Dalam konferensi yang dibagikan melalui akun sosial medianya, WHO menyayangkan
stigma yang telah beredar di masyarakat. "Sangat menyakitkan melihat stigma yang beredar,"
kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. "Dan sejujurnya, stigma
lebih berbahaya dari virus itu sendiri. Stigma adalah musuh yang paling berbahaya,"
tegasnya.
setiap istilah yang beredar. Seperti istilah "Virus Wuhan", "Virus Cina", "Virus Asia," atau
istilah lain yang menunjukkan identitas tertentu. Istilah-istilah tersebut bisa menimbulkan arti
Selain itu, menurut penjelasan WHO, stigma bisa menimbulkan stereotip dan asumsi.
Stereotip ini bisa memperluas ketakutan dan merendahkan seseorang yang telah terpapar
virus corona. Pada tingkat yang lebih parah, stigma bisa membuat seseorang menghindari
Menurut analisis WHO, masyarakat bisa memberikan stigma terkait dengan COVID-19
sebab corona adalah penyakit baru yang masih belum diketahui. Sementara, masyarakat acap
kali takut akan sesuatu yang belum diketahui. Masyarakat juga mudah mengasosiasikan
1. Gunakan fakta. Stigma bisa menyebar karena pengetahuan yang rendah mengenai
corona. Sebarkan fakta mengenai cara penularan, cara mencegah dan cara mengatasi
corona. Termasuk opsi perawatan dan informasi kesehatan yang bisa diakses dengan
atau memberi pesan untuk tidak melakukan pembiaran stigma sesuai dengan keadaan
3. Perkuat suara dan cerita mengenai orang-orang yang telah sembuh dari corona.
Tindakan ini juga turut mengapresiasi para petugas kesehatan yang telah berjuang.
4. Pastikan bahwa gambaran tentang corona berbeda dengan etnis tertentu. Dengan kata
lain, format penggambaran harus netral dan tidak menunjuk etnis tertentu.
5. Perhatikan etika jurnalisme. Laporan berita yang hanya fokus pada perilaku seseorang
yang telalh terdeteksi virus malah akan menambah stigma. Beberapa media juga
sebuah negara.
6. Bentuk kelompok atau aliansi untuk membuat gerakan melawan stigma. Lingkungan