Definisi Dan Klasifikasi CP
Definisi Dan Klasifikasi CP
Definisi yang dipakai secara luas adalah definisi menurut Bax dimana dikatakan bahwa:
Palsi serebralis adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif, oleh karena suatu
kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau
belum selesai pertumbuhannya. Walaupun lesi serebral tersebut bersifat statis dan tidak
progresif, tetapi tanda-tanda perkembangan neuron perifer akan berubah akibat dari maturasi
sesuai dengan bertambahnya umur anak.1
Menurut American Academy of Cerebral palsy (AACP) dalam Viola E. Cardwell, bahwa
CP adalah berbagai perubahan yang abnormal pada organ gerak atau fungsi motor sebagai akibat
dari adanya kerusakan/cacat , luka atau penyakit pada jaringan yang ada di dalam rongga
tengkorak.6
CP dapat disebabkan oleh factor genetic ataupun factor lainnya. Apabila diketemukan
lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini, maka kemungkinan besar merupakan factor
genetic1. Sedangkan hal-hal lainnya yang diperkirakan sebagai penyebab CP adalah sebagai
berikut:7
1. Pranatal (sebelum lahir)
a. Infeksi intrauterine; penyakit infeksi yang diderita oleh ibu menular ke janin seperti penyakit
kelamin, herpes zoster , campak.
b. Penyakit system metabolic seperti diabetes mellitus
c. Perbedaan rhesus darah antara ibu dan anak
d. Kebiasan-kebiasaan ibu, alkoholik, perokok, kekurangan gizi, atau pecandu obat-obat tertentu
e. Penyakit keturunan
f. Letak janin tidak nor tmal akibat trauma
g. Penyebab tanpa diketahui (±30%)
2. Perinatal (saat dilahirkan)
a. Anoksia/hipoksia, bayi lama dipintu sehingga sel-sel otak rusak karena kekurangan oksigen.
b. Trauma kelahiran
c. Prematuritas
d. Postmaturitas
e. Bayi menderita sakit kuning
3. Postnatal (setelah lahir)
a. Infeksi otak seperti meningitis
b. Demam sangat tinggi atau kekurangan cairan (dehidrasi)
c. Trauma capitis
d. Kekurangan oksigen karena tenggelam, keracunan gas, pestisida
e. Tumor otak
f. Gangguan metabolisme ke otak, misalnya insulin meninggi
g. Perdarahan di otak tanpa diketahui penyebabnya
PATOFISIOLOGI CP
Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube yaitu induksi
dorsal yang terjadi pada minggu ke 3- 4 masa gestasi dan induksi ventral, berlangsung pada
minggu ke 5-6 masa gestasi. Setiap gangguan pada masa ini bisa meng- akibatkan terjadinya
kelainan kongenital seperti kranioskisis totalis, anensefali, hidrosefalus dan lain sebagainya. Fase
selanjutnya terjadi proliferasi neuron, yang terjadi pada masa gestasi bulan ke 2-4. Gangguan
pada fase ini bisa mengakibatkan mikrosefali, makrosefali. Stadium selanjutnya yaitu stadium
migrasi yang terjadi pada masa gestasi bulan 3-5. Migrasi terjadi melalui dua cara yaitu secara
radial, sd berdiferensiasi dan daerah periventnikuler dan subventrikuler ke lapisan sebelah dalam
koerteks serebri; sedangkan migrasi secara tangensial sd berdiferensiasi dan zone germinal
menuju ke permukaan korteks serebri. Gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan kelainan
kongenital seperti polimikrogiri, agenesis korpus kalosum.2
Stadium organisasi terjadi pada masa gestasi bulan ke 6 sampai beberapa tahun
pascanatal. Gangguan pada stadium ini akan mengakibatkan translokasi genetik, gangguan
metabolisme. Stadium mielinisasi terjadi pada saat lahir sampai beberapa tahun pasca natal. Pada
stadium ini terjadi proliferasi sd neuron, dan pembentukan selubung mialin. Kelainan
neuropatologik yang terjadi tergantung pada berat dan ringannya kerusakan Jadi kelainan
neuropatologik yang terjadi sangat kompleks dan difus yang bisa mengenai korteks motorik
traktus piramidalis daerah paraventnkuler ganglia basalis, batang otak dan serebelum. Anoksia
serebri sering merupakan komplikasi perdarahan intraventrikuler dan subependim Asfiksia
perinatal sering berkombinasi dengan iskemi yang bisa menyebabkan nekrosis.2
GAMBARAN KLINIS CP
Gambaran klinis CP tergantung dari bagian dan luasnya jaringan otak yang mengalami
kerusakan:2
1. Paralisis: Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia.
Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.
2. Gerakan involunter: Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat
bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.
3. Ataksia: Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum. Penderita biasanya
memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan menunjukkan perkembangan motorik yang
terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung.
4. Kejang: Dapat bersifat umum atau fokal.
5. Gangguan perkembangan mental: Retardalasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak
dengan cerebral palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral
palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang
cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat
diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota
gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan dikem bangkannya gerakan-gerakan
tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.
6. Mungkin didapat juga gangguan penglihatan (misalnya: hemianopsia, strabismus, atau kelainan
refraksi), gangguan bicara, gangguan sensibilitas.
7. Problem emosional terutama pada saat remaja
DIAGNOSIS CP
PENATALAKSANAAN MEDIS
Perawatan pada anak CP memerlukan pengertian dan kerja sama yang baik dari pihak
orang tua/keluarga penderita. Hal ini akan tercapai dengan baik jika diorganisasi terpadu pada
satu pusat klinik khusus. Cerebral palsy yang dikelola tenaga tenaga dari pelbagai
multidisipliner.1, 2
1. Obat obatan :
a. Obat anti spastisitas
Biasanya indikasi pembarian obat obatan anti spastisitas pada penderita C.P. karena : Spastisitas
penderita sangat hebat yang disertai rasa nyeri sehingga mengganggu program rehabilitasi,
keadaan hiperefleksi yang sangat mengganggu fungsi motorik (misalnya: ada klonus kaki yang
hebat), kontraksi fleksi pada tungkai yang progresif, dan spasitisitas penderita yang mempersulit
perawatan.
b. Obat psikotropik
c. Antikonvulsan
2. Tindakan ortopedi
Salah satu indikasi dilakukan tindakan ortopedi jika sudah terjadi deformitas akibat proses
spasme otot atau telah terjadi kontraktur pada otot dan tendon. Dalam hal ini harus
dipertimbangkan secara matang beberapa factor sebelum melakukan tindakan bedah.
3. Fisioterapi
4. Terapi wicara
5. Terapi okupasi
6. Ortotik prostetik1,2
Kesembuhan dalam arti regenerasi dari otak yang sesungguhnya, tidak bisa terjadi pada
CP. Tetapi akan terjadi perbaikan sesuai dengan tingkat maturitas otak yang sehat sebagai
kompensasinya. Prognosis paling baik pada derajat fungsional ringan, sedangkan bertambah
berat apabila disertai dengan retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan dan
pendengaran.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
DAFTAR PUSTAKA
.
1. Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Kurniadi, Adi. 2012. Cerebral Palsy. Makalah tidak diterbitkan. Departemen Ilmu Penyakit
Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Wahyudi, Nurma. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Cerebral Palsy Spastic Diplegi
Dengan Terapi Latihan Metode Bobath Di YPAC Surakarta. KTI tidak diterbitkan. Program Studi
Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4. Adnyana, I Made Oka. 1995. Tinjauan Kepustakaan: Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek
Neurologis. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No 104.
5. Buranda, Theopilus. dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
6. Pratiwi, Gusti. 2011. Karakteristik Penderita Cerebral Palsy yang mendapatkan pelayanan
Fisioterapi di Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Program Studi Fisioterapi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
7. Tim Penyusun. 2002. Modul1 :Tumbuh Kembang Anak Normal Sebagai Tolok Ukur Kemampuan
Gerak Anak CP. Pemda Provinsi Sul-Sel Dinas Kesehatan.
Sumber:
http://zahstraces.blogspot.com/2012/05/manajemen-fisioterapi-pada-kasus.html