Anda di halaman 1dari 55

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Anorganik “Fotokimia Reduksi


Ion Besi (III)” disusun oleh:
nama : Nur Afifah Rais
NIM : 1813042011
kelas : Pendidikan Kimia A
kelompok : III (Tiga)
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten sehingga
laporan ini dinyatakan diterima.

Makassar, 2020
Koordinator Asisten Asisten

Satria Putra Jaya Negara, S.Si Muh. Alqadri S


NIM. 1713041024

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Muhammad Syahrir, S.Pd., M.Si


NIP. 197409672 00501 1 004
A. JUDUL PERCOBAAN
Fotokimia Reduksi Ion Besi (III)

B. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari reaksi reduksi ion
besi (III) secara fotokimia dan mempelajari pemanfaatan cetak biru.

C. LATAR BELAKANG
1. Tinjauan Pustaka
Fotokimia merupakan ilmu mengenaireaksi kimia dalam keadaan
elektron tereksitasi yang dicapai secara langsung maupun tidak langsung oleh
penyerapan radiasi. Kebanyakan reaksi fotokimia diatur dalam hukum fotokimia
Stark-Einstein, yang menyatakan penyerapan satu foton dapat menyebabkan
reaksi satu molekul. Namun jumlah molekul yang bereaksi tidak harus sama
dengan jumlah foton yang diserap. Artinya reaksi ini memberikan kemungkinan
untuk reaksi tertentu saja. Jadi tahap pengaktifan dalam reaksi fotokimia cukup
berbeda dan lebih selektif dibandingkan pengaktifan reaksi biasa.Beberapa
molekul tereksitasi mungkin mengalami konversi internal, persimpangan
intersistem,proses fluoresensi, atau fosfororesensi mengarah ke keadaan yang
tidak reaktif dan karenanyatidak bereaksi secara kimia (Mortimer, 2008: 981).
Interaksi antar radiasi tersebut merupakan dasar untuk melakukan
pendeteksian dan pengukuran intensitas cahaya. Daya ionisasi radasi dapat
dideskripsikan dari segi banyaknya pasangan ion yang terbentuk per sentimeter
lintasan dalam suau material. Suatu pasangan ion terdiri atas elektron terionisasi
dan ion positif yang dihasilkan. Salah satu metode yang digunakan oleh Henri
Becquerel dalam penemuan radioaktivitas ialah pajanan pada film fotografi.
Efek dari radiasi partikel α dan partikel β dan sinar-γ pada emulsi fotografi sama
dengan efek sinar-X. Partikel α, β, dan sinar γ akan mengeluarkan elektron dari
atom dan molekul untuk menghasilkan ion-ion (Petrucci, 2007: 275).
Menurut interpretasi kuantum, radiasi elektromagnetik terdiri dari
energi diskret yang mirip dengan partikel yang disebut dengan foton dan
kuantum. Setiap foton memiliki energi E yang bergantung hanya pada frekuensi
radiasi v. Foton-foton inilah yang akan merambat dengan kecepatan cahaya dan
energi yang dimilikinya adalah energi kinetik. Jika muncul sebuah foton, maka
dapat dinyatakan bahwa foton tersebut bergerak dengan kecepatan cahaya. Dan
jika foton tersebut berhenti bergerak dengan kecepatan cahaya maka foton
tersebut akan hilang. Dan foton-foton tersebut harus memiliki massa diam yang
sama dengan nol. Energi yang dibawa oleh foton tersebut akan diserap oleh
elektron tunggal. Jika elektron tersebut diusir dari material, maka perbedaan
antara energi yang diserap oleh elektron tersebut dengan energi ketika elektron
tersebut terikat di permukaan akan muncul sebagai energi kinetik elektron
(Gautreau, 1999: 51-52).
Besi juga dapat dijelaskan melalui reaksi fotokimia. Besi merupakan
salah satu jenis logam yang terdapat di alam. Di alam, besi ditemukan dalam
bentuk sulfidanya yaitu FeS atau Fe2S3 akan tetapi, dalam bentuk sulfida,
mineral ini tidak dimanfaatkan sebagai bijih karena sisa-sisa kelumit belerang
sulit dihilangkan. Selain itu, juga terdapat hematit (Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4)
atau (FeO.Fe2O3) yang sangat berharga karena kandungan besinya yang sangat
besar serta magnetit juga bersifat tertarik oleh magnet. Besi dalam bentuk lain
adalah siderite FeCO3, terdapat dalam berbagai macam tanah, dan
mengakibatkan air tanah bersifat sadah karena garam ini dapat terlarut sebagai
hidrogen karbonat, tetapi dalam udara terbuka. Selain itu, juga terdapat bijih
takonit yang merupakan oksida-oksida besi yang mengandumg silika (Sugiyarto,
2010: 94-95).
Besi memiliki beragam manfaat. Dalam berbagai penelitian, telah
dibuktikan bahwa besi dibutuhkan dalam bentuk zat murni, pada umumnya
berebentuk bijih besi. Pemanfaatan besi dapat dilakukan apabila membutuhkan
bijih besi yang murni. Untuk besi yang memiliki kandungan skandium dilakukan
selektivitas ekstraksi. Hal ini didasarkan pada densitas muatan dari kation
logam. Peningkatan pemisahan antara scandium dan besi juga berpengaruh
terhadap perngurangan besi (III) menjadi besi (II), yang memiliki kerapatan
muatan yang lebih rendah (Onghena dkk, 2016: 212).
Senyawa-senyawa kompleks yang dimiliki oleh ion besi (III) dan ion
besi (II) akan memberikan sensitivitas yang tinggi. Dimana, senyawa-senyawa
kompleks ini mudah dideteksi dan ditentukan kadarnya. Misalnya besi (III)
dengan heksasianoferrat (III) dengan senyawa fenolik. Supaya senyawa
kompleks ini menunjukkan spektrum perpindahan muatan, salah satu komponen
senyawa kompleks harus memiliki sifat donor elektron dan satu komponen
senyawa kompleks lainnya harus bersifat akseptor elektron. Penyerapan radiasi
melibatkan perpindahan elektron dari donor ke akseptor yang mengakibatkan
keadaan tereksitasi yang merupakan hasil dari reaksi oksidasi reduksi (Gandjar,
2018: 25).

2. Tinjauan Hasil
Menurut Sugiyarto (2003: 242), ion besi (III) berukuran relatif kecil
dengan rapatan muatan sebesar 349 Cmm-3 untuk low spin dan 232 Cmm-3 untuk
high spin, hingga mempunyai daya mempolarisasi yang cukup untuk
menghasilkan ikatan kovalen. Sebagai contoh, besi (III) klorida dapat dibuat dari
pemanasan langsung besi dengan korin menurut persamaan reaksi.
2 Fe(s) + 3 Cl2(g) → 3 FeCl3(s)
Besi (III) klorida anhidrat jika bereaksi dengan air maka terjadi reaksi secara
eksotermik karena sistem mengeluarkan energi yang digunakan untuk berikatan
dengan air. Reaksi ini akan menghasilkan gas asam klorida, kontras dengan
padatan kuning emas garam heksahidrat, FeCl3.6H2O yang larut menghasilkan
ion heksaakuabesi [Fe(H2O)6]3+ berwarna ungu sangat pucat. Warna
kekuningan pada senyawa kloridanya berasal dari transfer muatan Fe3+-Cl-→
Fe2+-Cl0 dalam ion [Fe(H2O)5]2+.
Percobaan mengenai besi membuktikan bahwa besi merupakan salah
satu unsur yang sangat reaktif. Hal ini dikarenakan area permukaan yang
disajikan oleh besi cukup besar sehingga dapat menghasilkan nanopartikel.
Percobaan yang dilakukan dengan mereaksikan besi dengan berbagai senyawa,
sehingga diperoleh beragam nanopartikel besi yaitu Fe, Fe3HAI4, dan Fe2HAI3.
Area permukaan yang reaktif dari besi merupakan interaksi antara luas
permukaan besi dan media koloid. Produk tersebut dihasilkan dari sintesis
dengan metode reduksi (Baltazar dkk, 2015: 2).
Menurut Sugiyarto (2003: 243), uji reaksi yang dilakukan terhadap
adanya ion besi (III) dapat dilakukan dengan melakukan penambahan larutan ion
heksasionaferat (II) yaitu terbukti dengan terjadinya endapan berwarna biru
prusian besi (III) heksasionaferrat (II) mendandakan adanya ion besi (III). Dapat
dijelaskan dengan persamaan reaksi berikut.
4 Fe3+(aq) + 3 [Fe(CN)6]4-(aq) → Fe4[Fe(CN)6]3(s)
Warna biru prusian ini dihasilkan dari senyawa ion besi (III) yang dulunya
disebut warna biru Turnbull sering dimanfaatkan untuk kepentingan dalam
pembuatan tinta, cat, termasuk pigmen cetak biru. Selain dari hal tersebut, untuk
melihat persamaan reaksi reduksi ion besi (III) menjadi ion besi (II) dapat
dilakukan dengan mencampurkan ion besi (III) klorida dengan ion
bis(tiosulfato)ferrat (III) adalah sebagai berikut.
Fe3+(aq) + [Fe(S2O3)2]-(aq) → Fe2+(aq) + [S6O6]2-(s)
Begitu halnya dengan ion heksasionaferat (III) berwarna agak kemerahan dan
dapat dipreparasi dari oksidasi heksasionaferat (II) misalnya dengan Cl2.
Percobaan ini menggunakan kertas kalkir dan kertas saring sebagai
kertas peka. Kertas kalkir merupakan kertas yang memiliki permukaan yang
sangat baik untuk media warna. Kertas ini dapat menerima berbagai media,
kertas ini dapat menerima pensil, media kering, maupun media basah. Kertas
kalkir memiliki sifat tembus cahaya yang kurang baik dibandingkan dengan sifat
tembus cahaya dari kertas mylar dan velum. Hal ini memiliki keuntungan yaitu
dapat membuat objek dengan warna yang lebih cerah. Adapun kelemahan dari
kertas kalkir ini, yaitu memiliki ketebalan dengan nilai kecil dalam artian tipis
sehingga apabila menyerap cairan berlebih maka kertas kalkir ini menjadi rapuh
(Doyle, 2003: 34).
Kertas saring juga digunakan sebagai kertas peka. Sebagai kertas peka,
kertas saring juga digunakan karena tidak bersifat sebagai penukar ion. Alasan
kedua percobaan ini menggunakan kertas saring adalah juga tidak larut dalam
oksidator kuat. Dalam percobaan ini, digunakan oksidator kuat yaitu kalium
dikromat yang digunakan untuk mencuci objek agar terlihat jelas. Kemudian
sebagai pengering ketika mengeringkan kertas peka. Kertas saring digunakan
karena memiliki pori. Pori ini daoat menyerap larutan yang terkandung alam
kertas peka (Hadi, 2005: 62).
Objek yang digunakan adalah kertas kalkir. Kertas kalkir ini kemudian
kemudian diberi objek dengan menggunakan tinta cina. Tinta cina ini digunakan
karena permukaan tinta cina yang lebih tebal dan hitam dibanding tinta yang
lain, contohnya pada tinta spidol dan pada tinta bolpoon. Tinta cina juga
memiliki konsentrasi dan kepadatan yang tinggi sehingga dapat dihasilkan
tulisan yang sesuai dengan objek. Selain itu, tinta cina juga bersifat menempel
dan meresap pada objek, yakni kertas kalkir karena kertas ini memiliki pori-pori
yang cukup kecil (Meilani dkk, 2018: 7-9).
Pentingnya peran pH dalam fotoreduksi besi (III) ditunjukkan oleh
serangkaian percobaan dilakukan pada konsentrasi tertentu. Produksi besi (II)
pada berbagai waktu iradiasi dipantau menunjukkan bahwa tingkat pembentukan
besi (II) mengikuti reaksi orde nol kinetik dan meningkat ketika pH meningkat.
Selanjutnya, percobaan dilakukan mendorong konversi besi (III) menjadi besi
(II) sampai dengan 40%, tanpa memperhatikan setiap perubahan dalam tingkat
nol-urutan Fe2+. Oleh karena itu, jika Fe2+efek dari tert- konsentrasi butanol pada
konstanta laju fotoreduksi besi (III) terlibat dalam reaksi sebagai reaktan,
bergeser dari nol konsentrasi dengan nilai konversi yang tinggi harus
memerlukan perbedaan. Terutama, nol kinetika agar tidak diamati karena
pembentukan efektif Fe2+ mulai tergantung pada jumlah kini ion besi. Ini berarti
bahwa tidak ada bukti untuk reaksi yang melibatkan Fe 2+sebagai reaktan (Le
dkk, 2014: 307).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gelas kimia 250 mL 1 buah
b. Gelas kimia 500 mL 1 buah
c. Gelas kimia 600 mL 1 buah
d. Gelas ukur 50 mL 2 buah
e. Gelas ukur 10 mL 1 buah
f. Batang Pengaduk 1 buah
g. Piring plastik 6 buah
h. Pinset besi 2 buah
i. Penjepit kaca 6 buah
j. Kaca 6 buah
k. Kuas 2 buah
l. Labu Semprot 1 buah
m. Lap kasar 1 buah
n. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Asam oksalat (H2C2O4) 0,5 M
b. Diammonium Hidrofosfat ((NH4)3HPO4) 0,5 M
c. Besi (III) klorida (FeCl3) 0,5 M
d. Kertas kalkir
e. larutan heksasianoferrat(III) (K3Fe(CN)6) 0,1 M
f. Larutan kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,03 M
g. Tinta Cina
h. Larutan Asam Klorida (HCl) 0,1 M
i. Kertas saring
j. Aquades (H2O)
k. Sinar matahari
l. Tissu
m. Label
E. PROSEDUR KERJA

50 mL C 2 H2 O 4
kertas
50 mL FeCl 3 10 mL (NH4 )3 HPO4 Larutan disimpan dalam kalkir
ruang gelap dicelupkan

AU 18
Atas = Kertas kalkir dibuatkan pola
Bawah = kertas objek pada kertas kalkir
Kertas kalkir Atas = Kertas kalkir
dikeringkan dengan kertas saring Bawah = Kertas saring
dalam ruang gelap

Kertas Objek AU ditempel Atas = Lempeng kaca


pada kertas kalkir (Peka I) Kertas objek dan Kertas peka Disinari oleh cahaya matahari
Tengah = Kertas objek (AU dan diapit oleh dua lempeng kaca
Dan Objek 18 ditempel
18) dan kertas peka (I dan II)
pada kertas kalkir (Peka II)
Bawah = Lempeng kaca

Kertas peka AU dan Kertas peka AU dan 18 di Kertas peka AU dan 18


Kertas peka AU dan 18
dikeringkan 18 di celupkan ke celupkan ke dalam larutan di celupkan ke dalam
dalam larutan HCl K2Cr2O7 0,03 M larutan [Fe (CN)6]4-
0,1 M

F. HASIL PENGAMATAN
No. Aktivitas Hasil Pengamatan
1. 50 mL FeCl3 + 10 mL (NH4)2HPO4 Larutan berwarna kuning
+ 50 mL H2C2O4 + 2 kertas kalkir Larutan berwarna kuning
2. Kertas kalkir dikeringkan diantara kertas Digunakan sebagai kertas
saring peka
3. Kertas peka kering Berwarna putih kekuningan
4. Membuat objek tulisan pada 2 kertas Kertas kalkir 1: “AU”
kalkir yang lain Kertas kalkir 2: “18”
5. Masing-masing kertas objek diletakkan Kertas kalkir 1: bagian depan
diatas kertas peka yang telah kering objek (AU)
dengan dijepit diantara 2 keping kaca Kertas kalkir 2: bagian depan
objek (18)
6. Keringkan dengan sinar Kertas berwarna putih
kekuningan
7. Kertas peka dicelupkan dalam larutan ion Kertas kalkir 1: tulisan objek
heksasianoferat(III) dan larutan kalium mulai terlihat
kromat encer Kertas kalkir 2: tulisan objek
mulai terlihat
8. Cuci kertas peka dengan HCl 0,1 M dan Kertas 1 dan 2 tulisan
aquades objeknya sudah terlihat jelas
9. Kertas peka dikeringkan Kertas peka 1: tulisan objek
sangat jelas dan berwarna
biru
Kertas peka 2: tulisan objek
sangat jelas dan berwarna
biru

G. PEMBAHASAN
Aktivitas fotokimia bertujuan untuk memonitor kandungan karbonil
yang terkandung dalam sampel dengan waktu radiasi yang berbeda-beda
(Yousif, 2016: 93). Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari reaksi reduksi
ion besi (III) secara fotokimia dan mempelajari pemanfaatan cetak biru. Reaksi
fotokimia merupakan akibat dari radiasi elektromagnetik dan radiasi partikel
(Mulyani, 2003: 178). Reduksi merupakan reaksi yang mengalami penurunan
bilangan oksidasi. Metode reduksi dalam percobaan ini menggunakan metode
pemanasan untuk menginduksi jalur energi untuk melakukan reduksi ion
menjadi netral (Chong, 2015: 167).
Prinsip dasar dari percobaan ini yaitu penurunan bilangan oksidasi atau
reaksi reduksi ion besi (III) menjadi ion besi (II) secara fotokimia yang
memanfaatkan proses percetakan dan penyinaran sinar matahari. Sedangkan
prinsip kerja dari percobaan ini yaitu pencampuran, penyimpanan, pengadukan,
pencelupan, penyinaran sinar matahari, pencucian dan pengeringan.
Berdasarkan konsep oksidasi dan reduksi, perubahan besi (III) menjadi ion besi
(II) disebut sebagai reaksi reduksi karena pada proses ini bilangan oksidasi dari
besi mengalami penurunan yakni dari +3 menjadi +2.
Percobaan ini diawali dengan mereaksikan larutan besi (III) klorida
(FeCl3) dengan larutan diamonium hidrofosfat ((NH4)2HPO4). Larutan besi (III)
klorida (FeCl3) berfungsi sebagai pengoksidasi dan juga sebagai sampel yang
akan menghasilkan ion besi (III) (Fe3+). Sedangkan larutan diamonium
hidrofosfat ((NH4)2HPO4) berfungsi sebagai zat yang akan memperlambat
terjadinya reaksi reduksi pada besi. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :
FeCl3(aq) + (NH4)2HPO4(aq) → FePO4(aq) + 2NH4Cl(aq) +HCl(aq)
(Besi (III) klorida) (Diamonium (Besi (III) fosfat) (Amonium (Asam
hidrofosfat) klorida) klorida)
Dari reaksi di atas, dapat dilihat bahwa diamonium hidrofosfat dapat
memperlambat terbentuknya reaksi reduksi ion besi (III) (Fe3+) karena ion besi
(III) (Fe3+) akan bereaksi dengan ion fosfat (PO43-) membentuk besi (III) fosfat
(FePO4) dengan ikatan yang stabil sehingga membutuhkan energi yang besar
untuk mereduksi ion besi (III) (Fe3+).
Selanjutnya dilakukan penambahan larutan asam oksalat (H2C2O4)
yang berfungsi sebagai reduktor yang akan mereduksi ion besi (III) (Fe3+)
menjadi besi (II) (Fe2+). Pencampuran larutan asam oksalat (H2C2O4) dilakukan
dalam ruang gelap karena adanya sinar akan mempengaruhi proses reduksi ion
besi (III) (Fe3+) menjadi besi (II) (Fe2+). Dalam hal ini, energi yang berasal dari
sinar matahari akan menyebabkan tumbukan antar partikel dengan senyawa
lebih cepat sehingga reaksi yang terjadi akan berlangsung lebih cepat juga
peningkatan kecepatan partikel ini dikarenakan dapat menghasilkan
pengembangan pereaksian yang lebih cepat pula dan juga distribusi ukuran
partikel yang lebih sempit secara fotokimia (Chong, 2015: 167). Adapun reaksi
yang menunjukkan bahwa terjadi proses reduksi ion besi (III) (Fe3+) menjadi ion
besi (II) (Fe2+) adalah sebagai berikut :
2 FePO4(aq) + 3 H2C2O4(aq) → 2 FeC2O4(aq) + 2 H3PO4(aq) + 2CO2(g)
(Besi (III) (Asam oksalat) (Besi (III) (Asam Fosfat) (Karbon
fosfat) oksalat) dioksida)

Reaksi ion yang terjadi adalah :


Reduksi = Fe3+ + e- → Fe2+ (x2)
Oksidasi= C2O42- → 2 CO2 + 2 e- (x1)
2 Fe3+ + 2 e- → 2 Fe2+
C2O42- → 2 CO2 + 2 e- -
2 Fe3+ + C2O42- → 2 Fe2+ + 2 CO2
Langkah selanjutnya yaitu membuat kertas peka. Dalam percobaan ini
kertas peka terdiri dari dua, yaitu kertas peka I dan kertas peka II terbuat dari
kertas kalkir. Kertas peka ini digunakan sebagai tempat untuk cetak biru.
Masing-masing kertas peka ini dicelupkan ke dalam larutan dan pencelupan
dilakukan dalam ruang gelap yang bertujuan untuk memudahkan proses
pengamatan. Setelah dicelupkan, masing-masing kertas peka tersebut
dikeringkan dengan meletakkannya di atas kertas saring biasa yang dilakukan
pula dalam ruang gelap. Digunakan kertas saring biasa, karena kertas saring
biasa memiliki daya serap yang kuat sehingga proses pengeringan dapat
berlangsung dengan cepat. Pengeringan dilakukan dalam ruang gelap,
dikhawatirkan akan terjadi reaksi reduksi secara langsung apabila dilakukan
dibawah sinar matahari sehingga dapat mengakibatkan kertas peka telah berubah
menjadi biru sebelum objek dipindahkan pada kertas peka. Proses pengeringan
dilakukan dalam beberapa menit. Dimana, lamanya waktu pengeringan akan
mempengaruhi hasil cetak biru. Semakin lama pengeringan dilakukan maka
akan menghasilkan hasil yang lebih bagus pula.
Sambil mengeringkan kertas peka, dibuatlah kertas objek yang terbuat
dari kertas kalkir dengan menggunakan tinta cina. Dibuatnya objek pada kertas
kalkir bertujuan untuk menempel pada kertas yang akan menjadi hasil dari
proses pencetakan. Dan menggunakan tinta cina untuk menulis objek. Karena
tinta cina memiliki kepadatan dan konsentrasi yang tinggi serta memiliki warna
hitam yang sangat pekat. Sehingga dapat menghasilkan tulisan yang susuai pada
kertas peka. Selain itu, tinta cina juga memiliki sifat yang mudah menempel dan
meresap terutama pada kertas kalkir. Digunakan kertas kalkir karena memiliki
pori-pori yang lebih kecil. Kemudian, kertas objek tersebut dikeringkan dengan
cara dikipas atau diangin-anginkan yang bertujuan untuk mempercepat proses
pengeringan dan memperjelas tulisan pada kertas kalkir dan juga untuk
mencegah tulisan berceceran pada kertas kalkir pada saat kertas peka dan kertas
objek dijepit dengan kaca.
Selanjutnya, kertas objek diletakkan dibawah kertas peka kemudian
dijepit dan diapit oleh lempengan kaca. Fungsi lempengan kaca adalah untuk
menghindari pengaruh sinar matahari langsung pada objek dan kertas peka
sehingga objek yang dihasilkan terlihat jelas pada hasil akhir. Agar lempengan
kaca lebih menjepit kertas objek dan kertas peka digunakanla penjepit kertas.
Tujuan dijepit dengan penjepit kertas adalah agar kertas objek dan kertas peka
lebih rapat sehingga mudah proses pencetakan. Selanjutnya, kertas objek dan
kertas peka yang telah dijepit tersebut disinari dengan cahaya matahari yang
bertujuan agar pemindahan cetakan antara kertas objek ke kertas peka dapat
berlangsung dengan baik. Pada tahap inilah yang disebut dengan tahap fotokimia
dengan bantuan sinar matahari.
Setelah pengeringan, kertas peka dicelupkan dicelupkan ke dalam
larutan kalium heksasianoferrat (III) ([K3Fe(CN)6] yang bertujuan untuk sebagai
pemberi warna biru pada kertas peka. Selain itu, larutan kalium heksasianoferrat
(III) [K3Fe(CN)6] juga berfungsi untuk menguji adanya ion besi (III) (Fe3+). Hal
ini telah sesuai dengan teori dimana akan dihasilkan kertas peka yang berwarna
biru. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :
Fe2+(aq) + [Fe(CN)6]3-(aq) → Fe3+(aq) + [Fe(CN)6]4-(aq)
(Ion besi (II)) (Ion heksasiano (Ion besi (III)) (Ion heksasiano
ferrat (III)) ferrat (III))
Adapun reaksi yang menandakan adanya warna biru timbul yaitu:
4 Fe3+(aq) + 3 [Fe(CN)6]4-(aq) → Fe4[Fe(CN)6]3(s)
(Ion besi (III)) (Ion heksasiano Biru prusian
ferrat (III)) Besi heksasianoferrat (II)
(Sugiyarto, 2003: 243)
Selanjutnya kertas peka dicelupkan ke dalam larutan kalium dikromat
(K2Cr2O7) yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran berupa ion
heksasianoferrat [Fe(CN)6]4-. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :
3 K2Cr2O7(aq) + 2 [Fe(CN)6]3-(aq) → 2 K3[Fe(CN)6](aq) + 3Cr2O72-(aq)
(Kalium dikromat) (Ion heksasiano (Kalium heksasiano (Ion
dikromat)
ferra (III) ferrat (III))
Selanjutnya, kertas peka dicelupkan ke dalam larutan asam klorida (HCl) yang
bertujuan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang masih berada pada kertas
peka yang tidak terikat dengan larutan kalium dikromat (K2Cr2O7) dan juga
untuk membersihkan diamonium ((NH4)2) yang berlebih pada saat reaksi
berlangsung. Dan yang terakhir kertas peka dicuci dengan air (H2O) yang
bertujuan untuk menghilangkan kelebihan ion HCl yang berlebih dan garam-
garam yang masih terdapat pada kertas peka. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :
K2Cr2O7(aq) + 2 HCl(aq) → 2 KCl(aq) + H2Cr2O7(aq)
(Kalium dikromat) (Asam (Kalium (Asam dikromat)
klorida) klorida)
Selanjutnya kertas peka dikeringkan untuk memperjelas bayangan yang
dihasilkan pada proses pencetakan.
Sedangkan pada kertas peka I dan kertas peka II yaitu kertas kalkir tidak
dihasilkan bayangan sama sekali. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada,
yaitu pada saat penyinaran dengan sinar matahari cetakan yang dihasilkan
semakin jelas. Hal ini terjadi karena suhu atau sinar matahari pada saat
penyinaran sinar mataharinya tidak terlalu cerah dikarenakan faktor cuaca yang
tidak mendukung yang megakibatkan bayangan pada kertas peka yang berasal
dari kertas obyek tidak terlihat jelas atau bahkan tidak menempel pada kertas
peka. Kemudian, dipercobaan ini diperoleh hasil akhir dengan kertas saring dan
kertas kalkir yang berwarna biru. Hal ini menandakan bahwa kertas peka
tersebut mengandung banyak ion besi (II). Berdasarkan teori yang ada,
banyaknya ion besi (III) yang tereduksi menjadi besi (II) oleh pengaruh ahaya
dapat ditunjukkan oleh kepekatan warna bitu yang timbul (Tim Dosen Kimia
Anorganik, 2020: 14)
H. KESIMPULAN
Ion besi (III) (Fe3+) dapat direduksi menjadi ion besi (II) (Fe2+) dengan
bantuan sinar matahari yang disebut dengan proses fotokimia. Dihasilkan kertas
peka yang berwarna biru yang menandakan bahwa kertas peka tersebut
mengandung ion besi (III) (Fe3+) yang dihasilkan dari reaksi antara ion besi (II)
(Fe2+) dengan ion heksasianoferrat ([Fe(CN)6]4-).
DAFTAR PUSTAKA

Baltazar, Alvaro Ruiz, Rodrigo Esparza, Gerardo Rosas, dan Ramiro Perez. 2015.
Pengaruh Sulfaktan pada Pertumbuhan dan Oksidasi Iron Nanopartikel.
Jornal of Nanomaterias. Vol. 2015.

Doyle, Michael E. 2003. Teknik Pembuatan Gambar Berwarna. Jakarta: Erlangga

Mortimer, Robert G. 2008. Physical Chemistry. Printed: Canada

Gautreau, Ronald, dan William Savin. 1999. Fisika Modern Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga

Hadi, Anwar.2005. Prinsip Pengelola Pengambilan Sampel Lingkungan. PT


Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Le, Truong Glang, NgocTung Nguyen, Joseph De Laat, dan Hai Yen Dao. 2014.
Pengaruk Klorida dan Sulfat Ion pada Foto Reduksi Tingkat Ferri Ion di
Reaktor UV Dilengkapi dengan Tekanan Rendah Marcury Lamp. J. Adv.
Oxid. Technol. Vol. 17. No. 2.

Meilani, Kadek Satria Adidharma, dan Tobis Warbun. 2018. Esplorasi Visual Seni
dan Kimia. Dimensi DKV. Vol. 3. No. 1.

Onghena, Bieke, Chenna Rao Borra, Tom Van Gervan, dan Koen Binnemans. 2016.
Pemulihan Skandium dari Lindi Sulfation-panggang dari Residu Bausit oleh
Ekstraksi Pelarut dengan Cairan Ionik Betainium Bis (Tri Fl
Uoromethylsulfonyl) Imida. Pemisahan dan Puri Fi Kasi Teknologi. Vol.
176. No. 208.

Petrucci, Ralph H., William S. Harwood, F. Geoffrey Herring, dan Jeffry D.


Madura. 2007. Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern. Jakarta: Erlangga

Sugiyarto, Kristian H, dan Retno D Suyanti. 2010. Kimia Anorganik Logam.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tim Dosen Kimia Anorganik. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik.


Makassar: FMIPA UNM
DOKUMENTASI

Siapkan alat dan bahan sebanyak 50 ml FeCl3 sebanyak 10 ml


diukur (NH4)2HPO4 diukur

Masing-masing kertas objek Membuat objek tulisan Kedua larutan


diletakkan diatas kertas peka pada 2 kertas kalkir yang dicampurkan
yang telah kering berbeda
Dijepit diantara keping kaca Menyiapkan larutan ion
dan keringkan heksasianoferat (II), larutan kromat
encer dan HCI

Kertas dicelupkan pada larutan Kertas dicelupkan pada larutan


Ion heksasianoferat (II) kromat encer

Kertas dicelupkan pada HCI Kertas dicuci dengan H2O Kertas dikeringkan
PERTANYAAN ATAU TUGAS

1. Jika ada dua larutan masing-masing berisi ion besi (II) dan ion besi (III),
perkirakan larutan mana yang memiliki pH lebih rendah. Jelaskan !
Jawab : Ion besi (III) pH-nya akan lebih rendah karena ion besi (III) dalam
air membentuk ion kompleks yang memiliki kecenderungan untuk
mengalami hidrolisis
[Fe(H O) ] → [Fe(H O) (OH)] +H
H+ yang dihasilkan menyebabkan larutan akan bersifat asam karena
mampu meningkatkan keasaman sehingga pH-nya rendah
dibandingkan ion besi (III).
2. Mengapa larutan diamonium hidrofosfat dapat menghambat reaksi redoks
antara besi (III) dengan asam oksalat.
Jawab : Karena ion fosfat pada (NH4)2PO4 berada pada tingkat oksidasi
tertinggi jadi (NH4)2PO4 yang akan tereduksi jika terkena sinar
matahari.
TUGAS RESPON

1. Apa fungsi dari diammonium hidrofosfat ?


2. Apa fungsi dari HCI ?
3. Jelaskan pengertiaan cetak biru !
Jawab
1. Diammonium Hidrofosfat berfungsi sebagai zat yang memperlambat terjadinya
reaksi reduksi Fe3+ karena Fe3+ akan bereaksi dengan PO43- membentuk
FePO4dengan ikatan yang stabil sehingga membutuhkan energi yang besar
untuk mereduksi Fe3+.
2. HCI berfungsi untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kertas yang
mengganggu proses percetakan.
3. Cetak biru merupakan proses yang biasanya menggunakan kertas cetak biru,
dilapisi dengan besi besi ammonium sitrat dan kalium fersianida yang sensitive
terhadap cahaya. Proses penggambaran dilakukan pada kain tembus cahaya atau
kertas yang yang ditempatkan pada 1 lembar kertas cetak biru dan dibuka pada
tempat yang disinari cahaya yang kuat. Cahaya mengubah besi ammonium sitrat
menjadi senyawa garam dari besi bereaksi dengan kalium ferisianida untuk
membentuk larutan biru pekat yang membuat kertas menjadi berwarna biru.
Filename: Doc1
Directory: C:\Users\JITU DJ\Documents
Template: C:\Users\JITU DJ\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dotm
Title:
Subject:
Author: JITU DJ
Keywords:
Comments:
Creation Date: 11-Mar-20 12:33:00 JITU
Change Number: 35
Last Saved On: 03-Jun-20 7:07:00 DJ
Last Saved By: JITU DJ
Total Editing Time: 239 Minutes
Last Printed On: 03-Jun-20 7:08:00 DJ
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 54
Number of Words: 3,959 (approx.)
Number of Characters: 22,570 (approx.)

Anda mungkin juga menyukai