Anatomi Kurikulum
1. Tujuan
Tujuan dalam kurikulum
menggambarkan kualitas manusia
yang diharapkan dapat terwujud
dari suatu proses pendidikan.
Tujuan tersebut tertuang dalam
undang-undang yang akan dicapai
melalui tujuan-tujuan yang ada di
bawahnya yang berfungsi sebagai
tujuan perantara (intermediate
goals). Tujuan-tujuan tersebut
membentuk hierarki yang saling
berkaitan dan mempengaruhi satu
sama lain. Hierarki tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :
Hirarki Tujuan
Implementasi
Orientasi
Evaluasi Pengembangan
Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang bersifat fleksibel
artinya kurikulum itu harus bisa
dilaksanakan dalam kondisi yang
ada dan memungkinkan untuk
dilaksanakan. Apabila kurikulum
tidak memiliki fleksibilitas yang
memadai, maka kurikulum akan
sulit diterapkan.
Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas ini diperlukan
adanya kerjasama antara
pengembang kurikulum antar jenjang
sehingga terjaga tujuan dan
pelaksanaannya.
Prinsip Efektivitas
Prinsip efektivitas berkenaan dengan
rencana dalam suatu kurikulum
dapat dilaksanakan dan dapat
dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Ada dua hal yang
berkaitan dengan efektifitas ini
adalah efektivitas yang berhubungan
dengan kegiatan guru, dimana guru
dapat menyelesaikan berbagai
macam rencananya. Adapun siswa
dapat melaksanakan berbagai
kegiatan sesuai dengan minat dan
bakat siswa.
Prinsip Efisiensi
Efisiensi berhubungan dengan
perbandingan antara tenaga, waktu,
suara, dan biaya yang dikeluarkan
dengan hasil yang diperoleh.
Kurikulum dikatakan memiliki
tingkat efisiensi yang tinggi apabila
dengan Biaya yang minimal dan
waktu yang terbatas dapat
memperoleh hasil yang maksimal.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi kurikulum
Adapun, dalam proses pelaksanaan sebuah
implementasi, Oemar Hamalik (2010)
memberikan batasan pokok kegiatan dalam
implementasi diantaranya adalah :
1. Pengembangan program yang mencakup
program tahunan, semester, triwulan,
bulanan, dan harian serta konseling atau
remedial
2. Pelaksanaan pembelajaran yakni proses
interaksi antar peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan
yang lebih baik
3. Evaluasi proses yang dilaksanakan
sepanjang proses pelaksanaan kurikulum
mencakup penilaian keseluruhan secara
utuh untuk keperluan evaluasi pelaksanaan
kurikulum
Menurut Chaudry (2015) faktor yang
mempengaruhi implementasi kurikulum
adalah faktor guru, peserta didik, sarana
dan fasilitas, lingkungan sekolah, peminatan
grup, budaya dan ideologi, supervisi
pembelajaran, dan proses asesmen sebelum
pelaksanaan sebuah implementasi
kurikulum. Untuk lebih jelas, mari kita
bahas satu persatu.
Faktor Guru
faktor guru merupakan faktor penting
dalam implementasi kurikulum. Guru
merupakan orang yang secara langsung
bersentuhan dengan murid dan
melakukan proses pembelajaran dengan
peserta didik. Guru memandang
kurikulum bukan hanya sebagai
seperangkat mata pelajaran, tetapi juga
sebagai seperangkat pembelajaran yang
harus dikembangkan dan disesuaikan
dengan peserta didik.
Faktor Peserta didik
Peserta didik memiliki peranan penting
dalam implementasi kurikulum. Selain
merupakan hasil atau subjek daripada
pendidikan, peserta didik memiliki
lingkungan yang berbeda. Kualitas
peserta didik, kemudian latar belakang
ekonomi, keluarga, dan juga
kecenderungan peserta didik.
5. Forum Diskusi
Memasuki era revolusi industry 4.0, manusia
dituntut untuk menguasai kompetensi Critical
thinking skills, Creative, Communicative, dan
Collaborative (4C). Diskusikan bersama kelompok,
apakah implementasi kurikulum yang selama ini
Anda terapkan di sekolah sudah membekali
peserta didik untuk menguasai kompetensi 4C?
kemudian buatlah rancangan pengembangan
kurikulum yang didalamnya memuat komponen
kurikulum (tujuan, metode,konten, dan evaluasi)
untuk mencapai kompetensi 4C tersebut!
Rangkuman:
a. Konsep kurikulum menurut pandangan
para ahli dapat dipandang dari tiga
konteks, yaitu kurikulum sebagai mata
pelajaran, kurikulum sebagai kegiatan
pengalaman dan kurikulum sebagai
perencanaan.
b. Perkembangan kurikulum yang terjadi
di Indonesia setelah Indonesia merdeka
pada tahun 1945, setidaknya kita telah
mengalami sepuluh kali perubahan
kurikulum. Mulai dari kurikulum 1947,
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
kurikulum berbasis kompetensi 2004,
KTSP 2006 dan kurikulum 2013.
Indonesia telah banyak belajar dari
kurikulum-kurikulum tersebut. Dari
kesepuluh kurikulum tersebut jika
dilihat dari jenisnya terbagi menjadi 3
yaitu
: 1) kurikulum sebagai rencana
pelajaran (kurikulum 1947 – 1968), 2)
kurikulum berbasis pada pencapaian
tujuan (kurikulum 1975 – 1994) dan 3)
kurikulum berbasis kompetensi
(kurikulum 2004 – 2013).
c. Peran utama dari kurikulum yang
dinilai sangat penting, yaitu peran
konservatif, kreatif dan kritis
evaluatif. Peran kurikulum harus
berjalan seimbang dan harmonis, agar
dapat sesuai dan memenuhi tuntutan
keadaan. Jika tidak maka dalam
implementasinya akan terjadi
ketimpangan atau ketidaksesuaian yang
berdampak pada kegagalan dari suatu
implementasi yang tidak membekalkan
secara tepat kepada siswa terkait apa
yang di pelajari, bagaimana mempelajari
dan mengapa dipelajari. Menyelaraskan
ketiga peranan tersebut menjadi
tanggung jawab semua pihak dalam
proses pendidikan termasuk guru
sebagai ujung tombak pelaksana
kurikulum.
Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu
sistem. Artinya,kurikulum merupakan suatu
kesatuan yang terdiri dari komponen-
komponen yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lain. Karena antar komponen
saling berhubungan dan saling
mempengaruhi dalam rangka pencapaian
tujuan. Komponen-komponen kurikulum
diistilahkan sebagai anatomi kurikulum
yang terdiri dari komponen tujuan, isi,
aktivitas belajar dan evaluasi yang
digambarkan sebagai suatu keterpaduan.