1
[ CITATION Wil18 \l 1057 ] 25
1
Manusia dengan kemampuan akalnya dapat melahirkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, tetapi akal saja tidak mampu menyelesaikan seluruh persoalan yang
dihadapi manusia. Dalam hubungan ini agama sangat berperan dalam
mempertahankan manusia untuk tetap menjaganya menjadi manusia.ilmu
pengetahuan dapat melahirkan sesuatu, misalnya dalam bidang bioteknologi
melalui rekayasa genetika. Ilmu pengetahuan dapat menghasilkan makhluk hidup
yang dapat menjadi tuan bagi penciptanya sendiri yang akhirnya menjadikan
manusia sebagai budak-budak dari apa yang diciptakannya manusia menjadi
rendah dari nilai kemanusiaannya sebagai makhluk yang tinggi dan mulia.
Ilmu dan teknologi serta kemajuan peradaban manusia melahirkan jiwa yang
kering dan haus akan sesuatu sifat yang rohaniah. Kekecewaan dan kegelisahan
batin senantiasa menyertai perkembangan kesejahteraan manusia. Satu-satunya
cara untuk memenuhi perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan itu dalam
bentuknya yangsempurna dan memuaskan adalah perasaan dan keyakinan agama.
2
Dilihat dari prosesnya, hubungan manusia dan agama pada tipe ini
akan berlangsung melalui empat fase, yaitu:
1) Fase Pertemmuan Dengan Yang Maha Kuasa
Kebutuhan manusia terhadap agama mendorongnya untuk mencari agama
yang sesuai dengan harapan-harapan rohaniahnya. Dalam kaitan ini
manusaia berusaha mencari keterangan tentangthan,agama satu-satunya
institusi yang memberikan jawaban tentang Tuhan dan tidak dengan ilmu
pengetahuan.
Kebenaran tentang Tuhan yang datang dari Tuhan sendiri merupakan
kebenaran yang bersifat mutlak. Persoalannya tidak setiap orang dapat
mengetahuinya langsung dari Tuhan; Tuhan akan memberikan informasi
tentang dirinya melalui orang yang dipilihnya sendiri,yaitu para rasul
seperti difirmankannya :
Dan tidak ada bagi seseorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata
dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau
dengan mengutus seseorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan
kepadanya dengan seizin-izinnya apa yang pernah diakehendaki.
Sesungguhnya dia maha tinngi lagi maha bijaksana (QS. Asy-Syura
42:51).
Informasi yang benar tentang Tuhan harus melalui rasul yang dipercaya
dan dipilih Tuhan untuk menerangkan tentang dirinya. Di sinilah Al-Quran
menunjukan Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir yang menerima
informasi dan ditunjuk pula untuk menejelaskannya kepada manusia
lainnya. Hal ini difirmankan Allah dalam Al-Quran
Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tidaklah
yang diucapkannya itu (Al-Quran ) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya ini tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
(QS.An-Najm, 53:2-4)
Dengan demikian, erat sekali hubungannya anatar kebenaran tentang
Tuhan dengan keyakinan terhadap rasul yang membawa beritanya.
Penghayatan tentang Tuhan dapat dikembangkan melalui pemahaman dan
pengahayatan terhadap ayat-ayat kauniyah berupa fenomena alam semesta
yang membuktikan kebenaran kekuasaan Allah. Apabila terjadi perpaduan
3
antara penghayatan terhadap ayat-ayat kauniyah, lahirlah keimanan yang
kuat terhadap Allah.
Puncak pengalaman manusia mengenai keterlibatannya terhadap
penghayatan kehadiran diri dan rangsangan alam sekitarnya adalah
perasaan bertemu dengan yang maha kuasa.urutan dan rentetan
kesadarannya melahirkan suatu perasaan bahwa tuhan adalah sebab segala-
galanya,sementara manusia dunia tempat tinggalnya merupakan akibat
nyata dari ke-mahakuasaanya karena yang ditemuinya itu merupakan
sesuatu yang maha abstrak,tentu sampainya ke sana bukan hal yang mudah
dan sederhana,tetapi justru merupakan hasil ikhtiarnya yang melibatkan
seluruh integritas kemanusiaanya yang sangat dalam. Namun akbat
kemanusiaanya juga,sedemikiannya dalam perasaan bertemu dengan maha
kuasa itu, bisa jadi akan dilahirkan suatu abstraksi khusus tentang yang
maha kuasa,seolah olah dia itu adalah sesuatu yang manusiawi dalam hal
ini WILLIAM JAMES (1958,hal.60) menggambarkan bahwa apapun yang
kita ketahui tentang yang mahakuasa sebenarnya merupakan akibat
abstraksi manusia mengenai alam jagat raya ini sebab yang mengenai
maha kuasanya sendiri,sesungguhnya manusia tidak pernah melihtnya
secara langsung,mengingat dia itu tidak merupakan sesuatu yang tidak
bertubuh,bertangan atau berkaki. hanya saja manusia memahaminya
seolah-olah di itu dalam pengertian manusiawi.
4
yang maha lain.tanda-tanda yang adanya maha lain sendiri adalah adanya
gejala kehidupan yang sementara dan fana ini konsekuensinya yang maha
lain itu harus suci,kudus dan kramat,ia bisaterdapat dalamsuatu dzat
berpribadi yang lebih tinggi dan luhur serta bersifat ilahi atau juga dapat
hadir tersebar dimna-mana yang kudus dan suci itu terkadang-kadang
objek fujaan kadang-kadang merupakan daya kekuatan yang dirayakan
secara ritus sehingga manusia merasa terintegrasi.dari sana berkembanglah
berbagai upaya manusia untuk memelihara hubungannya dengan tuhan dan
agamanya.
5
hidup yang berakar pada ketidakpastian, ketidakberdayaan dan kelangkaan yang
memang merupakan karakteristik fundamental kondisi manusia. Pertama, agama,
berfungsi sebagai cakrawala pandang tentang dunia luar yang tidak terjangkau
oleh manusia sehingga segala depresi dan frustasi dapat dialami bagai suatu yang
bermakna. Kedua, agama berfungsi sebagai sarana ritual yang memungkinkan
terjalinnya, sehingga memberikan jaminan dan keselamatan bagi manusia untuk
mempertahankan moralnya (Thomas F.o’dea,1992,hal.25).
Fungsi agama yang akan semakin terasa manakala kita menyadari bahwa manusia
merupakan makhluk yang menurut Abraham Maslow pada fase yang paling dasar
sangat bergantung pada makanan, air, udara temperatur,istirahat dan keterhindaran
dari sakit.fase kedua dari manusia mendambakan pemuasaan seksual, kegiatan,
penjelajahan, manipulasi dan kesenangan.fase ketiga manusia butuh keamanan,
keselamatan dan perlindungan.fase keempat manusia juga ingin mewujudkan rasa
cinta,rasa memiliki dan kedekatan dengan orang lain.fase kelima manusia
terdorong untuk memelihara diri dan harga dirinya,dan fase keenam manusia itu
terkait untuk mengaktualisasikan diri (klash,1970,hal.23)
d. Hubungan Manusia dan Agama Dalam Tipe Hubungan Pengabdian
Menurut Henry Wieman (1970, hal. 362) tanda dan keagamaan seseorang
yang paling puncak adalah wujud nyata mengamalkan agamanya, sesudah ia
mempercayai kekuatan Yang Maha Kuasa, kepercayaan digerakkan oleh motivasi
intrinsiknya, dan percaya bahwa dengan mendasarkan pada hal itu manusia akan
memperoleh kebaikan dan dapat menghindarkan dari sesuatu yang merugikan atau
menyakitkan. Karena itu hubgan manusia dengan agama tidak hanya bersifat
simbolik semata-mata, tetapi bahkan orang merasakan keterlibatannya seluruh
integritas kemanusiaannya, manakala ia mampu mangamalkan ajaran-ajaran
agamanya dalam kehidupan sehari-harinya. Menurut William James tingkah laku
dan pengabdian seseorang terhadap Yang Maha Kuasa merupakan bukti yang
meyakinkan bahwa ia adalah Kristen (Islam, Yahuudi, atau yang lain)
6
sepanjang sejarahnya. Hal ini menunjukan bahwa agama merupakan bagian yang
inherent dalam diri manusia atau disebut juga fitrah manusia.