dengan file
Hedstrom
9. Instrumen saluran akar pada kunjungan 1 tidak dianjurkan jika ada pembengkakan, gigi
goyang atau ada fistel
10. Irigasi saluran akar dengan H2O2 3% keringkan dengan gulungan kapas kecil
11. Obat anti bakteri diletakkan pada kamar pulpa formokresol atau CHKM dan diberi
tumpatan sementara
Kunjungan 3
1. Buka tumpatan sementara
2. Jika saluran akar sudah kering dapat diisi dengan ZoE dan eugenol formokresol (1:1)
atau ZnO dan formokresol
3. Kemudian tambal sementara atau tambal tetap
BAHAN- BAHAN DEVITALISASI PULPA

1. Formokresol
2. Arsen Trioksid
3. Easlick Pasta
4. Paraform Devitilizing Paste
5. Gysi Trio Paste
BAHAN IRIGASI
Bahan Irigasi
• Larutan H2O2 3% (Walton,1996) :
Oksigen yang terjadi akan menghasilkan gelembung udara kemudian akan
membantu pengeluaran kotoran secara efektif. Walaupun demikian sekarang
metode ini tidak dianjurkan karena oksigen yang tersebut dapat terbawa keluar
menuju jaringan periapikal.
• Larutan NaOCl 0,5-5,25 % (Hulsmann, 2013) :
Sodium hipoklorit adalah salah satu larutan irigasi yang umum digunakan dan
memiliki kemampuan melarutkan komponen organik, debris, sifat antibakteri,
namun dapat menyebabkan toksik terhadap jaringan jika digunakan dalam
konsentrasi dan volume yang besar.
BAHAN STERILISASI
1. Ca (OH)2
2. TKF
3. ChKM
4. Metacresylacetate
5. Cresophene
DAFTAR PUSTAKA
Bence, Richard. 1990. Buku Pendoman Endodontik Klinik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Budiarti, D., Widjiastuti, I. 2018.Penatalaksanaan AbsesPeriapikal yang Besar pada Gigi Insisiv Sentral
Rahang Atas:LAporan Kasus. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional IKORGI III. 106-110.

Chen G dan P T Sung. Gingival and localized alveolar bone necrosis related to the use of arsenic
trioxide paste-two case reports. J Formos Med Assoc, 2014. 113(3): p. 187-190.
Goodell GG, Tordik PA, Moss HD. Pulpa and Periradicular Diagnosis. Nav Dent School J; 2009: 27 (9):
15-8.
Hulsmann, M., 2013, Effect of Mechanical Instrumentation and Chemical irrigation on The Root Canal
Dentin and Surrounding Tissue, Endodontic Topic (29):55-86
Nuryati. 2017. Farmakologi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pusporini, Ratih. 2019. Antibiotik Kedokteran gigi. Malang: UB Press. p. 81-82, 88-91.
Roeslan, Boedi Utomo. 2002. Imunologi Oral. Jakarta: FK UI
Tandon, Shobhan. 2008. Textbook of Pedodontic. 2nd ed. India: Paras Medical Publisher Hyderabad.
Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan praktik ilmu endodonsia. Edisi II. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 1996. hal. 262–81.
Widodo, Trijoedani. 2005. Respons imun humoral pada pulpitis. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38:
49-51.
Zhu Z Y. Analysis of clinical application of arsenic-free deactivating agent-Depulpin. Life Science
Journal, 2013. 10(1): p. 2858-2860.
TERIMA KASIH
JUM’AT, 20 N0V 2020, 13.30-SELESAI

Anda mungkin juga menyukai