PENDAHULUAN
setiap tahun. Hal ini memiliki dampak buruk bagi berbagai sektor kehidupan
manusia, langsung dan tidak langsung. Gangguan kesehatan merupakan salah satu
dampak langsung, selain hambatan dalam pekembangan yang dapat disertai tidak
sejak tahun 2000 sebesar 66% (Klein, dkk, 2015). Penggunaan antibiotika tersebut
dkk, 2014). Salah satu resistensi terhadap antibiotika didapati terjadi pada jenis
kuman Staphylococcus aureus sebagai salah satu penyebab infeksi saluran nafas
bagian atas (ISPA). Kemampuan untuk bertahan terhadap daya kerja antibiotika
tidak khusus pada satu jenis obat namun dilaporkan penyebab penyakit ini telah
pengobatan. Penyakit ini mempunyai frekuensi tinggi diderita anak dari golongan
usia bawah lima tahun (balita). Hal ini dikarenakan perkembangan daya tahan
1
2
tubuh yang belum sempurna sehingga menjadi sangat rentan. Infeksi saluran
nafas, meskipun sebagian besar bersifat ringan dan terbatas, memiliki dampak
signifikan terhadap beban kesehatan dan ekonomi setiap negara yang mempunyai
besar infeksi disebabkan oleh virus yang tidak dapat di hambat perkembangannya
tingginya frekuensi infeksi yang berasal dari masyarakat, harapan hidup yang
lebih lama, dan peningkatan risiko pajanan terhadap patogen yang resisten
antibiotik dalam kasus kontrol obat. Keragaman faktor yang mempermudah balita
merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Ada banyak faktor yang mempengaruhi
Pemberian antibiotika pada anak diketahui sama porsi pemberiannya pada kasus
3
infeksi saluran nafas bawah, dan beberapa kasus infeksi saluran pernafasan atas
antibiotik paling sedikit satu kali dalam setahun dan pemberian tertinggi pada
anak usia dua tahun dibandingkan usia di atasnya. Keadaan yang terjadi di
antibiotik yang memicu resistensi karena ISPA merupakan penyakit yang dapat
tepat dan berlebihan diantaranya dari golongan antibiotik seperti dilaporkan oleh
pada WHO tentang Rational Use of Medicine (RUM). Panduan ini meliputi enam
penggunaan alat monitor dari Gyssesns sehingga dapat diketahui tingkat ketepatan
dari obat yang telah diberikan. Enam langkah tepat tersebut meliputi tepat pasien,
indikasi, obat, pemberian dosis dan lama pemberian, biaya dan informasi
(Kemenkes, 2011).
tidak rasional yang dibuat pada Majelis Kesehatan Dunia dan Majelis Umum ke-
antibiotika pada anak usia balita dan anak dengan kasus ISPA, kenyataannya tidak
ada sistem yang efektif telah diusulkan untuk melacak kemajuan pada skala
dunia sampai dengan tahun 2018 dilaporkan terdapat 500.000 jiwa mengalami
2018).
5
antibiotika tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti, dkk (2015)
ISPA tinggi pada anak usia balita. ISPA merupakan penyebab kematian tertinggi
pada bayi sebesar 98%. Pemberian antibiotika pada balita dengan infeksi saluran
ISPA tertinggi di Indonesia sekitar 25,5% dengan porsi terbesar didapati pada
anak usia 1-4 tahun sekitar 41%. Hasil ini telah mengalami pengurangan berarti
pada tahun 2018 menjadi sekitar 9,3% berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
(Riskesdas, 2018). Hasil penelitian terhadap anak usia balita di berbagai fasilitas
(59,6%).
Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi dengan jumlah kasus ISPA
tinggi dengan prevalensi di atas rata-rata nasional sebesar 9,5% (Riskesdas, 2018).
Data laporan penggunaan antibiotika pada anak balita tidak dilaporkan secara
spesifik namun bila didasarkan pada prevalensi anak balita yang mengalami ISPA
Hasil survey awal yang telah penulis lakukan dengan melihat dan
sebanyak 14 anak usia balita dengan ISPA (37,83%) dari total 37 pasien selama 6
6
dari bulan Januari sampai dengan Juni 2019, mendapatkan antibiotika. Kategori
yang spektrumnya lebih sempit) dan IV C (Ada antibiotik lain yang lebih murah).
1.3. Hipotesa
antibiotik pada balita penderita ISPA di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Langsa.
antibiotik pada balita penderita ISPA dari aspek tepat indikasi di Instalasi
antibiotik pada balita penderita ISPA dari aspek tepat obat di Instalasi
antibiotik pada balita penderita ISPA dari aspek tepat dosis di Instalasi
antibiotik pada balita penderita ISPA dari aspek tepat interval waktu di
antibiotik pada balita penderita ISPA dari aspek tepat lama pemberian obat
1.5.1. Peneliti
antibiotik.
melihat pola dan ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada
8
balita dan digunakan sebagai acuan untuk mencegah timbulnya resistensi kuman
terhadap antibiotik.
hal-hal yang khusus. Adapun kerangka konsep dalam peneltian dapat dilihat pada
Independent Dependen