Anda di halaman 1dari 28

Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum) Golongan

Protozoa

MAKALAH

Dibuat dalam rangka perkuliahan Ilmu Dasar Keperawatan 1

Oleh
Yuli Yuliani

Jurusan Ilmu Keperawatan Semester 1


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
BINA PUTERA BANJAR
2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur semata penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., Sang Pencipta
alam beserta isinya dengan penuh ketelitian sehingga penulis dapat menyusun makalah
dengan judul “Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum) Golongan Protozoa”.
Senandung shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad
SAW., beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya, termasuk kita semua yang mudah-
mudahan senantiasa taat menjalankan risalah yang diembannya.

Makalah ini penulis susun dalam rangka perkuliahan Ilmu Dasar Keperawatan
1.dan sebagai bahan informasi mengenai objek yang penulis teliti. Pengumpulan data dalam
penyusunan makalah ini menggunakan metode pengambilan data dari sumber informasi
internet. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan tentang penyakit Malaria Tropika (Plasmodium falciparum) golongan
protozoa.

Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Yth. Bapak Muntohari, S. Pd., M. Kes.


2. Rekan-rekan Jurusan Ilmu Keperawatan Semester 1

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dapat dijadikan
bahan pelajaran dalam penyusunan makalah ke depannya.
Akhir kata Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan
pembaca pada umumnya. Semoga bermanfaat.

Banjar, Nopember 2013

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah.............................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 4
2.1 Sejarah Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum).......... 4
2.2 Daur Hidup Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum) ... 6
2.3 Gejala Klinis Malaria Tropika............................................. 10
2.4 Penularan Penyakit Malaria Tropika................................... 12
2.5 Diagnosis Penyakit Malaria Tropika.................................... 15
2.6 Pencegahan Pada Penyakit Malaria Tropika........................ 16
2.7 Pengobatan Untuk Penyakit Malaria Tropika...................... 17
2.8 Aspek Keperawatan............................................................ 19
BAB III PENUTUP................................................................................. 24
3.1 Kesimpulan ....................................................................... 24
3.2 Saran................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah malaria berasal dari bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan aroa (udara) yang
artinya adalah udara yang buruk karena pada jaman dahulu banyak bau busuk yang
terdapat di daerah rawa-rawa.
Selain itu penyakit malaria juga memiliki nama lain yaitu demam rawa, demam roma,
demam pantai, demam tropik, demam kara, demam charges dan paludisme.
Penyakit malaria merupakan suatu jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa. (Protozoa berasal dari kata protos
yang berarti pertama dan zoo yang berarti hewan sehingga disebut sebagai hewan
pertama. Merupakan filum hewan bersel satu yang dapat melakukan reproduksi seksual
(generatif) maupun aseksual vegetatif).Habitat hidupnya adalah tempat yang basah atau
berair. Jika kondisi lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkan maka protozoa
akan membentuk membran tebal dan kuat yang disebut Kista. Ilmuwan yang pertama
kali mempelajari protozoa adalah Anthony van Leeuwenhoek).
Penyakit malaria merupakan suatu jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan gigitan
(tusukan) nyamuk Anopheles spp dimana Indonesia adalah salah satu negara yang
memiliki endemisitas tinggi.
Proses penyebarannya adalah dimulai nyamuk malaria yang mengandung parasit
malaria, menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala demam.
Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu antara 9
sampai dengan 40 hari. parasit malaria adalah setelah nyamuk Anopheles yang
mengandung parasit malaria menggigit manusia, maka keluar sporozoit dari kelenjar
ludah nyamuk masuk kedalam darah dan jaringan hati. penyakit malaria dengan gejala
demam, anemia dan spleomegali (pembengkakan spleen).
Dikenal 4 (empat) jenis plasmodium, yaitu :
1.Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna).
2.Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana
3.Plasmdiuom falciparum menyebabkan Malaria tropika (malaria tertiana
maligna).
4.Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale. . Malaria menular kepada manusia
melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. dalam siklus hidupnya. Plasmodium sp
berproduksi secara sexual (sporogoni)dan asexual (schizogon) di dalam host yang
berbeda, host dimana terjadi reproduksi sexsual, disebut host definitive sedangakn
reproduksi asexual terjadi pada host intermediate. Reproduksi sexual hasinya disebut
sporozoite sedangkan hasil reproduksi asexual disebut merozoite. Hingga saat ini
penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat dunia yang
utama. Malaria menyebar di berbagai negara, terutama di kawasan Afrika, Asia dan
Amerika Latin.
Di berbagai negara, terutama negara berkembang selain berhubungan dengan masalah
kesehatan, penyakit malaria juga memiliki hubungan yang erat dengan kemiskinan dan
keterbelakangan.

Namun dimakalah ini saya hanya akan membahas tentang penyakit Plasmodium
falciparum menyebabkan Malaria tropika.

1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
mahasiswa dan pembaca tentang penyakit Plasmodium falciparum menyebabkan
Malaria tropika jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium
yang termasuk golongan protozoa. dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan 1.
1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah Sejarah Dan Definisi Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum)

2. Bagimana Daur Hidup Pada Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum)

3. Bagaimana Tanda dan gejala Klinis Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum)

4. Bagaimana cara Penularan Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum)

5. Bagaimana cara mengetahui Diagnosis terhadap Penyakit Malaria Tropika


(Plasmodium Falciparum)

6. Bagaimana upaya pencegahan terhadap Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium


Falciparum)

7. Bagaimana cara Pengobatan terhadap Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium


Falciparum)

8. Bagaimana Aspek Keperawatan terhadap Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium


Falciparum)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Malaria Tropica (Plasmodium Falciparum)

Malaria tropica adalah jenis penyakit malaria yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium falcifarum. Penyakit malaria tropica disebut juga Malaria tertiana
maligna atau malaria falciparum yang merupakan penyakit malaria yang paling
ganas yang menyerang manusia.
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat,
ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak
dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang
semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini
berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan
satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin).
Malaria tropika pernah dituduh sebagai penyebab utama terjadinya penurunan
populasi penduduk di jaman Yunani kuno dan menyebabkan terhentinya expansi
“Alexander yang agung” menaklukan benua Timur karena kematian serdadunya oleh
serangan penyakit malaria ini. Begitu juga pada perang Dunia I dan II terjadinya
kematian manusia lebih banyak disebabkan oleh penyakit malaria ini daripada mati
karena perang.
Plasmodium falciparum mempunyai sifat – sifat tertentu yag berbeda dengan
species lainnya, sehingga diklasifikasikan dalam subgenus laveran. Biasanya seseorang
yang terkena jenis malaria ini akan mengalami demam yang tidak teratur yang disertai
dengan gejala terserang pada bagian otak yang terkadang bisa menimbulkan koma atau
kematian mendadak..

Plasmodium falciparum mempunyai klasifikasi sebagai berikut :


Kingdom : Haemosporodia
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : Falcifarum
 Nama penyakit
P.falciparum menyebabkan penyakit malaria falsifarum.
 .Hospes
Manusia merupakan hospes perantara parasit ini dan nyamuk Anopheles betina
menjadi hopses definitifnya atau merupakan vektornya.
 Distribusi geografik
Parasit ini ditemukan didaerah tropic, terutama di Afrika dan Asia Tenggara. Di
Indonesia parasit ini terbesar di seluruh kepulauan.

Khusus untuk plasmodium falciparum sering menjurus kepada sakit malaria berat
yang sangat sering menyebabkan kematian (pada tahun 2010 diperkirakan 90% angka
kematian akibat malaria terjadi di Sub-Sahara Afrika. Dimana plasmodium falciparum
bertanggung jawab atas sebagian besar kasus malaria yang terjadi), sedangkan tiga jenis
plasmodium lainnya adalah penyakit ringan yang sangat jarang menjurus pada Penyakit
Malaria akut.
2.2 Daur Hidup Malaria Tropica (Plasmodium Falciparum)

Parasit ini merupakan species yang berbahaya karena penyakit yang


ditimbulkannya dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian.Perkembangan
aseksual dalam hati hanya menyangkut fase preritrosit saja; tidak ada fase ekso-eritrosit.
Bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizom yang berukuran ± 30 µ pada
hari keempat setelah infeksi.
Jumlah morozoit pada skizon matang (matur) kira-kira 40.000 bentuk cacing stadium
trofosoit muda plasmodium falciparum sangat kecil dan halus dengan ukuran ±1/6
diameter eritrosit. Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir kromatin; bentuk pinggir
(marginal) dan bentuk accole sering ditemukan. Beberapa bentuk cincin dapat
ditemukan dalam satu eritrosit (infeksi multipel). Walaupun bentuk marginal, accole,
cincin dengan kromatin ganda dan infeksi multiple dapat juga ditemukan dalam eritrosit
yang di infeksi oleh species plasmodium lain pada manisia, kelainan-kelainan ini lebih
sering ditemukan pada Plasmodium Falciparum dan keadaan ini penting untuk
membantu diagnosis species.
Bentuk cincin Plasmodium falciparum kemudian menjadi lebih besar, berukuran
seperempat dan kadang-kadang setengah diameter eitrosit dan mungkin dapat disangka
parasit Plasmodium malariae. Sitoplasmanya dapat mengandung satu atau dua butir
pigmen. Stadium perkembangan siklus aseksual berikutnya pada umumnya tidak
berlangsumg dalam darah tepi, kecuali pada kasus brat (perniseosa).
Adanya skizon muda dan matang Plasmodium falciparum dalam sediaan darah tepi
berarti keadaan infeksi yang berat sehingga merupakan indikasi untuk tindakan
pengobatan cepat.Bentuk skizon muda Plasmodium falciparum dapat dikenal dengan
mudah oleh adanya satu atau dua butir pigmen yang menggumpal. Pada species parasit
lain pada manusia terdapat 20 atau lebih butir pigmen pada stadium skizon yang lebih
tua. Bentuk cincin da tofozoit tua menghilang dari darah tepi setelah 24 jam dan
bertahan dikapiler alat-alat dalam, seperti otak, jantung, plasenta, usus atau sumsum
tulang; di tempat – tempat ini parasit berkembang lebih lanjut.        
Dalam waktu 24 jam parasit di dalam kapiler berkembang biak secara zkisogoni.
Bila skison sudah matang, akan mengisi kira-kira 2/3 eritrosit. Akhirnya membelah-
belah dan membentuk 8 – 24 morozoit, jumlah rata-rata adalah 16. skizon matang
Plasmodium falciparum lebih kecil dari skizon matang parasit malaria yang lain.
Derajat infeksi pada jenis malaria ini lebih tinggi dari jenis-jenis lainnya, kadang-
kadang melebihi 500.000/mm3 darah.
       Dalam badan manusia parasit tidak tersebar merata dalam alat-alat dalam dan
jaringan sehingga gejala klinik pada malaria falciparum dapat berbeda-beda. Sebagian
besar kasus berat dan fatal disebabkan oleh karena eritrosit yang dihinggapi parasit
menggumpal dan menyumbat kapiler.
      Pada malaria falciparum eritrosit yang diinfeksi tidak membesar selama stadium
perkembangan parasit. Eritrosit yang mengandung trofozoit tua dan skizon mempunyai
titik kasar berwarna merah (titik mauror) tersebar pada dua per tiga bagian eritrosit.
Pembentukan gametosit berlamgsung dalam alat-alat dalam, tetapi kadang-kadang
stadium mudah dapat ditentukan dalam darah tepi. Gametosis muda mempunyai bentuk
agak lonjong, kemudian menjadi lebih panjang atau berbentuk elips; akhirnya mencapai
bentuk khas seperti sabit atau pisang sebagai gametosis matang. Gametosis untuk
pertama k ali tampak dalam darah tepi setelah beberapa generasi mengalami skizogoni
biasanya kira-kira 10 hari setelah parasit pertama kali tampak dalam darah. Gametosis
betina atau makrogametosis biasanya lebih langsing dan lebih panjang dari gametosit
jantang atau mikrogametosit, dan sitoplasmanya lebih biru dengan pulasan
Romakonowsky. Intinya lebih lebih kecil dan padat, berwarna merah tua dan butir-butir
pigmen tersebar disekitar inti. Mikrogametozit membentuk lebih lebar dan seperti sosis.
Sitoplasmanya biru, pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya berwarna merah
mudah, besar dan tidak padat, butir-butir pign\men disekitan plasma sekitar inti.
          Jumlah gametosit pada infeksi Falciparum berbeda-beda, kadang-kadang sampai
50.000 – 150.000/mm3 darah, jumlah ini tidak pernah dicapai oleh species Plasmodium
lain pada manusia. Walaupun skizogoni eritrosit pada Plasmodium falciparum selesai
dalam waktu 48 jam dan priodisitasnya khas terirana, sering kali pada species ini
terdapat 2 atau lebih kelompok-kelokpok parasit, dengan sporolasi yang tidak singkron,
sehingga priodesitas gejala pada penderita menjadi tidak teratur, terutama pada stadium
permulaan serangan malaria.
       Siklus seksual Plasmodium falciparum dalam nyamuk sama seperti pada
Plasmodium yang lain. Siklus berlangsung 22 hari pada suhu 20 o C, 15 – 17 hari pada
suhu 23o C dan 10 – 11 hari pada suhu 25o C – 28o C. pigmen pada obkista berwarna
agak hitam dan butir butinya relative besar, membentuk pola pada kista sebagai
lingkaran ganda sekitar tepinya, tetapi dapat tersusun sebagai lingkaran kecil dipusat
atau sebagai garis lurus ganda. Pada hari ke- 8 pigmen tidak tampak kecuali beberapa
butir masih dapat dilihat.

Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:


a) Fase seksual
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk
(Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat
berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak
berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam lambung
nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang
kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi Ookista. Dalam
waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk (Tjay &
Rahardja, 2002, hal .162-163).
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk
tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi
merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara
permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten,
sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan
hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001, hal. 409).
b) Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit,
menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam
peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-
eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan
menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-ribu
merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -eritrositer primer.” Terjadi di dalam
darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah
mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah.
Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di
hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan diproses
kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan
bersamaan dari usus halus. Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan
berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara
lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut “ekso-eritrositer sekunder“. Dalam waktu 48
-72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang di lepaskan dapat memasuki
siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah pecah, penderita merasa kedinginan
dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan.
Secara garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap
sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.
2.3 Gejala Klinis Malaria Tropika (Plasmodium Falciparum)
Tanda dan gejala dari Plasmodium falcifarum yang di temukan pada klien dengan
malaria adalah sebagai berikut:
 Masa tunas intrinsic Plasmodium falciparum berlangsung antara 9-14 hari.
Penyakitnya mulai dengan sakit kepala, punggung dan ekstremitas, perasaan dingin,
mual, muntah atau diare ringan.   Demam mungkin tidak ada atau ringan dan
penderita tidak tampak sakit; diagnosis pada stadium ini tergantung dari anamosis
tentang kepergian penderita ke daerah endemic malaria sebelumnya. Penyakit
berlangsung terus, sakit kepala, punggung dan ekstremitas lebih hebat dan keadaan
umum memburuk. Pada stadium ini penderita tampak gelisah, pikau mental (mentral
cunfuncion). Demam tidak teratur dan tidak menunjukkan perodiditas yang jelas.
Ada anemia ringan dan leucopenia dengan monositosis. Pada stadium dini penyakit
penyakit dapat didiagnosis dan diobati dengan baik, maka infeksi dapat segera
diatasi. Bila pengobatan tidak sempurna, gejala malaria pernisiosa dapat timbul
secara mendadak. Istilah ini diberikan untuk penyulit berat yang timbul secara tidak
terduga pada setiap saat, bila lebih dari 5 % eritrosit di-infeksi.
Pada malaria Falciparum ada tiga macam penyulit :
1.Malaria serebral dapat dimulai secara lambat atau mendadak setelah gejala
permulaan.
2.Malaria algida menyerupai syok/renjatan waktu pembedahan.
3.gejala gastro-intestinal menyerupai disentri atau kolera.
Malaria falciparum berat adalah penyakit malaria dengam P.falciparum stadium
aseksual ditemukan di dalam darahnya, disertai salah satu bentuk gejala klinis
tersebut dibawah ini (WHO, 1990) dengan menyingkirkan penyebab lain (infeksi
bakteri atau virus) :
 malaria otak dengan koma (unarousable coma)
 anemia normositik berat
 gagal ginjal
 Edema paru
 Hipoglikemia
 Syok
 Perdarahan spontan/DIC (disseminated intravascular coagulation
 kejang umum yang berulang.
 Asidosis
 Malaria hemoglobinuria (backwater fewer)
 Hemolisis intravascular secara besar-besaran dapat terjadi dan memberikan
gambaran klinis khas yang dikenal sebagai “blackwater fever” atau febris iktero-
hemoglobinuria. Gejala dimulai dengan mendadak, urin berwarna merah tua samapi
hitam,  muntah cairan yang berwarna empedu, ikterus, badan cepat lemah dan
morolitasnya tinggi. Pada “blackwater” parasit sedikit sekali, kadang-kadang tidak
ditemukan dalam darah tepi.
 Gejalanya adalah berkurangnya kesadaran dan serangan demam yang tidak menentu,
dapat pula berkala tiga hari sekali. Gejala lainnya adalah demam tinggi yang timbul
mendadak , muntah dan gagal ginjal akut. 
Malaria falciparum berat adalah penyakit malaria dengam P.falciparum stadium
aseksual ditemukan di dalam darahnya, disertai salah satu bentuk gejala klinis
tersebut dibawah ini (WHO, 1990) dengan menyingkirkan penyebab lain (infeksi
bakteri atau virus) :
1. malaria otak dengan koma (unarousable coma)
2. .anemia normositik berat
3. gagal ginjal
4. Edema paru
5. Hipoglikemia
6. Syok
7. Perdarahan spontan/DIC (disseminated intravascular coagulation)
8. kejang umum yang berulang.
9. Asidosis
10. Malaria hemoglobinuria (backwater fewer)
Dari pustaka lain. Gejala serangan malaria itu terdiri dari beberapa
jenis, yaitu:
1. Gejala klasik, biasanya ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah
non endemis malaria atau yang belum mempunyai kekebalan (immunitas);
atau yang pertama kali menderita malaria. Gejala ini merupakan suatu
parokisme, yang terdiri dari tiga stadium berurutan:
2. Menggigil (selama 15-60 menit), terjadi setelah pecahnya sizon dalam
eritrosit dan keluar zat-zat antigenik yang menimbulkan mengigil-dingin.
3. Demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita mengigil, demam dengan
suhu badan sekitar 37,5-40 derajad celcius, pada penderita hiper parasitemia
(lebih dari 5 persen) suhu meningkat sampai lebih dari 40 derajad celcius.
4. Berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat
gangguan metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah.
Kadang-kadang dalam keadaan berat, keringat sampai membasahi tubuh
seperti orang mandi. Biasanya setelah berkeringat, penderita merasa sehat
kembali. Di daerah endemis malaria dimana penderita telah mempunyai
imunitas terhadap malaria, gejala klasik di atas timbul tidak berurutan –
bahkan bisa jadi tidak ditemukan gejala tersebut- kadang muncul gejala lain.
5. Gejala malaria dalam program pemberantasan malaria: Demam, menggigil,
berkeringat, dapat disertai dengan gejala lain: Sakit kepala, mual dan
muntah, Gejala khas daerah setempat: diare pada balita (di Timtim), nyeri
otot atau pegal-pega pada orang dewasa (di Papua), pucat dan menggigil-
dingin pada orang dewasa (di Yogyakarta).
Pada P. Falciparum dapat menyerang ke organ tubuh dan menimbulkan kerusakan
seperti pada otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya malaria
berat/komplikasi
.
2.4 Penularan Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium falciparum)

Proses penularannya adalah dimulai nyamuk malaria yang mengandung parasit


malaria, menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala demam.
Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu antara 9
sampai dengan 40 hari. parasit malaria adalah setelah nyamuk Anopheles yang
mengandung parasit malaria menggigit manusia, maka keluar sporozoit dari kelenjar
ludah nyamuk masuk kedalam darah dan jaringan hati.
Malaria menular kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. dalam
siklus hidupnya.
Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian
besar melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat
terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali
kepada orang sehat yang digigit nyamuk tersebut.
Jenis-jenis vector (perantara) malaria yaitu:
 Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara di derah pantai
 Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan
 Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkembunan, kehutanan
dan pegunungan.
Penularan yang lain melalui tranfusi darah, namun kemungkinannya sangat kecil.
 Menurut Harijanto (2000) penyabab malaria tropika adalah plasmodium
falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang
cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/
falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
 Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh
nyamuk betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar
67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia
telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.

Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :


a. Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah
b. Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
c. Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit manusia
(menghisap darah).
d. Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
e. Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48 derajat
f. Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu
g. Lebih senang hidup di daerah rawa
2.5 Diagnosis Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium falciparum)

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya, dimana terjadi serangan demam dan


menggigil secara periodik tanpa penyebab yang jelas. Dugaan malaria semakin kuat jika
dalam waktu 1 tahun sebelumnya, penderita telah mengunjungi daerah malaria dan pada
pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran limpa. Untuk memperkuat diagnosis
dilakukan pemeriksaan darah guna menemukan parasit penyebabnya. Mungkin perlu
dilakukan beberapa kali pemeriksaan karena kadar parasit di dalam darah bervariasi dari
waktu ke waktu. Pengobatan, komplikasi dan prognosis dari malaria ditentukan oleh
jenis parasit penyebabnya.
Diagnosis Plasmodium falciparum dapat dibuat dengan menemukan parasit
trofozoit muda ( bentuk cincin ) tanpa atau dengan stadium gametosit dalam sediaan
darah tepi. Pada autopsy dapat ditemukan pigmen dan parasit dalam kapiler otak dan
alat-alat dalam.
G.Resistensi parasit malaria terhadap obat malaria.
Resistensi adalah kemampuan strain parasit untuk tetap hidup, berkembangbiak dan
menimbulkan gejala penyakit, walaupun diberi pengobatan terhadap parasit dalam dosis
standar atau dosis yang lebih tinggi yang masih dapat ditoleransi. Resistensi
P.falciparum terhadap obat malaria golongan 4 aminokuinolin (klorokuin dan
amodiakuin untuk pertama kali ditemukan pada tahun 1960 -1961 di Kolombia dan
Brasil. Kemudian secara berturut-turut ditemukan di Asia Tenggara, di Muangthai,
Kamboja, Malaysia, Laos, Vietnam, Filifina. Di Indonesia ditemukan di Kalimantan
timur (1974), Irian Jaya (1976), Sumatera Selatan (1978), Timor Timur (1974), Jawa
Tengah (Jepara, 1981) dan Jawa Barat (1981). Focus resistensi tidak mengcakup semua
daerah, parasit masih sensitive dibeberapa tempat di daerah tersebut. Bila resistensi
P.Falciparum terhadap klorokuin sudah dapat idpastikan, obat malaria lain dapat
diberikan.
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan
gejala yang timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan
Geissler, 1999):
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
makanan yang tidak sehat ; anorexia; mual/muntah
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan
tubuh; prosedur tindakan invasive
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung
sirkulasi kuman pada hipotalamus.
d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
e. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.

2.6 .Pencegahan Pada Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium


falciparum)
Orang-orang yang tinggal di daerah malaria atau yang mengadakan perjalanan ke
daerah malaria bisa melakukan hal-hal berikut:
 Menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan di luar rumah
 Memasang tirai di pintu dan jendela
 Memasang kawat nyamuk
 Mengoleskan obat anti nyamuk di kulit
 Mengenakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga mengurangi daerah tubuh
yang digigit nyamuk.
Beberapa hal yang perlu diingat mengenai malaria:
1. Obat-obat yang digunakan dalam tindakan pencegahan tidak 100% efektif
2. Gejalanya bisa timbul 1 bulan atau lebih setelah gigitan nyamuk
3. Gejala awalnya tidak spesifik dan seringkali disalahartikan sebagai
influenza

Obat-obat pencegah malaria seringkali tetap digunakan hingga beberapa


minggu setelah kembali dari bepergian. Mefloquine telah dibuktikan efektif terhadap
strain malaria yang kebal terhadap klorokuin, baik sebagai pengobatan ataupun sebagai
pencegahan. Namun obat tersebut saat ini tengah diselidiki apakah dapat menimbulkan
efek samping yang merugikan. Suatu kombinasi dari sulfadoxine dan pyrimethamine
digunakan untuk pencegahan di daerah-daerah yang terjangkit malaria yang telah kebal
terhadap klorokuin. Sementara Proguanil digunakan hanya sebagai pencegahan.
     Saat ini para ahli masih tengah berusaha untuk menemukan vaksin untuk malaria.
Beberapa vaksin yang dinilai memenuhi syarat kini tengah diuji coba klinis guna
keamanan dan keefektifan dengan menggunakan sukarelawan, sementara ahli lainnya
tengah berupaya untuk menemukan vaksin untuk penggunaan umum. Penyelidikan
tengah dilakukan untuk menemukan sejumlah obat dengan bahan dasar artemisin, yang
digunakan oleh ahli obat-obatan Cina untuk menyembuhkan demam. Bahan tersebut
terbukti efektif terhadap Plasmodium falciparum namun masih sangat sulit untuk
diperbanyak jumlahnya.

2.7 Pengobatan Untuk Penyakit Malaria Tropika (Plasmodium


falciparum)

Malaria Tropika (Plasmodium falciparum) di obati dengan menggunakan 3 (Tiga)


obat yaitu:
1. Artesunat
2. Amodiakui
3. Primakuin

Apabila dalam waktu 3 hari belum menunjukkan kesembuhan maka dilanjutkan


dengan kombinasi 3 (Tiga) obat selanjutnya yaitu:
1. Doksisiklin
2. Kina
3. Primakuin

A. Klasifikasi Biologi Obat Malaria


Berdasarkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria terhadap obat malaria
maka obat malaria di bagi dalam 5 golongan :
1. Skizontosida jaringan primer : proguanil, pirimetamin, dapat membasmi
parasit pra eritrosit sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam eritrosit
digunakan sebagai profilaksis kausal.
2.   Skizontosida jaringan sekunder primakuin, membasmi parasit daur
eksoeritrosit atau bentuk-bentuk jaringan P. vivax dan P. ovale dan digunakan
untuk pengobatan radikal infeksi ini sebagai obat anti relaps.
3. Skizontosida darah : membasmi parasit stadium eritrosit yang berhubungan
dengan penyakit akut disertai gejala klinis.
4. Gametositosida : menghancurkan semua bentuk seksual termasuk stadium
gametosit P.falcifarum , juga mempengaruhi stadium perkembangan parasit
malaria dalam nyamuk Anopheles betina
5. Sporontosida : mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk
membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles

Obat-obat malaria yang ada dapat dibagi dalam 9 golongan menurut rumus
kimianya :
1. Alkaloid cinchona (kina)
2. 8-aminokuinolin (primakuin)
3. 9-aminoakridin (mepakrin)
4. 4-aminokuinolin (klorokuin, amodiakuin)
5. Biguanida(proguanil)
6. Diaminopirimidin (pirimetamin, trimetoprim
7. Sulfon dan sulfonamide
8. Antibiotic ( tetrasiklin, minosiklin, klindamisin )
9. Kuinilinmetanol dan fenantrenmetanol ( meflokuin )

B. Penggunaan_Obat_Malaria
       Suatu obat mempunyai beberapa kegunaan yang dapat dipengaruhi beberapa
factor, seperti spesies parasit malaria, respon terhadap obat tersebut, adanya
kekebalan parsial manusia, risiko efek toksik, ada tidaknya obat tersebut di pasaran,
pilihan dan harga obat. Penggunaan obat malaria yang utama ialah sebagai
pengobatan pencegahan (profilaksisi ), pengobatan kuratif         ( terapeutik ), dan
pencegahan transmisi.
 Pengobatan pencegahan (profilaksis). Obat diberikan dengan tujuan mencegah
terjadinya infeksi atau timbulnya gejala. Semua skizontisida darah adalah obat
profilaksis klinis atau supresif dan ternyata bila pengobatan diteruskan cukup
lama , infeksi malaria dapat lenyap.
 Pengobatan terapeutik (kuratif). Obat digunakan untuk pengobatan infeksi
yang telah ada, penanggulangan serangan akut dan pengobatan radikal.
Pengobatan serangan akut dapat dilakukan dengan skizontosida.
 Pengobatan pencegahan transmisi. Obat yang efektif terhadap gametosit,
sehingga dapat mencegah infeksi pada nyamuk atau mempengaruhi
perkembangan sporogonik pada nyamuk adalah gametositosida atau
sporontosida.
Pada pemberantasan penyakit malaria, penggunaan obat secara operasional
tergantung pada tujuannya. Bila obat malaria digunakan oleh beberapa individu
untuk pencegahan infeksi, maka disebut proteksi individu atau profilaksis
individu.Dalam program pemberantasan malaria cara pengobatan yang terpenting
adalah pengobatan presumtif, pengobatan radikal, dan pengobatan missal.
Pengobatan presumtif adalah pengobatan kasus malaria pada waktu darahnya
diambil untuk kemudian dikonfirmasi infeksi malarianya. Pengobatan radikal
dilakukan dentgan tujuan membasmi semua parasit yang ada dan mencegah
timbulnya relaps.
Pengobatan misal dilakukan di daerah dengan endemisitas tinggi. Tiap orang harus
mendapat pengobatan secara teratur dengan dosis yang telah ditentukan.
C. Dosis_obat_malaria
        Dosis obat malaria tanpa keterangan khusus berarti bahwa dosis tersebut
diberikan kepada orang dewasa dengan BB kurang lebih 60 kg. Dosis tersebut dapat
disesuaikan BB ( 25 mg/kg BB dosis total).

2.8 Aspek Keperawatan

A. Penatalaksanaan

Berdasarkan pemeriksaan, baik secara langsung dari keluhan yang timbul


maupun lebih berfokus pada hasil laboratium maka dokter akan memberikan
beberapa obat-obatan kepada penderita. Diantaranya adalah pemberian obat untuk
menurunkan demam seperti paracetamol, vitamin untuk meningkatkan daya tahan
tubuh sebagai upaya membantu kesembuhan.
Sedangkan obat antimalaria biasanya yang dipakai adalah Chloroquine, karena
harganya yang murah dan sampai saat ini terbukti efektif sebagai penyembuhan
penyakit malaria di dunia. Namun ada beberapa penderita yang resisten dengan
pemberian Chloroquine, maka beberapa dokter akan memberikan antimalaria lainnya
seperti Artesunate-Sulfadoxine/pyrimethamine, Artesunate-amodiaquine, Artesunat-
piperquine, Artemether-lumefantrine, dan Dihidroartemisinin-piperquine.

Penatalaksanaan malaria dapat diberikan tergantung dari jenis plasmodium,


menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain salah satunya adalah Malaria
Tropika(Plasmodium Falciparum):
 Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam
dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik
seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100
mg/ hari selama 7 hari.

B. Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
Dasar data pengkajian antara lain :
1) Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
2) Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat
dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena
vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,penurunan
aliran darah.
3) Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
4) Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan
Penurunan masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
5) Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, koma.
6) Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
7) Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal.
b) Intervensi Keperawatan (Berdasarkan Masing-Masing Diagnosa)

1) Diagnosa1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan asupan makanan yang tidak sehat ; anorexia; mual/muntah.

Intervensi

Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan


catat masukan makanan klien

Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat

Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur.

Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.

Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang
berhubungan

Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi

2) Diagnosa 2 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan


penurunan sistem kekebalan tubuh; prosedur tindakan invasive.

Intervensi
Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.

Amati adanya menggigil dan diaforosis.

Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk


memperbaiki selama masa terapi.

Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.

Dapatkan spisemen darah.

3) Diagnosa 3 : Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme,


dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

Intervensi

Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.

Pantau suhu lingkungan.

Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.

Berikan antipiretik.

Berikan selimut pendingin.

4) Diagnosa 4 : Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan


komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan
nutrient dalam tubuh.

Intervensi

Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan.


Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat perkembangan
hipotensi dan perubahan pada tekanan nadi.
Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer.
Kaji frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas. Perhatikan dispnea
berat.
Berikan cairan parenteral.

5) Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan


kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/
mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.

Intervensi

Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan

Berikan informasi mengenai terapi obat-obatan, interaksi obat, efek


samping dan ketaatan terhadap program.
Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat dan
seimbang.
Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.

Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan.

Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis.

Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai kebutuhan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Malaria tropica adalah jenis penyakit malaria yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium falcifarum. Penyakit malaria tropica disebut juga Malaria tertiana
maligna atau malaria falciparum yang merupakan penyakit malaria yang paling
ganas yang menyerang manusia.
Pada Plasmodium Falciparum dapat menyerang ke organ tubuh dan
menimbulkan kerusakan seperti pada otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang
mengakibatkan terjadinya malaria berat/komplikasi.
.

3.2 Saran
Dengan mengetahui Malaria tropica jenis penyakit malaria yang disebabkan oleh
parasit Plasmodium falcifarum yang merupakan penyakit malaria yang paling ganas
yang menyerang manusia maka diharapkan pembaca dapat lebih berhati-hati dalam
menjaga pola hidup sehari-hari.
Dan dengan membaca tentang makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan kita tentang penyakit malaria tropica. Kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk kesempurnaan makalah kami ini di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

http://adesafitry.blogspot.com/2013/02/plasmodium-falciparum.html
http://akperku.blogspot.com/2011/10/malaria-tropika-falsifarum.html
http://www.kamuslife.com/2012/05/malaria-tropika-plasmodium-falcifarum.html

Anda mungkin juga menyukai