Asistensi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Revisi Seminar Proposal Gunturr
Asistensi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Revisi Seminar Proposal Gunturr
TARIK BELAH BETON MUTU F’C 29,05 MPa BERBAHAN AGREGAT KASAR
TANJUNGAN
PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademis
Tingkat Sarjana Teknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Metro
DI SUSUN
O
L
E
H
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................3
D. Kegunaan Penelitian.................................................................................3
1. Deskripsi Beton.......................................................................................5
B. Penelitian Relevan..................................................................................23
C. Kerangka Pemikiran................................................................................24
A. Desain Penelitian....................................................................................25
B. Tahapan Penelitian.................................................................................27
1. Teknik Sampling...................................................................................27
2. Tahapan................................................................................................27
E. Instrumen Penelitian................................................................................29
DAFTAR LITERATUR.........................................................................................42
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1
2
dengan satuan F’c (MPa) merujuk pada ACI (American Concrete Institute).
(Diklat Perkerasan Kaku, 2017)
Dalam penelitian ini, peneliti ingin membuat perencanaan campuran
beton K-350. Tetapi, peneliti sendiri ingin menggunakan benda uji silinder. Maka,
harus dilakukan konversi terlebih dahulu dari 350 Kg/cm2 ke satuan MPa (Mega
Pascal). Jadi, 350 : 10 (1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2) x 0,83 ( Faktor konversi
kubus ke silinder) = 29,05 MPa.
Untuk dapat mengetahui mutu dari beton maka beton yang sudah dicetak
harus dilakukan pengujian. Ada beberapa macam metode pengujian beton, yang
pertama adalah Kuat tekan beton, Kuat Tekan Beton menggambarkan mutu dari
beton tersebut. Semakin tinggi kuat tekannya, semakin tinggi juga mutu beton
tersebut.
Yang kedua adalah Kuat tarik belah, kuat tarik belah merupakan salah
satu tolak ukur kekuatan beton. Kekuatan tarik beton dapat ditentukan dengan
beberapa metode pengujian, diantaranya yaitu, pengujian lentur (Modulus of
Rupture Test) adalah melalui percobaan lentur yang paling sering digunakan
dalam menentukan kekuatan tarik beton dimana beban diterapkan yang
selanjutnya dapat dihitung dengan rumus balok biasa, yang kedua pengujian
belah (Split Cylinder) yaitu pembelahan silinder oleh suatu desakan kearah
diameternya untuk mendapatkan apa yang disebut kuat tarik belah dan yang
ketiga yaitu pengujian Tarik langsung (Direct Tensile) dimana sebuah batang
beton diberi gaya aksial tarik sampai batang beton runtuh. Nilai kuat Tarik yang
akan diperoleh berbeda, tergantung dari metode pengujiannya. Sehingga, rasio
kuat Tarik atau kuat tekan akan bervariasi. Kuat tarik beton bervariasi antara 9%
sampai 15% dari kuat tekannya. Alasan mengapa kuat tarik yang kecil ini adalah
beton dipenuhi oleh retak-retak halus. Retak-retak ini tidak berpengaruh besar
bila beton menerima beban tekan. karena, beban tekan menyebabkan retak
menutup sehingga memungkinkan terjadi penyaluran tekanan. (Pandaleke &
Windah, 2017)
Kemampuan tarik beton sangat erat hubungannya dengan perilaku bahan
beton yang getas. Sifat getas ini disebabkan oleh regangan hancur beton yang
hanya mencapai nilai antara 0.001 sampai 0.005. kemampuan Tarik bahan
produk-produk semen sejenis ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan
kemampuan Tarik bahan homogen. (Pandaleke & Windah, 2017)
3
Oleh sebab itu, peneliti ingin meneliti dan menganalisis beton mutu f’c
29,05 MPa dengan metode pengujian kuat tekan beton dan pengujian kuat tarik
belah beton untuk dapat mengetahui nilai kuat tekan dan nilai kuat tarik tidak
langsung dengan menggunakan agregat kasar Tanjungan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalahnya yaitu:
1. Apakah dengan menggunakan agregat kasar dari tanjungan maka nilai
dari pengujian kuat tekan beton dan pengujian kuat tarik belah beton mutu
f’c 29,05 MPa akan terjadi peningkatan pada umur 7, 14 dan 28 hari?
2. Bagaimanakah analisis hubungan dari pengujian kuat tekan beton dan
pengujian kuat tarik belah beton mutu f’c 29,05 MPa pada umur 7, 14 dan
28 hari dengan menggunakan agregat kasar Tanjungan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui hasil dari penggunaan agregat kasar dari tanjungan dengan
pengujian kuat tekan beton dan pengujian kuat tarik belah beton mutu f’c
29,05 MPa pada umur 7,14 dan 28 hari.
7. Menganalisis hubungan dari pengujian kuat tekan beton dan pengujian
kuat tarik belah beton mutu f’c 29,05 MPa pada umur 7, 14 dan 28 hari
dengan menggunakan agregat kasar Tanjungan.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Dari Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk
pengembangan teknologi beton dan juga mengetahui hasil dan analisis
beton mutu f’c 29,05 MPa dengan metode pengujian kuat tekan beton dan
pengujian kuat tarik belah beton untuk dapat mengetahui nilai kuat tekan
dan nilai kuat tarik tidak langsung pada umur 7, 14 dan 28 hari dengan
menggunakan agregat kasar Tanjungan.
4
a. Beton Normal
Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi (2200 – 2500)
kg/m³ menggunakan agregat alam yang dipecah. Perencanaan campuran beton
5
6
normal harus didasarkan pada data sifat-sifat bahan yang akan di pergunakan
dalam produksi beton. Susunan campuran beton yang diperoleh dari
perencanaan harus dibuktikan melalui uji coba yang menunjukkan bahwa
proporsi tersebut dapat memenuhi kekuatan beton yang di syaratkan.
b. Beton Berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang mempunyai
berat isi lebih besar dari pada beton normal atau lebih dari 2400 kg/m³ Beton
jenis ini biasanya digunakan untuk kepentingan tertentu seperti menahan radiasi,
menahan benturan dan lainnya. Menurut PBI 1971, beton dapat diklasifikasikan
menjadi tiga (Wuryati samekto, 2001)
j. Agregat Halus
Agregat adalah adalah pasir alam sebagai disintegrasi alami yang berupa
batuan kerikil, atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu Bahwa
10
k. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir-butir besar yaitu
antara 5mm sampai 40mm atau tertahan saringan nomor 4 (Tjokrodimuljo, 1996).
Krikil sebagai hasil disintregasi batuan karena diambil langsung dari alam maka
mempunyai bentuk permukaan bulat yang tidak beraturan, rata dan licin akibat
gerakan-gerakan atau penguasan oleh air sehingga mengurangi daya lekat
dengan butiran agregat itu sendiri. Sedangkan batu pecah yang diperoleh dari
alat pemecah batu mempunyai bentuk permukaan yang tidak rata, tidak
beraturan, bersudut tajam, dan lebih kasar sehingga dapat menambah daya lekat
antara mortar dengan butiran agregat tersebut. Dengan demikian dapat
memperkecil segregasi dan mutu beton yang dihasilkan lebih baik.
Berdasarkan jenisnya agregat kasar dibedakan menjadi 3, yaitu:
1) Normal
12
l. Air
Dalam pembuatan Beton, air memegang peranan penting Karena air
dapat berekaksi dengan semen, yang akan menjadi pengikat agregat.
Air yang digunakan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak
yang mengandung oli, asam alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan
lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan (SNI-03-2847-2002) dan
apabila ketidakmurnian dalam air campuran berlebihan, dapat mempengaruhi
tidak hanya waktu pengikatan (setting time), kuat beton, stabilitas volume
(perubahan panjang) atau korosi tulangan. Konsentrasi tinggi dari bahan solid
yang dapat larut dalam air, sebaiknya dihindari.
13
Selain itu air juga akan membasahi agregat dan memberikan kemudahan
dalam pekerjaan beton. Jumlah penggunaan air dalam pembuatan beton harus
diperhatikan, karena jika penggunaan air terlalu sedikit akan menyebabkan beton
sulit dikerjakan, tetapi jika terlalu banyak akan mengurangi kekuatan dari beton.
Fungsi air dalam campuran beton :
1) Sifat workability adukan beton
2) Bereaksi dengan semen untuk membentuk pasta semen
3) Penting untuk mencairkan bahan/material semen keseluruh permukaan
agregat
4) Membasahi agregat untuk melindungi agregat dari penyerapan air vital
yang diperlukan pada reaksi kimia
5) Memungkinkan campuran beton mengalir kedalam cetakan
n. Rasio optimum dari volume curah agregat kasar per kubik beton
tergantung hanya pada ukuran maksimum nominal dari agregat kasar.
o. Jenis pemadatan memengaruhi tinggi slump yang dianjurkan.
p. Estimasi volume bahan campuran beton dapat dilakukan berdasarkan
ekivalensi berat maupun ekivalensi absolut.
q. Metode ini tidak memberikan batasan kadar minimum beton yang
dapat digunakan.
r. Metode ini memberikan pengurangan air sebesar 18 kg/m3 pada
campuran beton yang menggunakan agregat kasar alami/kerikil.
Tabel 5. Perkiraan kebutuhan air pencampur dan kadar udara untuk berbagai
slump dan ukuran nominal agregat maksimum batu pecah
Kebutuhan air (lt/m3)
Slump (mm) Ukuran maksimum butir agregat (mm)
9,5 12,5 19 25 37,5 50 75 150
Model keruntuhan akibat beban aksial pada benda uji seperti pada
gambar 3. menunjukkan mutu keseragaman campuran yang baik.
Faktor-Faktor Kuat tekan sangat dipengaruhi oleh bebrapa faktor antara
lain (Tjokrodimuljo, 1996) :
a. Faktor Air Semen (FAS)
Merupakan perbandingan antara jumlah air terhadap jumlah semen
dalam suatu campuran beton. Fungsi FAS, yaitu:
1) Untuk memungkinkan reaksi kimia yang menebabkan pengikatan
berlangsungnya pengecoran
2) Memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton (workability)
w. Umur beton
Kuat tekan beton bertambah seiring dengan bertambahnya umur beton.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Mutu beton akan meningkat seiring
berjalannya waktu. Proses hidrasi pada semen adalah proses kimia yang
berlangsung cukup lama, hingga berbulan-bulan, tergantung dari kondisi adukan
campuran beton itu sendiri. Mutu beton yang sering kita lihat sebagai mutu fc’
atau mutu K menyatakaan kekuatan beton pada saat umur 28 hari. Tapi bukan
berarti pengujian beton harus dilakukan ketika umur beton 28 hari. Umumnya,
pengujian kuat tekan beton dilakukan pada usia sample beton 7 hari. Atau,
dengan kata lain mutu beton pada umur 28 hari diberi fakor 1.0, maka kekuatan
beton pada umur 7 hari sekitar 0,67.
x. Jumlah Semen
22
Jika nilai slump sama (nilai faktor air semen berubah), beton dengan
kandungan semen lebih banyak mempunyai kuat tekan lebih tinggi. Hal ini
disebabkan karena jika nilai slump sama dan jumlah air juga hampir sama maka
mempengaruhi penambhan semen hal ini berarti pengurangan nilai faktor air
semen yang berakibat penambahan kuat tekan betonnya.
y. Sifat Agregat
Sifat agregat yang sangat berpengaruh terhadap mutu campuran beton.
Adapun sifat-sifat agregat yang perlu diperhatikan seperti, serapan air, kadar air
agregat, berat jenis, gradasi agregat, modulus halus butir, kekekalan agregat,
kekasaran dan kekerasan agregat.
F. Penelitian Relevan
1. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Ir. Masherni, M.T. yang berjudul
Perbandingan Kuat Tekan Beton Menggunakan Agregat Kasar Produksi
Sukadana dan Tanjungan adalah untuk pengujian material (agregat kasar
dan halus) memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Nilai Slump yang
dicapai adalah berkisar antara 7,35 cm sampai dengan 8,48 cm. Kuat
Tekan Beton tertinggi yaitu 204,3 kg/cm2 untuk penggunaan agregat
kasar yang berasal dari Tanjungan sedangkan untuk daerah produksi
Sukadana didapat kuat tekan tertinggi yaitu 195,90 kg/cm2. Maka dapat
disimpulkan penggunaan agregat kasar hasil produksi Tanjungan
mempunyai hasil yang lebih baik daripada yang berasal dari daerah
Sukadana walaupun hasil dari kedua daerah tersebut masih lebih baik
dari kuat tekan rencana sebesar 175 kg/cm2.
14. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Ronny E. Pandaleke dan Reky S.
Windah yang berjudul Perbandingan Uji Tarik Langsung Dan Uji Tarik
Belah Beton adalah Meskipun kekuatan tarik beton tidak memainkan
peran utama dalam analisis dan desain struktur beton, namun
24
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut.
1. Pengujian Material
2. Pengujian Slump Beton
3. Pembuatan Benda Uji
4. Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
5. Pengujian Kuat Tekan Beton
A. Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini menggunakan metode adalah dengan cara
membuat benda uji di laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah
Metro, Lampung. Dimana penelitian dilakukan dengan metode ekperimen. Beton
yang diuji adalah beton normal. Dan diuji menggunakan metode pengujian kuat
tekan dan kuat tarik belah dilakukan setelah beton berumur 7, 14 dan 28 hari.
Dengan jumlah 18 sampel beton, dengan mutu rencana f’c 29,05 MPa.
Diharapkan dapat diketahui hasil dan analisis beton mutu f’c 29,05 MPa dengan
metode pengujian kuat tekan beton dan pengujian kuat tarik belah beton untuk
dapat mengetahui nilai kuat tekan dan nilai kuat tarik tidak langsung dengan
menggunakan agregat kasar Tanjungan pada umur beton 7, 14 dan 28 hari :
Tabel 9 Detail Sampel Beton
Jumlah Umur Beton Metode Metode
Mutu Beton
Sampel Saat Diuji Perawatan Pengujian
Kuat Tarik
29,05 MPa 9 7 14 28 Direndam
Belah
(Guntur Naufal Fakhri, 2021)
25
26
Mulai
Perawatan Beton
Metode Rendam
Selesai
H. Tahapan Penelitian
1. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah suatu metode pengambilan sampel, untuk dapat
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Dengan cara
memahami sifat material atau bahan yang akan digunakan untuk membuat
beton. Selain itu, juga dengan cara membaca literatur untuk mengetahui
karakteristik bahan material pembentuk beton.
2. Tahapan
Tahapan selanjutnya adalah mengelola data yang didapat sehingga
mendapat data yang akurat. Tahapan yang dilakukan adalah perencanaan
campuran beton, diperlukan pemahaman tentang beberapa data yang saling
terkait. Untuk itu, diperlukan pengkajian secara detail sehingga setiap data yang
digunakan akan sangat efektif dan efisien untuk digunakan sebagai masukan
analisis lebih lanjut.
Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan penelitian:
Penyediaan bahan penyusun beton seperti: semen, agregat halus,
agregat kasar, dan air meliputi:
a. Pemeriksaan agregat kasar menggunakan Metode SNI
1) Berat jenis dan Penyerapan air
2) Analisa saringan
3) Kadar air
4) Kadar Lumpur
5) Berat Volume/isi
6) Uji Keausan Agregat dengan mesin abrasi Los Angeles
ee. Pengujian Waktu Ikat Semen Portland menggunakan metode SNI 15-
2049-2004
ff. Mix Design (Perencanaan campuran beton) menggunakan metode
SNI 7656-2012.
gg. Pengujian slump beton menggunakan metode SNI 1972:2008
hh. Pembuatan benda uji beton (Silinder)
ii. Perawatan beton dengan cara perendaman dalam air
jj. Pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah benda uji beton pada umur
7, 14 dan 28 hari
kk. Pengolahan dan analisis data dari hasil pengujian benda uji beton di
umur 7, 14 dan 28 hari.
Dan Metode yang digunakan dalam perencanaan ini adalah metode SNI
7656:2012. Berikut ini data-data Standarisasi perhitungan campuran beton
menggunakan SNI 7656:2012. dalam penelitian ini benda uji yang digunakan
adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
t = 30cm
D= 15cm
t = tinggi silinder
D = diameter silinder
K. Instrumen Penelitian
Pengujian dilakukan di Laboratorium Teknik sipil, Universitas
Muhammadiyah Metro, Lampung. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian
Berat jenis dan penyerapan agregat, pengujian kadar lumpur agregat, kadar air
agregat, berat volume, pengujian analisa saringan, Pengujian Keausan Agregat
menggunakan mesin Abrasi Los Angeles, Pengujian waktu ikat semen portland,
pengujian Berat Jenis semen portland, pengujian konsistensi normal semen
portland, Uji Slump beton, pengujian kuat tekan beton, dan pengujian kuat tarik
belah. Pengujian tersebut adalah sebagai berikut :
30
1. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus dan Agregat Kasar
Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi dari agregat
itu sendiri. Berat jenis agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari
beton. Maka secara langsung menentukan banyaknya campuran agregat dalam
campuran beton. Berat jenis digunakan untuk Perhitungan perencanaan
campuran beton. (Nasional, 2008a)
Hubungan antara berat jenis dengan serap adalah jika semakin tinggi nilai
berat jenis agregat maka semakin kecil daya serap adalah jika semakin tinggi
nilai berat jenis agregat maka semakin kecil daya serap air agregat. Dari
pengujian ini juga dapat dapat ditentukan berat jenis bulk, berat jenis-kering
permukaan jenuh (SSD = saturated surface dry), berat jenis semu (apparent) dan
penyerapan agregat halus:
a. Berat jenis bulk ialah perbandingan antara berat agregat kering dan
berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu tertentu
ll. Berat jenis kering-permukaan jenuh (SSD) ialah perbandingan antara
berat agregat kering-permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu
mm. Berat jenis semu (apparent) ialah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu
nn. Penyerapan ialah persentase berat air yang dapat diserap pori
terhadap berat agregat kering. Penyerapan digunakan untuk
menghitung perubahan berat agregat sebagai akibat adanya air yang
terserap oleh pori dalam agregat dibandingkan dengan berat agregat
dalam keadaan kering
kadar air yang terkandung dalam agregat, maka perencanaan mix design
menjadi lebih akurat karena adanya faktor koreksi kadar air campuran beton
terhadap tegangan tekan rencana yang akan dicapai.
Adapun cara kerjanya :
a. Timbang dan catat berat wadah (W1)
oo. Masukan benda uji kedalam wadah, dan kemudian berat
wadah+benda uji ditimbang, catatlah beratnya (W2)
pp. Hitung berat benda uji (W3) = W2-W1
qq. Keringkan benda uji bersama wadah dalamoven pada suhu 110 C
rr. Setelah kering, ditimbang dan dicatat berat benda uji serta wadah
(W4)
ss. Hitunglah berat benda uji kering : (W5)=W4-W1
4) Diamkan gelas ukur sampai 24 jam di tempat yang rata agar lumpur
mengendap.
5) Kemudian catat tinggi pasir dan tinggi lumpur pada gelas ukur.
6) Hitung kadar lumpur benda uji.
Perhitungan
W 3−W 5
Kadar Air Agregat halus = x 100
W5
Dimana :
W3 : Berat semula (gram)
W5 : Berat kering (gram)
pada konsistensi normal sampai pasta kehilangan sebagian sifat plastis (menjadi
beku). Semen jika dicampur dengan air akan membentuk bubur yang secara
bertahap menjadi kurang plastis dan akhirnya menjadi keras. Pada proses ini
tahap pertama dicapai ketika pasta semen cukup kaku untuk menahan suatu
tekanan. Waktu untuk mencapai tahap ini disebut waktu ikatan. Waktu tersebut
dihitung sejak air dicampur semen. (Nasional, 2004)
Waktu ikatan semen dibagi menjadi dua bagian, yaitu waktu ikatan awal
(initial setting time) dan waktu ikatan akhir ( final setting time). Waktu dari
pencampuran semen dan air sampai keadaan hilangnya sifat keplastisannya
disebut waktu ikatan awal, dan waktu sampai mencapai pastanya menjadi massa
yang keras disebut waktu ikatan akhir. Pada semen Portland biasanya waktu
ikatan awal tidak boleh kurang dari 60 menit, dan waktu ikatan akhir tidak boleh
lebih dari 480 menit (8 jam).(Pusdiklat Jalan, 2017a)
. Waktu ikatan awal yang cukup lama diperlukan untuk pekerjaan beton
yaitu waktu transportasi, penuangan, pemadatan, dan perataan permukaan.
Proses ikatan ini disertai dengan perubahan temperatur, temperatur naik dengan
cepat dari ikatan awal dan mencapai puncaknya pada waktu ikatan akhir
berakhir. Waktu ikatan yang pendek kenaikan temperatur dapat mencapai 30OC.
Dalam praktek lama waktu ikatan ini dipengaruhi oleh jumlah air campuran yang
digunakan serta suhu udara disekitarnya.(Pusdiklat Jalan, 2017a)
Berikut ini adalah langkah-langkah uji waktu ikat semen:
a. Persiapan Pasta
1) Sebelum mencetak benda uji, terlebih dahulu kita mempersiapkan
pasta. Adapun langkah-langkah untuk persiapan pasta antara lain :
2) Pasang daun pengaduk dan mangkuk yang kering pada mesin
pengaduk (mixer)
3) Masukkan bahan-bahan ke dalam mangkuk dengan prosedur sebagai
berikut :
4) Tuangkan air 106,4 ml
5) Masukkan 500 gram semen ke dalam air dan biarkan selama 30 detik
agar terjadi peresapan/campuran.
6) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140±5) rpm, selama 30
detik
7) Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan
pasta yang menempel dipinggir mangkok.
36
5) Waktu pengikatan tercapai bila hasil penetrasi lebih besar atau sama
dengan 25 mm, dan waktu pengikatan akhir tercapai bila jarum tidak
membekas pada benda uji.(Pusdiklat Jalan, 2017a)
a. Kerucut diletakan pada bidang rata dan datar namun tidak menyerap
air
ddd. Adukan beton yang dicampur merata dimasukan kedalam kerucut
sambil ditekan kebawah.
eee. Adukan beton dimasukan dalam 3 lapis yang kira-kira sama
tebalnya dan setiap lapisan ditusuk sebanyak 25 kali dengan
menggunakan tongkat baja agar adukan yang masuk kedalam kerucut
lebih padat.
fff. Adukan yang jatuh disekitar kerucut dibersihkan dengan hati-hati
ggg. Dibuka dan diukur penurunan puncak kerucut terhadap tinggi
semula
hhh. hitung nilai Slump:
Nilai Slump = Tinggi cetakan – tinggi rata-rata benda uji
rrr. kemudian catat besarnya beban maksimum yang dapat diterima pada
masing-masing benda uji dan masukan dalam tabel. (Nasional, 2002)
42