Anda di halaman 1dari 12

P-ISSN 1907 - 0357

Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 2, Oktober 2019
E-ISSN 2655 – 2310

ARTICLE REVIEW
PENCEGAHAN TRANSMISI VIRUS HEPATITIS B PADA MASA
PERINATAL
Aditya Bustami*◊, Anita**
*Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
**Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
◊Coresponding Outhor: adityabustami@gmail.com

Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel hati, yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasit), obat-
obatan (termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol, lemak yang berlebih dan penyakit autoimun .
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia tenggara yang menduduki salah satu negara dengan endemis
hepatitis. Metode dalam penulisan artikel ini adalah studi literatur (literature review). Wanita hamil dengan
infeksi virus hepatitis B akut memiliki jalur yang tidak jauh berbeda dengan populasi orang dewasa, tetapi
risiko penularan Hepatitis B ke neonatus meningkat pada masa kehamilan, saat infeksi akut terjadi. Infeksi
Hepatitis B kronis biasanya dapat meningkat setelah melahirkan. Risiko penularan perinatal tertinggi pada
wanita dengan tingkat viraemia tinggi; hal ini menjelaskan kegagalan imunoprofilaksis. Penularan terbesar
terjadi kepada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan positif hepatitis B. Penularan terhadap bayi terjadi ketika
masih dalam kandungan, saat melahirkan dan setelah persalinan. Pencegahan hepatitis B dapat dilakukan
dengan melakukan skrining pada saat pemeriksaan kehamilan pertama. Untuk menurunkan angka transmisi
penularan hepatitis B, dianjurkan ibu hamil dengan positif hepatitis B melakukan persalinan dengan metode
sectio caesaria elektif.

Kata Kunci: Hepatitis, Perinatal

LATAR BELAKANG dalam satu bulan postpartum sudah


menunjukkan HbsAg positif.
Infodatin (2017) menyatakan hepatitis Penularan perinatal adalah penularan
adalah peradangan hati yang bisa yang terjadi pada saat persalinan. Sebagian
berkembang menjadi fibrosis (jaringan besar ibu dengan HbeAg positif akan
parut), sirosis atau kanker hati. Hepatitis menularkan infeksi hepatitis B secara vertikal
disebabkan oleh berbagai faktor seperti kepada bayi yang dilahirkannya sedangkan
infeksi virus, zat beracun (misalnya alkohol, ibu yang anti-Hbe positif tidak akan
obat-obatan tertentu), dan penyakit autoimun. menularkannya. Penularan post natal terjadi
Penyebab hepatitis umumnya adalah virus setelah bayi lahir misalnya melalui ASI yang
hepatitis B dan C. Infeksi virus hepatitis B diduga tercemar oleh virus hepatitis B lewat
terjadi melalui dua cara, yaitu penularan luka kecil dalam mulut bayi.
horizontal dan vertical. Kasus persalinan lama cenderung
Penularan secara vertikal berupa meningkatkan penularan vertikal jika lama
transmisi dari ibu ke janin. Merry (2001), persalinan lebih dari 9 jam. Kehamilan tidak
menjelaskan Mother-to-child-transmission akan memperberat penyakit infeksi virus
(MTCT) terjadi dari seorang ibu hamil yang hepatitis ibu, akan tetapi jika terjadi infeksi
menderita hepatitis B akut atau pengidap akut bisa mengakibatkan hepatitis fulminan
persisten hepatitis B kepada bayi yang yang dapat menimbulkan mortalitas tinggi
dikandungnya atau dilahirkannya. Penularan pada ibu dan bayi. Jika penularan virus
virus hepaitis B secara vertikal dibagi hepatitis B dapat dicegah berarti mencegah
menjadi penularan in-utero, perinatal dan terjadinya kanker hati secara primer.
post natal. Penularan hepatitis B in-utero ini Budihusodo (2008) menyatakan infeksi akut
sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, terjadi pada kehamilan trimester ketiga,
mengingat salah satu fungsi plasenta adalah persalinan lama dan mutasi virus hepatitis.
proteksi terhadap bakteri atau virus. Bayi WHO (2016) menyatakan pada tahun
dikatakan mengalami infeksi in-utero jika 2015 diperkirakan terdapat 257 juta orang
hidup dengan infeksi hepatitis B kronis dan

[145]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 2, Oktober 2019
E-ISSN 2655 – 2310
mengakibatkan sekitar 887.000 kematian, dengan imunoglobulin hepatitis B (HBIG)
sebagian besar berlanjut menjadi sirosis dan dalam waktu 12 jam setelah kelahiran, hal ini
karsinoma hepatoseluler. Pada 2016, menjadi prosedur standar untuk bayi baru
penderita hepatitis B sebanyak 27 juta orang lahir dari ibu positif hepatitis B di Cina.
(10,5% penderita mengetahui terinfeksi Goyal & Muray (2014)
virus hepatitis B, dan 4,5 juta (16,7%) sedang menyatakan analog nukleosida / nukleotida
dalam pengobatan. Prevalensi hepatitis B telah terbukti bermanfaat dan relatif aman
tertinggi di Wilayah Pasifik Barat 6,2% dan dalam mengurangi kejadian penularan dari
Wilayah Afrika 6,1%, sedangkan wilayah ibu ke janin pada wanita hamil dengan viral
Mediterania Timur 3,3%, Asia Tenggara hepatitis B yang tinggi. Namun belum
2,0%, Eropa 1,6 dan di Amerika, 0,7% dari berhasil sepenuhnya mencegah karena
populasi terinfeksi. terdapat sekitar 10% pada kasus infeksi
Patton (2014), menyatakan pada daerah intrauterin mengalami kegagalan
endemis transmisi ibu ke bayi mencapai 25- imunoprofilaksis.
30% dengan risiko infeksi mencapai 60% Ma, Alla, Li, Minbaev dan Shi, (2014)
selama kehidupan. Sekitar 3,9% ibu hamil menjelaskan manajemen infeksi HBV pada
merupakan pengidap hepatitis dengan risiko kehamilan sulit karena beberapa aspek
transmisi maternal kurang lebih sebesar 90% meliputi: (1) kegagalan imunoprofilaksis
anak yang tertular secara vertikal dari ibu pasif aktif pada bayi baru lahir, (2) efek
dengan HBsAg (+) selama tahun pertama injeksi HBIG periodik pada ibu, (3)
kehidupan akan berkembang mengalami keamanan profilaksis antivirus dengan
Hepatitis B kronis 90% dan akan menjadi nukleosida / analog nukleotida, (4) manfaat
carrier. cara persalinan yang berbeda, (5) keamanan
WHO 2016 menyatakan Anak-anak menyusui.
yang terinfeksi sebelum usia 6 tahun dapat Indonesia menjadi negara dengan
menjadi infeksi kronis sebesar 30-50% . penderita Hepatitis B ketiga terbanyak di
Anak yang terinfeksi tersebut 25% dunia setelah China dan India dengan jumlah
meninggal karena penyakit hati kronis atau penderita 13 juta orang, di Jakarta
kanker hati. Maka pencegahan penularan diperkirakan satu dari 20 penduduk
secara vertikal merupakan salah satu aspek menderita penyakit Hepatitis B. Sebagian
yang paling penting dalam memutus rantai besar terinfeksi virus Hepatitis B sejak usia
penularan Hepatitis B (Kemenkes RI, 2015). kanak-kanak. Prevalensi penyakit hepatitis
Menurut penelitian Ma, Alla, Li, dkk meningkat dalam kurun waktu 5 tahun yaitu
(2014) menyatakan bayi baru lahir memiliki dari tahun 2013-2018 sebesar 0,2% menjadi
peluang 90% menderita HBV kronis setelah 0,4% (Riskesdas, 2018).
terinfeksi virus hepatitis B dan pada anak- Program nasional dalam pencegahan
anak yang berusia kurang dari 3 tahun dan pengendalian virus Hepatitis B saat ini
peluangnya mencapai 50%, tetapi pada orang fokus pada pencegahan penularan ibu ke
dewasa peluangnya dapat mencapai 5%. anak (PPIA), karena 95% penularan Hepatitis
Penularan HBV dari ibu ke janin, selama B adalah secara vertikal yaitu dari ibu yang
periode kehamilan atau perinatal, merupakan positif Hepatitis B ke bayi yang
fase paling penting untuk pencegahan infeksi dilahirkannya. Sejak tahun 2015 telah
hepatitis B kronis. dilakukan Kegiatan Deteksi Dini Hepatitis B
Han, Xu, Zhao dan Yang (2012) (DDHB) pada ibu hamil di pelayanan
menyatakan tingkat infeksi hepatitis B pada kesehatan dasar (Puskesmas) dan
wanita usia subur sebanyak 7,18%, dan jaringannya. Pemeriksaan Hepatitis B pada
berisiko menjadi infeksi hepatitis B kronis. ibu hamil dilakukan melalui pemeriksaan
Pencegahan dari ibu ke janin menjadi sangat darah dengan menggunakan tes cepat/Rapid
penting pada periode perinatal. Beberapa Diagnostic Test (RDT) HBsAg. HBsAg
strategi pencegahan infeksi virus hepatitis B (Hepatitis B Surface Antigen) merupakan
selama periode perinatal dilakukan dengan antigen permukaan yang ditemukan pada
vaksinasi hepatitis B yang dikombinasikan

[146]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 2, Oktober 2019
E-ISSN 2655 – 2310
virus hepatitis B yang memberikan arti (MTCT) terjadi dari seorang ibu hamil yang
adanya infeksi hepatitis B (Infodatin, 2017). menderita hepatitis B akut atau pengidap
Sejak tahun 2015, deteksi dini Hepatitis persisten HBV kepada bayi yang
B pada ibu hamil dilakukan di pelayanan dikandungnya atau dilahirkannya.
kesehatan dasar (Puskesmas) dan Mekanisme penularan HbsAg terbagi
jaringannya. Semua wanita hamil harus menjadi:
melakukan uji hepatitis B untuk mencegah 1. Intrauterine Transmission (HBV in utero)
infeksi, apabila hasilnya positif maka harus Transmisi HbsAg melalui intrauterin
dirujuk ke dokter spesialis untuk evaluasi paling banyak terjadi. Penularan bisa
lebih lanjut. Berdasarkan uraian di atas maka melalui transmisi seluler melalui sel
penting dibahas tentang kajian literatur plasenta dan terinfeksi dari transfer darah
tentang pencegahan penularan infeksi virus ibu ke dalam sistem sirkulasi janin. DNA
hepatitis B dari ibu pada masa perinatal. virus hepatitis B tinggi pada ibu dengan
positif HbsAg mampu meningkatkan
METODE resiko MTCT virus hepatitis B terutama
dalam transmisi virus hepatitis B
Studi ini merupakan suatu tinjauan intrauterin melalui kapiler vili. Kehamilan
literatur (Literature review) yang membahas tidak akan memperberat infeksi virus,
tentang penularan virus hepatitis B masa akan tetapi jika terjadi infeksi akut dapat
perinatal. Sumber diperoleh dari literatur mengakibatkan hepatitis fulminan .
meliputi sumber buku, jurnal maupun, Polimorfisme pada beberapa gen sitokin,
sumber dari kementerian kesehatan. mengkode interferon-g dan faktor nekrosis
tumor-a, berkorelasi dengan risiko infeksi
PEMBAHASAN intra-uterus dengan virus hepatitis B (Han,
Xu, Zhao, Yang, 2012).
Penularan Infeksi HBV Kelompok 2. Intrapartum Transmission
yang beresiko tinggi tertular HBV Selama proses persalinan, bayi baru lahir
diantaranya: 1) Bayi dari ibu penderita memiliki akan terpapar cairan tubuh atau
hepatitis B, 2) bekerja dengan darah dan darah yang mengandung virus hepatitis B
produk darah (kecelakaan jarum suntik), 3) saat melalui jalan jalan lahir, terutama
pengguna jarum suntik tidak steril/bergantian pada kasus persalinan lama lebih dari 9
(Penasun), 4) pengguna tato, tindik, pisau jam (Merry, 2001).
cukur, jarum perawatan wajah, 3. Puerperal Transmission
menicure/pedicure tidaksteril, 5) pengguna Penularan virus hepatitis B pada masa
sikat gigi bergantian dengan penderita. 6) nifas terjadi akibat kontak dengan ASI
pasangan homosex dan 7) sering berganti – ibu, virus masuk melalui luka kecil dalam
ganti pasangan. Penularan HBV perinatal mulut bayi, cairan tubuh, darah, dan atau
menghasilkan frekuensi infeksi kronis yang yang lainnya. Upaya pencegahan
tinggi, hingga 90% pada bayi yang lahir dari penularan virus hepatitis B masa perinatal
wanita dengan HBeAg-positif. Telah sejak tahun 2015 telah dilakukan Kegiatan
diterima secara luas bahwa sebagian besar Deteksi Dini Hepatitis B (DDHB) pada
penularan perinatal terjadi pada atau dekat ibu hamil di pelayanan kesehatan dasar
waktu kelahiran, karena vaksinasi neonatal (Puskesmas) dan Jaringannya.
mencegah infeksi bayi baru lahir di sekitar Pemeriksaan Hepatitis B pada ibu
80-95% kasus. Risiko untuk penularan HBV hamil dilakukan melalui pemeriksaan darah
terjadi saat melahirkan yaitu paparan sekresi dengan menggunakan tes cepat/Rapid
serviks dan darah ibu. Diagnostic Test (RDT) HBsAg. HBsAg
Transmisi virus HBV dapat terjadi (Hepatitis B Surface Antigen) merupakan
dengan 2 cara yaitu penularan horizontal dan antigen permukaan yang ditemukan pada
vertikal. Penularan horizontal terdiri dari virus hepatitis B yang memberikan arti
penularan perkutan, melalui selaput lendir adanya infeksi hepatitis B (Infodatin, 2017).
dan mukosa. Mother-to-child-transmission

[147]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 2, Oktober 2019
E-ISSN 2655 – 2310
Berdasarkan penelitian, penggunaan perkembangan hepatitis B, setelah kehamilan
lamivudine, tenofovir atau telbivudine maupun beberapa bulan setelah melahirkan.
setelah kehamilan 28-32 minggu mampu Ibu yang menderita virus hepatitis B
meminimalkan infeksi rahim dan mencegah direkomendasikan untuk melakukan
infeksi hepatitis B pada neonatal. Terapi pemeriksaan kuantitas viral load HBV DNA
antivirus dapat digunakan sejak trimester saat menjelang akhir trimester kedua (26-28
pertama dan kedua kehamilan, namun untuk minggu kehamilan) sehingga keputusan akhir
mencegah MTCT virus hepatitis B harus terhadap terapi dapat ditentukan.
dimulai pada trimester ketiga (Lu, Chen, Pemeriksaan viral load HBV DNA akan
Wang, Ji, Yi, 2014). memberikan cukup waktu pada trimester
ketiga untuk menurunkan viral load secara
Skrining Hepatitis B pada Ibu Hamil signifikan setelah terapi diinisiasi, sehingga
Trimester Pertama: menurunkan laju transmisi perinatal. Wanita
Cek HBs, Anti-Hbc, Anti-HBs dengan viral load yang tinggi (>107/ml)
sebaiknya mempertimbangkan terapi pada
awal trimester ketiga (28-30 minggu), setelah
HbsAg – , anti-HBs HbsAg mendiskusikan manfaat dan risiko. Terapi
+
dilakukan selama masa kehamilan dan dapat
Vaksin HBV pada Pastikan HbsAg dihentikan setelah melahirkan. Keputusan
ibu hamil dengan positif: untuk menghentikan terapi sering
dengan ibu resiko Cek secara dipengaruhi oleh keinginan wanita tersebut
tinggi kuantitatif DNA untuk kehamilan berikutnya.
Hepatitis B
Berikut penelitian terkait angka risiko
sesuai prosedur
dan saat usia penularan virus hepetitis B dari ibu ke janin.
Pemberian
Pemberian vaksin pada kehamilan28 Hasil penelitian Ahmad dan Kusnanto,
bayi baru lahir minggu (2017) menyatakan bahwa penularan infeksi
Hepatitis B pada bayi yang dilahirkan dari
Sumber : Tram T. Tran. Hepatitis B in Pregnancy. 2016 ibu HBsAg positif yaitu 0% (0/61).
(Oxford University)
Tram T tran (2016) menjelaskan Penularan vertikal dari ibu dengan HBsAg
pemeriksaan rutin antepartum diantaranya positif sebesar 20% (1 dari 5). Dwivedi,
adalah pemeriksaan infeksi hepatitis B saat Misra SP, Misra V, Pandey, Pant, Singh,
kunjungan awal di puskesmas, jika negatif Verma (2011) menyatakan 10% bayi yang
bayi akan diberi vaksin saat lahir. Ibu tidak lahir dari wanita dengan HBsAg positif
perlu divaksinasi selama kehamilan, namun terinfeksi HBV. Ahmad dan Kusnanto,
seorang ibu yang memiliki faktor risiko (2017) riwayat pemberian vaksin HB0 <12
tinggi sebaiknya diberikan. Jika ibu positif jam kepada responden dapat mencegah
terinfeksi virus hepatitis pada awal penularan mencapai angka 100% dan riwayat
kehamilan, pemeriksaan untuk menentukan pemberian HBIg <12 jam sebesar mencegah
status hepatitis sebaiknya dilakukan, seperti tertular sebesar 68.85% dan tidak diberi
pemeriksaan faal hepar, serologi HBV, dan HBIg sebesar 31.15%. Tingkat transmisi
kadar trombosit. Jika pasien memiliki HBV perinatal adalah 0,0% (0/132) untuk
Hepatitis B Virus (HBV) yang sangat aktif neonatus yang diimunisasi dengan vaksin
(kenaikan ALT secara signifikan dengan Hepatitis B saja dan 0,1% (1/752) untuk
viral load yang tinggi), atau jika curiga pasien dengan vaksin Hepatitis B ditambah
adanya sirosis hepar (kadar trombosit rendah, HBIg.
atau pemeriksaan pencitraan sugestif), terapi Lu, Liang, Wang, dkk (2017).
sebaiknya diberikan tanpa memperhatikan Kemampuan efikasi pemberian vaksin
trimester. Akan tetapi, terapi tidak dianjurkan Hepatitis B saja sebesar 75%, kemampuan
(penyakit inaktif dengan ALT rendah dan efikasi diberi HBIg saja adalah 71%,
viral load rendah) lanjutkan surveilan, karena sedangkan kemampuan efikasi diberi vaksin
kehamilan dapat menyebabkan Hepatitis B dan HBIg adalah 94%. Kang,
Ma, Chen,Yang, dkk (2015) menyatakan di

[148]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 2, Oktober 2019
E-ISSN 2655 – 2310
beberapa daerah di China vaksinasi universal yaitu: 1) saat konsepsi yang mana terjadi
saja masih merupakan pengobatan yang infeksi germ-line; 2) saat kehamilan melalui
optimal. Vaksin HB dapat ditoleransi dengan kontaminasi darah materna maupun transmisi
baik dan menimbulkan respons kekebalan transplasenta; dan 3) saat kelahiran
yang baik pada bayi. Estimasi efikasi vaksin melalui ruptur membran dan persalinan per
Hepatitis B yaitu 50 – 90%. vagina.
Program vaksinasi massal berhasil Lu, Chen, Wang, Ji, Yi (2014)
mengurangi tingkat pembawa dan prevalensi menyatakan tingkat transmisi melalui ketiga
HBV. Vaksin saja kemungkinan cukup untuk mekanisme tersebut berkaitan dengan status
mencegah penularan HBV pada neonatus HBeAg positif dan kadar Hepatitis B Virus
HbsAg positif. Lu, Liang, Wang, dkk (HBV) DNA yang tinggi. Kejadian
(2017) menyatakan Riwayat persalinan ibu transmisi perinatal mencapai 70-90%
sebagian besar (62.30%) dilakukan secara pada ibu dengan HBsAg positif dan
normal. Bayi yang dilahirkan secara normal HBeAg positif tanpa ibu dengan HBeAg
dapat terinfeksi HBV sebesar 60% (15 dari positif, 25% pada ibu dengan HBeAg
25 bayi), sedangkan persalinan melalui negatif dan 10-15% pada ibu dengan
operasi caesar, tidak ada bukti penularan 0% HBeAg negatif/ anti-Hbe positif. Chen,
(0 dari 4 bayi). Penelitian Dwivedi, Misra Lin, Hu, dkk (2012) menyatakan Prosentase
SP, dkk (2011) diperoleh tingkat infeksi terinfeksi secara signifikan juga lebih besar
HBV vertikal yang jauh lebih rendah pada pada anak yang lahir dari ibu dengan
bayi yang dilahirkan secara caesar, HBeAg positif dibandingkan dengan anak
dibandingkan dengan kelahiran secara vagina dari ibu dengan HBeAg negatif (16,76% vs
atau normal. 1,58%, p= 0,0001). Anak yang lahir dari
Pilihan caesar untuk ibu HBeAg positif ibu dengan HBeAg positif juga lebih
dengan tingkat awal kelahiran DNA HBV berisiko untuk berkembang menjadi hepatitis
≥1.000.000 copies /mL bisa mengurangi kronik dibandingkan dengan anak dari ibu
transmisi vertikal. Hasil penelitian Kim, Hye dengan HBeAg negatif (OR= 5,46, p
Jin (2009) menunjukkan bahwa ekstrak <0,01).
curcuma dapat menekan replikasi HBV Cheung, Seto, Wong (2013)
melalui peningkatan tingkat protein p53 dan menjelaskan transmisi transplasental (in
ekstrak curcuma dapat digunakan sebagai utero) dapat terjadi pada hanya berkisar 5-
obat yang aman dan spesifik untuk pasien 15% dari seluruh kehamilan dengan hepatitis
penyakit hati yang disebabkan oleh infeksi B. Hepatitis B e antigent (HbeAg)
HBV. merupakan struktur virus hepatitis B satu-
Kim, Yoo, Kim, dkk (2009). satunya yang dapat menembus sawar darah
menjelaskan bahwa replikasi HBV ibu plasenta karena memiliki berat molekul yang
responden terkendali sehingga dimungkinkan kecil. Oleh karena terdapat reaksi silang
daya tular ke bayi menjadi berkurang. Harga terhadap antigen e dan antigen c dalam
HBIg yang relatif mahal 1 – 5 juta, pengenalan antigen, maka transfer HBeAg
menyebabkan sejumlah 47.37% responden melalui plasenta akan menyebabkan
tidak diberi HBIg karena alasan tidak imunotoleransi fetus terhadap Hepatitis B
memiliki uang untuk membeli vaksin core Antigent (HbcAg). Hal inilah yang
tersebut. Apalagi bila persalinan sudah dapat menyebabkan infeksi hepatitis B
dilakukan dengan caesar ditambah harus kronik setelah kelahiran.
membeli HBIg maka kemungkinan pasien Huang JM, Huang TH, dkk (2002)
akan merasa keberatan dalam hal biaya. Infeksi germ-line terjadi pada oosit atau
spermatozoa yang terinfeksi dengan
Prevalensi Dan Mekanisme Transmisi hepatitis B. Virus hepatitis B dapat
Vertikal Hepatitis B menembus sawar darah testis dan
Cheung, Seto & Wong (2013) menyebabkan mutagenesis dari sperma,
membagi mekanisme transmisi vertikal namun tidak terjadi pada seluruh sperma.
hepatitis B dalam tiga masa kehamilan,

[149]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 2, Oktober 2019
E-ISSN 2655 – 2310
Sperma mutagenik ini ditemukan pada 14,3% bila pasangan sudah memiliki antibodi
pria yang terinfeksi hepatitis B. terhadap hepatitis B. Bila wanita dengan
Nie, Jin, Zhang, Xu, Chen, Zhu (2011) HBsAg positif, maka neonatus harus
Hepatitis B surface Antigent (HbsAg) juga menjalani protokol imunoprofilaksis yang
dapat ditemukan pada 21% oosit dan embrio terdiri dari imunoglobulin hepatitis B yang
ibu dengan HBsAg positif. Virus hepatitis B diikuti vaksinasi hepatitis B. Sekuens DNA
dapat ditemukan pada nukleus dan sitoplasma hepatitis B dapat ditemukan pada sel
oosit dan embrio ibu yang terinfeksi, dan akan spermatogoni, spermatosit, spermatid dan
bereplikasi seiring dengan pertumbuhan sel sertoli. DNA virus juga dapat
embrio. Kedua hal tersebut menunjukkan ditemukan pada cairan ejakulat, baik
bahwa salah satu transmisi hepatitis B dapat dalam plasma atau sebagai DNA yang
disebabkan oleh infeksi germ-line. Faktor terintegrasi oleh leukosit yang ditemukan
prediktor infeksi germ-line ini adalah dalam ejakulat. Hal ini masih
HBeAg positif dan HBV DNA lebih dari 106 memungkinkan terjadinya transmisi
paternofetal hepatitis B walaupun fertilisasi
kopi/mL (2 x 105 IU/mL).
dilakukan dengan assisted procreation.
Cheung, Seto, Wong (2013)
menyatakan transmisi perinatal hepatitis B
Tatalaksana Hepatitis B Pada Ibu Hamil
dapat terjadi pada 70-90% 3,7% ibu dengan
HBsAg positif dan 9,8% di antaranya
menunjukkan HBeAg positif. Pada analisis
multivariat menunjukkan faktor yang
berperan dalam transmisi intrauterin antara
lain adalah status HBeAg positif
(OR=17,07; p= 0,0006) dan adanya ancaman
persalinan preterm. Ancaman persalinan
preterm menyebabkan kebocoran plasenta
yang dapat mencampur darah perifer
fetus dengan darah ibu, meningkatkan risiko
transmisi vertikal. Serum maternal HBV
DNA juga menunjukkan korelasi linear
terhadap kadar HBV DNA maternal. Rasio
transmisi ini mencapai 22,2% pada ibu
dengan serum HBV DNA >3,0 x 108
IU/mL. Pada penelitian yang sama, kadar
HBV DNA yan tinggi juga berkaitan dengan
infeksi transplasenta yang terlihat dengan
HBsAg, HBeAg dan HBxAg yang positif
pada villous capillary endothelial cells
(VCEC).

Upaya Pencegahan Transmisi Vertikal


Pre-embryonic & Assisted Reproductive
Therapy
Practice Committe of American
Society (2013) menjelaskan pada pasangan
seropositif dan pasangan dengan HBsAg Gambar 2. Algoritma penatalaksanaan hepatitis B pada ibu hamil
(Bzowej NH, 2010)
seronegatif harus diberikan vaksin hepatitis B.
Fertilisasi diinisiasi saat titer anti-HBs
sudah terdeteksi dalam jumlah yang cukup. Seksio Sesaria
Upaya untuk mengurangi kadar HBV DNA Beberapa bukti menunjukkan
kesimpulan yang kontradiktif mengenai
dengan mencuci sperma tidak dibutuhkan
efektifitas dari seksio sesaria elektif

[150]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 2, Oktober 2019
E-ISSN 2655 – 2310
sebagai upaya untuk pencegahan transmisi Walaupun dengan hasil yang sangat
vertikal hepatitis B. Hu, dkk. Honeck, baik, namun protokol imunoprofilaksis ini
Weigel, Kwon, Alken, Bross (2006) masih menunjukkan kegagalan pada
menyebutkan tidak ada perbedaan bermakna sebagian kecil populasi. Sebanyak 5-10%
antara risiko transmisi hepatitis B dari ibu bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B
dengan HBsAg dan HBeAg positif yang menunjukkan HBsAg seropositif pada 24
menjalani seksio sesaria elektif dibandingkan minggu kehidupan (Chen, Lin, Hu,
dengan persalinan pervaginam, setelah Lee,Lin, Yang et al, 2012 & Shi, Li, Ma,
pemberian imunoprofilaksis (10,3% vs Yang, 2010). Faktor risiko terjadinya
8,7%; p= 0,750). Studi ini didukung oleh kegagalan imunoprofilaksis antara lain status
publikasi lain yang menyebutkan bahwa HBeAg ibu yang positif dan kadar HBV
tidak ada perbedaan bermakna antara seksio DNA ibu lebih dari 106 kopi/mL dengan
cesaria elektif dengan persalinan pervaginam risiko relatif secara berturut-turut yaitu 31,74
untuk pencegahan perinatal hepatitis B. (IK 95% 3,88-259,38) dan 22,58 (IK 95%
Selain itu studi juga menilai bahwa 4,75-107,40) (Lin, Guo, Zhou dkk.,2014).
keputusan untuk melakukan seksio sesaria Pan, Zou, Chen Zhang X, dkk (2013)
elektif harus melalui pertimbangan yang dalam penelitiannya menstratifikasi rasio
matang (Hu, Chen, Wen, dkk, 2013). kegagalan imunologis pada pasien yang
Studi retrospektif yang dilakukan mendapatkan imunoprofilaksis berdasarkan
oleh Pan, Zou, Chen, dkk (2008) kadar HBV DNA materna prenatal.
menunjukkan hasil sebaliknya. Studi ini Stratifikasi diikuti dengan rasio
menunjukkan bahwa seksio sesaria elektif 6
kegagala lebih dari 10 IU/mL. Pemilihan
berhasil menurunkan transmisi hepatitis B
metode persalinan pada imunologis adalah
hingga setengah dari transimisi persalinan
sebagai berikut: HBV DNA <6 log 10; 6,6-
pervaginam atau seksio sesaria emergensi
secara berurutan yaitu 1,4% vs 3,4%; p= pasien hepatitis B harus dipertimbangkan
0,032; atau vs 4,2%; p <0.020 pada ibu dengan baik, mengingat morbiditas ibu dan
hamil dengan HBV DNA hepatitis B (RR= anak yang terjadi pada seksio sesaria elektif.
0,28; IK 95% 0,20–0,40) dibandingkan Hal tersebut telah diantisipasi di Amerika
plasebo maupun tanpa intervensi. serikat melalui kebijakan yang tidak
Nelson, Jamieson, Urphy (2014) merekomendasikan seksio sesaria pada
menyatakan status HBeAg ibu dan jumlah pasien hepatitis B dengan tujuan
serta jadwal pemberian vaksinasi (bulan 1, menurunkan transmisi.
2 dan 6 atau 1, 2, 6 dan 12) tidak
memberikan perbedaan signifikan terhadap Imunoprofilaksis
efek protektif hepatitis B. Namun, Khumaedi, AI, Gani, RA, Hasan, I
penambahan hepatitis B imunoglobulin akan (2016) menyatakan bahwa pada daerah
menurunkan angka transmisi vertikal yang endemis diantaranya Asia Tenggara,
lebih baik dibandingkan dengan pemberian transmisi hepatitis B dari ibu ke bayi
vaksinasi saja. Kombinasi HBIg dengan mencapai 25-30% dengan risiko infeksi
vaksinasi menunjukkan penurunan transmisi mencapai 60% selama kehidupan. Dengan
vertikal hepatitis B bila dibandingkan demikian, diperlukan upaya pencegahan
dengan plasebo atau tanpa intervensi (RR= transmisi tersebut dengan memperhatikan
0,50; IK 95% 0,41–0,60; p<0,0001) dan kemungkinan kegagalan imunoprofilaksis.
bila dibandingkan dengan vaksinasi saja, Imunoprofilaksis dinilai sebagai bagian
baik vaksin plasma derived (RR= 0,49; IK terpenting dalam pencegahan transmisi
95% 0,32-0,74; p= 0,0007) maupun vertikal hepatitis B dan konsekuensinya.
vaksin rekombinan (RR= 0.50; IK Beberapa antivirus yang dapat digunakan
95%:0,44 – 0,62; p<0,0001). Tidak ada dalam upaya pencegahan tersebut diantaraya
perbedaan signifikan antara jumlah suntik yatu lamivudin, telbivudin dan tenofovir.
imunoglobulin dan status HBeAg ibu
terhadap efek proteksi transmisi vertical.

[151]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 2, Oktober 2019
E-ISSN 2655 – 2310
Peran Antivirus Dalam Pencegahan trimester kedua dan ketiga kehamilan) yang
Transmisi Vertikal lebih baik dibandingkan dengan kelompok
Sanityoso, Andri (2009) menjelaskan imunoprofilaksis (100% vs 92,31%;
dalam pedoman European Association for p<0,05). Lamivudin dapat menurunkan
the Study of the Liver (EASL) disebutkan HBV DNA materna hingga 4,56 log10
bahwa pencegahan transmisi vertikal (±1,52 log10) dan semakin berkurang 3,57
ditujukan terutama pada ibu hamil
log10 (±1,59 log10). Pada studi tersebut juga
dengan HBeAg atau dengan kadar HBV
DNA sangat tinggi. EASL menunjukkan keberhasilan lamivudin
merekomendasikan penggunaan untuk menginduksi serokonversi HBV
lamivudin, tenofovir dan telbivudin pada DNA sebelum persalinan mencapai 30,85%.
trimester ketiga dan dihentikan pada tiga Penelitian ini juga dapat menekan rasio
bulan post partum. Pada konsensus transmisi intrauterin hingga 9,57%.
penatalaksanaan hepatitis B yang diterbitkan Pemberian lamivudin pada kehamilan juga
oleh Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia tidak menimbulkan efek teratogenik atau
(PPHI) dalam Budihusodo (2008) malformasi genetik, sehingga cukup aman
disebutkan bahwa penggunaan antivirus digunakan selama kehamilan.
pada wanita hamil harus mempertimbangkan Salah satu isu yang berkembang dalam
keuntungan dan kerugian dari terapi tersebut. penggunaan lamivudin pada pasien dengan
PPHI merekomendasikan pemberian hepatitis B adalah resistensi yang timbul
antivirus pada ibu hamil dengan serum setelah pemakaian jangka lama. Karena
enzim polimerase hepatitis B virus tidak
HBV DNA lebih dari 106 IU/mL pada
mempunyai mekanisme proofreading, maka
trimester ketiga untuk mencegah transmisi
saat replikasi mudah terjadi mutasi.
vertikal atau pada kondisi dekompensasi hati
Pemberian lamivudin jangka panjang akan
berat. Secara umum, modalitas terapi
menyebabkan mutasi dengan motif
hepatitis B yang tersedia saat ini adalah
YMDD (tirosin, metionin dan aspartat)
interferon dan analog nukleos(t)ida.
pada residu 552 asam amino enzim
Interferon itu sendiri merupakan
polimerase yang akan menurunkan
kontraindikasi kehamilan. Lamivudin,
efektivitas lamivudin. Namun, mutasi ini
adefovir dan entecavir termasuk dalam
jarang terjadi pada pemberian
kategori C bila digunakan selama
lamivudin dengan durasi kurang dari 36
kehamilan, sedangkan telbivudin dan
minggu. Mutasi ini dapat terdeteksi
tenofovir merupakan kategori B.
sebanyak 24% setelah pemakaian selama 52
minggu (Han, Xu, Zhao, Yang, 2012). Hal
Lamivudin
ini mendasari penggunaan lamivudin dalam
Permenkes no 52 tahun (2017)
trimester ketiga karena dikhawatirkan
menjelaskan bahwa pemberian lamivudin
terjadi mutasi dan resistensi terhadap
minggu 32 kehamilan hingga 4 minggu post
lamivudin selama kehamilan.
partum akan menurunkan serum HBV DNA
sebanyak 2 log10 sebelum persalinan.
Telbivudin
Lamivudin juga dapat menurunkan transmisi Studi prospektif yang dilakukan
vertikal hingga 17% dibandingkan dengan Goyal, Murray, (2014) pada 450 ibu hamil
imunoprofilaksis saja 39% (p= 0,014) yang dengan HBeAg dan HBsAg positif
dilihat dari seropositif HBeAg. Pemberian menunjukkan bahwa pemberian telbivudin
lamivudin pada trimester ketiga juga akan pada trimester kedua dan ketiga menurunkan
menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi angka transmisi vertikal (yang ditandai
intrauterin bila dibandingkan dengan oleh HBsAg positif setelah 6 bulan post
kelompok imunoprofilaksis saja (13% vs partum) pada grup telbivudin dibandingkan
41%; p= 0,0001). dengan 14,7% pada grup imunoprofilaksis
Infodatin (2017) menjelaskan tentang saja (0% vs 14,7%; p <0,0001). Kadar
studi oleh Yu, dkk. yang menunjukkan efek HBV DNA juga tidak terdeteksi pada
proteksi lamivudin (pada pemberian
[152]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 2, Oktober 2019
E-ISSN 2655 – 2310
sebagian besar darah tali pusat bayi baru protokol imunoprofilaksis dapat mencegah
lahir dari ibu yang diobati dengan telbivudin, transmisi vertikal hepatitis B dengan tingkat
apabila dibandingkan dengan kelompok keberhasilan 100% dibandingkan dengan
imunoprofilaksis saja (99,1% vs 61,5%; imunoprofilaksis saja sebesar 917% (p=
p<0,001). Hasil tersebut juga didukung oleh 0,022). Penelitian ini juga menunjukkan
studi yang lain seperti studi yang dilakukan bahwa tenofovir dapat menurunkan kadar
oleh Pan, et al (2013) & La Ma et all. (2013) HBV DNA ibu hingga kurang dari 50
yang meneliti pemberian telbivudin pada IU/mL pada minggu ke-28 postpartum
usia kehamilan 12-30 minggu. dibangdingkan kelompok kontrol (62% vs
La Ma et al (2013) menyatakan bahwa 0%, p<0,001). Dalam penelitian tersebut
telbivudin memiliki superioritas dalam juga disebutkan tenofovir cukup aman
menekan rasio transmisi vertikal digunakan selama kehamilan.
dibandingkan dengan imunoprofilaksis Greenup, dkk meneliti efikasi dan
saja (1,9% vs 17%, intention to treat; p= keamanan tenofovir dibandingkan dengan
0,03). Telbivudin juga efektif dalam lamivudin dan protokol imunoprofilaksis.
menurunkan serum HBV DNA sebanyak Antivirus diberikan pada minggu ke-32
lebih dari 4log10 sebelum persalinan. Studi kehamilan hingga 12 minggu post partum.
ini menyatakan tidak didapatkan perbedaan Hasil menunjukkan tenofovir dan
yang bermakna secara statistik antara lamivudin menunjukkan hasil yang
kelompok telbivudin dan imunoprofilaksis memuaskan. Pada 120 ibu hamil, kelompok
pada usia gestasi dan efek samping. yang diberikan lamivudin memperlihatkan
Studi prospektif Han, dkk (2012), juga tidak ada transmisi vertikal yang terjadi,
menunjukkan telbivudin dapat menurunkan sedangkan dari grup tenofovir hanya ada 1
risiko transmisi vertikal dibandingkan bayi dengan HbsAg yang menunjukkan
dengan imunoprofilaksis (0% vs 9,3%; hasil positif pada bulan ke sembilan
p<0,0001), baik pada pemberian trimester kehidupan. Sementara itu, pada grup
kedua atau ketiga kehamilan. Pada studi imunisasi didapatkan rasio transmisi
ini juga dikatakan bahwa tidak ada vertikal terjadi sebanyak 50%. Transmisi
perbedaan antara usia gestasi dan rasio vertikal tersebut disebabkan oleh HBV
seksio sesaria. Telbivudin dalam penelitian DNA yang sangat tinggi sebelum kelahiran.
ini tidak menunjukkan efek, baik teratogenik Selain itu, pada penelitian tersebut juga tidak
dan mutagenik. Penelitian G. Muray, La Ma menunjukkan perbedaan bermakna antara
dan Han diatas, menjelaskan bahwa subjek defek kongenital dan keluaran klinis
penelitian tidak diperbolehkan untuk obstetri pada subjek penelitian.
menyusui anaknya, dikarenakan keamanan
telbivudin selama menyusui tidak dapat Masa Laktasi
dinilai. Lamivudin dapat melalui sawar
darah plasenta dan diekskresikan melalui
Tenofovir ASI. Kadar lamivudin saat persalinan
Tenofovir mempunyai potensi eradikasi mencapai 67 ng/mL dan konsentrasi ini
virus dan barier resistensi yang lebih baik akan turun pada 6-24 minggu post partum
dibandingkan dengan telbivudin dan hingga kadar tidak terdeteksi. Kadar
lamivudin. Namun, studi mengenai lamivudin per hari yang dikonsumsi oleh
penggunaan tenofovir dalam pencegahan neonatus melalui ASI hanya mencapai 2%
transmisi hepatitis B masih terbatas. dari dosis lamivudin pada neonatus untuk
Penelitian Celen, dkk telah melakukan HIV. Tenofovir juga dapat melalui sawar
studi retrospektif mengenai efektivitas darah plasenta, kadarnya dalam ASI
tenofovir dalam pencegahan transmisi sangat sedikit, maksimal hanya 14
vertikal hepatitis B pada 52 wanita ng/mL dan jumlah ini sangat sedikit
hamil. Pada penelitian ini, pemberian dibandingkan dengan konsentrasinya dalam
tenofovir pada minggu ke-18 hingga 27 darah plasenta maupun serum ibu. Dosis
kehamilan disertai dengan pemberian harian yang dapat dikonsumsi oleh neonatus

[153]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 2, Oktober 2019
E-ISSN 2655 – 2310
melalui ASI juga hanya mencapai 3% hingga 12 minggu postpartum tidak
dari dosis neonatus tenofovir yang melindungi pasien terhadap kejadian post
direkomendasikan untuk infeksi HIV partum flare, namun fenomena ini lebih
(Ehrhardt S, Xie C, Guo N, Nelson K, Thio banyak terjadi pada penghentian antivirus
CL., 2015) Kedua obat ini sudah diterima postpartum kurang dari 4 minggu
sebagai pengobatan pencegahan transmisi dibandingkan dengan 12 minggu (50% vs
vertikal HIV dan dinyatakan aman 40%; p<0,01). Oleh karena itu, perlu
digunakan saat menyusui. Namun, belum dilakukan follow up secara ketat selama
ada pernyataan mengenai rekomendasi 6 bulan post partum terutama pada
penggunaan lamivudin dan tenofovir pada pasien dengan HBeAg positif dan pasien
masa menyusui pada infeksi hepatitis B. yang sudah secara dini terapi antivirusnya
dihentikan. Manajemen flare pada
Post Partum Flare hepatitis B harus disesuaikan dengan
Khumaedi, AI, Gani, RA, Hasan, I panduan tatalaksana hepatitis B yang ada.
(2016) menjelaskan ibu hamil mempunyai
mekanisme untuk mencegah penolakan KESIMPULAN
sistem imun ibu terhadap bayi. Pada ibu
hamil terjadi toleransi sistem imun terhadap Risiko penularan Hepatitis B perinatal
antigen paternal berupa supresi terhadap tertinggi pada wanita dengan tingkat
imunitas seluler walaupun dalam waktu yang viraemia tinggi, penularan terbesar terjadi
sama mempunyai imunitas humoral yang kepada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan
meningkat. positif hepatitis B. Beberapa upaya
Beberapa mekanisme mendasari pencegahan transmisi vertikal dari ibu ke
toleransi imun ini antara lain adalah shifting bayi antara lain:
Th1-Th2 oleh makrofag pada maternal-fetal 1. Masa Pre-embryonic dan Assisted
interface (membran fetus dan plasenta yang Reproductive Therapy: a) Pasangan
terekspos dengan sistem imun materna). seropositif dan HBsAg seronegatif harus
Mekanisme shifting ini berperan dalam diberikan vaksin hepatitis B. Bila wanita
menekan respons imun seluler terhadap dengan HBsAg positif, maka neonatus
fetus. Imunosupresi yang terjadi ini yang harus menjalani protokol imunoprofilaksis
diikuti oleh pemulihan sistem imun post yang terdiri dari imunoglobulin hepatitis
partum diduga mendasari terjadinya post B yang diikuti vaksinasi hepatitis B, b)
partum flare. Hal ini menyerupai sindroma Seksio Sesar: beberapa penelitian
rekonstitusi imun pada koinfeksi HIV-HBV kontradiktif mengenai efektifitas dari
pada saat awal inisiasi antiretroviral. Teori seksio sesaria elektif sebagai upaya
tersebut mempunyai 2 implikasi, yaitu: 1) untuk pencegahan transmisi vertikal
terdapat kemungkinan terjadinya reaktivasi hepatitis B. Hasil penelitian lain
sistem imun dan akselerasi dari progresivitas menyatakan bahwa seksio sesaria elektif
sirosis maupun dekompensasi hati pasca berhasil menurunkan transmisi hepatitis
kelahiran; dan 2) fenomena postpartum B setengah dari transimisi persalinan
flare ini dapat dijadikan sebagai peluang pervaginam. c) Imunoprofilaksis:
untuk meningkatkan efektivitas antivirus beberapa antivirus yang dapat digunakan
atau bahkan mencetuskan serokonversi untuk pencegahan penularan hepatitis B
spontan. diantaranya lamivudin, telbivudin dan
Ibu hamil yang mendapatkan terapi tenofovir.
antivirus selama kehamilan mempunyai 2. Masa Laktasi
risiko yang lebih tinggi untuk terjadi Lamivudin dan Tenofovir sudah diterima
post partum flare (62% vs 36%) (Ter sebagai pengobatan pencegahan transmisi
Borg, 2008). Giles (2012) menjelaskan post vertikal HIV dan dinyatakan aman
partum flare umumnya ringan dan akan digunakan saat menyusui. Namun, belum
terjadi perbaikan secara spontan. ada rekomendasi penggunaan lamivudin
Penggunaan antivirus yang diperpanjang dan tenofovir pada masa menyusui.

[154]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 2, Oktober 2019
E-ISSN 2655 – 2310
3. Post Partum Flare: Ibu hamil yang transmission. Indian Journal of
mendapatkan terapi antivirus selama Gastroenterology. 30(2): 66.
kehamilan berisiko lebih tinggi Ehrhardt S, Xie C, Guo N, Nelson K, Thio
mengalami post partum flare dan akan CL. (2015). Breastfeeding while taking
terjadi perbaikan spontan, diperlukan lamivudine or tenofovir disoproxil
Follow up ketat selama 6 bulan. fumarate: a review of the evidence.
Manajemen flare harus disesuaikan Clin Infect Dis. 60(2): 275-278.
dengan panduan tatalaksana hepatitis B. Giles M, Visvanathan K, Lewin S, Sasadeusz
J. (2012). Chronic hepatitis B infection
DAFTAR PUSTAKA and pregnancy. Obstetr Gynecol. 67(1):
37-44.
Ahmad, N, Kusnanto, H (2017). Prevalensi Goyal, A. Murray, J.M. (2014). The
infeksi virus Hepatitis B pada bayi & impact of vaccination and
anak yang dilahirkan ibu dengan antiviral therapy on hepatitis B
HBsAg positif. Berita kedokteran and hepatitis D epidemiology.
Masyarakat. 33(11): 515-520. P LoS One. 9: 110-143.
American College of Obstetricians and Greenup AJ, Tan PK, Nguyen V, Glass A,
Gynecologists. ACOG Practice Davison S, Chatterjee U, et al. (2014).
Bulletin No. 86: Viral Hepatitis in Efficacy and safety of tenofovir
pregnancy. Obstetrics and gynecology. disoproxil fumarate in pregnancy to
110(4): 941. prevent perinatal transmission of
Laksmi, Purwita W, Mansjoer A, Alwi I, hepatitis B virus. J Hepatol. 61(3):
Setiati S, et al. (2008). Penyakit- 502-507.
penyakit pada kehamilan: peran Han.G.R, Xu.C.L, Zhao.W, Yang.YF,
seorang internis. Interna Publishing: (2012). Management of chronic
Jakarta. hepatitis B in pregnancy, World
Celen M, Mert D, Ay M, Dal T, Kaya S, J. Gastroenterol. WJG 18.
Yildirim N, et al. (2013). Efficacy and Honeck P, Weigel M, Kwon ST, Alken P,
safety of tenofovir disoproxil fumarate Bross S. (2006). Assisted procreation in
in pregnancy for the prevention of cases of hepatitis B, hepatitis C or
vertical transmission of HBV infection. human immunodeficiency virus
World J Gastroenterol. 19(48): 9377- infection of the male partner. Hum
9382. Reprod. 21(5): 1117-1121
Cheung KW, Seto MT & Wong SF. Huang JM, Huang TH, Qiu HY, Fang XW,
(2013. Towards complete eradication Zhuang TG, Qiu JW. (2002). Studies
of hepatitis B infection from on the integration of hepatitis B virus
perinatal transmission: review of the DNA sequence in human sperm
mechanisms of in utero infection chromosomes. Asian J Androl. 4(3):
and the use of antiviral treatment 209-212
during pregnancy. Eur J Obstetr Hu Y, Chen J, Wen J, Xu C, Zhang S, Xu B,
Gynecol Reprod Biol. 169(1):17-23. et al. (2013). Effect of elective
Chen HL, Lin LH, Hu FC, Lee JT, Lin WT, cesarean section on the risk of mother-
Yang YJ, et al. (2012). Effects of to-child transmission of hepatitis B
maternal screening and universal virus. BMC Pregnancy Childbirth. 13:
immunization to prevent mother- to- 119.
infant transmission of HBV. Infodatin (2017). Situasi Penyakit Hepatitis
Gastroenterology. 142(4):773-781. B di Indonesia tahun 2017, ISSN 2442-
Dwivedi M, Misra SP, Misra V, Pandey A, 7642
Pant S, Singh R, Verma M. (2011). Kang W, Ding Z, Shen L, Zhao Z, Huang G,
Seroprevalence of hepatitis B infection Zhang J, et al. (2014). Risk factors
during pregnancy and risk of perinatal associated with immunoprophylaxis
failure against mother to child

[155]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 2, Oktober 2019
E-ISSN 2655 – 2310
transmission of hepatitis B virus and Nie R, Jin L, Zhang H, Xu B, Chen W, Zhu
hepatitis B vaccination status in G. (2011). Presence of hepatitis B virus
Yunnan province, China. Vaccine. in oocytes and embryos: a risk of
32(27): 3362-2366. hepatitis B virus transmission during in
Khumaedi, AI, Gani, RA, Hasan, I (2016) vitro fertilization. Fertil Steril. 95(5):
Prevention of Hepatitis B Vertical 1667-1671
Transmission: Focus on Antenatal Nguyen V, Tan PK, Greenup AJ, Glass A,
Antiviral Administration. Jurnal Davison S, Samarasinghe D, et al.
Penyakit Dalam. 3(4). (2014). Anti-viral therapy for
Kim HJ, Yoo HS, Kim JC, Park CS, Choi prevention of perinatal HBV
MS, Kim M, Choi H, Min JS, Kim YS, transmission: extending therapy
Yoon SW, Ahn JK. (2009). Antiviral beyond birth does not protect against
effect of Curcuma longa Linn extract post-partum flare. Aliment Pharmacol
against hepatitis B virus replication. Ther. 39(10): 1225-1234.
Journal of ethnopharmacology. 124(2): Ma. L, Alla.N.R, Li. X, Mynbaev.OA,
189-196. Shi.Z, (2014). Mother-to child
La. Ma, et all. (2013). Towards complete transmission of HBV: review of
eradication of hepatitis B current clinical management
infection from perinatal and prevention strategies. Rev.
transmission: review of the Med.Virol. 24: 396–406.
mechanisms of in utero Merry, V. (2001). Pengelolaan Hepatitis B
infection and the use of Dalam Kehamilan Dan Persalinan.
antiviral treatment during [Tesis]. FK Undip Semarang.
pregnancy. J. Obstet. Gynecol. Pan CQ, Zou HB, Chen Y, Zhang X, Zhang
Reprod. Biol. 169:17-23. H, Li J, et al. (2013). Cesarean
Lin X, Guo Y, Zhou A, Zhang Y, Cao J, Yang section reduces perinatal transmission
M, et al. (2014). Immunoprophylaxis of hepatitis B virus infection from
failure against vertical transmission of hepatitis B surface antigen-positive
hepatitis B virus in the Chinese women to their infants. Clin
population: a hospital-based study and Gastroenterol Hepatol. 11(10): 1349-
a meta-analysis. Ped Infect Dis J. 1355.
33(9): 897-903. Practice Committee of American Society
Lu LL, Chen BX, Wang J, Wang D, Ji Y, Yi for Reproductive (2013)..
HG, et al. (2014). Maternal Recommendations for reducing the
transmission risk and antibody levels risk of viral transmission during
against hepatitis B virus e antigen in fertility treatment with the use of
pregnant women. Int J Infect Dis. 28: autologous gametes: a committee
41-44. opinion. Fertil Steril. 99(2): 340-346.
Lu Y, Liang XF, Wang FZ, Yan L, Li RC, Li Sudoyo, Aru W. (2009), Buku Ajar Ilmu
YP, Zhu FC, Zhai XJ, Li J, Zhuang H. Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ke-5.
(2017). Hepatitis B vaccine alone may Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
be enough for preventing hepatitis B Penyakit Dalam FKUI Jakarta
virus transmission in neonates of Ter Borg MJ, Leemans WF, de Man RA,
HBsAg(+)/HBeAg(−) mothers. Janssen HL. (2008). Exacerbation of
Vaccine. 35(1): 40-45. chronic hepatitis B infection after
Nelson NP, Jamieson DJ, Murphy TV. (2014). delivery. J Viral Hepatitis. 15(1):37-
Prevention of Perinatal Hepatiti B Virus 41.
Transmission. J Ped Infect Dis. 3(Suppl Tran TT. (2016). Hepatitis B in
1):S7. Pregnancy. Clin Infect Dis.

[156]

Anda mungkin juga menyukai