Anda di halaman 1dari 12

a.

  Pengertian Iklim Organisasi 


Iklim organisasi adalah keadaan, kondisi dan karakteristik lingkungan tempat
bekerja yang menjadi ciri khas sebuah organisasi yang terbentuk dari sikap,
perilaku dan kepribadian seluruh anggota organisasi. Iklim organisasi
merupakan sebuah konsep yang menggambarkan suasana internal lingkungan
organisasi yang dirasakan anggotanya selama mereka beraktivitas dalam
rangka tercapainya tujuan organisasi.
Iklim organisasi merupakan faktor penting yang menentukan kehidupan suatu
organisasi. Iklim organisasi menjadi salah satu faktor yang menentukan
kepuasan kerja karyawan. Oleh karena itu memperbaiki iklim organisasi
merupakan salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan kepuasan kerja
yang selanjutnya menjadi faktor pendorong keberhasilan sebuah organisasi.
Iklim merupakan produk akhir dari perilaku sekelompok orang yang berada
dalam suatu organisasi. Iklim organisasi juga dapat dipandang sebagai
kepribadian organisasi karena sifat-sifat lingkungan kerja hanya dirasakan dan
memengaruhi perilaku para anggota di dalamnya dan iklim organisasi tersebut
terbentuk karena adanya kegiatan-kegiatan di dalam organisasi.
 
Berikut ini beberapa definisi dan pengertian iklim organisasi dari beberapa
sumber referensi:

·                Menurut Davis dan Newstrom (2000), iklim organisasi adalah


sebuah konsep yang menggambarkan suasana internal lingkungan
organisasi yang dirasakan anggotanya selama mereka beraktivitas dalam
rangka tercapainya tujuan organisasi. 
·                Menurut Wirawan (2007), iklim organisasi adalah persepsi anggota
organisasi dan mereka yang berhubungan secara tetap dengan
organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal
organisasi secara rutin yang memengaruhi sikap dan perilaku organisasi
dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja
organisasi.
·                Menurut Martini dan Rostiana (2003), iklim organisasi
mencerminkan kondisi internal suatu organisasi karena iklim hanya dapat
dirasakan oleh anggota organisasi tersebut, dan iklim dapat menjadi
sarana untuk mencari penyebab perilaku negatif yang muncul pada
karyawan. 
·                Menurut Steers (1985), iklim organisasi merupakan kualitas
lingkungan internal suatu organisasi yang di alami oleh anggota-
anggotanya, memengaruhi perilaku serta dapat tergambar dari
seperangkat karakteristik atau atribut khusus dari organisasi tersebut. 
·                Menurut Toulson dan Smith (1994), iklim organisasi merupakan
sesuatu yang dapat diukur pada lingkungan kerja baik secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh pada karyawan dan pekerjaannya
dimana tempat mereka bekerja dengan asumsi akan berpengaruh pada
motivasi dan perilaku karyawan.
a.             Dimensi Iklim Organisasi
Menurut Steers (1985), terdapat sembilan aspek yang membentuk dimensi
struktur organisasi, yaitu:
1.              Struktur. Karyawan memersepsikan dirinya mengetahui aturan,
peraturan, prosedur yang ada serta birokasi tertentu dalam organisasi.
2.              Tanggung jawab. Karyawan memersepsikan dirinya menjadi
seorang pimpinan dalam melakukan pekerjaannya sendiri, tanpa perlu
meninjau ulang keputusan yang diambilnya. 
3.             Penghargaan. Karyawan memersepsikan sebuah penghargaan
yang diterima adalah hasil dari pekerjaan yang dilakukan dengan baik.
4.             Kehangatan. Karyawan melihat keseluruhan persahabatan yang
terbentuk dari interaksi kelompok sosial secara informal di dalam
organisasi.
5.             Dukungan. Karyawan melihat pemberian bantuan yang dilakukan
berdasarkan pada hubungan timbal balik antara atasan dengan bawahan.
6.             Standar. Karyawan melihat standar kinerja yang dinyatakan secara
implisit dan eksplisit dalam organisasi. 
7.             Konflik. Karyawan melihat sebuah konflik terjadi karena adanya
perbedaan pendapat dari masing-masing anggota di dalam organisasi.
8.             Risiko. Karyawan melihat risiko kerja dapat terjadi di dalam
organisasi. Salah satu penyebab terlihat pada jenis pekerjaannya. Jenis
pekerjaan tersebut memengaruhi besar kecilnya risiko yang di dapat. 
9.             Identitas. Karyawan melihat dirinya merasa memiliki perusahaan
serta menjadi anggota dalam sebuah tim kerja.
Sedangkan menurut Kolb dan Rubin (1984), membagi dimensi iklim organisasi
menjadi tujuh aspek yang membentuk iklim organisasi, yaitu sebagai berikut.

1.              Konformitas (conformity) adalah perasaan adanya pembatasan


yang dikenakan oleh organisasi secara eksternal. Perasaan ada banyak
peraturan, prosedur, kebijakan dan peraturan yang harus dipatuhi
dibandingkan, dengan kemungkinan untuk melaksanakan pekerjaan
dengan cara sendiri yang dianggap tepat. Apakah peraturan yang ada
terlalu menekan, merugikan, atau justru membantu menyelesaikan tugas.
2.              Tanggung jawab (responsibility) adalah tanggung jawab yang
diberikan pada karyawan dalam melaksanakan pekerjaan demi
tercapainya tujuan organisasi. Apakah dapat membuat keputusan dan
memecahkan masalah tanpa diawasi untuk setiap langkah yang
dikerjakan. 
3.             Standar pelaksanaan pekerjaan (standar) adalah kualitas
pelaksanaan dan mutu produksi yang diutamakan organisasi. Organisasi
menetapkan tujuan yang menantang dan mengutamakan mutu ke
anggota organisasi agar berprestasi. 
4.             Imbalan (reward) adalah penghargaan yang diberikan mendapat
imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan dengan baik, tidak hanya dikritik,
diabaikan, atau dihukum.
5.             Kejelasan organisasi (organizational clarity) adalah kejelasan tujuan
dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh organisasi, segala sesuatu
terorganisir dengan jelas tidak membingungkan, kabur atau kacau. 
6.             Hubungan interpersonal dan semangat kelompok (warmth and
support) adalah derajat perasaan para anggota bahwa keakraban adalah
penting untuk ciri organisasi, saling menghargai, saling membantu, dan
adanya hubungan yang baik antara karyawan. 
7.             Kepemimpinan (leadership) adalah posisi di dalam organisasi,
apakah diterima atau ditolak oleh anggotanya. Kepemimpinan didasarkan
oleh keahlian, organisasi tidak didominasi atau tergantung pada satu atau
dua orang saja.
b.             Faktor yang mempengaruhi Iklim Organisasi
Menurut Asmar (1999), terdapat lima faktor yang memengaruhi iklim
organisasi, yaitu sebagai berikut:
a.   Penempatan Personalia
       Masalah penempatan personalia atau penempatan sangat
penting, karena apabila terjadi kesalahan dalam penempatan dapat
menjadikan perilaku pegawai menjadi terganggu dan pada akhirnya bisa
merusak iklim organisasi. Dalam penempatan seorang pemimpin
hendaknya melihat berbagai aspek atau kondisi seperti, spesialisasi yang
dimiliki, kegemaran, keterampilan dan pengalaman watak.
b.   Pembinaan Hubungan Komunikasi
       Dalam lingkungan organisasi bahwasanya tidak luput dari
proses komunikasi, dalam kehidupan sehari-hari komunikasi sangat
berperan dan iklim organisasi tercipta karena adanya komunikasi.
Hubungan yang dibangun bersifat formal dan non formal.
c.   Pendinasan dan Penyelesaian Konflik
       Setiap organisasi akan mengalami perubahan atau
perkembangan dalam setiap aspeknya seiring dengan perubahan
lingkungan. Proses perubahan ini sangatlah penting untuk mengantisipasi
supaya tidak terjadi stagnasi bahkan kemunduran organisasi. Peran
pimpinan dalam hal ini yaitu membuat para personil/pegawai menjadi
lebih dinamis dan mampu mendukung kemajuan organisasi. Untuk itu
pimpinan perlu untuk menciptakan suatu kondisi yang dinamis dengan
cara memberi kebebasan pada pegawai untuk mengembangkan
kreativitasnya dan merealisasikan ide-ide nya.
d.   Pengumpulan dan Pemanfaatan informasi
       Informasi memegang peranan yang penting dalam sebuah
organisasi sebagai penghubung antara berbagai bagian organisasi
sehingga tercipta keutuhan organisasi. Informasi sangat bermanfaat bagi
organisasi terutama dalam penyusunan program kerja organisasi,
mendukung kelancaran penggunaan metode kerja dan sebagai alat
kontrol atau pengawasan.

e.   Kondisi Lingkungan
       Kondisi lingkungan kerja sering disebut juga sebagai suasana
atau keadaan dalam kerja. Adapun yang dimaksud hal ini yaitu mencakup
keadaan fasilitas atau sarana yang ada, misalnya ruangan untuk
pimpinan, ruang rapat, lobi, ruang kerja pegawai, ruang tamu dan lain-
lain. Kondisi fasilitas ini sebenarnya tidak langsung memengaruhi sehat
tidaknya iklim kerja tetapi memberikan efek terhadap suasana hati
pegawai yang ada di dalamnya.

c.              Pengukuran Iklim Organisasi


Menurut Davis dan Newstorm (2000), iklim organisasi memiliki unsur-unsur
organisais yang menjadi tolok ukur dalam pengukuran iklim organisasi, yaitu:
1.              Kualitas Kepemimpinan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi,
menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang
atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu yang di praktikkan oleh
pimpinan terhadap karyawannya. 
2.              Kepercayaan, yaitu kepercayaan yang diberikan pimpinan kepada
karyawannya dalam menjalankan pekerjaan di perusahaan tersebut. 
3.             Komunikasi, yaitu proses transfer informasi serta pemahamannya
dari komunikasi ke atas, ke bawah, ke samping dalam suatu organisasi. 
4.             Tanggung Jawab, yaitu sikap yang ada pada pimpinan dan
karyawan terhadap kepemilikan perusahaan serta tugas-tugas yang
dikerjakan. 
5.             Imbalan yang Adil, yaitu upah yang diberikan pada karyawan
sesuai dengan pengharapan mereka yakni pekerjaan yang dihasilkan,
keterampilan dan standar pengupahan komunitas. 
6.             Kesempatan, yaitu suatu peluang yang diberikan karyawannya
untuk meningkatkan prestasi kerjanya. 
7.             Pengendalian, yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh pimpinan
agar perusahaan atau organisasi terkontrol dengan baik sehingga tidak
mengalami kerugian.
Sedangkan menurut Cribbin (1981), terdapat lima faktor yang digunakan dalam
merumuskan instrumen untuk pengukuran iklim organisasi, yaitu:

1.              Perilaku pemimpin, yaitu perilaku kepemimpinan kerja yang


berkenaan dengan pola memimpin yang dipraktekkan oleh pemimpin
terhadap bawahan.
2.              Arus komunikasi, yaitu merupakan arus komunikasi yang mengalir
di dalam organisasi yang menopang pencapaian tujuan kegiatan. 
3.             Praktek pengambilan keputusan, yaitu kemampuan pemimpin
dalam mengambil keputusan yang tepat dan dapat diterima.
4.             Proses pengaruh interaksi, yaitu pengaruh saling interaksi diantara
seluruh komponen yang ada di dalam organisasi perusahaan untuk
mencapai tujuan dan sasaran perusahaan dengan memperhatikan
keberadaan dan kepentingan karyawan.
5.             Penentuan tujuan dan kontrol, yaitu ketentuan-ketentuan yang ada
di organisasi perusahaan mengenai tujuan atau target produksi yang
hendak dicapai dengan sistem pengawasan kerja
 
 
e.   Efisiensi
Kata efisiensi umumnya berkaitan dengan minimnya sumber daya yang
dikorbankan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Suatu kegiatan dapat
dikatakan efisien apabila ada perbaikan dalam prosesnya, bisa dari segi lebih
cepat atau lebih murah. Sedangkan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), kata efisiensi didefinisikan sebagai ketepatan cara dalam
melakukan sesuatu, dan kemampuan dalam melaksanakan tugas dengan baik
dan tepat tanpa membuang waktu, biaya serta tenaga.
Selain pengertian tersebut di atas, ada beberapa ahli mendefinisikan efisiensi
berbeda-beda diantaranya adalah:
Mulyamah (1987)
“Pengertian efisiensi ialah suatu ukuran dalam membandingkan suatu rencana
penggunaan input atau masukan dengan penggunaan yang sebenarnya atau
penggunaan yang telah terealisasikan.”
P. Hasibuan (1984)
“Efisiensi diartikan sebagai perbandingan yang terbaik antara input (masukan)
dengan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang
digunakan), seperti juga hasil optimal yang diperoleh dengan penggunaan
sumber yang terbatas. Atau dapat dikatakan sebagai hubungan antara apa
yang telah diselesaikan.”
Kamus Besar Ekonomi (2003)
 
“Efisiensi merupakan hubungan atau perbandingan antara keluaran (output)
atau hasil barang dan jasa yang dihasilkan dengan masukan (input) yang
langka dalam satuan unit kerja atau ketetapan cara (usaha, kerja) dalam
melakukan sesuatu (tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya).”
Dari pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kata efisiensi
memiliki arti perbandingan antara sumber yang digunakan dengan hasil yang
diperoleh. Semakin sedikit sumber daya yang digunakan untuk mencapai
sesuatu yang telah direncanakan maka artinya semakin efisien.
f.   Tujuan dan Manfaat Efisiensi
Efisiensi sering dikaitkan dengan penghematan baik waktu, sumber daya, biaya
maupun tenaga. Jadi, efisiensi merupakan suatu yang memiliki tujuan dan
manfaat. Berikut adalah beberapa tujuan dan manfaat efisiensi.
·                Mencapai suatu hasil atau tujuan yang sesuai dengan apa yang
diharapkan.
·                Mengurangi dan menghemat penggunaan sumber daya dalam
melakukan kegiatan.
·                Mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki sehingga
tidak ada yang dibuang percuma.
·                Untuk meningkatkan kinerja satuan unit kerja sehingga output-nya
semakin optimal.
·                Agar mengoptimalkan keuntungan atau laba yang mungkin
didapatkan.
 
a.             Tujuan utama dari efisiensi adalah untuk mendapatkan efisiensi yang
optimal artinya adalah perbandingan terbaik antara sumber daya yang
dikorbankan dengan hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan.
b.             Jenis dan Contoh Efisiensi
Efisiensi memiliki beberapa jenis. Berikut ini adalah 3 jenis efisiensi beserta
contoh efisiensi diantaranya adalah:
1.   Efisiensi Optimal
       Efisiensi optimal merupakan perbandingan terbaik antara
pengorbanan yang dilakukan dengan hasil yang didapatkan yang sesuai
dengan yang diharapkan. Dilihat dari segi hasil, contoh efisiensi optimal
adalah seorang manajer bisa mencapai suatu output (produktivitas,
performance) yang lebih tinggi dibandingkan dengan masukan-masukan
(tenaga kerja, uang, waktu, dan bahan) yang digunakan.
Ditinjau dari segi penghematan, contoh efisiensi optimal adalah dengan
penggunaan peralatan yang lebih canggih maka proses kerja akan lebih
cepat selesai serta bisa menghemat waktu dan biaya.
2.   Efisiensi dengan Tolak Ukur
       Efisiensi dengan tolak ukur merupakan perbandingan antara
hasil minimum yang telah ditentukan sebelumnya dengan hasil nyata
yang dicapai. Artinya dapat dikatakan efisien apabila hasil nyata lebih
besar dari angka minimum hasil yang ditentukan sebelumnya.
       Contohnya:
Buruh A bisa merakit sepeda  sekitar 3-5 sepeda per hari (8 jam)
Buruh B bisa merakit sepeda  2-4 sepeda dalam sehari (8 jam)
Tolak ukur yang digunakan dalam contoh tersebut adalah kemampuan
masing-masing buruh dalam merakit sepeda dalam mencapai hasil
minimum yang telah ditentukan sebelumnya.
3.   Efisiensi dengan Titik Impas
       Efisiensi dengan titik impas merupakan jenis efisiensi yang
sering digunakan pada berbagai bidang usaha, dimana titik impas (break
even point) merupakan titik batas antara usaha yang efisien dan tidak
efisien. Suatu usaha atau bisnis bisa dikatakan efisien apabila titik
impasnya diketahui dan bisnis atau usaha tersebut menghasilkan lebih
dari titik impas tersebut.
c.              Unsur Efisiensi
Dalam efisiensi terdapat 2 unsur, yaitu unsur yaitu kegiatan dan hasil dari
kegiatan tersebut. Berikut adalah penjelasan lengkapnya.
·                        Unsur kegiatan
Dapat dikatakan efisien apabila suatu tindakan dengan usaha tersebut
mampu memberikan hasil yang maksimal.
·                        Unsur hasil
Dapat dikatakan efisien apabila suatu hasil pekerjaan tersebut dapat
dicapai dengan usaha (waktu, biaya, metode kerja) yang se minimal
mungkin.
Penyebab Terjadinya Efisiensi
Terjadinya efisiensi ternyata dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
adalah sebagai berikut:
·                Penggunaan manajemen yang tepat
·                Mekanisme atau sistem yang dengan sendirinya dapat
menyesuaikan dengan kondisi
·                Penggunaan alat-alat yang sudah disesuaikan dan dapat ditukarkan
satu sama lain.
·                Mengganti proses produksi yang kompleks dengan proses produksi
yang repetitif

 
j.    Efektivitas
Efektivitas Adalah – Pengertian, Rumus, Contoh, Kriteria, Menurut Ahli & Teorinya –
DosenPendidikan.Com – Lantas apa yang dimaksud dengan efektivitas
“effectiveness”? Secara umum, pengertian efektivitas ialah suatu keadaan yang
menunjukkan tingkat keberhasilan atau pencapaian suatu tujuan yang diukur dengan
kualitas, kuantitas dan waktu sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya.
1.                      Pengertian Efektivitas Adalah
Efektivitas adalah suatu tingkat keberhasilan yang dihasilkan oleh
seseorang atau organisasi dengan cara tertentu sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai. Dengan kata lain, semakin banyak rencana yang
berhasil dicapai maka suatu kegiatan dianggap semakin efektif.
Dan Manurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “KBBI”, efektivitas ialah
daya guna, keaktifan serta adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan
antara seseorang yang melaksanakan tugas dengan tujuan yang ingin
dicapai.
2.   Rumus Efektivitas
Efektivitas = (Output Aktual / Output Target)≥ 1
·                Bila hasil perbandingan output aktual dengan output target < 1
maka efektivitas tidak tercapai.
·                Bila hasil perbandingan output aktual dengan output target ≥ 1
maka efektivitas tercapai.
3.   Pengertian Efektivitas Menurut Para Ahli

 
Agar lebih memahami apa itu efektivitas maka kita dapat merujuk pada
pendapat ahli berikut ini:
·                      Menurut Ravianto “2014:11”
Pengertian efektivitas ialah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan,
sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang
diharapkan. Artinya apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan
sesuai dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya, maupun
mutunya maka dapat dikatakan efektif.
·                     Menurut Gibson et.al “Bungkaes 2013:46”
Pengertian efektivitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan
dengan prestasi individu, kelompok dan organisasi. Semakin dekat
prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan “standar” maka
mereka dinilai semakin efektif.
·                     Menurut Prasetyo Budi Saksono
Pengertian efektivitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan
antara keluaran “output” yang dicapai dengan keluaran yang
diharapkan dari jumlah masukan “input” dalam suatu perusahaan
atau seseorang.
·                     Menurut Sondang P. Siagian
Pengertian efektivitas ialah suatu pemanfaatan sarana prasarana,
sumber daya dalam jumlah tertentu yang sebelumnya telah
ditetapkan untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa kegiatan
yang akan dijalankan oleh seseorang atau suatu perusahaan.
·                     Menurut Schemerhon John R. Jr.
           Arti efektivitas ialah pencapaian target keluaran “output” yang
akan diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau OA
“seharusnya” dengan output realisasi atau OS “sesungguhnya”, jika
OA > OS maka akan dinilai efektif.
·                     Menurut Wiyono (2007:137)
Efektifitas diartikan suatu kegiatan yang dilaksanakan dan memiliki
dampak serta hasil sesuai dengan yang diharapkan.
·                     Abdurrahmat (2003:92)
           Efektivitas adalah manfaat sumber daya, sarana dan
prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya.
4.  Teori Efektivitas
Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh
sebuah organisasi. Untuk memperoleh teori efektivitas peneliti dapat
menggunakan konsep-konsep dalam teori manajemen dan organisasi
khususnya yang berkaitan dengan teori efektivitas.
Efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi. Karena keduanya
memiliki arti yang berbeda, walaupun dalam berbagai penggunaan kata
efisiensi lekat dengan kata efektivitas. Efisiensi mengandung pengertian
perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara
langsung dihubungkan dengan pencapaian tujuan.
Efektivitas memiliki tiga tingkatan sebagaimana yang didasarkan oleh
David J. Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997:25-26)
antara lain :

 
·                Efektivitas Individu
      Efektivitas Individu didasarkan pada pandangan dari segi
individu yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota
dari organisasi.
·                Efektivitas Kelompok
      Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling
bekerja sama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan
Jumlah kontribusi dari semua anggota kelompoknya.
·                Efektivitas Organisasi
      Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan
kelompok. Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu
mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatannya daripada
jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya.
5.   Efektivitas Pembelajaran
Proses belajar mengajar yang ada baik di sekolah dasar maupun di
sekolah menengah, sudah barang tentu mempunyai target bahan ajar
yang harus dicapai oleh setiap guru, yang didasarkan pada kurikulum
yang berlaku pada saat itu. Kurikulum yang sekarang ada sudah jelas
berbeda dengan kurikulum zaman dulu, ini ditenggarai oleh sistem
pendidikan dan kebutuhan akan pengetahuan mengalami perubahan
sesuai dengan kebutuhan zaman.
Di dalam kamus bahasa Indonesia Efektivitas berasal dari kata efektif
yang berarti mempunyai efektif, pengaruh atau akibat, atau efektif juga
dapat diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Dari uraian
diatas dapat dijelaskan kembali bahwa efektivitas merupakan keterkaitan
antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat
kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang di capai.
6.             Kriteria Efektivitas Pembelajaran
Didalam proses belajar mengajar banyak faktor yang mempengaruhi
terhadap berhasilnya sebuah pembelajaran, antara lain kurikulum, daya
serap, presensi guru, presensi siswa dan prestasi belajar.
a.                   Kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu “cuciculum”semula berarti
“a running course, or race cource, especially a chariot race cource”
dan dalam bahasa perancis “courier” yang berarti “to run” (berlari).
Kemudian istilah itu dipergunakan untuk sejumlah “cource” atau
mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar
atau ijazah.
Smith memandang bahwa kurikulum sebagai “a sequence of
potencial experience of disciplining children and youth in group ways
of thinking acting” yaitu penekanannya pada aspek sosial, yakni
mendidik anak menjadi anggota masyarakat. Dari uraian diatas telah
jelas bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
dicapai/diselesaikan oleh peserta didik untuk mendapatkan ijazah
(STTB).
Sebelum abad ke 20 setelah kurikulum belum banyak digunakan
dalam kontek pendidikan. Para ahli mencatat bahwa konsep-konsep
tentang kurikulum mulai berkembang sejak dipublikannya sebuah
buku yang berjudul “The Curriculum” yang ditulis oleh Franklin
Bobblilt pada tahun 1918. Yang pada garis besarnya berisi tentang
kurikulum sebagai rencana pelajaran atau bahan ajaran, kurikulum
sebagai pengalaman belajar dan kurikulum sebagai rencana belajar.
b.                Daya Serap
Didalam kamus besar bahasa Indonesia, daya serap diartikan
sebagai kemampuan seseorang atau suatu menyerap. Daya serap
yang di maksud disini adalah kemampuan siswa untuk menyerap
atau menguasai materi/bahan ajar yang di pelajarinya sesuai
dengan bahan ajar tersebut.
b.  Pembelajaran
·                Pengertian pembelajaran
      Pembelajaran berasal dari kata belajar, yang memiliki arti yaitu
aktivitas perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang
dimaksud itu nyata memiliki arti yang sangat luas yaitu perubahan
tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti
menjadi mengerti.
      Pada kenyataannya pembelajaran adalah merupakan proses
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dimana saja tanpa ada
ruang dan waktu, karena memang pembelajaran biasa dilakukan
kapan saja dan dimana saja, walaupun banyak orang beranggapan
bahwa pembelajaran hanya dilakukan disekolah atau lembaga
tertentu.

 
Dari uaraian diatas maka dapat ditarik benang merahnya yaitu
pembelajaran merupakan kegiatan perubahan tingkah laku secara
kognitif, afektif dan psikomotorik.
·              Dasar-dasar Tujuan Pembelajaran
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa
agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap
lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan
dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara
adekuat dalam kehidupan masyarakat.
3.   Kriteria Efektivitas
Suatu kegiatan atau aktivitas dapat dikatakan efektif bila memenuhi
beberapa kriteria tertentu. Efektivitas sangat berhubungan dengan
terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu,
serta adanya usaha atau partisipasi aktif dari pelaksana tugas tersebut.
Secara umum beberapa tolak ukur atau kriteria efektivitas ialah sebagai
berikut:
1.              Efektivitas keseluruhan yaitu sejauh mana seseorang atau
organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya.
2.             Produktivitas yaitu kuantitas produk atau jasa pokok yang
dihasilkan seseorang kelompok atau organisasi.
3.             Efisiensi yaitu ukuran keberhasilan suatu kegiatan yang dinilai
berdasarkan besarnya sumber daya yang digunakan untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
4.            Laba yaity keuntungan atas penanaman modal yang dipakai
untuk menjalankan suatu kegiatan.
5.             Pertumbuhan yaitu suatu perbandingan antara keadaan
organisasi sekarang dengan keadaan masa sebelumnya “tenaga
kerja, fasilitas, harga, penjualan, laba, modal, market share dan
lainnya”.
6.            Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumberdaya
sepanjang waktu, khususnya dalam masa-masa sulit.
7.             Semangat kerja yaitu kecenderungan seseorang berusaha
lebih keras mencapai tujuan organisasi, misalnya perasaan terikat,
kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki.
8.            Kepuasan kerja yaitu timbal-balik atau kompensasi positif yang
dirasakan seseorang atas peranannya dalam organisasi.
9.            Penerimaan tujuan organisasi yaitu diterimanya tujuan-tujuan
organisasi oleh setiap individu dan unit-unit di dalam suatu
organisasi.
10.          Keterpaduan yaitu adanya komunikasi dan kerjasama yang
baik antar anggota organisasi dalam mengkoordinasikan usaha kerja
mereka.
11.           Keluwesan adaptasi yaitu kemampuan individu atau
organisasi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan.
12.          Penilaian pihak luar yaitu penilaian terhadap individu atau
organisasi dari pihak-pihak lain di suatu lingkungan yang
berhubungan dengan individu atau organisasi tersebut.
4.  Aspek-Aspek Efektivitas
Adapun aspek-aspek efektivitas yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan,
mengacu pada pengertian efektivitas diatas berikut ialah beberapa aspek
tersebut:
a.                    Aspek Peraturan/Ketentuan
Peraturan dibuat untuk menjaga kelangsungan suatu kegiatan
berjalan sesuai dengan rencana. Peraturan atau ketentuan
merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan agar suatu kegiatan
dianggap sudah berjalan secara efektif.
2.      Aspek Fungsi/Tugas

Individu atau organisasi dapat dianggap efektif jika dapat melakukan


tugas dan fungsinya dengan baik sesuai dengan ketentuan. Oleh
karena itu setiap individu dalam organisasi harus mengetahui tugas
dan fungsinya sehingga dapat melaksanaannya.
c.                  Aspek Rencana/Program
Suatu kegiatan dapat dinilai efektif jika memiliki suatu rencana yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Tanpa
adanya rencana atau program maka tujuan tidak mungkin dapat
tercapai.
2.                       Aspek Tujuan/Kondisi Ideal
          Yang dimaksud dengan kondisi ideal atau tujuan ialah targer yang
ingin dicapai dari sutu kegiatan dengan berorientasi pada hasil dan
proses yang direncanakan.
3.              Unsur-Unsur Efektivitas 
Unsur-unsur efektifitas merupakan ruang lingkup yang menjadi
pembangun efektifitas itu sendiri. Menurut Cahyono (1983:54), unsur-
unsur  epektifitas terbagi atas 3 bagian, yaitu unsur sumber daya
manusia, unsur sumber daya bukan manusia dan unsur hasil yang akan
dicapai. 
Berdasarkan klasifikasi unsu efektifitas tersebut, peneliti menjelaskan
bahwa: 
Unsur Sumber Daya Manusia 
Sumber daya manusia sangat berperan penting dalam hal ini sumber
daya manusia merupakan faktor utama dalam berbagai aktivitas guna
untuk mencapai suatu tujuan yang telah di tentukan. Dalam sebuah
organisasi faktor sumber daya manusia sebagai sumber penentu sukses
tidaknya sebuah organisasi mempunyai wewenang dan tanggung jawab
terhadap sumber daya yang dioprasikan sehingga efektipitas harus dapat
tercapai ,namun sebaliknya jika sumber daya manusia tidak dapat bekerja
efektif,maka efektivitas kerja tidak dapat tercapai. 
Unsur Sumber Daya bukan Manusia 
Sumber daya bukan manusia merupakan unsur kedua dari sumber daya
manusia yang memiliki peran dalam suatu kegiatan atau aktivitas
misalnya antara lain modal,tenaga kerja, mesin, peralatan dan
sebagainya yang semuanya tentu menunjang keberhasilan organisasi. 

Unsur hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan 


Hasil merupakan tujuan akhir dari suatu kegiatan.Untuk mencapai hasil
yang maksimal, maka seluruh bagian kegiatan yang dilaksanakan harus
menggunakan kedua sumber di atas. Prosedur untuk mencapai hasil
yang diinginkan membutuhkan mekanisme kerja yang efektif. Efektivitas
kerja dapat tercapai dengan memadukan antara kedua unsur tersebut
dengan sistem manajemen yang baik, sehigga terjalin sinkronisasi antara
komponen di dalamnya.Sistem manajemen kerja terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pengerakan dan pengawasan. 
Pengukuran Efektifitas Kegiatan 
Untuk mengetahui efektifitas suatu kegiatan diperlukan pengetahuan
tentang cara mengukur efektifitas. Menurur Sumaatmaja (2006:42) bahwa
“pengukuran efektifitas secara umum dapat dilihat dari hasil kegiatan
yang sesuai dengan tujuan dengan proses yang tidak membuang-buang
waktu serta tenaga” Dari pendapat tersebut tampak bahwa pada
dasarnya alat ukur efektfitas terletak pada waktu yang digunakan dalam
pelaksanaan, tenaga yang melaksanakan dan hasil yang telah diperoleh. 
Guna kepentingan peneliian ini, peneliti akan menjelaskan alat ukur
efektifitas sebagaimana pendapat ahli di atas sebagai berikut: 
4.                     Efektifitas Waktu
Setiap orang atau kelompok yang melaksanakan kegiatan mengharapkan
penggunaan waktu yang minimal mungkin. Hal ini berarti bahwa waktu
sangatlah penting dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang
diharapkan. Jika waktu dalam menyelsesaikan pekerjaan tidak sesuai
dengan target yang telah ditetapkan maka itu bearati kegiatan tidak
efektif. 
5.              Efektifitas Tenaga 
Tenaga yang dimaksud berkenaan dengan tenaga fisik dan pikiran
individu maupun kelompok yang terlibat dalam suatu kegiatan. Tenaga
juga berkenaan dengan kuantitas atau jumlah pekerja. Jika jumlah
pekerja sangat banyak dan  hasil yang diperoleh tidak layak maka dapat
dikatakan pekerjaan tersebut tidak efektif. 
Hasil yang Diperoleh 
Alat ukur yang paling utama dalam mengukur efektifitas suatu pekerjaan
adalah hasil. Pencapaian hasil akhir dari suatu kegiatan dapat dilihat
dengan menyesuaikan hasil yang diperoleh dengan tujuan yang telah
disusun sebelum pekerjaan dilaksanakan. Oleh karena itu sebelum
kegiatan dilaksanakan ditentukan dulu tujuan yang diharapkan. Jika
tujuan tesesebut tidak sesuai dengan harapan maka artinya kegiatan
tidak efektif.
Contoh Efektivitas
Ada banyak sekali bentuk dan contoh efektivitas di berbagai bidang kerja
maupun organisasi. Adapun beberapa contoh efektivitas dalam
lingkungan organisasi diantaranya yaitu:
 
·                Seorang karyawan customer service diharapkan dapat
melayani 10 pelanggan setiap harinya. Pada kenyataannya
karyawan tersebut dapat melayani 11 pelanggan per hari maka
karyawan tersebut dianggap memiliki efektivitas yang baik.
·                Seorang manajer membawahi 20 orang pegawai dan harus
membagi tugas/pekerjaan masing-masing pegawai tersebut. Pada
kenyataannya manajer tersebut tidak menentukan orang terbaik
disuatu posisi, maka manajer tersebut dianggap tidak memiliki
efektivitas yang baik.
·                Sebuah mesin foto copy melayani 20 orang pegawai dan
diharapkan dapat mengcopy 500 kertas per hari. Pada
kenyataannya mesin foto copy tersebut dapat mengcopy lebih dari
500 kertas per hari, maka mesin tersebut dianggap efektif.

Anda mungkin juga menyukai