Metode Pekerjaan Jalan
Metode Pekerjaan Jalan
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang :
Adanya kebutuhan warga Kota Surabaya akan sarana dan prasarana Saluran Pematusan yang baik.
Maksud dan Tujuan :
Untuk meningkatkan sarana dan prasarana Saluran Pematusan di Kota Surabaya menjadi lebih baik.
Lokasi :
Kota Surabaya
V. PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pembersihan Lapangan / Lokasi
2 Dewatering
3 Pembongkaran Paving Lama dipakai Kembali
4 Pemasangan Paving Stone Lama
5 Pemasangan Terucuk Bambu D 8-12 P. 1,5m
Tempat Kerja
Bilamana diperlukan tempat kerja, dan tempat kerja tersebut di luar daerah pengawasan proyek, dimana
harus membayar sewa/dikeluarkan biaya ganti rugi, maka Kontraktor harus menyelesaikannya tanpa
membebani Direksi dengan pembiayaan tambahan.
Tenaga Kerja
Tenaga-tenaga kerja yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga yang ahli/terlatih dan
berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan
ketentuan / petunjuk Direksi Lapangan.
Request for inspection / Ijin Tahapan
Untuk setiap tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan kontraktor diwajibkan membuat ijin tahapan
pekerjaan yang diajukan kepada direksi dan atas persetujuan direksi maka pekerjaan baru boleh
dilaksanakan.
Gambar-gambar dan Ukuran
a. Gambar-gambar yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah:
1. Gambar yang termasuk dalam dokumen tender
2. Gambar perubahan yang disetujui Direksi
3. Gambar lain yang disediakan dan disetujui Direksi
b. Gambar-gambar proyek berukuran A3 disimpan oleh Direksi. Kontraktor diberi 2 (dua) set dari
semua
gambar-gambar tanpa pungutan biaya. Permintaan Kontraktor akan tambahan dari gambar-gambar
tersebut akan dikenakan biaya.
c. Kontraktor diharuskan menyimpan satu set di kantor lapangan untuk dipergunakan setiap saat
apabila
diperlukan.
d. Gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) dan detailnya harus mendapat persetujuan Direksi
sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
e. Pada penyerahan terakhir pekerjaan yakni sesudah selesainya masa pemeliharaan harus disertai
Gambar hasil pelaksanaan (as built drawing).
f. Semua ukuran dinyatakan dalam sistem metrik.
g. Kalau terdapat perbedaan dengan spesifikasi maka yang benar dan berlaku adalah yang ditetapkan
oleh Direksi.
Wilayah Kerja
a. Secara umum Kontraktor dilarang menimbun atau menempatkan bahan-bahan bangunan di tepi
jalan
umum karena jalan umum tidak termasuk wilayah kerja Kontraktor kecuali ada pertimbangan khusus
dan atas persetujuan dari Direksi.
b. Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau menyimpan bahan-bahan
bangunan di sekitar lokasi proyek, maka bahan bangunan harus didatangkan dari gudang Kontraktor
atau Leveransir setiap hari dengan jumlah yang cukup untuk pekerjaan satu hari.
c. Apabila di dalam pelaksanaan pekerjaan, terdapat jaringan utilitas kontraktor harus berkoordinasi
dengan instansi yang terkait sehubungan dengan jaringan utilitas yang ada.
b. Semua bahan yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam peraturan standar
yang berlaku di Indonesia. Standar peraturan yang berlaku adalah edisi yang terakhir. Untuk
bahan-bahan yang mutunya belum diatur dalam peraturan standar maupun ketentuan dalam
spesifikasi teknis, harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dipergunakan.
c. Untuk bahan-bahan yang mutunya masih berdasarkan standar Internasional, apabila diperlukan, Direksi
dapat meminta Kontraktor untuk menunjukkan sertifikat tes dari agen, distributor yang menjual atau
pabrik yang memproduksi bahan yang bersangkutan.
d. Apabila diperlukan, Direksi dapat meminta copy atau tembusan dari perintah pembelian (faktur) yang
dipesan Kontraktor kepada leveransir atau distributor untuk pembelian bahan-bahan yang akan
dipakai.
e. Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim ke lokasi proyek, Kontraktor harus menunjukkan
contoh dari bahan bersangkutan kepada Direksi untuk diperiksa dan diteliti mengenai jenis, mutu,
berat, kekuatan dan sifat-sifat penting lainnya dari bahan tersebut.
f. Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai dengan contoh yang ditunjukkan,
baik dalam hal mutu, jenis, berat maupun kekuatannya, maka Direksi berwenang untuk menolak
bahan
tersebut dan mengharuskan Kontraktor untuk menyingkirkannya dan diganti dengan bahan-bahan
yang sesuai dengan contoh yang telah diperiksa terdahulu.
g. Semua bahan yang disimpan di lokasi proyek harus diletakkan dan dilindungi sedemikian rupa
sehingga
tidak akan terjadi kontaminasi atau mengalami proses lainnya yang dapat mengakibatkan rusaknya
atau menurunnya mutu bahan-bahan tersebut.
h. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Kontraktor dilarang menyimpan bahan-bahan berbahaya seperti
minyak, cairan lainnya yang mudah terbakar, gas dan bahan kimia sedemikian rupa sehingga
keselamatan orang dan keamanan lingkungan sekitarnya dapat dijamin.
i. Penggunaan bahan-bahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti pedoman atau petunjuk
dari
pabrik yang memproduksinya. Kelalaian dalam hal ini merupakan tanggung jawab Kontraktor .
j. Direksi berhak menunjuk seorang ahli dalam memeriksa mutu bahan-bahan yang diajukan oleh Kontraktor
,
baik di lokasi proyek maupun di gudang leveransir atau dilokasi pabrik atau produsen. Dalam
melaksanakan tugasnya ahli mempunyai wewenang untuk mewakili Direksi dalam menguji dan
menilai
bahan-bahan yang diajukan Kontraktor.
c. Kelalaian Kontraktor dalam menyediakan pompa dan bangunan sementara lainnya yang
dapat mengakibatkan rusaknya konstruksi yang telah dibuat adalah tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya. Dalam hal ini semua biaya perbaikan ditanggung Kontraktor .
d. Air hujan yang mengalir ke dalam galian yang mengakibatkan kerusakan Kontruksi
pondasi yang masih dalam pelaksanaan termasuk resiko Kontraktor .Hujan lebat yang
mengakibatkan genangan pada galian tidak dianggap Force Majeure, dan perbaikan atas
kerusakan yang terjadi adalah beban Kontraktor
f. Untuk pembuatan pasangan talud ( plengsengan ) pada saluran-saluran yang sudah ada,
Kontraktor diharuskan membuat tanggul ( kisdam ) sepanjang talud dengan ukuran dan
Kontruksi yang disetujui oleh Direksi. Tanggul / kisdam harus dibuat cukup kuat, tidak
mudah rusak akibat kikisan air. Sebelum pelaksanaan pembuatan tanggul dimulai,
Kontraktor harus mengajukan gambar detail talud beserta spesifikasi bahan yang akan
digunakan untuk mendapatkan persetujuan Direksi.
g. Persetujuan Direksi seperti tersebut pada gambar tidak mengurangi tanggung jawab
Kontraktor, jika sewaktu-waktu talud mengalami kerusakan. Perbaikan talud serta akibat
lainnya menjadi tanggung jawab Kontraktor .
Test Hole
1. Kontraktor harus melakukan Test Hole minimal sejumlah 2 titik. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui apakah di area yang akan dikerjakan saluran terdapat utilitas yang dapat
mengganggu kelancaran pekerjaan.
Pekerjaan Galian Tanah Konstruksi, Tanah Cadas dan Galian Tanah Lumpur
Umum
1. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan tanah atau material lain bila ada
dari tempat kerja atau sekitarnya yang perlu, untuk penyelesaian yang memuaskan dari
pekerjaan dalam kontrak ini.
2. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan pondasi, untuk pembuangan material
yang tidak terpakai atau humus, dan untuk pembentukan secara umum garis, ketinggian
penampang yang ditunjukkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi.
Prosedur Penggalian
1. Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan dalam
gambar atau ditunjukkan oleh Direksi dan harus mencakup pembuangan seluruh material
dalam bentuk apapun yang dijumpai termasuk tanah, padas, lumpur, batu bata, batu beton dan lain-
lain. Pekerjaan galian harus dilakukan dengan seminimal mungkin gangguan terhadap
material di bawah dan di luar batas galian.
2. Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan kontraktor harus menyediakan seluruh
material yang diperlukan, perlengkapan dan buruh untuk pengeringan, panggalian saluran
air dan pembangunan saluran sementara, tembok ujung dan cofferdam. Pompa agar siap di
tempat kerja setiap saat untuk menjamin tak ada gangguan dalam prosedur pengeringan
dengan pompa.
Mutu Bahan :
Tanah yang digunakan adalah tanah yang telah dipilih yang bebas dari lumpur dan tidak
berair.
Prosedur Pelaksanaan :
Pekerjaan urugan tanah kembali tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan pasangan batu kalii
telah diselesaikan dan diperiksa serta disetujui oleh Direksi. Penimbunan dilakukan mendatar
lapis demi lapis yang dipadatkan dengan menggunakan peralatan pemadat. Urugan dilakukan
dengan tenaga manusia.
BETON RABAT
Beton rabat ini digunakan sebagai pengunci dari pemasangan U-Gutter + Cover. Pembuatan beton rabat ini sama
dengan
hal pembuatan pelat beton dengan perbandingan 1Pc : 3Ps : 6 Kr.
PELAT BETON COR SETEMPAT-PELAT WIREMEST DAN PLAT INJAK BETON K-250
Pekerjaan Struktur Beton
Pekerjaan Tulangan
Umum.
Seluruh pekerjaan tulangan yang dilaksanakan menurut spesifikasi ini dan seluruh maksud
yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh Direksi. Harus terdiri dari bahan-bahan yang
diperinci disini. Syarat-syarat dan ketentuan yang dinyatakan disini akan berlaku untuk
semua pekerjaan tulangan, kecuali ada ketentuan lain dari Direksi untuk pekerjaan tertentu.
Material ( Baja Tulangan )
Besi yang dipakai adalah besi Tulangan dengan diameter sesuai dengan yang sisyaratkan,
ada
pada gambar perncanaan. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta,
Kontraktor diwajibkan untuk memperlihatkan data katalog tentang sertifikasi besi tulangan
yang didapatkan dari supplier.
Pekerjaan Bekesting
Umum
Pekerjaan ini adalah pembuatan begesting-begesting untuk cetakan konstruksi beton. Dan
dikerjakan menurut spesifikasi ini dan seluruh maksud yang bertalian yang mungkin
ditentukan oleh Direksi.
Bahan-bahan
Kayu Papan / Multipleks
Kayu papan atau multipleks yang digunakan harus sesuai dengan syarat-syarat dan
spesifikasi yang telah ditentukan atau menurut petunjuk Direksi.
Pelaksanaan.
1. Begesting-begesting tidak boleh bocor dan cukup untuk mencegah perpindahan
tempat
atau kelongsoran dari penyangga. Permukaan Bekesting harus halus dan rata, tidak boleh
melendut. Sambungan-sambungan pada begesting harus diusahakan lurus dan rata
dalam
arah horisontal dan vertikal.
2. Bout-bout dan tierod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalan beton harus diatur
sedemikian sehingga bila begesting dibongkar kembali, maka semua besi tulangan harus
berada 4 cm dari permukaan beton.
3. Semua begesting harus dibersihkan sebelum dipergunakan kembali. Pekerjaan
harus
sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kemungkinan adanya beton yang
keropos
dan lain-lain kerusakan beton.
4. Semua sisipan, deretan paku-paku, celah angker, dan lain-lain harus dibuat didalam
beton.
5. Segara sebelum beton dicor pada beberapa bagian dari begesting, bagian dalam dari
bagian itu harus dibersihkan dari semua material lain, termasuk air.
6. Tiap-tiap bagian dari begesting, bagian-bagian yang strukturil harus diperiksa oleh
Direksi segera sebelum beton dicor pada bagian itu.
7. Pelapisan (coating) ; Sebelum pemasangan besi beton bertulang, begesting yang
dipergunakan untuk beton yang tidak perlu diplester lagi (exposed concrete) harus
dilapisi dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas pada beton.
8. Begesting untuk beton biasa (yang perlu diplester lagi permukaannya) harus dibasahi
air
dengan seksama sabagai pengganti minyak segera sebelum dicor.
9. Pembongkaran Begesting ; Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk,
kerusakan atau pembebanan yang melebihi beban rencana dengan adanya
pembongkaran
begesting pada beton.
10. Pertanggungan jawab atas keselamatan pada waktu pembongkaran tiap bagian begesting
atau penyangga berada dipihak pemborong. Waktu minimum untuk pembongkaran
begesting ; Waktu minimum dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan
pembongkaran begesting dari bagian - bagian struktur harus ditentukan dari
percobaan
kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimum seperti tercantum pada
daftar
atau sebagai berikut
:
BAGIAN STRUKTUR WAKTU MINIMUM PEMBONGKARAN BEGESTING ( HARI )
Pekerjaan Beton
Umum
1. Semua beton yang dikehendaki untuk digunakan bagi semua bangunan instalasi
pengolahan lumpur tinja yang akan dikerjakan dengan spesifikasi ini dan untuk
semua
maksud yang berhubungan dan sebagaimana diminta oleh Direksi harus diperinci
dari
bahan-bahan yang diperinci disini dan harus dicampur dengan perbandingan yang
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disebut di sini.
2. Setiap syarat dan ketentuan yang tidak termaktub di sini harus sesuai dengan
Standar Indonesia untuk beton N.I.2 P.B.I. 1971.
Bahan
1. Semua portland harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan dalam semen portland.
2. Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan tentang besi beton.
3. Semua pasir dan agregat kasar yang digunakan dalam beton, spesi/mortel dan spesi
injeksi dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor sesuai dengan syarat-
syarat yang sudah diterangkan
4. Air yang dipakai harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan di depan.
Tabel Standar Mutu Dan Kelas Beton Mutu dan Kelas Beton
Dilakukan pengujian kekuatan tekan beton yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji
kubus pada umur 28 hari.
Perlengkapan Mengaduk
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian yang
cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan pembentukan
beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus
mendapatkan persetujuan Direksi.
Mengaduk
1. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton
yaitu “Batch Mixer” atau “Portable Continuous Mixer” selama sedikitnya 1 ½ menit
sesudah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada dalam mixer.
Waktu pengadukan ditambah, bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1,5
m3,
Direksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan
cara
pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan
warna
yang merata/seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan
ke adukan, kecuali bila dimintakan adanya perubahan dalam komposisi atau
konsistensi.
Air harus dituangkan lebih dahulu dan selama pekerjaan mencampur. Pengadukan
yang
berlebih-lebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan
konsistensi beton yang dikehendaki tidak diperkenankan.
2. Pencampuran dengan tangan diperkenankan apabila pada lokasi-lokasi tertentu
sebuah
Portable Mixer tak mungkin dipergunakan menurut pandangan Direksi. Untuk
mempermudah pencampuran ini Kontraktor akan membuat beton masif dengan
ketebalan
tidak kurang dari 5 cm, licin, rata dengan luas 2 cm2, diliputi dengan parapet setinggi
10 cm.
3. Penutup saluran dari beton harus dicor pada tempat lain yang berdekatan dengan
lokasi,
tidak boleh dicor langsung pada saluran.
Suhu
Suhu beton sewaktu dicor/dituang, tidak boleh lebih dari 32° Celcius dan tidak kurang dari
4,5° C. Bila suhu dari beton yang ditaruh berada antara 27° C dan 32° C, beton harus diaduk
ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton melebihi 32° C, sebagai yang
ditetapkan oleh Direksi, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang efektif, misalnya
mendinginkan agregat dengan mencampur air dan mengecor pada waktu malam hari bila
perlu, mempertahankan suhu beton, untuk dicor pada suhu dibawah 32° C.
Cetakan Beton
1. Cetakan haruslah sesuai dengan berbagai bentuk, bidang-bidang, batas-batas dan ukuran
dari hasil beton yang diinginkan sebagaimana pada gambar-gambar yang diusulkan
oleh
Kontraktor dan yang sudah disetujui oleh Direksi.
2. Cetakan untuk mencetak beton dan membuatnya menurut model yang dikehendaki
harus
digunakan bila perlu. Cetakan dapat dibuat dari lembaran Plywood, papan yang
diserut/
diketam rata dan halus, dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan
permukaan yang sempurna seperti terperinci disini.
3. Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki dimanapun juga baik saluran
drinase ataupun tutup beton. Cetakan untuk permukaan yang demikian dapat dibuat
dari
kayu dan harus didalam segala hal benar-benar berbentuk dan berukuran yang dikehendaki
dan harus berkekuatan dan berkakuan yang tetap pada tempat dan bentuknya selama
pembebanan dan berlangsungnya pekerjaan vibrasi pemadatan beton. Semua percetakan
kayu harus diketam rata/digosok dengan kertas pasir untuk menghilangkan tanda-
tanda
bekas dari cetakan sejauh hal ini dapat dikerjakan. Usaha yang sesuai dan efektif
harus
dikerahkan dalam pekerjaan cetakan untuk menguatkan pinggiran batas dan ujung lainnya
dalam arah yang tepat untuk menghindari terbentuknya pelengkungan-pelengkungan sisi-
sisi pinggiran tersebut atau kerusakan-kerusakan permukaan beton yang telah diselesaikan.
4. Semua cetakan yang dibangun harus teguh. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai
dan
cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang selesai
harus tersedia. Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan harus diminyaki
dengan minyak yang biasa diperdagangkan yang mencegah secara efektif lekatnya beton,
semua material untuk melepaskan lekatan harus dipakai hanya setelah disetujui oleh
Direksi. Penggunaan minyak cetakan harus berhati-hati untuk kontak dengan besi
beton
yang mengakibatkan kurangnya daya lekat.
5. Semua cetakan harus betul-betul teliti dan kuat kedudukannya sehingga tidak ada
perubahan atau gerakan lain selama penuangan beton. Penyangga cetakan (perancah)
harus
bersandar pada pondasi yang baik sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan
cetakan selama pelaksanaan.
6. Pada pekerjaan saluran longsor harus dalam daerah yang kering maka harus dibatasi
dengan cofferdam diudik dan di hilir, serta disediakan pompa untuk memompa air
rembesan dari cofferdam. Air yang setiap hari mengalir harus dialihkan lewat talang
diatas
aluran yang akan dibangun.
Pengecoran
1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan beton,
penyokongan dan pengikatan dan penyiapan-penyiapan permukaan yang
berhubungan
dengan pengecoran yang telah disetujui oleh Direksi.
2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran (cetakan,
lantai kerja) harus bersih dari air yang menggenang, reruntuhan atau bahan lepas.
3. Permukaan-permukaan beton yang lebih dahulu dicor pada mana beton baru akan
dicor,
permukaan mana telah begitu mengeras sehingga beton baru tidak akan berpadu
dengan
sempurna, ditentukan disini, sebagai “Construction Joints” (hubungan
konstruksi/pelaksana). Permukaan-permukaan Construction Joints harus bersih dan
lembab ketika ditutup dengan beton baru atau adukan. Pembersihan harus berupa
pembuangan semua kotoran, beton-beton yang mengelupas atau rusak, bahan-bahan
asing
yang menutupinya. Permukaan-permukaan Construction Joints harus dibersihkan dengan
cara-cara yang disetujui dan kemudian dicuci seluruhnya dengan penyemprotan air dengan
tekanan udara segera sebelum pengecoran beton baru. Pembersihan dan pencucian harus
dilaksanakan pada kesempatan terakhir dari pengecoran beton. Semua genangan-
genangan
air harus dibuang dari permukaan Construction Joints sebelum beton baru dicor.
4. Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian
sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat
pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan
nilai slump.
5. Beton dicor hanya pada waktu Direksi atau wakilnya yang ditunjuk serta pengawas
Kontraktor yang setaraf ada ditempat kerja. Setelah permukaan disiapkan baik-baik,
permukaan Construction Joints dimana beton baru akan dicorkan harus dilapisi
dengan
penutup yang terbuat dari adukan semen (air hasta semen) atau ditutup dengan
lapisan
spesi/mortar harus mempunyai perbandingan semen dan pasir seperti campuran
beton
yang bersangkutan kecuali ditentukan lain, demikian juga konsistensinya.
6. Beton harus dicor pada adukan yang baru (fresh). Dalam pengecoran beton pada
Construction Joints yang telah terbentuk, penjagaan khusus harus dijalankan untuk
menjamin agar beton yang baru menjadi rapat betul dengan permukaan joints (sambungan)
dengan Pembobokan dan peralatan dengan memakai alat-alat yang cocok.
7. Pencampuran/penumbukan kembali beton tidak diperkenankan.
8. Beton yang sudah mengeras dalam hal mana pengecoran yang tepat tidak mungkin dijamin
harus dibuang dan tidak dibayar untuk pekerjaan terbuang semacam itu. Transportasi
dari
pengadukan sampai pengecoran beton jangan terlalu jauh sehingga memungkinkan
pemisahan bahan dan pengerasan beton.
9. Kecuali ada penyetopan/pemotongan oleh hubungan/joints, semua penuangan beton harus
selalu kira-kira berlapis-lapis horizontal dan umumnya tebalnya tidak lebih dari 50 cm.
Direksi mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal
lapisanlapisan 50 cm tidak dapat memenuhi spesifikasi-spesifikasi ini.
10. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama sedemikian
sehingga
spesi/ mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan air semen atau spesi tidak
boleh
dihamparkan pada construction joints dan air semen atau spesi yang hanyut dan terhampar
harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan. Suatu pengecoran tersebut tidak
boleh terputus sebelum bagian tersebut selesai.
11. Ember-ember/bocket beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat pada
slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran pada mana mekanisme
pembuangan harus dibuat dengan kapasitas sedikitnya 0,35 m3 sekali tuang. Ember beton
harus mudah untuk diangkat/ diletakkan dengan alat-alat lainnya dimana diperlukan
terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas.
12. Keadaan construction joints harus mendekati horizontal jika tidak ada ketentuan lain
dari
yang ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh Direksi.
13. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai kepadatan maksimum yang mungkin,
sehingga ia bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat pada semua
permukaanpermukaan dari cetakan dan material yang dilekatkan. Dalam pemadatan setiap
lapisan dari beton, k (vibrator) harus dapat menenmbus dan
menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak dibawah.
Semua
beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type immersion beroperasi dengan
kecepatan paling sedikit 7000 putaran per menit ketika dbenamkan dalam beton.
Dokumentasi
Sejak awal akan dimulainya melaksanakan pekerjaan selama masa pelaksanaan pekerjaan dan pada akibat pelaksanaan
pekerjaan
diwajibkan membuat dokumentasi
kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang diwujudkandalam bentuk foto dokumentasi. Foto dokumentasi kegiatan pelaksanna
pekerjaan tersebut harus bisa memberikan
gambaran lengkap dan menyeluruh mengenai kegiatan pelaksanaan pekerjaan sejak awal sampai akhir pelaksanaan pekerjaan,
sehingga secara kronologi bisa merupakan
satu gambaran tujuan yang dicapai oleh kegiatan tersebut. Foto dokumentasi dilaksanakan pengambilannya dari tiga titik
tetap
yang berbeda atau sesuai dengan pengarahan
direksi dan sudah harus bisa memberikan gambaran secara garis besar kegiatan pelaksanaan seluruh pekerjaan. Foto
dokumentasi
tersebut, pengambilan pelaksanaannya
dilakukan pada kondisi tahap kegiatan pelaksanaan pekerjaan : awal sampai akhir (0% s/d 100%).
BAB V. PENUTUP
Peraturan ini harus dipelajari seksama oleh Penyedia Barang/Jasa yang selanjutnya akan
merupakan bagian yang mengikat dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Hal-hal yang belum diatur
dalam RKS ini, akan dijelaskan pada pelaksanaan penjelasan pekerjaan dan semua tambahan atas
Penjelasan dalam dokumen pengadaan, akan dibuat dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
yang ditanda tangani Gugus Tugas Pengadaan dan merupakan pedoman dalam proses pelaksanaan berikutnya.
Hal-hal yang belum tercantum dalam penjelasan ini akan dilaksanakan di lapangan sesuai putunjuk direksi.