Anda di halaman 1dari 11

TEROPONG REGULASI DI BISNIS PERUNGGASAN

NASIONAL
(ayam ras)

Oleh : S. Sigit Prabowo (Praktisi Perunggasan)


Prospek Usaha

• Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar tahun 2020 sekitar


273.523.615 jiwa atau 269.603.400 jiwa (BPS) atau 40,91% dari jumlah
penduduk ASEAN yang berjumlah 668.619.840 jiwa
Menjadi pasar yang menggiurkan bagi produk unggas Negara lain maupun
para Investor baru (PMA/PMDN)

• Konsumsi perkapita pertahun yang masih rendah (12,79 kg/kap/tahun


atau di Era pandemi 9,71Kg/kap/tahun -> data BPS) dan cenderung
mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Karakter bisnis perunggasan (ayam ras) di Indonesia adalah
“Struktural Dualistik”
1. Ada pelaku usaha besar (Korporasi) padat modal, yang kuat dan modern.
2. Ada pelaku usaha kecil UMKM/Usaha rakyat, padat karya dan tradisional.

Pemerintah wajib hadir melalui regulasi untuk mengatur porsi mana yang
harus dikerjakan oleh industri (korporasi) padat modal dan porsi mana
yang masih pantas dikerjakan oleh usaha rakyat/peternak UMKM.

Kita lihat cuplikan isi dari beberapa pasal UU PKH.


Definisi Peternak & Perusahaan Peternakan menurut
Undang Undang

UU PKH No : 6 tahun 1967


Pasal 9 -> Bentuk Usaha Peternakan.
Ayat (1) Peternakan di selenggarakan dalam bentuk
a. Peternakan rakyat.
b. Perusahaan peternakan.
Ayat(2) Peternakan rakyat ialah peternakan, yg dilakukan oleh rakyat
antara lain petani disamping usaha pertaniannya.
Ayat(3) Perusahaan peternakan ialah peternakan yang diselenggarakan
dalam bentuk suatu perusahaan secara komersil.
Ayat(4) Usaha-usaha peternakan diadakan dengan tidak mengganggu
ketentraman masyarakat umum yang diatur dengan peraturan
pemerintah.
UU PKH No: 18 Tahun 2009

Pasal 1 -> Dalam undang – undang ini yang dimaksud dengan :


Ayat (14) Peternak adalah Perorangan warga negara Indonesia atau
korporasi yang melakukan usaha peternakan.
Ayat (15) Perusahaan peternakan adalah orang perorangan atau korporasi,
baik yang berbentuk badan hukum, yang didirikan dan
berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang mengelola usaha peternakan dengan kriteria dan
skala tertentu.

• Kehadiran Negara melalui UU No: 18/2009 Telah Menyamaratakan Hak


dan Kewajiban antara usaha rakyat (perorangan) dan perusahaan padat
modal (korporasi) tanpa ada aturan yang jelas dihilirnya.
• Peternak disandingkan dengan corporate tapi tidak di didik seperti
corporate.
UU PKH No: 18/Tahun 2009
Pasal 32

Ayat(1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengupayakan sebanyak


mungkin warga masyarakat menyelenggarakan budidaya ternak.

Ayat(2) Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi dan membina


pengembangan budidaya yang dilakukan oleh peternak dan pihak
tertentu yang mempunyai kepentingan khusus.

Ayat(3) Pemerintah dan pemerintah daerah membina dan memberikan


fasilitas untuk pertumbuhan dan perkembangan koperasi dan
badan usaha dibidang petenakan.
Tim pendampingan (pasal 32 UU PKH 18/Tahun 2009)
• Pemerintah dan pemerintah daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota).
• Korporasi (Marketing/TS perusahaan).

Tujuannya :
• Konsolidasi peternak dengan pemerintah provinsi dan pemerintah
Kabupaten/Kota di masing-masing wilayah.
• Mencari kesetaraan, berbagi peran dengan korporasi, yang lemah
dilindungi/proteksi.
• Kembali ke Ekonomi kerakyatan.
• Butuh karakter peternak yang paham dan mampu ber-adaptasi dengan
undang – undang.
Pasal 38
Ketentuan lebih lanjut mengenai panen, pasca panen, pemasaran, dan
Industri pengolahan hasil peternakan sebagaimana dimaksud dalam pasal
34 sampai dengan pasal 37, kecuali yang diatur dalam ketentuan
peraturan per-undang undangan dibidang Industri, diatur dengan
peraturan menteri.
Melalui Peraturan Menteri ini diharapkan :
1. Diterbitkan, Regulasi khusus yang memperjelas kewajiban hilirisasi di
mata rantai Industri Perunggasan yaitu teknologi pasca panen ( RPHU-
Blast Freezer, Cold Storage, Industri Olahan) yang berfungsi sebagai
buffer harga dan buffer stok.
2. Idealnya ada Regulasi Pengaturan, Penataan dan Perlindungan pasar
untuk memproteksi peternak mandiri terutama pelaku usaha UMKM
agar masyrakat kecil tidak kehilangan mata pencahariannya sebagai
peternak.
Sistem tata niaganya harus diatur, yang kecil harus dapat hak nya.
Di Negara manapun dan dalam hal apapun, harus ada upaya Pemerintah
memayungi/melindungi yang kecil.
Kebalikannya yang kecil juga harus siap berkelompok, agar punya
Indentitas dan tidak gampang di manfaatkan oleh kepentingan.
Bahan Diskusi
• Apakah Regulasi (Permentan dan Permendag) yang ada saat ini sudah
memenuhi Amanat dari Undang Undang PKH No: 18/Tahun 2009, sebagai
turunanya.

• Apakah Regulasi (Permentan dan Permendag) yang ada saat ini sudah
mampu mensolusi permasalahan keruwetan yang ada di peternak rakyat
mandiri atau UMKM.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai