Makassar, 2020
Koordinator Asisten Asisten
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
B. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari reaksi reduksi ion
besi (III) secara fotokimia dan mempelajari pemanfaatan cetak biru.
C. LATAR BELAKANG
1. Tinjauan Pustaka
Fotokimia merupakan ilmu mengenaireaksi kimia dalam keadaan
elektron tereksitasi yang dicapai secara langsung maupun tidak langsung oleh
penyerapan radiasi. Kebanyakan reaksi fotokimia diatur dalam hukum fotokimia
Stark-Einstein, yang menyatakan penyerapan satu foton dapat menyebabkan
reaksi satu molekul. Namun jumlah molekul yang bereaksi tidak harus sama
dengan jumlah foton yang diserap. Artinya reaksi ini memberikan kemungkinan
untuk reaksi tertentu saja. Jadi tahap pengaktifan dalam reaksi fotokimia cukup
berbeda dan lebih selektif dibandingkan pengaktifan reaksi biasa.Beberapa
molekul tereksitasi mungkin mengalami konversi internal, persimpangan
intersistem,proses fluoresensi, atau fosfororesensi mengarah ke keadaan yang
tidak reaktif dan karenanyatidak bereaksi secara kimia (Mortimer, 2008: 981).
Interaksi antar radiasi tersebut merupakan dasar untuk melakukan
pendeteksian dan pengukuran intensitas cahaya. Daya ionisasi radasi dapat
dideskripsikan dari segi banyaknya pasangan ion yang terbentuk per sentimeter
lintasan dalam suau material. Suatu pasangan ion terdiri atas elektron terionisasi
dan ion positif yang dihasilkan. Salah satu metode yang digunakan oleh Henri
Becquerel dalam penemuan radioaktivitas ialah pajanan pada film fotografi.
Efek dari radiasi partikel α dan partikel β dan sinar-γ pada emulsi fotografi sama
dengan efek sinar-X. Partikel α, β, dan sinar γ akan mengeluarkan elektron dari
atom dan molekul untuk menghasilkan ion-ion (Petrucci, 2007: 275).
Menurut interpretasi kuantum, radiasi elektromagnetik terdiri dari
energi diskret yang mirip dengan partikel yang disebut dengan foton dan
kuantum. Setiap foton memiliki energi E yang bergantung hanya pada frekuensi
radiasi v. Foton-foton inilah yang akan merambat dengan kecepatan cahaya dan
energi yang dimilikinya adalah energi kinetik. Jika muncul sebuah foton, maka
dapat dinyatakan bahwa foton tersebut bergerak dengan kecepatan cahaya. Dan
jika foton tersebut berhenti bergerak dengan kecepatan cahaya maka foton
tersebut akan hilang. Dan foton-foton tersebut harus memiliki massa diam yang
sama dengan nol. Energi yang dibawa oleh foton tersebut akan diserap oleh
elektron tunggal. Jika elektron tersebut diusir dari material, maka perbedaan
antara energi yang diserap oleh elektron tersebut dengan energi ketika elektron
tersebut terikat di permukaan akan muncul sebagai energi kinetik elektron
(Gautreau, 1999: 51-52).
Besi juga dapat dijelaskan melalui reaksi fotokimia. Besi merupakan
salah satu jenis logam yang terdapat di alam. Di alam, besi ditemukan dalam
bentuk sulfidanya yaitu FeS atau Fe2S3 akan tetapi, dalam bentuk sulfida,
mineral ini tidak dimanfaatkan sebagai bijih karena sisa-sisa kelumit belerang
sulit dihilangkan. Selain itu, juga terdapat hematit (Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4)
atau (FeO.Fe2O3) yang sangat berharga karena kandungan besinya yang sangat
besar serta magnetit juga bersifat tertarik oleh magnet. Besi dalam bentuk lain
adalah siderite FeCO3, terdapat dalam berbagai macam tanah, dan
mengakibatkan air tanah bersifat sadah karena garam ini dapat terlarut sebagai
hidrogen karbonat, tetapi dalam udara terbuka. Selain itu, juga terdapat bijih
takonit yang merupakan oksida-oksida besi yang mengandumg silika (Sugiyarto,
2010: 94-95).
Besi memiliki beragam manfaat. Dalam berbagai penelitian, telah
dibuktikan bahwa besi dibutuhkan dalam bentuk zat murni, pada umumnya
berebentuk bijih besi. Pemanfaatan besi dapat dilakukan apabila membutuhkan
bijih besi yang murni. Untuk besi yang memiliki kandungan skandium dilakukan
selektivitas ekstraksi. Hal ini didasarkan pada densitas muatan dari kation
logam. Peningkatan pemisahan antara scandium dan besi juga berpengaruh
terhadap perngurangan besi (III) menjadi besi (II), yang memiliki kerapatan
muatan yang lebih rendah (Onghena dkk, 2016: 212).
Senyawa-senyawa kompleks yang dimiliki oleh ion besi (III) dan ion
besi (II) akan memberikan sensitivitas yang tinggi. Dimana, senyawa-senyawa
kompleks ini mudah dideteksi dan ditentukan kadarnya. Misalnya besi (III)
dengan heksasianoferrat (III) dengan senyawa fenolik. Supaya senyawa
kompleks ini menunjukkan spektrum perpindahan muatan, salah satu komponen
senyawa kompleks harus memiliki sifat donor elektron dan satu komponen
senyawa kompleks lainnya harus bersifat akseptor elektron. Penyerapan radiasi
melibatkan perpindahan elektron dari donor ke akseptor yang mengakibatkan
keadaan tereksitasi yang merupakan hasil dari reaksi oksidasi reduksi (Gandjar,
2018: 25).
2. Tinjauan Hasil
Menurut Sugiyarto (2003: 242), ion besi (III) berukuran relatif kecil
dengan rapatan muatan sebesar 349 Cmm-3 untuk low spin dan 232 Cmm-3 untuk
high spin, hingga mempunyai daya mempolarisasi yang cukup untuk
menghasilkan ikatan kovalen. Sebagai contoh, besi (III) klorida dapat dibuat dari
pemanasan langsung besi dengan korin menurut persamaan reaksi.
2 Fe(s) + 3 Cl2(g) → 3 FeCl3(s)
Besi (III) klorida anhidrat jika bereaksi dengan air maka terjadi reaksi secara
eksotermik karena sistem mengeluarkan energi yang digunakan untuk berikatan
dengan air. Reaksi ini akan menghasilkan gas asam klorida, kontras dengan
padatan kuning emas garam heksahidrat, FeCl3.6H2O yang larut menghasilkan
ion heksaakuabesi [Fe(H2O)6]3+ berwarna ungu sangat pucat. Warna
kekuningan pada senyawa kloridanya berasal dari transfer muatan Fe3+-Cl-→
Fe2+-Cl0 dalam ion [Fe(H2O)5]2+.
Percobaan mengenai besi membuktikan bahwa besi merupakan salah
satu unsur yang sangat reaktif. Hal ini dikarenakan area permukaan yang
disajikan oleh besi cukup besar sehingga dapat menghasilkan nanopartikel.
Percobaan yang dilakukan dengan mereaksikan besi dengan berbagai senyawa,
sehingga diperoleh beragam nanopartikel besi yaitu Fe, Fe3HAI4, dan Fe2HAI3.
Area permukaan yang reaktif dari besi merupakan interaksi antara luas
permukaan besi dan media koloid. Produk tersebut dihasilkan dari sintesis
dengan metode reduksi (Baltazar dkk, 2015: 2).
Menurut Sugiyarto (2003: 243), uji reaksi yang dilakukan terhadap
adanya ion besi (III) dapat dilakukan dengan melakukan penambahan larutan ion
heksasionaferat (II) yaitu terbukti dengan terjadinya endapan berwarna biru
prusian besi (III) heksasionaferrat (II) mendandakan adanya ion besi (III). Dapat
dijelaskan dengan persamaan reaksi berikut.
4 Fe3+(aq) + 3 [Fe(CN)6]4-(aq) → Fe4[Fe(CN)6]3(s)
Warna biru prusian ini dihasilkan dari senyawa ion besi (III) yang dulunya
disebut warna biru Turnbull sering dimanfaatkan untuk kepentingan dalam
pembuatan tinta, cat, termasuk pigmen cetak biru. Selain dari hal tersebut, untuk
melihat persamaan reaksi reduksi ion besi (III) menjadi ion besi (II) dapat
dilakukan dengan mencampurkan ion besi (III) klorida dengan ion
bis(tiosulfato)ferrat (III) adalah sebagai berikut.
Fe3+(aq) + [Fe(S2O3)2]-(aq) → Fe2+(aq) + [S6O6]2-(s)
Begitu halnya dengan ion heksasionaferat (III) berwarna agak kemerahan dan
dapat dipreparasi dari oksidasi heksasionaferat (II) misalnya dengan Cl2.
Percobaan ini menggunakan kertas kalkir dan kertas saring sebagai
kertas peka. Kertas kalkir merupakan kertas yang memiliki permukaan yang
sangat baik untuk media warna. Kertas ini dapat menerima berbagai media,
kertas ini dapat menerima pensil, media kering, maupun media basah. Kertas
kalkir memiliki sifat tembus cahaya yang kurang baik dibandingkan dengan sifat
tembus cahaya dari kertas mylar dan velum. Hal ini memiliki keuntungan yaitu
dapat membuat objek dengan warna yang lebih cerah. Adapun kelemahan dari
kertas kalkir ini, yaitu memiliki ketebalan dengan nilai kecil dalam artian tipis
sehingga apabila menyerap cairan berlebih maka kertas kalkir ini menjadi rapuh
(Doyle, 2003: 34).
Kertas saring juga digunakan sebagai kertas peka. Sebagai kertas peka,
kertas saring juga digunakan karena tidak bersifat sebagai penukar ion. Alasan
kedua percobaan ini menggunakan kertas saring adalah juga tidak larut dalam
oksidator kuat. Dalam percobaan ini, digunakan oksidator kuat yaitu kalium
dikromat yang digunakan untuk mencuci objek agar terlihat jelas. Kemudian
sebagai pengering ketika mengeringkan kertas peka. Kertas saring digunakan
karena memiliki pori. Pori ini daoat menyerap larutan yang terkandung alam
kertas peka (Hadi, 2005: 62).
Objek yang digunakan adalah kertas kalkir. Kertas kalkir ini kemudian
kemudian diberi objek dengan menggunakan tinta cina. Tinta cina ini digunakan
karena permukaan tinta cina yang lebih tebal dan hitam dibanding tinta yang
lain, contohnya pada tinta spidol dan pada tinta bolpoon. Tinta cina juga
memiliki konsentrasi dan kepadatan yang tinggi sehingga dapat dihasilkan
tulisan yang sesuai dengan objek. Selain itu, tinta cina juga bersifat menempel
dan meresap pada objek, yakni kertas kalkir karena kertas ini memiliki pori-pori
yang cukup kecil (Meilani dkk, 2018: 7-9).
Pentingnya peran pH dalam fotoreduksi besi (III) ditunjukkan oleh
serangkaian percobaan dilakukan pada konsentrasi tertentu. Produksi besi (II)
pada berbagai waktu iradiasi dipantau menunjukkan bahwa tingkat pembentukan
besi (II) mengikuti reaksi orde nol kinetik dan meningkat ketika pH meningkat.
Selanjutnya, percobaan dilakukan mendorong konversi besi (III) menjadi besi
(II) sampai dengan 40%, tanpa memperhatikan setiap perubahan dalam tingkat
nol-urutan Fe2+. Oleh karena itu, jika Fe2+efek dari tert- konsentrasi butanol pada
konstanta laju fotoreduksi besi (III) terlibat dalam reaksi sebagai reaktan,
bergeser dari nol konsentrasi dengan nilai konversi yang tinggi harus
memerlukan perbedaan. Terutama, nol kinetika agar tidak diamati karena
pembentukan efektif Fe2+ mulai tergantung pada jumlah kini ion besi. Ini berarti
bahwa tidak ada bukti untuk reaksi yang melibatkan Fe 2+sebagai reaktan (Le
dkk, 2014: 307).
50 mL C 2 H2 O 4
kertas
50 mL FeCl 3 10 mL (NH4 )3 HPO4 Larutan disimpan dalam kalkir
ruang gelap dicelupkan
AU 18
Atas = Kertas kalkir dibuatkan pola
Bawah = kertas objek pada kertas kalkir
Kertas kalkir Atas = Kertas kalkir
dikeringkan dengan kertas saring Bawah = Kertas saring
dalam ruang gelap
F. HASIL PENGAMATAN
No. Aktivitas Hasil Pengamatan
1. 50 mL FeCl3 + 10 mL (NH4)2HPO4 Larutan berwarna kuning
+ 50 mL H2C2O4 + 2 kertas kalkir Larutan berwarna kuning
2. Kertas kalkir dikeringkan diantara kertas Digunakan sebagai kertas
saring peka
3. Kertas peka kering Berwarna putih kekuningan
4. Membuat objek tulisan pada 2 kertas Kertas kalkir 1: “AU”
kalkir yang lain Kertas kalkir 2: “18”
5. Masing-masing kertas objek diletakkan Kertas kalkir 1: bagian depan
diatas kertas peka yang telah kering objek (AU)
dengan dijepit diantara 2 keping kaca Kertas kalkir 2: bagian depan
objek (18)
6. Keringkan dengan sinar Kertas berwarna putih
kekuningan
7. Kertas peka dicelupkan dalam larutan ion Kertas kalkir 1: tulisan objek
heksasianoferat(III) dan larutan kalium mulai terlihat
kromat encer Kertas kalkir 2: tulisan objek
mulai terlihat
8. Cuci kertas peka dengan HCl 0,1 M dan Kertas 1 dan 2 tulisan
aquades objeknya sudah terlihat jelas
9. Kertas peka dikeringkan Kertas peka 1: tulisan objek
sangat jelas dan berwarna
biru
Kertas peka 2: tulisan objek
sangat jelas dan berwarna
biru
G. PEMBAHASAN
Aktivitas fotokimia bertujuan untuk memonitor kandungan karbonil
yang terkandung dalam sampel dengan waktu radiasi yang berbeda-beda
(Yousif, 2016: 93). Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari reaksi reduksi
ion besi (III) secara fotokimia dan mempelajari pemanfaatan cetak biru. Reaksi
fotokimia merupakan akibat dari radiasi elektromagnetik dan radiasi partikel
(Mulyani, 2003: 178). Reduksi merupakan reaksi yang mengalami penurunan
bilangan oksidasi. Metode reduksi dalam percobaan ini menggunakan metode
pemanasan untuk menginduksi jalur energi untuk melakukan reduksi ion
menjadi netral (Chong, 2015: 167).
Prinsip dasar dari percobaan ini yaitu penurunan bilangan oksidasi atau
reaksi reduksi ion besi (III) menjadi ion besi (II) secara fotokimia yang
memanfaatkan proses percetakan dan penyinaran sinar matahari. Sedangkan
prinsip kerja dari percobaan ini yaitu pencampuran, penyimpanan, pengadukan,
pencelupan, penyinaran sinar matahari, pencucian dan pengeringan.
Berdasarkan konsep oksidasi dan reduksi, perubahan besi (III) menjadi ion besi
(II) disebut sebagai reaksi reduksi karena pada proses ini bilangan oksidasi dari
besi mengalami penurunan yakni dari +3 menjadi +2.
Percobaan ini diawali dengan mereaksikan larutan besi (III) klorida
(FeCl3) dengan larutan diamonium hidrofosfat ((NH4)2HPO4). Larutan besi (III)
klorida (FeCl3) berfungsi sebagai pengoksidasi dan juga sebagai sampel yang
akan menghasilkan ion besi (III) (Fe3+). Sedangkan larutan diamonium
hidrofosfat ((NH4)2HPO4) berfungsi sebagai zat yang akan memperlambat
terjadinya reaksi reduksi pada besi. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :
FeCl3(aq) + (NH4)2HPO4(aq) → FePO4(aq) + 2NH4Cl(aq) +HCl(aq)
(Besi (III) klorida) (Diamonium (Besi (III) fosfat) (Amonium (Asam
hidrofosfat) klorida) klorida)
Dari reaksi di atas, dapat dilihat bahwa diamonium hidrofosfat dapat
memperlambat terbentuknya reaksi reduksi ion besi (III) (Fe3+) karena ion besi
(III) (Fe3+) akan bereaksi dengan ion fosfat (PO43-) membentuk besi (III) fosfat
(FePO4) dengan ikatan yang stabil sehingga membutuhkan energi yang besar
untuk mereduksi ion besi (III) (Fe3+).
Selanjutnya dilakukan penambahan larutan asam oksalat (H2C2O4)
yang berfungsi sebagai reduktor yang akan mereduksi ion besi (III) (Fe3+)
menjadi besi (II) (Fe2+). Pencampuran larutan asam oksalat (H2C2O4) dilakukan
dalam ruang gelap karena adanya sinar akan mempengaruhi proses reduksi ion
besi (III) (Fe3+) menjadi besi (II) (Fe2+). Dalam hal ini, energi yang berasal dari
sinar matahari akan menyebabkan tumbukan antar partikel dengan senyawa
lebih cepat sehingga reaksi yang terjadi akan berlangsung lebih cepat juga
peningkatan kecepatan partikel ini dikarenakan dapat menghasilkan
pengembangan pereaksian yang lebih cepat pula dan juga distribusi ukuran
partikel yang lebih sempit secara fotokimia (Chong, 2015: 167). Adapun reaksi
yang menunjukkan bahwa terjadi proses reduksi ion besi (III) (Fe3+) menjadi ion
besi (II) (Fe2+) adalah sebagai berikut :
2 FePO4(aq) + 3 H2C2O4(aq) → 2 FeC2O4(aq) + 2 H3PO4(aq) + 2CO2(g)
(Besi (III) (Asam oksalat) (Besi (III) (Asam Fosfat) (Karbon
fosfat) oksalat) dioksida)
Baltazar, Alvaro Ruiz, Rodrigo Esparza, Gerardo Rosas, dan Ramiro Perez. 2015.
Pengaruh Sulfaktan pada Pertumbuhan dan Oksidasi Iron Nanopartikel.
Jornal of Nanomaterias. Vol. 2015.
Gautreau, Ronald, dan William Savin. 1999. Fisika Modern Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga
Le, Truong Glang, NgocTung Nguyen, Joseph De Laat, dan Hai Yen Dao. 2014.
Pengaruk Klorida dan Sulfat Ion pada Foto Reduksi Tingkat Ferri Ion di
Reaktor UV Dilengkapi dengan Tekanan Rendah Marcury Lamp. J. Adv.
Oxid. Technol. Vol. 17. No. 2.
Meilani, Kadek Satria Adidharma, dan Tobis Warbun. 2018. Esplorasi Visual Seni
dan Kimia. Dimensi DKV. Vol. 3. No. 1.
Onghena, Bieke, Chenna Rao Borra, Tom Van Gervan, dan Koen Binnemans. 2016.
Pemulihan Skandium dari Lindi Sulfation-panggang dari Residu Bausit oleh
Ekstraksi Pelarut dengan Cairan Ionik Betainium Bis (Tri Fl
Uoromethylsulfonyl) Imida. Pemisahan dan Puri Fi Kasi Teknologi. Vol.
176. No. 208.
Kertas dicelupkan pada HCI Kertas dicuci dengan H2O Kertas dikeringkan
PERTANYAAN ATAU TUGAS
1. Jika ada dua larutan masing-masing berisi ion besi (II) dan ion besi (III),
perkirakan larutan mana yang memiliki pH lebih rendah. Jelaskan !
Jawab : Ion besi (III) pH-nya akan lebih rendah karena ion besi (III) dalam
air membentuk ion kompleks yang memiliki kecenderungan untuk
mengalami hidrolisis
[Fe(H O) ] → [Fe(H O) (OH)] +H
H+ yang dihasilkan menyebabkan larutan akan bersifat asam karena
mampu meningkatkan keasaman sehingga pH-nya rendah
dibandingkan ion besi (III).
2. Mengapa larutan diamonium hidrofosfat dapat menghambat reaksi redoks
antara besi (III) dengan asam oksalat.
Jawab : Karena ion fosfat pada (NH4)2PO4 berada pada tingkat oksidasi
tertinggi jadi (NH4)2PO4 yang akan tereduksi jika terkena sinar
matahari.
TUGAS RESPON