ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Untuk mengetahui Pelaksanaan Bimbingan
Perawat Rohani Islam untuk memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien di RSU
Cibabat Kota Cimahi. 2) Untuk engetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam
proses pelaksanaan bimbingan perrawatan rohani islam di RSU Cibabat Kota
Cimahi. 3) Untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan bimbingan perawatan
rohani islam di RSU Cibabat Kota Cimahi. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriftif. Yaitu memberikan gambaran secara
sistematis, faktual, akurat mengenai Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohami
Islam Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien di RSU Cibabat Kota
Cimahi. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran WAROIS dalam memenuhi
kebutuhan spiritual psien sangatlah penting karena bukan hanya memenuhi
kebutuhan spiritual pasien, tetapi WAROIS juga berperan untuk memenuhi
kebutuhan spititual seluruh staff dan menciptakan suasana religius di lingkungan
RSU Cibabat-Cimahi, mereka merasakan dengan adanya WAROIS suasana
religius di RSU Cibabat-Cimahi menjadi lebih hangat, dan pasien bisa bertanya
dan berdiskusi seputar pelaksanaan ibadah wajib dan sunnah yang dapat
dilaksanakan dan tatacara beribadah bagi orang yang sakit (dalam keadaaan
darurat).
Kata Kunci : Perawat Rohani Islam; Kebutuhan Spiritual; Pasien
ABSTRACT
This study aims to 1) To know the Implementation of Islamic Spiritual Nurse Guidance to
meet the Spiritual Needs of Patients at RSU Cibabat Kota Cimahi. 2) To know the
obstacles faced in the process of implementing Islamic spiritual care guidance in RSU Cibabat
Kota Cimahi. 3) To know the results of the implementation of Islamic spiritual care guidance
in RSU Cibabat Kota Cimahi. The method used in this research is descriptive method. It
provides a systematic, factual, accurate description of the Implementation of Islamic Spiritual
Guidance to Meet the Spiritual Needs of Patients at RSU Cibabat Kota Cimahi. The results
Diterima: Juli 2017. Disetujui: Agustus 2017. Dipublikasikan: September 2017. 241
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin
show that WAROIS's role in meeting the spiritual needs of psien is very important because it
not only fulfills the spiritual needs of the patients, but WAROIS also plays a role to fulfill the
spititual needs of all staff and create a religious atmosphere in Cibabat-Cimahi General
Hospital, they feel with WAROIS religious atmosphere in RSU Cibabat-Cimahi become
warmer, and patients can ask and discuss about the implementation of mandatory worship and
sunnah that can be implemented and the practice of worship for the sick(in the emergency).
Keywords : Islamic Spiritual Nurse; Patient; Spiritual Needs
PENDAHULUAN
Orang-orang yang sedang sakit (pasien), baik dirawat di rumah sakit maupun
dirawat di rumah masing-masing biasanya memperoleh nasihat-nasihat yang
bersifat medis dari dokter atau perawatnya. Akan tetapi jarang sekali para pasien
ini mendapatkan nasihat-nasihat yang bersifat keagamaan dari keluarganya,
dokter, atau perawatnya. Padahal seorang yang sedang sakit umumnya tidak
hanya mengeluhkan penderitaan fisiknya, tetapi juga sering disertai gangguan
psikis berupa kecemasan atau ketakutan yang berhubungan dengan penyakitnya.
Hal ini wajar karena secara fisik seorang pasien akan dihadapkan kepada tiga
alternatif kemungkinan yang akan dialaminya, yaitu: 1) sembuh sempurna, 2)
disertai cacat sehingga terdapat kemunduran menetap pada fungsi-fungsi organ
tubuhnya, 3) meninggal dunia.
Alternatif meninggal dunia umumnya cukup menakutkan bagi sebagian
pasien, karena mereka seperti juga kebanyakan diantara kita belum siap
menghadapi panggilan malakal maut. Kecemasan atau ketakutan pada penderita
ini, dapat menyebabkan timbulnya stres psikis (ketegangan) yang justru akan
melemahkan respons imunologi (daya tahan tubuh), dan mempersulit proses
penyembuhan diri pasien yang bersangkutan tentu saja hal ini tidak bisa
ditangani dengan penanganan medis semata, karena itu perlu adanya bimbingan
rohani yang sifatnya spiritual bagi pasien.
Gangguan psikis lainnya yang sering dialami oleh orang sakit adalah rasa
putus asa, terutama pada psien yang menderita penyakit kronis yang susah
sembuh. Karena tipisnya aqidah, kemudian muncul keinginan pada diri orang
sakit untuk mengakhiri hidup dengan jalan yang tidak diridhai Allah Swt. Semua
ini diakibatkan oleh hilangnya keyakinan kepada rahmat Allah Swt, sehingga
kadang kala ada pasien yang sengaja meninggalkan ibadah sehari-hari, seperti
berdoa atau shalat (sebagaian hal ini terjadi karena ketidak tahuan mereka
tentang beribadah bagi orang sakit). Akibatnya semakin gersanglah nurani pasien
dari sighah Ilahi Rabbi.
Metode pengobatan di dunia kedokteran pada umumnya memang hanya
mengandalkan terapi fisik belaka tanpa melihat pasien dari segi ruhaniyanya
242 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260
Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien
meskipun diakui bahwa kondisi psikis yang stabil sangat menunjang penyembuan
diri pasien terlebi lagi pada psien yang tergolong menderita penyakit
psikosomatik, yaitu penyakit fisik yang diakibatkan oleh stres psikis.
Dalam diri seseorang mungkin lebih menyadari akan pentingnya aspek
spiritual bagi kehidupannya, yaitu dengan lebih menyadari tentang makna, tujuan
dan nilai hidup, maka dari itu perlu diadakannya bimbingan spiritual bagi
seorang yang menderita penyakit stres dan stres karena penyakit, disinilah peran
perawat rohani islam sangat dibutuhkan untuk menciptakan rasa keharmonisan
antara diri dengan kehidupan yang lebih tinggi.
“Menurut organisasi kesehatan sedunia World Health Organisation (WHO)
1984 harus meliputi aspek bio-psikososio-spiritual. Menurut Hawari (1997:
13-28) pentingnya aspek spiritual dalam menunjang pengobatan aspek
lainnya tidak dapat ditawar-tawar lagi. Karena berbagai hasil penelitian
mutakhir membuktikan bahwa pengaruh spiritual terhadap kesehatan dan
kesembuhan pasien sangat penting, karena itu sangat dibutuhkan. Hal ini
dapat dimengerti karena pasien di rumah sakit bukan hanya menderita
berbagai penyakit fisik akan tetapi mereka juga mengalami berbagai
tekanan dan gangguan mental spiritual dari yang ringan sampai yang
berat sebagai akibat dari penyakit yang dideritanya (Prayitno, 2009:105).
Pasien-pasien yang mengidap penyakit berat mengalami berbagai
kecemasan, ketakutan, demikian juga pasien yang akan menghadapi operasi
dan pasca operasi, pasien yang menghadapi saat-saat kritis seperti
menghadapi kematian (terminal), sakaratul maut (naza’, dying), sudah
bukan ranah persoalan perawatan medis semata, melainkan sangat
memerlukan pendampingan, layanan, dan bantuan spiritual. Karena itu
salah satu kebutuhan mendesak bagi pasien rawat inap di rumah sakit
adalah perlunya bantuan dan layanan spiritual untuk memenuhi
kebutuhan spiritual pasien rawat inap oleh pihak rumah sakit sejajar
dengan asuhan keparawatan lainnya (Arifin, I. Z., 6, (19), 2012:170-172)”.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai
kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik
yang sangat diperlukan oleh pasien . Hal ini didasarkan pada status pasien yang
merupakan makhluk bio-psiko-sosio kultural dan spiritual yang dapat merespon
secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau keadaan krisis. Bagi
perawat pelayanan atau asuhan keperawatan sangat berkaitan erat dengan aspek
spiritual. Dalam praktik keperawatan, perawat kurang memperhatikan kebutuhan
spiritual karena perawat kurang memahami tentang kebutuhan spiritual dan
manfaatnya terhadap kesehatan dan penyembuhan penyakit pasien. Hal pertama
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 243
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin
yang harus diperhatikan perawat yaitu peningkatan persepsi dan sikap tentang
perawatan spiritual dan manfaatnya sehingga dalam praktik pemberian asuhan
keperawatan spiritual pasien dapat terpenuhi (Asmadi, 2008:2-3).
Keperawatan rohani islam adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan spiritual dituntut untuk lebih meningkatkan
profesionalisme sehingga dapat mengimbangi kemajuan-kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan yang semakin maju pesat, dengan
mengembangkan potensi yang sudah dimiliki untuk memenuhi tuntutan
masyarakat yang semakain tinggi terhadap pelayanan keperawatan dan tanggung
jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawatan rohani pada
klien.
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan
Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi
lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari
kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat
sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi
kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang
lebih pada saat pasien akan dioperasi, pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan
demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan
dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan
tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual
dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan.
RSU Cibabat yang bertempat di Jl Jend. H.Amir Machmud No. 140 Kota
Cimahi, pada tahun 1985 jabatan direktur RSU diganti oleh. Dr. Umbaran
Tisnamihardja. Pada periode ini sudah dimulai banyak data sarana dan kegiatan
yang dapat dijadikan sebagai referensi, sehingga penulis dapat lebih lengkap
menyajikan gambaran RSU Cibabat. Status RSU Cibabat saat itu adalah RSU
kelas D sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung. Pada tahun 1987 status RSU Cibabat meningkat dari RSU kelas D
menjadi RSU Pemerintah Daerah Kelas C melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor: 303/ Menkes/ SK/ IV 1987. Pada tahun 1995 jabatan
Direktur dijabat oleh Dr. H. Idik Djumhali, MARS. Pada tahun 1996 status
RSU Cibabat menjadi Unit Swadana Daerah RSU Cibabat terakeditasi penuh 5
(lima) kegiatan pelayanan terdiri dari pelayanan administrasi menajemen,
Pelayanan Medik, IGD, Keperawatan, dan Rekam Medik, berdasarkan SK
Menteri Kesehatan RI No. Y.M.00.03.3.5.2495 (Tatang, R., & dkk, 2002: 1-7)
Berdasarkan permasalahan yang telah di paparkan, maka di rumuskan
244 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260
Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien
LANDASAN TEORITIS
Teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teori Bimbingan
merupakan terjemahan dari “guidance” dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah
istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2)
memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer), ( Samsu,
Y., L. N., & Nurihsan, J., 2006:8-12).
Perawatan rohani Islam adalah pelayanan yang memberikan bimbingan
rohani kepada pasien dan keluarganya dalam bentuk pemberian motivasi agar
tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan, dengan memberikan tuntunan do’a,
cara bersuci, shalat, dan amalan ibadah lainya yang dilakukan dalam keadaan
sakit, (Salim, S., 2005: 19).
Perawatan rohani Islam adalah suatu pelayanan bantuan yang diberikan
perawat rohani Islam kepada pasien/orang yang membutuhkan yang sedang
mengalami masalah dalam hidup keberagamaanya, ingin mengembangkan
dimensi dan potensi keberagamaanya seoptimal mungkin, baik secara individu
maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan dewasa dalam
beragama, dalam bimbingan akidah, ibadah, akhlak dan muamalah, melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan
ketaqwaan yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadist, (Yahya, J., 1994: 6).
Bimbingan rohani Islam adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses
bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di rumah sakit, sebagai upaya
menyempurnakan ikhtiar medis dengan ikhtiar spiritual. Dengan tujuan
memberikan ketenangan dan kesejukan hati dengan dorongan dan
motivasi untuk tetap bersabar, bertawakkal dan senantiasa menjalankan
kewajibannya sebagai hamba Allah, (Salim, S., 2005: 1).
Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam adalah proses pemberian
bantuan, pemeliharaan, pengembangan dan pengobatan ruhani dari segala
macam gangguan dan penyakit yang mengotori kesucian fitrah ruhani manusia
agar selamat sejahtera dunia akhirat didasarkan kepada tuntunan al-Qur’an dan
al-Sunnah dan hasil Ijtihad melalui metodologi penalaran dan pengembangan
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 245
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin
246 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260
Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien
wujud dari sifat kemanusiaan terhadap orang yang sakit disamping menengok
atau menjenguk orang sakit yang merupakan suatu kewajiban bagi seorang
muslim.
Semua pembimbing rohani yang bertugas di RSU Cibabat-Cimahi,
sebelum terjun secara professional sebagai tenaga perawat rohani islam, mereka
telah mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi Islam negeri maupun swasta,
dan telah lulus seleksi dalam test sebagai calon perawat rohani islam.
Dalam aktivitasnya, para pembimbing kerohanian yang bertugas di RSU
Cibabat-Cimahi selalu bekerja sama dengan paradokter dan para pegawai lainnya
agar tidak terjadi kesimpang siuran masalah waktu dan faktor teknis lainnya yang
berkaitan dengan proses pengobatan dan penyembuhan pasien.
Adapun tugas pokok pembimbing rohani islam di RSU Cibabat-Cimahi
yaitu memberikan layanan bimbingan rohani kepada semua komponen insaniyah
yang berada di rumah sakit agar tetap berada dalam fitrahnya, keyakinan
Tauhidullah, sabar dan tawakal dalam menghadapi musibah, dan menumbuhkan
suasana agamis di lingkungan RSU Cibabat.
Dalam melaksanakan tugasnya pembimbing rohani Islam yang berada di
RSU Cibabat-Cimahi, berkewajiban melakukan hal-hal sebagai berikut: 1)
Berkeliling ke setiap ruangan untuk memperoleh informasi mengenai pasien yang
harus segera di beri bimbingan, 2) Melakukan kunjungan rutin ke ruangan yang
telah di tentukan dan sesuai jadwal yang telah di tentukan, 3) Mengunjungi
ruangan ICU setiap hari, 4) Mendampingi dan memberi talqin bagi pasien yang
menjelang sakaratul maut (terminal) oleh dokter dan perawat.
Materi bimbingan kerohanian yang diberikan oleh para pembimbing
rohani terhadap pasien secara umum adalah mengenai ajaran atau tuntutan
agama islam yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunah, dan di sesuaikan
dengan situasi dan kondisi atau yang dibutuhkan oleh pasien. Materi yang sering
disampaikan yaitu:
Pertama, materi yang disampaikan membahas tentang tawakkal kepada
Allah Swt (bersungguh-sungguh dalam bekerja, tata cara adab dalam berdo’a,
syukur, dan membahas tentang sabar), mensucikan hati (penyakit-penyakit hati,
cara mengobati penyakit hati, taubat, amal nsaleh dan lainnya).
Kedua, bimbingan talqin ini adalah bimbingan yang diberikan pada pasien
yang berada pada kondisi naza’ (sakaratulmaut) dengan membimbing pasien agar
mengucapkan kalimat Thayyibah ”Laa Ilaaha Illallah” agar pasien yang berada
pada kondisi naza meninggal dalam keadaan Khusnul Khatimah.
Ketiga, bimbingan ketauhidan, dari penelitian di lapangan dapat dilihat
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 251
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin
dalam uraian di bawah ini megenai bimbingan keagamaan yang dilakukan pada
saat itu bimbingan pelayanan do’a kepada pasien dan keluarga pasien, meliputi:
1) Memberikan bimbingan do’a kepada pasien dengan bacaan keras maupun
lamban dengan seizin pasien dan keluarga pasien, 2) Memberikan lembaran do’a
yang berguna buat ketenangan jiwa pada pasien dan do’a disesuaikan dengan
penyakit pasien, 3) Mendoakan pasien, untuk mendapatkan kedekatan psikis
dengan pasien, 4) Memberikan motivasi dalam berdo’a untuk kesembuhan
penyakitnya, karena doanya orang sakit seperti do’a nya malaikat dan insya allah
dengan penuh keyakkinan dan peng harapan kepada Allah SWT, 5) Berobat
merupakan kewajiban agama islam bagi orang sakit, 6) Bersikap ikhlas dan
meyakinkan pada diri pasien dan keluarga, bahwa setiap penyakit pasti ada
obatnya, karena Allah memberikan penyakit juga memberikann obatnya, 7)
Yakin kepada Allah Swt. Sebagai Dzat Maha Penyembuh, 8) Bersikap sabar
terhadap segala ujian yang diberikan Allah Swt, 9) Mengambil hikmah dan
pelajaran atas setiap musibah yang dialami,
Keempat, materi tentang ibadah ini merupakan yang sering dibahas dalam
keonsultasi rohani di rumah sakit. Materi yang disampaikan meliputi, amalan
wajib yang membahas shalat fardhu (rukun shalat, syarat syah shalat, hal-hal yang
membatalkan shalat, tayamum dan tatacara shalat dalam keadaan sakit/daruraat),
puasa, dan lainnya. Materi lain yang disampaikan ialah materi tentang amalan
sunah meliputi, shalat-shalat sunah (rawatib, duha, tahajud, dan lainnya), shaum
sunah, dan lainnya.
Seorang pembimbing rohani selalu memberikan anjuran dan nasehat
kepada pasiennya untuk senantiasa mengingat allah dengan cara menyebut asma
Allah, dengan terus-menerus membaca kalimat-kalimat Thayyibah selama dalam
keadaan sadar (dibacakan oleh keluarga). Dengan metode ini WAROIS dapat
memberikan arahan dan pesan agar pasien dan keluarga mengamalkan do’a atau
kalimat-kalimat Thayyibah agar pasien memperoleh ketenangan dan
ketentraman jiwa yang dapat membantu dalam proses penyembuhan sang
pasien.
Adapun media yang tersedia dan digunakan dalam aktivitas bimbingan
kerohanian di RSU Cibabat-Cimahi yaitu Media elektronik yang dimaksud
adalah pengeras suara. Pengeras suara digunakan oleh pembimbing kerohanian
yang ditunjukan kepada semua ruangan pasien baik rawat inap, rawat jalan, tuang
tunggu keluarga, dan para karyawan dengan tujuan untuk menyampaikan pesan-
pesan dakwah berupa nasihat-nasihat ajaran islam, membacakan doa-do’a pada
waktu tertentu, membacaka ayat suci Al-Qur’an, mengumandangkan adzan pada
setiap datang waktu shalat dan terkadang melantunkan atau mendengarkan
musik-musik yang Islami. Agar lebih efektif, pengeras suara tersebut diberi
standar volume yang tepat artinya supaya tidak terlalu keras dan tidak terlalu
252 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260
Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien
kecil sehingga suara tersebut enak didengarnya. Semua hal tersebut bertujuan
unutk dapat menenangkan dan menentramkan hati pasien dan perasaannya saat
istirahat selain itu juga dapat menambah syi’ar islam dan nuansa keIslaman di
lingkungan rumah sakit umum daerah kota bandung. Media cetak yang dimaksud
dalam hal ini adalah berupa buku-buku tentang ibadah berupa nasihat-nasihat
ajaran islam yang diberikan kepada setiap karyawan, selain itu juga ada semacam
buletin, brosur-brosur, hal tersebut di atasa bertujuan untuk menenangkan dan
menentramkan hati dan perasaan pasien yang sedang berada dipembaringannya
dan sebagai upaya mempercepat proses penyembuhan penyakit pasien.
Menurut Isep (2014:9) bimbingan dan perawatan ruhani islam adalah
proses pemberian bantuan, pemeliharaan, pengembangan dan pengobatan
ruhani dari segala macam gangguan dan penyakit yang mengotori kesucian fitrah
ruhani manusia agar selamat sejahtera dunia akhirat didasarkan kepada tuntunan
al-Qur’an, al-Sunnah dan hasil ijtihad melalui metodologi penalaran dan
pengembangan secara :istinbathiy (deduktif), istiqra’iy (induktif/riset), iqtibasiy
(meminjam teori) dan ‘irfany (laduni/hudhuri).
Bimbingan rohani juga dapat diartikan sebagai suatu aktifitas memberikan
bimbingan, pelajaran, dan pedoman kepada individu yang meminta bantuan
(klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan
potensi akal pikiranya, kejiwaannya, keimanannya, serta dapat menanggulangi
problematika hidup dengan baik dan benar secara mendiri yang berpandangan
pada Al-Qur’an dan Sunah Rasul SAW (Adz-Dzaky., Bakaran, H., 2001:189).
Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan
rohani islam dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada
pasien di rumah sakit, akan tetapi karyawan atau perawat pun bisa mendapatkan
bimbingan rohani. Sehingga kinerja dari karyawan ataupun perawat dapat bekerja
maksimal tanpa ada tekanan karena yang berpedoman pada Al- Qur’an dan Al-
Hadist.
Dalam kaitannya dengan bimbingan rohani di dalam al-Qur’an dijelaskan
dalam Surat Al- Baqarah: 208: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke
dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS Al-Baqarah;208) (Departemen
Agma., 2000).
Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Proses Pelaksanaan Bimbingan
Rohani Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien
Faktor hambatan layanan bimbingan rohani untuk memenuhi kebutuhan
spiritual pasien di ruang penyakit dalam, tentunya dalam proses rangkaian
bimbingan rohani mengenai kebutuhan spiritual pasien tidak jarang menghadapi
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 253
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin
254 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260
Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 255
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin
256 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260
Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien
beberapa perbedaan yang mendasar antara mode asuhan keperawatan medis dan
model pelayanan bimbingan dan konseling terhadap pasien. Model asuhan
keperawatan medis lebih bersifat hierarkis dengan orientasi keahlian. Peran dan
partisipasipasi pasien hanya sebagai sebagai penurut dalam semua protokol
perawatan, sehingga pasien tidak meiliki daya tawar dan berada dalam posisi yang
lemah. Dalam kondisiseperti ini tidk mengherankan praktik layanan bimbingan
konseling dan psikoterapis menjadi ‘termedikalisasi’ (Bor, Robert, et. Al.,
2009:44).
Sementara itu sasaran dari konseling dan psikoterpi bukan pada penyakit
fisik melainkan kepada problem psikologis dan berbagai disabilitas pasien dibalik
berbagai penyakit yang nampak untuk mengetahui bagaimana ia memiliki koping
utuk mengatasinya. Karena itu tujuan dari proses konseling bukan hanya
bagaimana pasien sembuh tetapi bagaimana terjadi serangkaian perubahan pada
diri pasien dalam hubungan terapeutikyang lebih dari sekedar protool perawatan
medis. Pasien diposisikan bukan sebagai individu yang tidakberdaya dan
partisipan pasif tetapi diposisikan sebagai individu yang cerdas dan memiliki
kekuatan dalam dirinya utuntuk dapat mengatasi segala keluhan yang dideritanya.
Karena itu nilai penting dari konseling terletak dalam hal bagaimana membuat
pasien sebagai partisipan aktif dalam hubungn komunikasi teurapeutik yang
harmonis dan seimbang dengan konselor.
Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan dan
konseling dalam setting rumah sakit memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda
dengan layanan koseing umumnya. Kekhasan tersebut terletak dalam beberapa
hal yaitu: 1) lagkah kerja yang harus teintegrasi dengan prtokol perawatan medis,
2) cara pandang terhadap masalah pasien dan keluarga, 3) bentu praktik kerja
dalam tim yag kolaboratif dan multidisiplin, 4) dalam sesi konseling cenderung
bersifat pendek dan single session tau brief focused counseling yang harus efektif
dan efisien, 5) proses konseling yang efektif tidak ditentukan oleh lamanya
melainkan seberapa efektif dalam menggunakan waktu untuk mencapai tujuan
konseling (Arifin, I. Z.,6, (19), 2012: 173-176).
PENUTUP
Proses Pelaksanaan Bimbingan Perawat Rohani Islam di RSU Cibabat-Cimahi
adalah sebagai misi yang harus dilaksanakan sesuai dengan prinsipnya yaitu
memberikan pelayananan kesehatan yang bernuansakan Islami. Selain itu sebagai
wujud dari sifat kemanusiaan terhadap orang yang sakit disamping menengok
atau menjenguk orang sakit yang merupakan suatu kewajiban bagi seorang
muslim. Dalam pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam untuk
memenuhi kebutuhan spiritual pasien ada beberapa bentuk yaitu
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 257
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin
Ilmu Populer
Samsu, Y., L. N., & Nurihsan, J. (2006). Landasan Bimbingan Dan Konseing.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Machendrawati, N. (2002). Bimbingan Ibadah Bagi Orang Sakit. Modul
Pelatihan Perawatan Rohani Islam Di Rumah Sakit, Bandung.
Salim, S. (2005). Bimbingan Rohani Pasien Upaya Mensinergisitaskan Layanan
Medis dan Spiritual di Rumah Sakit. Kumpulan makalah seminar nasional.
RSI sultan agung Fak. Kedokteran Unisula. Semarang.
Sarbini, A. (2002). Dasar-Dasar Bimbingan Penyuluhan Islam. Modul Pelatihan
Perawatan Rohani Islam di Rumah Sakit, Bandung.
Tatang, R. dkk, Sejarah RSUD Cibabat-Cimahi. (Cimahi,2002)
Yahya, J. (1994). Spiritual Islam, Jakarta: Ruhama
Yani, A., S. Hamid. (2000). Aspek Spiritual Dalam Keperawatan. Jakarta: Midya
Medika.
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260 259
I. Aryanto, M. Zanah, Z. Muttaqin
260 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 5(3) (2017) 241-260