TINJAUAN PUSTAKA
Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh
sesak napas (breathlessness), dada rasa tertekan (chest tightness), dispnea, dan
batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari (PDPI, 2006; GINA, 2009).
(kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma merupakan penyakit kompleks yang
dapat diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi
(Somantri, 2007). Asma adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh
inflamasi saluran nafas dan spasme akut otot polos bronkiolus (Corwin, 2009).
Asma adalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan nafas,
inflamasi jalan nafas, dan jalan nafas yang hiperresponsif atau spasme otot polos
Asma ditandai dengan konstriksi spastik dari otot polos bronkiolus yang
bronkiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
7
8
tipe alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang alergi membentuk sejumlah
antibodi IgE abnormal. Antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus pada
penderita asma. Bila seseorang terpapar alergen maka antibodi IgE orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor ini
akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkiolus maupun sekresi mukus
yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat (Smeltzer & Bare,
2010).
dan mediator inflamasi merupakan konsekuensi dari adanya cedera pada epitel.
dasar dan deposisi kolagen pada dinding bronkial. Perubahan ini dapat
menyebabkan sumbatan saluran nafas secara kronis seperti yang dijumpai pada
dahak yang kental dan gangguan mukosiliar (Zullies, 2011). Adanya obstruksi
pada klien asma dapat berupa sumbatan yang menyeluruh dan penyempitan jalan
nafas berat. Kondisi ini menyebabkan ketidaksesuaian rasio perfusi dan ventilasi
asma dapat dilakukan dengan pengkajian terhadap gejala dan kemampuan fungsi
paru. Semakin sering gejala yang dialami, maka semakin parah asma tersebut,
Begitu juga dengan kemampuan fungsi paru yang diukur dengan spirometer untuk
mengukur dengan kapasitas vital paru (KPV). Semakin rendah kemampuan fungsi
1. Ekstrinsik (alergik)
Tipe asma ini merupakan jenis asma yang ditandai dengan reaksi alergi oleh
karena faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu
binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik
Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan asma. Gejala asma umumnya
Tipe asma ini merupakan jenis asma yang ditandai dengan adanya reaksi non
alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui,
seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
10
pernapasan, emosi dan aktivitas. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronik
dan emfisema. Pada beberapa pasien, asma jenis ini dapat berkembang menjadi
asma gabungan. Bentuk asma ini biasanya dimulai pada saat dewasa (usia> 35
tahun).
3. Asma gabungan
Jenis asma ini merupakan bentuk asma yang paling umum dan sering ditemukan.
Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergi maupun bentuk idiopatik
atau nonalergik.
tabel berikut:
11
faktor penjamu (host factor) dan faktor lingkungan. Faktor penjamu disini
yaitu genetik asma, alergi (atopi), hipereaktivitas bronkus, jenis kelamin dan ras.
lingkungan, yaitu alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara,
genetik asma
penyakit asma
diantaranya adalah alergen, infeksi, obat/bahan sensitizer, asap rokok dan polusi
udara, baik di dalam maupun di luar ruangan. Selain itu, ada faktor lain yang
aspirin, pemaparan teradap senyawa sulfit atau obat golongan beta bloker dan
Gejala asma sering timbul pada waktu malam dan pagi hari. Gejala yang di
timbulkan berupa batuk-batuk pada pagi, siang, dan malam hari, sesak napas,
mengi, rasa tertekan di dada, dan gangguan tidur karena batuk atau sesak napas.
Gejala ini terjadi secara reversibel dan episodik berulang (Yayasan Asma
Indonesia, 2008; PDPI, 2006). Pada keadaan asma yang parah gejala yang
tachypnea, retraksi iga, pucat), pasien susah berbicara dan terlihat lelah. Gejala
yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa, yang termasuk
gejala yang berat adalah serangan batuk yang hebat, sesak napas yang berat dan
tersengal-sengal, sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut), sulit
tidur dengan posisi tidur yang dianggap nyaman adalah dalam keadaan duduk, dan
a. Asma Intermiten
2) Bila diperlukan pelega, agonis β-2 kerja singkat inhalasi dapat diberikan.
Alternatif dengan agonis β-2 kerja singkat oral, kombinasi teofilin kerja
singkat dan agonis β-2 kerja singkat oral atau antikolinergik inhalasi
3) Bila dibutuhkan bronkodilator lebih dari sekali seminggu selama tiga bulan,
c) Kromolin
d) Leukotriene modifiers
modifiers
2) Pelega bronkodilator dapat diberikan bila perlu Agonis β-2 kerja singkat
b) Kombinasi teofilin oral kerja singkat dan agonis β-2 kerja singkat
dan belum terkontrol; maka harus ditambahkan agonis β-2 kerja lama inhalasi
1) Tujuan terapi ini adalah untuk mencapai kondisi sebaik mungkin, gejala
(APE) mencapai nilai terbaik, variabiliti APE seminimal mungkin dan efek
c) Selain itu teofilin lepas lambat, agonis β-2 kerja lama oral, dan leukotriene
Kapasitas vital paru (KVP) adalah penambahan volume tidal, volume cadangan
inspirasi dan cadangan ekspirasi (KV = VI +VCI + VCE) yang merupakan jumlah
udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih
banyaknya. Kapasitas vital paru dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti postur
tubuh, ukuran rongga toraks, jaringan elastis paru dan compliance paru. Nilai rata-
rata dari kapasitas vital ini adalah 4.600 mL (4,6 L) (Sloane, 2004; Guyton &
Hall, 2006).
16
Penurunan kapasitas vital paru pada pasien asma terjadi karena adanya
keadaan pasien asma saat mengalami sesak nafas (Price & Wilson, 2006).
1. Usia
kekuatan otot pernafasan menjadi lemah, akibatnya volume udara pada saat
memasuki usia dewasa akhir. Penurunan tersebut terjadi karena paru, jantung, dan
2. Kebiasaan merokok
dan jaringan paru. Kebiasaan merokok akan mempercepat penurunan faal paru.
Penurunan volume ekspirasi paksa pertahun adalah 28,7 mL untuk non perokok,
38,4 mL untuk perokok yang sudah berhenti dan 41,7 mL untuk perokok aktif.
Pengaruh asap rokok dapat lebih besar daripada debu hanya sekitar sepertiga dari
pengaruh buruk rokok (Depkes RI, 2007). Inhalasi asap tembakau baik primer
17
maupun sekunder dapat menyebabkan penyakit saluran nafas pada orang dewasa.
Asap rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok
kapasitas vital yang lebih rendah daripada individu dengan berat badan normal
(IMT 18,5 - 24,9). Penurunan persentase kapasitas vital pada individu dengan
untuk turun pada levelnya pada individu dengan berat badan berlebih dan individu
IMT KATEGORI
< 18,5 Berat badan kurang
18,5-24,9 Berat badan normal
25,0-29,9 Kelebihan berat badan
≥ 30,0 Obesitas
Sumber: WHO, 2004
Paralisis otot pernafasan yang sering terjadi setelah cedera medula spinal atau
kehidupan ataupun sampai nol pada kasus mana terjadi kematian. Keadaan seperti
Menurut Smeltzer & Bare (2010), kapasitas vital dapat diukur dengan meminta
Sebagian besar pasien dapat menimbulkan kapasitas vital dua kali volume yang
biasa mereka hembuskan (volume tidal). Jika kapasitas kurang dari 10 ml per
Menurut Potter & Perry (2006), volume dan kapasitas paru dapat diukur melalui
paru dan volume udara yang memasuki atau yang meninggalkan paru-paru.
Variasi volume dan kapasitas paru dapat dihubungkan dengan status kesehatan,
seperti kehamilan, latihan fisik, obesitas, atau kondisi paru yang obstruktif dan
3. Pasien harus menghindari memakai pakaian yang ketat dan makan makanan
4. Masukkan data yang diperlukan , yaitu umur, tinggi badan dan jenis kelamin.
melalui mulut, tanpa ada udara lewat hidung dan celah bibir yang mengatup
mouth piece.
6. Pasien dalam posisi duduk atau berdiri, lakukan pernapasan biasa tiga kali
2.2.1 Pengertian
tahanan jalan nafas, dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan (Potter & Perry,
2006)
Latihan pernafasan terdiri atas latihan dan praktik pernafasan yang dirancang dan
dijalankan untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk
frekuensi pernafasan dan mengurangi kerja bernafas (Smeltzer & Bare, 2010).
20
Dalam hal ini, latihan nafas yang akan diberikan yaitu latihan nafas diafragma.
Menurut Nurachman (2000), latihan nafas diafragma adalah suatu pola pernafasan
yang dilakukan dengan cara menggunakan otot perut dan diafragma. Tujuan
Pernafasan normal dan tenang dapat dicapai dengan hampir sempurna melalui
relaksasi, dan sifat daya lenting paru (recoil elastic) dinding dada, dan struktur
sedikit usaha dan energi untuk bernafas, dengan pernafasan diafragma maka akan
sama lain, dibawah dan sepanjang batas bawah tulang rusuk anterior.
3. Minta klien mengambil nafas dalam secara lambat, menghirup nafas melalui
hidung. Minta klien untuk merasakan bahwa kedua jari tengah tangan terpisah
selama inhalasi.
4. Jelaskan pada klien agar jangan menggunakan dada dan bahu saat menghirup
nafas
hembuskan nafas melalui mulut. Jelaskan pada klien bahwa kedua ujung jari
Terdapat beberapa perubahan fungsi anatomi dan fisiologi yang terjadi pada
sistem pernafasan pada pasien asma termasuk peningkatan kekakuan dinding dada
elevasi iga, hal tersebut dapat menurunkan compliance dinding dada, sehingga
penting. Otot ini berbentuk menyerupai kubah yang berlokasi di dasar paru. Otot
untuk mengosongkan udara dari paru. Kerja otot diafragma akan menjadi tidak
efektif pada pasien yang mengalami gangguan fungsi pulmonal (Sloane, 2004).
signifikan pada volume tidal dan menurunkan frekuensi pernafasan pada semua
minute ventilation (VE), dan pertukaran gas yang ditunjukkan dengan peningkatan
Selatan, menunjukkan adannya beda rata-rata skor gejala asma sebelum dan
pada minggu I dan minggu II mengalami penurunan skor gejala asma. Latihan
nafas buteyko ini dilakukan dua kali sehari selama dua minggu yaitu pada pagi