Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pembangunan Daerah

Dalam era otonomi daerah, dimana daerah mempunyai kesempatan yang

lebih luas untuk mengembangkan potensi daerahnya, maka daerah perlu untuk

mengetahui potensi-potensi ekonomi yang dapat dikembangkan .pengembangan

potensi ini diharapkan dapat meningkatkan kegiatan ekonomi daerah .

Pemerintah memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan

ekonomi, meskipun kegiatan ekonomi sebagian besar dilakukan oleh sektor

swasta. Sektor Pemerintah melengkapi kegiatan sektor swasta dan mengisi serta

melaksanakan kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan sektor swasta. Pemerintah

mengadakan investasi di bidang infrastruktur seperti pendidikan, jalan, irigasi, dan

fasilitas pelayanan publik lainnya (Wijaya, 1989).

Perubahan struktural keuangan daerah terjadi akibat ditetapkannya undang-

undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah diarahkan

pada pemberian otonomi untuk lebih meningkatkan peran Pemerintah Daerah dan

partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pembangunan di Daerahnya, maka

prioritas penggunaan dana perimbangan harus dialokasikan untuk memacu

ekonomi Daerah khususnya ekonomi rakyat serta meningkatkan kemampuan

Daerah dalam penyediaan sarana dan prasarana yang dapat memberikan

6
penerimaan daerah dana sarana dan prasana yang dapat menarik investasi swasta

untuk menanamkan modalnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan

penerimaan pendapatan asli daerah (PAD).

Sampai saat ini belum ada satu teori yang mampu menjelaskan

pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif. Namun demikian, ada

beberapa teori yang secara parsial dapat membantu bagaimana memahami arti

penting pembangunan ekonomi daerah. Pada hakikatnya, inti dari teori -teori

tersebut berkisar pada dua hal, yaitu pembahasan yang berkisar tentang metode

dalam menganalisis perekonomian suatu daerah dan teori-teori yang membahas

tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah

tertentu (Arsyad, 1999)

Pengembangan metode untuk menganalisis suatu perekonomian suatu

daerah penting sekali keguanaannya sebagai sarana mengumpulkan data tentang

perekonomian daerah yang bersangkutan serta proses pertumbuhannya.

Pengembangan metode analisis ini kemudian dapat dipakai sebagai pedoman

untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dimbil guna mempercepat

laju pertumbuhan yang ada. Akan tetapi di pihak lain harus diakui, menganalsis

perekonomian suatu daerah sangat sulit (Arsyad 1999). Beberapa faktor yang

sering menjadi penghambat dalam melakukan analisis perekonomian diantaranya:

a. Data tentang daerah sangat terbatas terutama kalau daerah dibedakan

berdasarkan pengertian daerah nodal (berdasarkan fungsinya).

7
b. Data yang dibutuhkan umumnya tidak sesuai dengan data yang dibutuhkan

untuk menganalisis daerah, karena data yang terkumpul biasanya ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan analisis perekonomian secara nasional.

c. Data tentang perekonomian daerah sangat sukar dikumpulkan sebab

perekonomian daerah lebih terbuka jika dibandingkan dengan perekonomian

sosial. Hal tersebut menyebabkan data tentang aliran yang masuk dan keluar

dari suatu daerah sukar diperoleh.

Bagi negara sedang berkembang, disamping kekurangan data sebagai

kenyataan yang umum, data yang terbatas itu pun banyak kurang akurat dan

terkadang relatif sulit dipercaya, sehingga menimbulkan kesulitan untuk

melakukan analisis yang memadai tentang keadaan perekonomian yang

sebenarnya disuatu daerah.

2.1.2. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi

terus-menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan, hakikat dari sifat

dan proses pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, jadi

bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi

berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting

yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal

dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti

pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk suatu daerah.

8
Pengertian pembangunan ekonomi adalah sebagai suatu proses yang

menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat

dalam jangka panjang (Sukirno 1996). Berdasarkan atas definisi ini dapat

diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses

pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan

memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya suatu proses

pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan

memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya pembangunan itu

diharapkan adanya kenaikan pendapatan riil masyarakat berlangsung untuk jangka

panjang.

Pembangunan ekonomi dipandang sebagai proses multidimensional yang

mencakup segala aspek dan kebijakan yang komprehensid baik ekonomi maupun

non ekonomi. Oleh sebab itu, sasaran pembangunan yang minimal dan pasti ada

menurut Todaro (1983) dalam Suryana (2000) adalah :

1. Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan

pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti perumahan, kesehatan dan

lingkungan.

2. Mengangkat taraf hidup termasuk menambah dan mempertinggi pendapatan

dan penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan perhatian

yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya manusiawi, yang semata-mata

bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi, akan tetapi untuk

meningkatkan kesadaran akan harga diri baik individu maupun nasional.

9
3. Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan

nasional dengan cara membebaskan mereka dari sikap budak dan

ketergantungan, tidak hanya hubungan dengan orang lain dan negara lain,

tetapi dari sumber-sember kebodohan dna penderitaan.

Ada empat model pembangunan (Suryana, 200) yaitu model pembangunan

ekonomi yang beorientasi pada pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja,

penghapusan kemiskinan dan model pembangunan yang berorientasi pada

pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan atas model pembangunan tersebut,

semua itu bertujuan pada perbaikan kualitas hidup, peningkatan barang-barang

dan jasa, penciptaan lapangan kerja baru dengan upah yang layak, dengan harapan

tercapainya tingkat hidup minimal untuk semua rumah tangga yang kemudian

sampai batas maksimal.

2.1.3. Konsep Sektor Basis

Struktur perekonomian suatu daerah dapat dibedakan atas dua sektor yaitu

sektor basis dan sektor non basis, kegiatan sektor basis adalah kegiatan sektor

ekonomi yang mengekspor barang-barang dan jasa-jasa ke tempat lain di luar

batas-batas perekonomian masyarakat, sektor ini mampu memenuhi kebutuhan

daerah sendiri maupun daerah lain, atau dengan kata lain sektor ini dapat

dikatakan sebagai sektor basis/basis. Sektor bukan basis yaitu kegiatan sektor

ekonomi yang hanya menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-

orang yang bertempat tinggal dalam batas perekonomian yang bersangkutan,

sektor ini dikenal sebagai sektor non basis.

10
Teori ekonomi basis atau sektor basis pada dasarnya menyatakan bahwa

faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah hubungan

dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Arsyad (1999)

mengungkapkan bahwa strategi pembangunan daerah yang muncul didasarkan

pada teori ini penekannya terhadap arti pentingnya batuan kepada dunia usaha

yang mempunyai pasar, baik secara nasional maupun internasional.

Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973)

yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu

daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa

dari luar daerah ( Arsyad 1999). Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan bahwa

pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk

tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah

dan penciptaan peluang kerja (job creation). Asumsi ini memberikan pengertian

bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor basis apabila daerah tersebut dapat

memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehinggan

dapat menghasilkan ekspor (Suyatno 2000).

Ada serangkaian teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankan

perubahan-perubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor

yang terdapat dalam perekonomian daerah. Teori yang paling sederhana dan

populer adalah teori basis ekonomi (economic base theory). Menurut Glasson

(1990), konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian menjadi dua sektor

yaitu: 1) Sektor-sektor Basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-

barang dan jasa ke empat di luar batas perekonomian masyarakat yang

11
bersangkutan atas masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat yang

datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.

2) Sektor-sektor bukan Basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barang-barang

yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian

masyarakat bersangkutan. Sektor-sektor tidak mengekspor barang-barang. Ruang

lingkup mereka dan daerah pasar terutama adalah bersifat lokal.

Secara implisit pembagian perekonomian regional yang dibagi menjadi

dua sektor tersebut terdapat hubungan seban-akibat dimana keduanya kemudian

menjadi pijakan dalam membentuk teori basis ekonomi. Bertambahnya kegiatan

basis di suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang

bersangkutan sehingga menambah permintaan terhadap barang dan jasa yang

dihasilkan, akibatnya akan menambah volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya

semakin berkurangnya kegiatan basis yang berarti berkurangnya pendapatan yang

masuk ke daerah yang bersangkutan. Dengan demikian kegiatan basis mempunyai

peran sebagai penggerak utama.

Analisis basis atau teori basis ekonomi dapat digunakan untuk

mengidentifikasi daerah basis dan bukan basis, yang termasuk metode ini adalah

metode lacation quotient ( LQ ). Menurut teori basisi ekonimi, faktor penentu

utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berkaitan langsung dengan permintaan

akan barang dan jasa dari luar daerah. Menurut Mc. Cann (2001) lacation quotient

( LQ ), merupakan suatu usaha mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi

/ industry dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam

perekonomian daerah itu dengan peranan kegiatan sejenis dalam perekonomian

12
nasional. Ada dua cara untuk mengukur lacation quotient ( LQ ). Dari suatu sektor

dalam suatu perekonomian wilayah, yakni pendekatan nilai tambah atau PDRB

dan tenaga kerja.

Metode lacation quotient (LQ) ini memiliki asumsi bahwa semua

penduduk di suatu daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola

permintaan nasional (regional). Bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor

industri di daerah adalah sama dengan produktivitas pekerja dalam industri

nasional. Setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor,

dan bahwa perekonomian bangsa yang bersangkutan adalah suatu perekonomian

tertutup.

Digunakan analisis LQ karena analisis ini memiliki kelebihan – kelebihan.

Kelebihan analisis LQ antara lain merupakan alat analisis sederhana yang dapat

menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah dan industri substitusi impor

basis atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan

menunjukkan industri-industri basis (sektoral) untuk dianalisis lebih lanjut.

Sedangkan kelemahannya antara lain merupakan indikator kasar yang deskriptif,

merupakan kesimpulan sementara dan tidak memperhatikan struktur ekonomi

setiap daerah. Ini mengingat bahwa hasil produksi dan produktivitas tenaga kerja

di setiap daerah adalah berbeda, juga adanya perbedaan sumber daya yang bisa

dikembangkan di setiap daerah.

Semakin tinggi koefisien suatu sektor, semakin tinggi pula kemampuan

bersaing suatu daerah dalam mengembangan sektor tersebut. Menurut Arsyad

(1999), metode LQ memiliki keunggulan, yakni dapat dengan cepat mengetahui

13
sektor basis/unggulan perekonomian disuatu daerah dan juga dapat dipakai untuk

menganalisis tentang ekspor/impor perdagangan suatu daerah. Namun juga ada

kelemahannya, antara lain :

1. Selera dan konsumsi masyarakat pada kenyataannya berbeda.

2. Kebutuhan konsumsi rata-rata untuk satu jenis barang berbeda untuk setiap

daerah.

3. Industri suatu daerah berbeda.

2.1.4. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi bagi suatu daerah merupakan satu indikator

keberhasilan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pembangunan. Untuk

mencapai pertumbuhan ekonomi yang signifikasi bagi peningkatan kesehjahteraan

rakyat dan peningkatan penerimaan daerah, pemerintah daerah dituntut untuk

mampu menyelenggarakan suatu strategi pembangunan yang tepat dan cermat.

Strategi pembangunan yang diselenggarakan dapat merespon kebutuhan dan

permasalahan ekonomi daerah dan memperhitungkan setiap faktor yang

mempengaruhi ekonomi dan atau yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi

tersebut.

Pertumbuhan ekonomi bagi suatu daerah merupakan satu indikator

keberhasilan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pembangunan. Untuk

mencapai pertumbuhan ekonomi yang signifikasi bagi peningkatan kesehjahteraan

rakyat dan peningkatan penerimaan daerah, pemerintah daerah dituntut untuk

mampu menyelenggarakan suatu strategi pembangunan yang tepat dan cermat.

14
Strategi pembangunan yang diselenggarakan dapat merespon kebutuhan dan

permasalahan ekonomi daerah dan memperhitungkan setiap faktor yang

mempengaruhi ekonomi dan atau yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi

tersebut. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa

memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat

pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau

tidak.

Teori pertumbuhan ekonomi menurut Boediono (1999). Bisa didefinisikan

sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output

perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-

faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan. Menurut Schumpeter dan

Hicks dalam Jhingan (2002), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi

dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan

spontan dan terputus-terputus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah

dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan

pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan

mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dam penduduk. Hicks

mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut pengembangan sumber

sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati penggunanya telah cukup

dikenal. Sedangkan menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2003), pertumbuhan

ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara

(daerah) untuk menyediakan semakin banyak barang-barang ekonomi kepada

penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan

15
penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Berdasarkan atas

sudut pandang tersebut, dalam penelitian ini menggunakan istilah pertumbuhan

ekonomi yang akan dilihat dari sudut pandang Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB

pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB sebeumnya (PDRBt – 1 ).

PDRB1 – PDRB t-1


Laju Pertumbuhan Ekonomi (∆Y) = x 100 %
PDRB t-1 .......... (1)

Ahli-ahli ekonomi telah lama memandang beberapa faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Sukirno 1994) yaitu :

a. Tanah dan kekayaan alam lain:

Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun

perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses

pertumbuhan ekonomi. Di dalam setiap negara dimana pertumbuhan ekonomi

baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan berbagai

kegiatan ekonomi di luar sektor primer yaitu sektor dimana kekayaan alam

terdapat kekurangan modal, kekurangan tenaa ahli dan kekurangan

pengetahuan para pengusaha untuk mengembangan kegiatan ekonomi modern

di satu pihak, dan terbatasnya pasar bagi berbagai jenis barang kegiatan

ekonomi di lain pihak, sehingga membatasi kemungkinan untuk

mengembangkan berbagai jenis kegiatan ekonomi.

Apabila negara tersebut mempunyai kekayaan alam yang dapat

diusahakan dengan menguntungkan, hambatan akan dapat diatasi dan

pertumbuhan ekonomi dipercepat kemingkinannya untuk memperoleh

16
keuntungan tersebut dan menarik pengusaha-pengusaha dari negara-negara /

daerah-daerah yang lebih maju untuk mengusahakan kekayaan alam tersebut.

Modal yang cukup, teknologi dan teknik produksi yang modern dari luar

memungkinkan kekayaan alam itu diusahakan secara efisien dan

menguntungkan.

b. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja:

Perubahan pertambahan penduduk dapat menjadi pedorong maupun

pernghambat pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan

memperbesar jumlah tenaga kerja dan penambahan tersebut akan

memungkinkan negara tersebut menambah produksi. Selain itu pula

perkembangan penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui

perluas pasar yang diakibatkannya. Besarnya luas pasar dari barang-barang

yang dihasilkan dalam suatu perekonomian tergantung pendapatan penduduk

dan jumlah penduduk.

Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan

ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan faktor-

faktor produksi lain yang tersedia. Ini berarti penambahan penggunaan tenaga

kerja tidak akan menimbulkan pertambahan dalam tingkat produksi ataupun

kalau bertambah, pertambahan tersebut akan lambat sekali dan tidak

mengimbangi pertambahan jumlah penduduk.

c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi:

Setiap barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi

pertumbuhan ekonomi, barang-barang modal yang sangat bertambah

17
jumlahnya dan teknologi yang modern memegang peranan yang penting sekali

dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi itu.

Apabila barang-barang modal saja yang bertambah, tidak diikuti

dengan perkembangan tingkat teknologi maka tingkat kemajuan yang akan

dihasilkan tidak akan lebih baik.

d. Sistem sosial dan sikap masyarakat:

Sikap masyarakat sangat menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi

dapat dicapai. Sebagian masyarakat terdapat sikap yang dapat memberikan

dorongan yang besar pada pertumbuhan ekonomi. Sikap itu diantaranya

adalah sikap menghemat untuk mengumpulkan lebih besar uang untuk

investasi, sikap kerja keras dan kegiatan-kegiatan mengembangkan usaha, dan

sikap yang selalu menambah pendapatan dan keuntungan. Disisi lain sikap

masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat yang tradisional dapat

menghambat masyarakat untuk menggunakan cara-cara produksi yang modern

dan yang produktivitasnya tinggi. Oleh karenanya pertumbuhan ekonomi tidak

dapat dipercepat.

e. Luas Pasar Sebagai Sumber Pertumbuhan :

Adam Smith (Telah) menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh

luasnya pasar, dan spesialisasi yang terbatas membatasi pertumbuhan

ekonomi. Pandangan smith ini menunjukkan bahwa sejak lama orang telah

lama menyadari tentang pentingnya luas pasar dalam pertumbuhan ekonomi.

Apabila luas pasar terbatas, tidak ada dorongan kepada para pengusaha untuk

menggunakan teknologi modern yang tingkat produktifitasnya tinggi. Kerena

18
produkktivitasnya rendah maka pendapatan para pekerja tetap rendah, dan ini

selanjutnya membatasi pertumbuhan.

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di produksi dalam

masyarakat meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena

faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan

kualitasnya pada periode tertentu. Seperti yang telah dijelaskan oleh Todaro

(1999), ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi

kegiatannya itu adalah :

1. Akumulasi Modal

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan di

investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan

dikemudian hari. Akumulasi modal akan menambah sumber daya baru

seperti, pembukaan tanah-tanah yang semula tidak digunakan atau

meningkatkan sumber daya yang sudah ada seperti perbaikan irigasi,

pengadaan pupuk dan pestisida, untuk mencapai maksud investasi tersebut

selalu di tuntut adanya pertukaran antara konsumsi sekarang dari konsumsi

mendatang, artinya pihak-pihak pelaku investasi harus bersedia

mengorbankan atau mengurangi konsumsi mereka pada saat sekarang ini

demi memperoleh konsumsi yang lebih baik dimasa mendatang.

2. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk dan perumbuhan kesempatan kerja biasa dianggap

salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi.. jumlah

19
tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga kerja

produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti

ukuran pasar domestiknya lebih besar. Hal ini sebenarnya tergantung pada

kemampuan suatu perekonomian yang bersangkutan memberi kesempatan

kerja dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja tersebut.

Adapun kemampuan itu sendiri lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat dan

jenis modal dan tersedianya input atau faktor-faktor penunjang, seperti

kecakapan manajerial dan administrasi.

3. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi terjadi karena ditemukannya cara baru atau perbaikan

atas cara-cara lama dalam menangani suatu pekerjaan. Kemajuan

teknologi ini ada yang berkeadaan dari kombinasi faktor input yang sama

untuk mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi, seperti pengelompokan

tenaga kerja semacam spesifikasi dan keahlian, ada juga teknologi yang

hemat modal, teknologi ini akan menghasilkan metode produksi padat

karya yang lebih efisien, seperti penggunaan teknologi tepat guna,

kemudian ada teknologi yang meningkatkan model jenis kemajuan ini

terjadi jika penggunaan teknologi tersebut memungkinkan untuk

memanfaatkan barang modal yang ada secara produktif, misalnya

penggantian bajak kayu dengan bajak baja dalam produksi pertanian.

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan pertumbuhan ekonomi adalah

adanya investasi-investasi yang mampu memperbaiki kualitas modal atau sumber

20
daya manusia dan fisik, yang selanjutnya berhasil meningkatkan kualitas sumber

daya produktif dan bisa menaikkan produktifitas seluruh sumber daya penemuan-

penemuan baru, inovatif dan kemajuan teknologi.

Namun secara gamblang dapat dikatakan pertumbuhan ekonomi, adalah

kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara atau daerah yang

bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi. Kalau pertumbuhan

ekonomi itu secara nilai daerah ditandai dengan PDRB maka teori dari HARROD

– DOMAR menyatakan bahwa tabungan (S) adalah bagian dari PDB, apabila

bagian tersebut sebagai koofisien PDB yang besarnya S=s.PDB.

Investasi merupakan perubahan dari stok modal (K) mempunyai hubungan

langsung dengan PDB seperti ditunjukkan dengan ratium modal atau output K,

maka:

K = k atau ∆K = k
PDB ∆PDB

Atau ∆K = K. ∆PDB

Jumlah tabungan (S) sama dengan I, maka bersamaan dapat ditulis : S = I dari

persamaan di atas diketahui bahwa S = s.PDRB dengan demikian identitas

tabungan yang merupakan persamaan modal dapat dilihat persamaan:

S = s. PDB = k , ∆ PDB = ∆K = 1

Atau s. PDB = k. ∆PDB

Selanjutnya apabila sisi kiri persamaan dibagi semula dengan PDB dan kemudian

k, maka dapat:

∆PDB = s
PDB k

21
Dengan demikian dari sisi kiri persamaan (2.7) adalah merupakan tingkat

pertumbuhan PDB atau persentase perubahan PDB.Proses pertumbuhan akan

terjadi secara simultan dan memiliki keterkaitan yang erat satu dengan yang

lainnya. Dalam pembangunan ekonomi modal memegang peranan dalam

menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu

negara. Ricardo dalam Soeparmoko (1999) mengemukakan bila jumlah penduduk

bertambah terus maka akumulasi kapital terus menerus terjadi, maka tanah yang

subur menjadi kurang jumlahnya atau semakin langka adanya. Akibatnya berlaku

hukum tambahan hasil yang semakin berkurang.

Maltus dalam Soeparmoko (1999) juga menjelaskan adanya

perkembangan ekonomi akibat kenaikan jumlah kapital untuk investasi yang

dilakukan secara terus menerus. Akan tetapi dari mana kapital itu di dapat

pertanyaan itu di jawab oleh Maltus bahwa tidak semua pendapatan yang diterima

seseorang dibelanjakan, namun sebagian akan ditabungkan dengan demikian tidak

semua barang dihasilkan akan terjual.

Budiono (1999) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu

proses kenaikan outpit perkapita dalam jangka panjang. Jadi terdapat suatu aspek

dinamis dari suatu perekonomian yang berkembang atau berubah dari waktu

kewaktu, artinya tekananya pada perubahan atau perkembangan. Pertumbuhan

ekonomi juga berkaitan dengan output lokal yang terakumulasi dalam PDRB dan

jumlah penduduk, aliran output perkapita adalah output lokal (PDRB) dibagi

dengan jumlah penduduk.

22
Proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki keterkaitan

yang erat satu dengan yang lainnya. Dalam pembangunan ekonomi modal

memegang peranan dalam menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan

ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Ricardo dalam Soeparmoko (1999)

mengemukakan bila jumlah penduduk bertambah terus maka akumulasi kapita

terus menerus terjadi, maka tanah yang subur menjadi kurang jumlah nya atau

semakin langka adanya. Akibat berlaku hukum tembahan hasil yang semakin

berkurang.

Maltus dalam Soeparmoko (1999) juga menjelaskan adanya

perkembangan ekonomi akibat kenaikan jumlah kapital untuk investasi yang

dilakukan secara terus menerus. Akan tetapi dari mana kapital itu di dapat

pertanyaan itu dijawab Maltus bahwa tidak semua pendapatan yang diterima

seseorang dibelanjakan. Namun sebagian akan ditabungkan dengan demikian

tidak semua barang yang dihasilkan akan terjual.

Laju pertumbuhan ekonomi akan diukur melalui indikator perkembangan

PDRB dari tahun ketahun pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan

PDRB , tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari

pertumbuhan atau apakah perubahan struktur ekonomi berlaku atau tidak

(Sukirno, 1999)

Sementara itu beberapa teori-teori pertumbuhan ekonomi dikemukakan

oleh beberapa ahli ekonomi yaitu sebagai berikut:

23
1. Pertumbuhan Ekonomi Historis

Mazhab Historismus ini melihat pembangunan ekonomi berdasarkan suatu

pola pendapatan yang berpangkal pada perspektif sejarah. Metode kajian

Mazhab ini bersifat induktif empiris. Dalam alam pikiran Mazhab ini

fenomena ekonomi adalah produk perkembangan menyeluruh dan dalam

tahap tertentu dalam perjalanan sejarah. Tokoh-tokohnya antara lain:

a. Friedrich List

Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut Frierich List adalah tingkat-

tingkat yang dikenal dengan sebutan “Stuffen Theorien “ (Teori Tangga).

Adapun tahapan-tahapan pertumbuhan ekonomi di bagi 4 sebagai berikut:

1) Masa Berburu dan Mengembara

Pada masa ini manusia belum memenuhi kebutuhan hidupnya sangat

menggantungkan diri dari pemberian alam dan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sendiri

2) Masa Berternak dan Bertanam

Pada masa ini manusia sudah mulai berfikir untuk hidup menetap.

Sehinggga mereka bermata pencarian bertanam.

3) Masa Bertani dan Kerajinan

Pada masa ini manusia sudah hidup menetap sambil memelihara

tanaman yang mereka tanam kerajinan hanya mengajar usaha

sampingan.

24
4) Masa Kerajinan, industri dan perdagangan

Pada masa ini kerajinan bukan sebagai usaha sampingan melainkan

sebagai kebutuhan untuk di jual ke pasar, sehingga industri

berkembang dari industri kerajinan menjadi industri besar.

b. Karl Bucher (1847 – 1930)

Tahap perekonomian dapat di bagi menjadi 4:

1) Rumah tangga

2) Rumah tangga kota

3) Rumah tangga bangsa

4) Rumah tangga dunia

c. Werner Sombart (1863 – 1947)

1) Prakapitalisme (Varkapitalisme)

2) Zaman kapitalis madya (buruh kapitalisme)

3) Zaman kapitalis Raya (Harchkapitalisme)

4) Zaman kapitalis akhir (spetkapitalisme)

d. Walt Whitman Rostow (1961 – 1979)

1) Masyarakat tradisional

2) Tahap Prasyarat Tinggal Landas

3) Tahap Tinggal Landas

4) Tahap Menuju Kedewasaan

5) Tahap Ekonomi Konsumsi Tinggi

25
2. Pertumbuhan Harrod Domar

Teori pertumbuhan ekonomi Harrod Domar menyatakan bahwa tingkat

pertumbuhan ekonomi secara jelas dinyatakan bahwa tingkat pertumbuhan

GNP ditentukan secara bersama-sama oleh ratio tabungan nasional serta ratio

modal output nasional. Secara lebih spesifik persamaan itu menyatakan bahwa

tingkat petumbuhan pendapatan nasional akan secara langsung atau secara

positif berbanding lurus dengan ratio tabungan (yakni semakin banyak bagian

GNP yang ditabung dan diinvestasikan, maka akhirnya nanti akan lebih besar

lagi pertumbuhan GNP yang dihasilkannya) dan secara negatif perbandingan

terbaik terhadap ratio modal output dari suatu perekonomian (yakni semakin

besar ratio modal output nasional, maka tingkat pertumbuhan GNP akan

semakin rendah).

3. Teori Klasik

Teori klasik menganilis perekonomian sebelum tahun 1870, klasik

mengemukakan bahwa peranan modal penting artinya bagi pembangunan

ekonomi. Penggunaan modal tersebut ditekankan untuk meningkatkan

penawaran setinggi-tingginya, penawaran yang tinggi akan diikuti oleh

permintaan yang tinggi pula (supply creates its own demand). Tetapi

kenyataannya tidak demikian, karena penawaran yang tinggi tidak diikuti oleh

permintaan yang tinggi pula. Akibatnya timbul over produksi, pengangguran

dan deflasi. Asumsi dari teori klasik ini adalah:

a. Perekonomian dalam keadaan full employment

b. Perekonomian dalam dua sektor (konsumen, produsen)

26
c. Tidak ada campur tangan pemerintah

d. Pembangunan ekonomi tergantung pada mekanisme pasar

Tokoh-tokoh klasik adalah:

a. David Ricardo

David Ricardo mengatakan bahwa adanya keterbatasan dalam tingkat

kesuburan tanah menurut pendapat, walaupun produksi ditingkatkan

dengan tanah yang tetap, maka akan terjadi “The Low of Deminishing

Return”. Bida diatasi dengan adanya teknologi melalui extensifikasi dan

intensifikasi.

b. Adam Smith

Adam Smith dengan teorinya ”Laissez Faire” dengan asumsi suatu

kebijaksanaan yang memberikan kebebasan sepenuhnya kepada para

pelaku ekonomi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan meminimalkan

campur tangan pemerintah. Adam Smith tidak menyadari adanya kenaikan

hasil lebih yang semakin berkurang. Adam Smith mengemukakan bahwa

perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi karena

akan memperluas pasar.

c. John Stuart Mill

Mill menganalisis mengenai peranan faktor-faktor non ekonomi dalam

menciptakan pembangunan ekonomi. Misalnya kebiasaan berfikir,

pendidikan, adat istiadat, corak institusi dalam masyarakat. Mill

berpendapat bahwa pertambahan penduduk yang terus menerus dengan

luas tanah terbatas di dalam pembangunan akan menyebabkan banyak

27
kegiatan hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang. Agar

pembangunan dapat tercipta perlu adanya golongan masyarakat yang dapat

menciptakan pembaharuan- pembaharuan dan pentingnya peranan

pendidikan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi sebab

mempertinggi pengetahuan teknik baru dan pengetahuan umum

masyarakat.

d. Robert Malthus

Robert Malthus mengemukakan bahwa penduduk akan mempengaruhi

tingkat pertumbuhan ekonomi dimana pertambahan penduduk meningkat

secara deret ukut sedangkan pertambahan bahan makanan berjalan secara

deret hitung.

e. Teori Keynes

Teorinya bertititik tolak dari teori klasik yang gagal terutama dalam sektor

pengangguran. Menurut keynes penting nya peranan modal dalam

pertumbuhan perekonomian dimana penggunaan modal itu di tekankkan

kepada permintaan yang tinggi dan permintaan yang tinggi itu diharapkan

dapat diikuti oleh penawaran yang tinggi pula. Ternyata tidak berhasil

sehingga menimbulkan inflasi dan depresi.

4. Teori Non Klasik

Teori Non Klasik berdasarkan kepada teori klasik yang menitikberatkan pada

kegiatan masyarakat dalam jangka pendek, dan sedikit sekali perhatiannya

kepada masalah pertumbuhan ekonomi. Kegiatan masyarakat dalam jangka

28
pendek adalah kegiatan yang berlandaskan kepada mekanisme pasar. Tokoh-

tokoh teori non klasik adalah Leon Walras, Alfred Maeshall, Knut Wicksel

dan Coob Douglas. Coob Douglas mengemukakan teori fungsi produksi yang

menitikberatkan tidak hanya kepada modal saja, tetapi juga kepada teknologi

dan tenaga kerja dalam menaikkan laju pertumbuhan ekonomi.

2.1.5. Teori Investasi

Investasi adalah salah satu faktor penting penentu keberhasilan konkrit dari

pembangunan ekonomi. Keberadaanya merupakan modal dasar bagi perwujudan

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam jangka panjang, bila dibarengi

dengan daya saing, Investasi akan meningkat melalui peningkatan stok kapital

yang pada gilirannya akan meningkatakan pula kemampuannya masyarakat untuk

menghasilkan output atau melakukan kegiatan –kegiatan produksi. Kegiatan

produksi tersebut akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan proses tersebut

pada akhirnya meningkatkan kualitas pembangunan ekonomi karena diversifikasi

kegiatan (Bappenas, 2007).

Selanjutnya menurut Bappenas (2007) permasalahan investasi di Indonesia

antara lain:

1. Prosedur perizinan yang terkait dengan investasi yang panjang, dimana

prosedur perijinan untuk memulai usaha di Indonesia termasuk relatif lebih

lama, mahal dan cukup rumit dibandingkan dengan beberapa negara tetangga

di kawasan Asia-Pasifik;

29
2. Masih rendahnya kepastian hukum yang tercermin dari masih banyaknya

tumpang-tindih kebijakan antara pusat dan daerah serta kebijakan antar sektor;

3. Belum menariknya insentif bagi kegiatan investasi, dimana jika dibandingkan

dengan negara-negara lain, Indonesia termasuk tertinggal di dalam menyusun

insentif investasi;

4. Rendahnya kualitas dan kapasitas infrastruktur yang sebagian besar terus

memburuk sejak krisis;

5. Iklim ketenagakerjaan yang kurang kondusif; dan kurangnya jaminan

keamanan untuk melakukan kegiatan investasi/usaha.

Dalam era otonomi daerah, daerah memiliki hak untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan, memilih pimpinan, mengelola aparatur

daerah, memungut pajak dan retribusi daerah, mengelola kekayaan dearah dan

juga mendapatkan sumber pembiyaan yang bersal dari daerah sendiri yang sah.

Selain itu, daerah mempunyai kewajiban untuk menyediakan layanan publik dan

membangun daerah. Bagi daerah yang kurang siap dengan otonomi, maka

kewajiban tersebut akan menjadi beban berat dalamn pelaksanaan otonomi daerah

akan menjadi peluang bagi percepatan pembangunan daerah.

Perkembangan saat ini menunjukan bahwa belum semua daerah dapat

melaksanakan otonomi daerah sebaik-baiknya. Hal tersebut terlihat dari berbagai

permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan otonomi daerah terutama terkait

dengan permasalahan regulasi (peraturan daerah), serta pengelolaan dan

pemanfaatan sumber daya keuangan melalui pengeluaran dan belanja daerah.

Dengan kewenangan yang dimiliki, daerah menerbitkan dan memberlakukan

30
perda baru, khususnya terkait dengan pengutan pajak dan retribusi daerah yang

sering tidak sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

atasnya, dan menambah beban bagi masyarakat dan dunia usaha di daerah yang

bersangkutan. Sementara itu, sumber daya keuangan dimiliki daerah juga belum

dialokasikan dan didistribusikan secara efisien dan efektif, baik dalam penyediaan

barang dan pelayanan publik maupun dalam mendorong kinerja sektor riil di

daerah.

Seiring dengan meningkatkannya persaingan global, semua negara dan

daerah berlomba-lomba menarik Investor-domestik maupun asing untuk

menanamkan modal di wilayahnya. Pelaku usaha atau investor akan memiliki

lokasi yang paling memberikan kemudahan dan keuntungan bagi usahanya.

Penciptaan iklim usaha yang kondusif merupakan elemen utama didalam

peningkatan investasi. Keberhasilan suatu negara menarik investor

menggambarkan daya tarik dan daya saing negara yang bersangkutan.

Dengan kewenangan yang dimiliki, peran pemerintah daerah kini menjadi

sama pentingnya dengan pemerintah pusat dalam meningkatkan investasi.

Pemerintah Daerah dituntut dalam berkreasi dalam menangani permaslahan iklim

investasi di daerah masing-masing melalui berbagai kebijakan yang mendukung

terciptanya iklim usaha yang sehat. Pemerintah Daerah juga di tuntut untuk dapat

bersaing dengan pemerintah daerah lainnya dalam meningkatkan daya tarik

investasi daerah. Hal ini disebabkan oleh motivasi pelaku usaha atau investor

untuk berpindah atau melakukan investasi di daerah lain yang memiliki daya tarik

31
lebih tinggi. Investor akan memilih lokasi yang menawarkan peluang keuntungan

yang lebih besar dengan risiko lebih kecil (BKPMD, 2007).

Kebijakan pemerintah daerah dalam meningkatkan investasi di pengaruhi

oleh instrumen kebijakan, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap pelaksanaan

kebijakan tersebut. Instrumen kebijakan untuk meningkatkan investasi berupa:

(1)peraturan perundang dalam kerangka regulasi, (2) pengelolaan belanja daerah

dalam kerangka anggaran, (3) penyediaan layanan terpadu, (4) pemberdayaan

usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi, (5) pengembangan sektor basis

melalui klaster industri (Bappenas, 2007).

Penanaman modal memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi,

berbagai literatur mengemukakan bahwa investasi dapat berpengaruh terhadap

ketenagkerjaan, penguasaan dan pendalaman teknologi serta perkmbangan

keterkaitan antara industri dalam suatu wilayah. Sehingga peningkatan investasi

selalu diperlukan untuk berkelanjutan pertumbuhan ekonomi.

Salah satu masalah penting guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang

baik adalah tingkat efisiensi dari perekonomian dalam hal ini tingkat efisiensi

penggunaan modal. Secara macro efisiensi penggunaan modal dapat diukur

dengan konsep ICOR (Incremental Capital Outpuyt Ratio) yaitu rasio antara

proporsi investasi terhadap PDRB dan laju Pertumbuhan ekonomi atau dengan

kata lain ICOR merupakan besar satuan capital (investasi) yang dibutuhkan iuntuk

menciptakan satu satuan produksi (Pertumbuhan Ekonomi) dimana semakin

rendah nilai ICOR maka pemanfaatan modal dalam proses produksi semakin

efisien.

32
Untuk dapat meningkatkan Investasi swasta masuk ke Kabupaten Tebo

maka diperlukan strategi dan penciptaan kondisi iklim Investasi yang kondusif

dengan terciptanya keamanan, pertauran yang konsisten serta penegakan hukum

yang tegas. Dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Penanaman Modal baru yang diharapkan dapat memberikan kemudahn Investor

untuk berInvetasi selain itu telah dikeluarkan permendagri Nomor 24 Tahun 2006

tentang penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu ( One Stop Services) yang

mulai diterapkan pada tahun 2007 ini juga diharapkan dapat memberikan

kemudahan kepada calon Investor untuk mengurus perizinzn dengan waktu relatif

singkat. Disamping ini perlu usaha-usaha yang gigih mempromosikan Potensi dan

Peluang Investasi Kabupaten Tebo melalui berbagai forum baik regional maupun

internasional (BKPMD, 2007).

2.2. Penelitian Terdahulu

Berbagai kajian akademis dan study empiris yang telah dilakukan dalam

rangka mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi potensil sebagi sektor basis yang

dapat menggerakan sektor-sektor lain beserta pengaruhnya terhadap pertumbuhan

ekonomi suatu daerah ( region). Penelitian dan kajian tersebut akan menjadi

bahan rujukan komparasi pendekatn analisis dan bahasan dalam penelitian ini.

Namis (1996) dalam penelitian analisis Perubahan Struktur Ekonomi

Daerah Provinsi Jmbi, menemukan ada4 sektor basis yang mempunyai kebasis

komparatif, yaitu: pertanian; perdagangan; hotel dan restoran; pengangkuatan dan

33
komunikasi; pemerintahn dan pertahanan. Hasil analisis Shift Share adalh struktur

yang paling dominan kontribusinya dalam pembentukan PDRB adalah pertanian.

Amin (1997) dalam tesis yang berjudul “ Identifikasi Sektor Basis di

Kabupaten Indragiri Hulu”, dengan menggunakan analisis LQ, di dapat sektor

basis di daerah ini adalah sektor pertanian; bangunan; keuangan persewaan dan

jasa perusahaan. Hasil analisis Shift Share adalah diperoleh bahwa sektor

pertanian., industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; perdagangan, hotel dan

restoran; dan sektor jasa perkembangan relatif cepat.

Suharyo (1997) yang melakukan penelitian “ Sektor Ekonomi dan Prospek

Pembangunan Daerah dalam ranka Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten

Tulang Bawang Provinsi Lampung, berdasarkan hasil analisis LQ menyimpulkan

bahwa sektor basis di Kabupaten Tulang Bawang Provinsi lampung adalah sektor

Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian. Hasil analisis Shift Share menunjukan

Kabupaten Tulang Bawang Provinsi lampung peningkatan pertumbuhan

dipengaruhi oleh pertumbuhan regional/ Provinsi Lampung, pertumbuhan semua

sektor ekonomi menunjukan efek positif dan sektor yang memiliki kontribusi

terbesar adalah sektor pertanian dan sektor Industri Pengolahan serta dari segi

kebasis kompetitif terbesar adalah sektor Industri Pengolahan.

Marhamah (2000) dalam penelitian yang berjudul” Pertumbuhan Ekonomi

dan Identifikasi Sektor Basis Provinsi Sumatera Utara periode 1993-1997

menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis Shift Share diketahui perubahan

struktur ekonomi Provinsi Sumatera Utara selama periode analisis terjadi

kenaikan sebesar Rp. 7.303,07 M. Dari hasil analisis LQ menyimpulkan bahwa

34
didapat empat sektor unggulan dan berdasarkan analisis Klassen Typology

disimpulkan pula bahwa Provinsi Sumatera Utara termasuk daerah maju dan

tumbuh dengan cepat.

Erfit (2000), melakukan penelitian mengenai” Analisis Peranan Sektor

Pertanian terhadap Perekonomian Wilayah di Berbagai Daerah Tk. II Provinsi

Jambi (Suatu Pendekatan Ekonomi Basis Model). Dari hasil penelitian

menunjukan bawa dari 6 Daerah Tk. II yang ada di Provinsi Jambi, ada 4 Daerah

Tk II yang sektor pertanian merupakan basis perekonomiannya, yakni: Kabupaten

Kerinci, Kabupaten Bungo Tebo, Kabupaten Sarolangun Bangko dan Kabupaten

Batanghari. Untuk Kabupaten Kerici, sub sektor basisnya adalah Tanaman Bahan

makanan, tanaman perkebunan dan peternakan.

Mahyuni (2002), Analisi Sektor Basis dan Kontribusi Sektor Pertanian

terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasrkan

analisis LQ, Provinsi Kalimantan Tengah selama periode tahun 1993 -2000

terdapat dua sektor basis (unggulan), yaitu sektor pertanian dan sektor

pengangkutan dan komunikasi. Hasil Analisis Shift Share Archellus pada periode

yang sama menunjukan perubahn struktur ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah

terdapat peningkatan PDRB dari pengaruh pertumbuhan nasional. Berdasarkan

analisis Klassen Typology disimpulkan pula bahwa provinsi Kalimantan Tengah

termasuk daerah maju dan tumbuh cepat. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan

ekonomi yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata

nasional.

35
Ertati (2004) dalam Tesisnya yang berjudul Pertumbuhan Sektor Pertanian

di Provinsi Jambi 1998 - 2001 menyimpulkan bawah Pembangunan sektor

pertanian dengan segala potensi yang dimiliki, masih merupakan sektor yang

memegang peranan penting dan dominant adilnya dalam pembentukan PDRB

Propnsi Jambi dengan kata lain perekonomian Provinsi Jambi masih bertumpu

pada sektor pertanian, namun peranannya makin menurun dikarenakan sub sektor

mengalami kendala karena kurangnya penanganan dan factor mesin.

Perkembangan sektor pertanian yang terdiri dari sub sektor tanaman pangan,

perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan berfluktuasi setiap tahunnya.

Secara keseluruhan jumlah produksi pertanian selalu mengalami peningkatan.

Sedangkan perkembangan sub sektornya berfluktuasi.

Lebih lanjut dikatakannya bahwa nilai tambah sektor pertanian untuk setiap

tahunnya juga berfluktuasi. Tetapi secara keseluruhan nilai tambah ini dari tahun

1988-2001 juga meningkat. Peningkatan nilai tambah terbesar disumbangkan oleh

sub sektor kehutanan diikti oleh sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan sub

sektor perikanan dan ssu sektor tanaman pangan.

Nurwaidah (2004) Analisis Sektor Basis dan Kontibusi Sektor Pertanian

terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa. Hasil Analisis LQ ( Location Quotient)

menunjukan Sektor Pertanian, Sektor Bangunan/Kontruksi, Sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran, Dan Sektor Listrik, Gas, Dan Air Bersih Merupakan Sektor

Basis Di Kabupaten Sumbawa. Hasil analisis kontribusi sektor selama periode

penelitian 1997-2002, sektor pertanian memberikan kontribusi paling besar

terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa. Hasil analisis Shift-Share menunjukan

36
pertumbuhan ekonomi (PDRB) Kabupaten Sumbawa dapat meningkatkat sebagai

akibat pengaruh pertumbuhan ekonomi provinsi. Hasil analisis klassen Typology

menunjukan Kabupaten Sumbawa termasuk daerah maju tapi tertekan.

Penelitian yang dilakukan Pahrudi (2010) tentang analisis potensi ekonomi

dan typologi pertumbuhan antar daerah di Provinsi Jambi, dengan menggunakan

analisis Location Quotient (LQ), analisis Dynamic Location Quotient (DLQ),

analisis Shift-Share dan Analisis Tipologi Klassen, data yang digunakan adalah

PRDB Provinsi Jambi periode 2000-2008, maka hasil analisis Location Quotient

(LG) Kabupaten Tebo menunjukkan bahwa dari sembilan sektor ekonomi, 6

sektor mempunyai nilai LQ lebih besar dari satu, yaitu : Sektor Pertanian, Sektor

Bangunan, Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran, Sektor Pengangkutan &

Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan serta Sektor jasa-

jasa. Dengan demikian keenam sektor ini terkatagorikan sebagai sektor basis di

Kabupaten Tebo. Hal ini menunjukkan keenam Sektor ini di Kabupaten Tebo

lebih menonjol dibandingkan dengan Sektor yang sama di Provinsi Jambi dan

sebagai petunjuk bahwa daerah Kabupaten Tebo surplus akan produk tersebut dan

mengekspornya ke daerah lain.

Sub Sektor basis dari sektor adalah: Sub Sektor Tanaman bahan makanan,

Sub Sektor Peternakan dan hasilnya dan Sub Sektor Kehutanan. Sub Sektor Basis

dari Sektor Perdagangan, hotel & restoran adalah Sub Sektor Restoran. Sub

Sektor Basis dari sektor pengangkutan dan komunikasi adalah Sub Sektor

Komunikasi, yakni jasa penunjang komunikasi. Sub Sektor Basis dari sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan adalah Sub Sektor sewa bangunan. Sub

37
Sektor basis dari sektor jasa-jasa adalah Sub Sektor swasta, yakni jasa swasta

sosial kemasyarakatan.

Sismilia (2010) dalam tesisnya yang berjudul analisis sektor ekonomi basis

dan pergeseran struktur ekonomi Kabupaten Bungo selama periode tahun 2004-

2009, dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ), Analisis indeks

spesialisasi dan analisis Shif-Share, hasil penelitian menyimpulkan bahwa sektor

basis atau basis di Kabupaten Bungo. Dengan nilai LQ > 1 adalah sektor

bangunan (1,39), Sektor Pertanian (1,33) serta sektor perdagangan hotel dan

restoran (1.13), kemudian hasil perhitungan indeks spesialisasi memperlihatkan

bahwa sektor pertanian memiliki indeks spesialisasi terbesar dengan nilai

(113.515), di ikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (23,521) serta

sektor bangunan (17.597), berarti pula sektor pertanian merupakan indeks

spesialisasi tertinggi dalam perekonomian di Kabupaten Bungo.

2.3. Kerangka Pemikiran

Pembangunan daerah merupakan segala uasha yang dilakukan secara sadar

oleh Pemerintah bersama Masyarakat melalui proses dan mekanisme perencanaan,

pelaksanaan dan pengawan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang terbatas. Sektor basis

merupakan sektor yang prospektif (menggantungkan) untuk dikembangkan lebih

lanjut. Untuk mengetahui apakah sektor merupakan basis atau tidak digunakan

metode analisis Shift-Share.

38
Selanjutnya suatu sektor atau sub sektor ekonomi basis yang menjadi

andalan terutama dalam kegiatan eksport akan menyumbangkan pendapatan dan

komposisi PDRB daerah tersebut. Peningkatan pendapatan pada suatu sektor basis

memberikan implikasi pada daya serap investasi sehingga pengembangan sektor

basis akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Untuk mengetahui pengaruh

sektor ekonomi basis dan daya serap investasi serta kaitannya dengan

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tebo digunakan analisis Regresi Sederhana.

Kemudian untuk mengetahui hubungan sektor ekonomi basis dengan

pertumbuhan investasi di Kabupaten Tebo digunakan analisis korelasi.

Berdasarkan alur pikir tersebut di atas, maka pembangunan daerah yang

bertujuan untuk meningkatkan kesejhteraan masyarakat, dibutuhkan kinerja

pembangunan ekonomi daearah yang menghasilkan peningkatan pertumbuhan

ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu, analisis terhadap sektor ekonomi basis yang

menjadi basis bagi pertumbuhan ekonomi diperlukan guna untuk peningkatan

investasi dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tebo. Untuk lebih jelasnya

pemikiran konseptual tersebut dituangkan dalam bentuk skema pada Gambar 2.1.

berikut ini:

39
Gambar: 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran

Pembangunan Daerah

Sektor Ekonomi

Sektor Ekonomi Basis

Daya Serap Investasi

Pertumbuhan Ekonomi

2.4. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikembangkan di atas maka

diajukan beberapa hipotesis yaitu:

1. Diduga sektor basis untuk dikembangkan di Kabupaten Tebo adalah sektor

pertanian dan sub sektor perkebunan.

2. Diduga daya serap investasi mempunyai kaitan yang kuat dengan

pertumbuhan ekonomi

3. Diduga pengembangan sektor ekonomi basis berpengaruh terhadap daya

tumbuh investasi.

40

Anda mungkin juga menyukai