Anda di halaman 1dari 9

 DEFINISI DAN KLASIFIKASI CP

Definisi yang dipakai secara luas adalah definisi menurut Bax dimana dikatakan bahwa:
Palsi serebralis adalah suatu kelainan gerakan dan  postur yang tidak progresif, oleh karena suatu
kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau
belum selesai pertumbuhannya. Walaupun lesi serebral tersebut bersifat statis dan tidak
progresif, tetapi tanda-tanda perkembangan neuron perifer akan berubah akibat dari maturasi
sesuai dengan bertambahnya umur anak.1
Menurut American Academy of Cerebral palsy (AACP) dalam Viola E. Cardwell, bahwa
CP adalah berbagai perubahan yang abnormal pada organ gerak atau fungsi motor sebagai akibat
dari adanya kerusakan/cacat , luka atau penyakit pada jaringan yang ada di dalam rongga
tengkorak.6

Klasifikasi CP bermacam-macam, tergatung berdasarkan apa klasifikasi tersebut dibuat. ,


CP dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu6:
1.      Spastik
Spastik berarti kekakuan pada otot. Hal ini terjadi ketika kerusakan otak terjadi pada bagian
korteks cerebral atau pada traktus piramidalis. Tipe ini merupakan tipe CP yang paling sering
ditemukan yaitu sekitar 70 – 80 % dari penderita. Pada penderita tipe spastik terjadi peningkatan
tonus otot (hipertonus), hiperefleks dan keterbatasan ROM sendi akibat adanya kekakuan. Selain
itu juga dapat mempengaruhi lidah, mulut dan faring sehingga menyebabkan gangguan
berbicara, makan, bernapas dan menelan. Jika terus dibiarkan pederita CP dapat mengalami
dislokasi hip, skoliosis dan deformitas anggota badan. Tipe spastik dapat diklasifikasikan
berdasarkan topografinya, yaitu :
a.       Monoplegia
Pada monoplegia, hanya satu ekstremitas saja yang mengalami spastik. Umumnya hal ini terjadi
pada lengan / ekstremitas atas.
b.      Diplegia
Spastik diplegia atau uncomplicated diplegia pada prematuritas. Hal ini disebabkan oleh spastik
yang menyerang traktus kortikospinal bilateral atau lengan pada kedua sisi tubuh saja.
Sedangkan sistem–sistem lain normal.
c.       Hemiplegia
Spastis yang melibatkan traktus kortikospinal unilateral yang biasanya menyerang ekstremitas
atas/lengan atau menyerang lengan pada salah satu sisi tubuh.
d.      Triplegia
Spastik pada triplegia menyerang tiga buah ekstremitas. Umumnya menyerang lengan pada
kedua sisi tubuh dan salah satu kaki pada salah salah satu sisi tubuh.
e.       Quadriplegia
Spastis yang tidak hanya menyerang ekstremitas atas, tetapi juga ekstremitas bawah dan juga
terjadi keterbatasan pada tungkai.
2.      Diskinetik
Merupakan tipe CP dengan otot lengan, tungkai dan badan secara spontan bergerak perlahan,
menggeliat dan tak terkendali, tetapi bisa juga timbul gerakan yang kasar dan mengejang.
Luapan emosi menyebabkan keadaan semakin memburuk, gerakan akan menghilang jika anak
tidur.  Tipe ini dapat ditemukan pada 10 – 15 % kasus CP. Terdiri atas 2 tipe, yaitu :
a.       Distonik
Gerakan yang dihasilkan lambat dan berulang–ulang sehingga menyebabkan gerakan melilit atau
meliuk-liuk dan postur yang abnormal
b.      Atetosis
Menghasilkan gerakan tambahan yang tidak dapat dikontrol, khususnya pada lengan, tangan dan
kaki serta disekitar mulut.
3.      Ataksia
Pada tipe ini terjadi kerusakan pada cerebellum sehingga mempengaruhi koordinasi gerakan,
keseimbangan dan gangguan postur . Tipe ini merupakan tipe CP yang paling sedikit ditemukan
yaitu sekitar 5 – 10 % dari penderita. Pada penderita tipe ataxia terjadi penurunan tonus otot
(hipotonus), tremor, cara berjalan yang lebar akibat gangguan keseimbangan serta kontrol gerak
motorik halus yang buruk karena lemahnya koordinasi.
4.      Campuran
Merupakan tipe CP yang merupakan gabungan dari dua tipe CP. Gabungan yang paling sering
terjadi adalah antara spastic dan athetoid.
Berdasarkan derajat keparahan fungsional, berat ringannya kecacatan penderita CP dibagi
menjadi 2:
1.      C.P. ringan (10%), masih bisa melakukan pekerjaan / aktifitas sehari hari sehingga tidak atau
hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus.
2.      C.P. Sedang (30%), aktifitas sangat terbatas sekali sehingga membutuhkan bermacam bentuk
bantuan pendidikan, fisioterapi, alat brace dan lain lain.
3.      C.P. Berat (60%), penderita sama sekali tidak bisa melkaukan aktifitas fisik. Pada penderita ini
sedikit sekali menunjukan kegunaan fisioterapi ataupun pendidikan yang diberikan. Sebaiknya
penderita seperti ini ditampung dalam rumah perawatan khusus.
  

   ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO CP

CP dapat disebabkan oleh factor genetic ataupun factor lainnya. Apabila diketemukan
lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini, maka kemungkinan besar merupakan factor
genetic1. Sedangkan hal-hal lainnya yang diperkirakan sebagai penyebab CP adalah sebagai
berikut:7
1.      Pranatal (sebelum lahir)
a.    Infeksi intrauterine; penyakit infeksi yang diderita oleh ibu menular ke janin seperti penyakit
kelamin, herpes zoster , campak.
b.   Penyakit system metabolic seperti diabetes mellitus
c.    Perbedaan rhesus darah antara ibu dan anak
d.   Kebiasan-kebiasaan ibu, alkoholik, perokok, kekurangan gizi, atau pecandu obat-obat tertentu
e.    Penyakit keturunan
f.    Letak janin tidak nor tmal akibat trauma
g.   Penyebab tanpa diketahui (±30%)
2.      Perinatal (saat dilahirkan)
a.    Anoksia/hipoksia, bayi lama dipintu sehingga sel-sel otak rusak karena kekurangan oksigen.
b.   Trauma kelahiran
c.    Prematuritas
d.   Postmaturitas
e.    Bayi menderita sakit kuning
3.      Postnatal (setelah lahir)
a.    Infeksi otak seperti meningitis
b.   Demam sangat tinggi atau kekurangan cairan (dehidrasi)
c.    Trauma capitis
d.   Kekurangan oksigen karena tenggelam, keracunan gas, pestisida
e.    Tumor otak
f.    Gangguan metabolisme ke otak, misalnya insulin meninggi
g.   Perdarahan di otak tanpa diketahui penyebabnya

      PATOFISIOLOGI CP

Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube yaitu induksi
dorsal yang terjadi pada minggu ke 3- 4 masa gestasi dan induksi ventral, berlangsung pada
minggu ke 5-6 masa gestasi. Setiap gangguan pada masa ini bisa meng- akibatkan terjadinya
kelainan kongenital seperti kranioskisis totalis, anensefali, hidrosefalus dan lain sebagainya. Fase
selanjutnya terjadi proliferasi neuron, yang terjadi pada masa gestasi bulan ke 2-4. Gangguan
pada fase ini bisa mengakibatkan mikrosefali, makrosefali. Stadium selanjutnya yaitu stadium
migrasi yang terjadi pada masa gestasi bulan 3-5. Migrasi terjadi melalui dua cara yaitu secara
radial, sd berdiferensiasi dan daerah periventnikuler dan subventrikuler ke lapisan sebelah dalam
koerteks serebri; sedangkan migrasi secara tangensial sd berdiferensiasi dan zone germinal
menuju ke permukaan korteks serebri. Gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan kelainan
kongenital seperti polimikrogiri, agenesis korpus kalosum.2
Stadium organisasi terjadi pada masa gestasi bulan ke 6 sampai beberapa tahun
pascanatal. Gangguan pada stadium ini akan mengakibatkan translokasi genetik, gangguan
metabolisme. Stadium mielinisasi terjadi pada saat lahir sampai beberapa tahun pasca natal. Pada
stadium ini terjadi proliferasi sd neuron, dan pembentukan selubung mialin. Kelainan
neuropatologik yang terjadi tergantung pada berat dan ringannya kerusakan Jadi kelainan
neuropatologik yang terjadi sangat kompleks dan difus yang bisa mengenai korteks motorik
traktus piramidalis daerah paraventnkuler ganglia basalis, batang otak dan serebelum. Anoksia
serebri sering merupakan komplikasi perdarahan intraventrikuler dan subependim Asfiksia
perinatal sering berkombinasi dengan iskemi yang bisa menyebabkan nekrosis.2

 GAMBARAN KLINIS CP
Gambaran klinis CP tergantung dari bagian dan luasnya jaringan otak yang mengalami
kerusakan:2
1.      Paralisis: Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia.
Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.
2.      Gerakan involunter: Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat
bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.
3.      Ataksia: Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum. Penderita biasanya
memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan menunjukkan perkembangan motorik yang
terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung.
4.      Kejang: Dapat bersifat umum atau fokal.
5.      Gangguan perkembangan mental: Retardalasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak
dengan cerebral palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral
palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang
cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat
diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota
gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan dikem bangkannya gerakan-gerakan
tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.
6.      Mungkin didapat juga gangguan penglihatan (misalnya: hemianopsia, strabismus, atau kelainan
refraksi), gangguan bicara, gangguan sensibilitas.
7.      Problem emosional terutama pada saat remaja

    DIAGNOSIS CP

Untuk menetapkan  diagnosis diperlukan beberapa kali pemeriksaan, dengan anamnesis


yang cermat dan pengamatan yang cukup, agar dapat menyingkirkan penyakit atau sindrom lain
yang mirip dengan CP. Walaupun pada CP kelainan gerak motorik dan postur merupakan cirri
yang utama, tetapi tidak boleh dilupakan bahwa sering juga disertai dengan gangguan bukan
motorik, seperti retardasi mental, kejang-kejang, gangguan psikologis dan lainnya.1
Pada umumnya diagnosis pada anak di bawah umur 6 bulan adalah sulit. Hal ini
disebabkan pada umur di bawah 6 bulan tidak banyak “milestone” perkembangan baru. Padahal
dengan diagnosis dini dan penanganan yang dini puka, maka prognosisnya jauh lebih baik. Oleh
karena itu untuk memudahkan diagnosis maka Levine, membagi kelainan motorik pada CP
menjadi 6 kategori yaitu:
1.      Pola gerak dan postur
2.      Pola gerak oral
3.      Strabismus
4.      Tonus otot
5.      Evolusi reaksi postural dan kelainan lainnya yang mudah dikenal
6.      Reflex tendon, primitive dan plantar.
Kriteria ini dapat secara nyata membedakan antara penderita CP dengan yang bukan. Diagnosis
dapat ditegakkan apabila minimal terdapat 4 kelainan pada 6 kategori motorik tersebut dan
disertai dengan proses penyakit yang tidak progresif.1 

   PENATALAKSANAAN MEDIS

Perawatan pada anak CP memerlukan pengertian dan kerja sama yang baik dari pihak
orang tua/keluarga penderita. Hal ini akan tercapai dengan baik jika diorganisasi terpadu pada
satu pusat klinik khusus. Cerebral palsy yang dikelola tenaga tenaga dari pelbagai
multidisipliner.1, 2
1.      Obat obatan :
a.       Obat anti spastisitas
Biasanya indikasi pembarian obat obatan anti spastisitas pada penderita C.P. karena : Spastisitas
penderita sangat hebat yang disertai rasa nyeri sehingga mengganggu program rehabilitasi,
keadaan hiperefleksi yang sangat mengganggu fungsi motorik (misalnya: ada klonus kaki yang
hebat), kontraksi fleksi pada tungkai yang progresif, dan spasitisitas penderita yang mempersulit
perawatan.
b.      Obat psikotropik 
c.       Antikonvulsan
2.      Tindakan ortopedi
Salah satu indikasi dilakukan tindakan ortopedi jika sudah terjadi deformitas akibat proses
spasme otot atau telah terjadi kontraktur pada otot dan tendon. Dalam hal ini harus
dipertimbangkan secara matang beberapa factor sebelum melakukan tindakan bedah.
3.      Fisioterapi
4.      Terapi wicara
5.      Terapi okupasi
6.      Ortotik prostetik1,2
Kesembuhan dalam arti regenerasi dari otak yang sesungguhnya, tidak bisa terjadi pada
CP. Tetapi akan terjadi perbaikan sesuai dengan tingkat maturitas otak yang sehat sebagai
kompensasinya. Prognosis paling baik pada derajat fungsional ringan, sedangkan bertambah
berat apabila disertai dengan retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan dan
pendengaran.

 PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

Prinsip program fisioterapi CP yaitu:7


1.   Mengurangi (memblok) tonus, postur, keseimbangan dan gerakan yang tidak normal dengan cara
membangkitkan postur yang normal (Reflex Inhibitory Posture/RIP)
2.   Mempermudah munculnya tonus otot, postur, keseimbangan dan gerakan yang normal melalui
penanganan yang benar (Reflex Inhibitory Movement/ RIM).
3.   Mendidik kembali fungsi sensomotorik dengan jalan penderita diminta merasakan tonus , postur,
keseimbangan dan gerakan yang tidak normal atau dilatih dengan memposisikan tubuh pada
posisi yang kita anggap benar berulang-ulang kali (Fascilitation).
4.   Mengevaluasi langsung dari respon pasien untuk melihat seberapa besar perkembangan proses
kemandirian anak CP.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat melatih anak CP antara lain:6
1.   Tidak menimbulkan nyeri atau rasa takut dengan menggunakan tenaga yang berlebihan. Harus
diregangkan dengan perlahan-lahan dan hati-hati.
2.   Tidak menggerakkan sendi kian kemari seperti memompa, hal ini akan mempercepat peregangan
yang meningkatkan kekakuan pada otot yang spastik.
3.   Tidak melakukan peregangan jika saat gerakan tiba-tiba menjadi kaku atau tidak terkontrol.
Tunggu sampai otot-otot rileks seperti semula.
4.   Tidak meregangkan sendi secara berlebihan.
Tahapan teknik dasar latihan gerak pada anak CP terdiri dari 4 tahapan yaitu sebagai
berikut:7
1.   Tahap I, merupakan latihan mengontrol kepala dan tangan.
Latihan mengontrol kepala dan tangan sangat penting sebagai tahap awal dari latihan
selanjutnya. Mengangkat dan menahan kepala serta badan melalui penumpuan tangan berguna
untuk persiapan berguling, merangkak dan duduk.
2.   Tahap II, merupakan latihan mengontrol badan untuk duduk
Pada tahap ini, anak diajarkan untuk mempertahankan badannya tetap tegak sewaktu ia bergerak
dari dan hendak bersandar pada tangannya. Posisi duduk akan membuat sang anak mampu
melihat kedua tangannya dan mempergunakannya. Tujuan latihan pada tahap ini yaitu agar anak
anak dapat beraktivitas ke segala arah pada saat duduk, mempersiapkan diri untuk berdiri dan
jongkok dari posisi duduk, dan beraktivitas dari posisi duduk ke merangkak.
3.   Tahap III, merupakan latihan untuk mengontrol tungkai untuk berdiri dan berjalan. Tujuan yang
ingin dicapai pada tahap ini yaitu agar anak dapat mempersiapkan tungkainya dari duduk
berlutut untuk selanjutnya berdiri. 
4. Tahap IV, merupakan informasi umum untuk keluarga, yaitu dengan menginformasikan  kepada
keluarga untuk senantiasa melatih anak dengan teratur dan penuh kasih saying agar anak lebih
cepat mandiri. Keluarga atau orang tua diajarkan untuk menggerakkan sendi secara penuh setiap
hari sekitar 3 kali per sendi tanpa disertai dengan gerakan paksaan. Hal ini untuk memelihara
jarak gerak sendi anak dan untuk mencegah kekakuan.

DAFTAR PUSTAKA
.
1.      Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2.      Kurniadi, Adi. 2012. Cerebral Palsy. Makalah tidak diterbitkan. Departemen Ilmu Penyakit
Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.      Wahyudi, Nurma. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Cerebral Palsy Spastic Diplegi
Dengan Terapi Latihan Metode Bobath Di YPAC Surakarta. KTI tidak diterbitkan. Program Studi
Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4.      Adnyana, I Made Oka. 1995. Tinjauan Kepustakaan: Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek
Neurologis. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No 104.
5.      Buranda, Theopilus. dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
6.      Pratiwi, Gusti. 2011. Karakteristik Penderita Cerebral Palsy yang mendapatkan pelayanan
Fisioterapi di Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Program Studi Fisioterapi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin. 
7. Tim Penyusun. 2002. Modul1 :Tumbuh Kembang Anak Normal Sebagai Tolok Ukur Kemampuan
Gerak Anak CP.  Pemda Provinsi Sul-Sel Dinas Kesehatan.
 
Sumber:
http://zahstraces.blogspot.com/2012/05/manajemen-fisioterapi-pada-kasus.html

Anda mungkin juga menyukai