Anda di halaman 1dari 24

A.

JUDUL PENELITIAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
DISERTAI MEDIA AUDIO VISUAL DAPAT MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR IPA KELAS III SD NEGERI 02 TARANTANG KECAMATAN
HARAU

B. BIDANG KAJIAN
Bidang Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dan Media Pembelajaran Audio Visual

C. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu upaya memberikan pengetahuan,
wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna
mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat
manusia mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap
perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sebagaimana di dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) ”Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara” (Syah, 2007:1).
Begitu pentingnya pendidikan, maka perlu adanya peningkatan mutu
pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah tidak terlepas dari
keberhasilan proses pembelajaran. Dalam mewujudkan hasil belajar yang
efektif dan efisien, guru sebagai motivator dan fasilitator dalam proses
pembelajaran sangat besar peranannya terutama dalam usaha membelajarkan
siswa. Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran tidak terlepas dari cara atau
metode pembelajaran yang diterapkan guru di sekolah. Guru harus mampu
mengatur kondisi siswa di dalam kelas sehingga dapat membuat siswa belajar
tekun dan penuh semangat.

1
Dalam kenyataannya proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di
sekolah bersifat konvensional dan diselingi dengan diskusi kelompok. Dalam
diskusi kelompok, hanya beberapa orang siswa yang ikut berpartisipasi aktif
sedangkan yang lain hanya diam dan menerima hasil diskusi kelompok yang
dikerjakan oleh teman nya yang lain. Proses pembelajaran tersebut belum
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif membangun pengetahuan
secara mandiri.
Pada saat guru menerangkan pelajaran siswa kurang memperhatikan
dan cenderung melakukan hal-hal lain yang tidak berkaitan dengan proses
pembelajaran. Selain itu, beberapa orang siswa sering minta izin keluar kelas
pada saat pembelajaran berlangsung dan pada saat jam pelajaran hampir habis
siswa mendesak guru untuk mengakhiri pembelajaran. Hal tersebut dapat
membuktikan bahwa siswa belum termotivasi untuk belajar. Semua dampak
tersebut berakibat terhadap rendahnya hasil belajar siswa.
Kenyataan ini dapat dilihat dari nilai Ulangan Harian IPA siswa yang
masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75,
artinya hasil belajar siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebagai
gambaran persentase ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai
Ulangan Harian siswa pada mata pelajaran IPA tentang Pertumbuhan dan
Perkembangan Manusia. Dari jumlah siswa 18 orang, hanya 6 orang siswa
(33%) yang nilainya di atas KKM, sedangkan nilai siswa yang dibawah KKM
berjumlah 12 orang siswa (67%).
Untuk dapat meningkatkan hasil belajar, guru harus mampu
menerapkan model pembelajaran yang tepat dan menarik agar siswa aktif dan
tidak bosan sehingga siswa memperoleh pemahaman terhadap materi
pelajaran yang diberikan. Salah satu model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa serta merangsang minat belajar siswa yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif.
Jacobsen dkk. (2009:231) mengemukakan bahwa tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah mendorong siswa untuk saling membantu satu
sama lain yang pada akhirnya memberikan patokan dalam keberhasilan
kelompok. Diantara pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah

2
model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD).
Slavin (1995) dalam (Suprijono, 2012:133) mengemukakan bahwa
siswa akan lebih mudah untuk menemukan dan memahami konsep-konsep
yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan
temannya untuk saling bekerjasama dan saling ketergantungan dalam struktur
tugas, tujuan dan hadiah. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
guna mencapai prestasi yang maksimal.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mendorong siswa
dalam bekerja sama karena skor tes individu (kuis) yang dilaksanakan di akhir
pembelajaran akan menentukan keberhasilan kelompok dan mendapat
penghargaan atau reward bagi kelompok yang memperoleh skor tertinggi.
Sebagaimana yang dikemukakan Jacobsen dkk. (2009:235), “Hal yang
istimewa dalam STAD adalah bahwa siswa-siswa di reward atas performa
kelompok, yang dengan demikian dapat mendorong kerja sama kelompok”.
Model pembelajaran dapat didukung dengan memanfaatkan media
pembelajaran sehingga dapat membantu kelancaran proses pembelajaran.
Media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi panca indera dan dapat
menjamin pemahaman. Melalui media pembelajaran siswa dapat termotivasi
agar belajar lebih serius sehingga dapat lebih mudah memahami materi yang
dipelajari. Media pembelajaran yang sangat sesuai digunakan untuk
mendukung proses pembelajaran IPA adalah media audio visual.
Sobry (2008) dalam Romi (2012:4) mengemukakan beberapa manfaat
media audio visual adalah media audio visual membantu mempercepat
pemahaman dalam proses pembelajaran, akan menghilangkan kebosanan
siswa dalam proses pembelajaran, meningkatkan keaktifan dan keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu, media pembelajaran audio visual digunakan untuk
mendukung model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat membuat
siswa lebih terlibat aktif karena terjadi interaksi antar anggota kelompok.

3
Dari uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian tentang
“Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) disertai media audio visual untuk meningkatkan hasil belajar
IPA Kelas III SD Negeri 02 Tarantang Kecamatan Harau”

D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH


1. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis yang mengungkap berbagai
penyebab  munculnya masalah kekurang-berhasilan pembelajaran IPA
tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu
apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
disertai media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA Kelas III
SD Negeri 02 Tarantang Kecamatan Harau?
2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, pemecahan masalah atau alternatif
tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:  
a. Guru memberikan materi pelajaran dengan menggunakan media audio
visual
b. Guru membagi siswa dalam kelompok belajar kooperatif tipe STAD.
Hasil diskusi kelompok tidak hanya satu per kelompok tapi tiap siswa
mengerjakan tugas secara individual yaitu, setiap siswa harus mencatat
hasil diskusi  pada buku latihan
c. Guru berusaha memotivasi siswa karena di akhir pembelajaran siswa
diberi tes (kuis) secara indivudu dan hasil tes (kuis) yang diperoleh
masing-masing siswa nantinya dapat memberikan sumbangan untuk
keberhasilan kelompok.
d. Guru memberi penghargaan atau reward bagi kelompok yang
memperoleh skor kuis tertinggi.

4
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

IPA siswa Kelas III SD Negeri 02 Tarantang melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai media audio visual.

F. MANFAAT HASIL PENELITIAN


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis

bagi siswa, guru dan peneliti sendiri. Manfaat penelitian ini secara praktis

sebagai berikut:

1. Manfaat bagi Guru


Manfaat hasil penelitian ini bagi guru adalah :
a. Membantu guru memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya
b. Dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta
membangkitkan rasa percaya diri guru sehingga akan selalu
bersemangat untuk memperbaiki  pembelajarannya.
2. Manfaat bagi Siswa
Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah dapat meningkatkan  pemahaman
dalam menyerap materi yang dipelajari sehingga  proses  dan hasil belajar
pun akan lebih meningkat pula.
3. Manfaat bagi Sekolah
Manfaat hasil penelitian ini bagi sekolah adalah untuk membantu
sekolah  dalam mengembangkan dan menciptakan lembaga pendidikan
yang berkualitas yang  akan  menjadi  percontohan atau model bagi
sekolah-sekolah lain, disamping akan terlahir guru-guru yang profesional
berpengalaman dan menjadi kepercayaan orangtua, masyarakat serta
pemerintah.

5
G. KAJIAN PUSTAKA
1. Model Pembelajaran
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa
mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan
mengekspresikan ide. Selain itu model pembelajaran berfungsi sebagai
pedoman bagi guru dalam merencanakan proses pembelajaran.
Sebagaimana yang diungkapkan Suprijono (2012:46) “Model
pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”. Joice dan Weil
(1990) dalam Isjoni (2012:50) menyatakan, “Model pembelajaran adalah
suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan
digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan
memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya”.
Dalam menerapkan model pembelajaran guru harus mengetahui
langkah-langkah dari model pembelajaran tersebut dan juga memiliki
kemampuan untuk mendesain pembelajaran agar lebih menarik.
Sebagaimana yang dikemukakan Lufri dkk. (2007:50) “Model
pembelajaran, artinya pola atau contoh pembelajaran yang sudah didesain
dengan menggunakan pendekatan atau metode atau strategi pembelajaran
yang lain, serta dilengkapi dengan langkah-langkah (sintaks) dan
perangkat pembelajarannya”.

2. Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen. Sebagaimana yang
dikemukakan Sanjaya (2009:242), “Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim
kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar
belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang
berbeda (heterogen)”.

6
Pembelajaran kooperatif memberi kesempatan untuk siswa bekerja
sama sehingga siswa dapat belajar dari teman kelompoknya. Wena
(2012:189) mengemukakan bahwa melalui pembelajaran kooperatif akan
memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur, selain itu seorang siswa akan menjadi
sumber belajar bagi temannya yang lain. Rusman (2012:210) juga
mengemukakan, “Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah
untuk mengajarkan siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi”.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
yang dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Slavin (1995) dalam Rusman
(2012:205) mengemukakan alasan dianjurkannya model pembelajaran
kooperatif di dalam proses pembelajaran yaitu: (1) penggunaan model
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar dan dapat
meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan
menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat
memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir, memecahkan masalah untuk
mencapai tujuan pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement


Division (STAD)
STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya
di Universitas John Hopkin, merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan merupakan satu model yang baik
untuk pembelajaran (Asma, 2009:50). STAD merupakan salah satu tipe
kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi guna mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2012:51).
Menurut Rusman (2012:213) bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe STAD sangat mudah diadaptasi karena telah digunakan dalam mata
pelajaran matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik dan lain-lain pada
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

7
Slavin (1995) dalam Asma (2009:50) menjelaskan bahwa dalam
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa ditempatkan dalam
kelompok belajar yang beranggota empat atau lima orang siswa yang
merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga
dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan
rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok
sosial lainnya. Guru lebih dahulu menyajikan materi baru dalam kelas,
kemudian anggota team mempelajari dan berlatih untuk materi tersebut di
dalam kelompok mengerjakan latihan dengan melengkapi lembar kerja
siswa. Tugas itu harus dikuasai oleh setiap anggota kelompok. Dan pada
akhir pelajaran guru memberikan kuis yang harus dikerjakan siswa secara
individu.
Asma (2009:51) menjelaskan tahap-tahap dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD, yaitu:
a. Penyajian kelas
Tahap penyajian kelas ini menggunakan waktu 20-45 menit.
Sebelum menyajikan materi pelajaran, guru memulai dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi untuk
berkooperatif, menggali pengetahuan siswa atau mengingatkan siswa
terhadap materi yang telah dipelajari dan sebagainya. Setiap
pembelajaran dengan model ini selalu dimulai dengan penyajian materi
oleh guru. Teknik penyajian materi dapat dilakukan secara klasikal
ataupun melalui audio visual.
b. Kegiatan belajar kelompok
Dalam setiap kegiatan belajar kelompok setiap siswa diberi
lembar kegiatan atau lembar tugas. Pada tahap ini guru berperan
sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
c. Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok
Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan
mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan kelas oleh wakil
dari setiap kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi interaksi antar
anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain untuk

8
melengkapi jawaban kelompok tersebut. Setiap kelompok memeriksa
sendiri hasil pekerjaannya serta memperbaiki jika masih terdapat
kesalahan-kesalahan.
d. Siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar, diadakan
tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas. Pada tahap
ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan
menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara
menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa tidak
dibenarkan kerja sama dalam mengerjakan soal tes.
e. Pemeriksaan hasil tes
Pemeriksaan dilakukan oleh guru, membuat daftar skor
peningkatan setiap individu yang kemudian dimasukkan menjadi skor
kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individual merupakan
sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.
f. Penghargaan kelompok
Pemberian penghargaan pada kelompok sesuai dengan skor rata-
rata kelompok dengan kualifikasi super, hebat dan baik.
Rusman (2012:216) mengemukakan bahwa pemberian penghargaan
atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1) Menghitung skor individu
Untuk mengukur perkembangan skor individu dihitung
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1:
Tabel 1. Perhitungan Perkembangan Skor Individu
Skor
No Nilai Tes
Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor
1. 5 poin
dasar
2. 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin
3. 0 sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin
4. Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin
Pekerjaan sempurna (tanpa
5. 30 poin
memperhatikan skor dasar)
(Sumber: Rusman, 2012:216)

9
2) Menghitung skor kelompok
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan
semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan
membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan
rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok
sebagaimana dalam Tabel 2:

Tabel 2. Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok

No Nilai Tes Skor Perkembangan


1. 0 ≤ N ≤ 5 -
2. 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang baik (Good Team)
3. 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang baik sekali (Great Team)
4. 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa (Super Team)
(Sumber: Rusman, 2012:216)

3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok


Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh
predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada
masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya.
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan serta kekurangan
dalam penggunaannya pada proses pembelajaran. Trianto (2012) dalam
Widiastiti dkk. (2013:3) mengemukakan kelebihan atau keunggulan model
pembelajaran STAD yaitu:
a Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
b Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
c Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
berdiskusi.
d Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai
individu dan kebutuhan belajarnya.
e Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka
lebih aktif dalam diskusi.

10
f Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
rasa menghargai, menghormati, pribadi temannya, dan menghargai
pendapat orang lain.

4. Media Audio Visual


Rohani (1997:3) menyatakan “Media adalah segala sesuatu yang
dapat diindra yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses
komunikasi (proses belajar mengajar)”. Penggunaan media dapat
menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa dalam proses
pembelajaran dapat lebih meningkat. Sebagaimana dikemukakan Sanjaya
(2009: 169) mengenai nilai praktis dari media pembelajaran yaitu:
a. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.
b. Media dapat mengatasi batas ruang kelas. Terutama untuk menyajikan
bahan belajar yang sulit dipahami secara langsung oleh siswa.
c. Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa
dengan lingkungan.
d. Media dapat menghasilkan keragaman pengamatan.
e. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk
belajar dengan baik.
f. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk
belajar dengan baik.
g. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
h. Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.
Media pembelajaran adalah komponen sumber belajar yang
mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar. Rossi dan Breidle (1996) dalam Sanjaya
(2009: 161) menyatakan “Media pembelajaran adalah seluruh alat dan
bahan yang dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio,
televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya”. Sedangkan Arsyad
(2011:4) mengemukakan, “Media pembelajaran meliputi alat yang secara
fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pelajaran”.

11
Salah satu media pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi
dan merangsang siswa untuk belajar dengan baik adalah media
pembelajaran audio visual. Arsyad (2011:30) menyatakan, “Audio visual
adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan
menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan
pesan-pesan audio dan visual seperti film bersuara, video, televisi, sound
slide yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Sanjaya (2009:170) mengemukakan bahwa media audio visual yaitu
jenis media yang mengandung unsur suara dan gambar yang dapat dilihat.
Kemampuan media ini lebih baik dan lebih menarik karena mengandung
dua unsur yaitu auditif dan visual. Media audio visual memiliki manfaat di
dalam proses pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan Sobry (2008)
dalam Romi (2012:4):
“Ada beberapa manfaat media audio visual dalam proses
belajar mengajar, di antaranya (a) Menarik perhatian
siswa, (b) Membantu untuk mempercepat pemahaman
dalam proses pembelajaran, (c) Memperjelas penyajian
pesan agar tidak bersifat verbalitas, (d) Mengatasi
keterbatasan ruangan, (e) Pembelajaran lebih komunikatif,
(f) Waktu pembelajaran bisa di kondisikan (g)
Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, (h)
Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, (i) Melayani
gaya belajar siswa yang beraneka ragam,(j) Meningkatkan
kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran”.

Media audio visual memiliki kelebihan maupun kekurangannya di


dalam proses pembelajaran. Muslikhah (2010:36) menyatakan kelebihan
dari media audio visual yaitu:
a. Dapat melengkapi pengalaman pengalaman dasar siswa ketika mereka
membaca, berdiskusi, praktek, dan lain-lain, serta merupakan
pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan obyek-obyek
yang secara normal tidak dapat dilihat
b. Dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan
secara berulang-ulang jika dipandang perlu

12
c. Dapat mendorong dan meningkatkan motivasi serta menanamkan sikap
dan segi-segi afektif lainnya
d. Dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara
langsung
e. Dapat ditunjukkan pada kelompok besar dan kelompok kecil,
kelompok yang heterogen maupun perorangan
f. Dapat menampilkan peristiwa yang sebenarnya memakan waktu lama
menjadi hanya berlangsung dalam satu atau dua menit saja.
Muslikhah (2010:36) juga mengemukakan beberapa kekurangan
media audio visual yaitu antara lain adalah :
a. Pengadaannya umumnya memerlukan biaya yang mahal dan waktu
yang banyak
b. Pada saat dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga
tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang akan disampaikan
c. Media yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
belajar yang diinginkan kecuali jika dirancang untuk kebutuhan
sendiri.
5. Pembelajaran IPA
Belajar merupakan aktivitas manusia yang secara terus menerus
akan dilakukan selama manusia masih hidup. Manusia tidak mampu hidup
sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia lainnya.
Sebagaimana yang dikemukakan Lufri dkk. (2007:10), “Belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku individu yang terjadi akibat interaksi
dengan lingkungannya”.
Belajar memegang peranan sangat penting dalam proses
pembelajaran karena proses pembelajaran akan bermakna apabila adanya
kegiatan belajar. Lufri dkk. (2007:10) mengemukakan, “Pembelajaran
merupakan hal membelajarkan yang artinya mengacu kesegala daya upaya
bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan
terjadinya peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut”.
Pembelajaran membutuhkan sebuah proses yang disadari yang
bersifat permanen dan dapat mengubah tingkah laku. Pada proses tersebut

13
terjadi pengingatan informasi yang akan disimpan di memori siswa.
Keterampilan dapat diwujudkan dalam bentuk keaktifan siswa dalam
merespon peristiwa yang terjadi pada diri siswa ataupun lingkungannya
(Thobroni dan Mustofa, 2011:19).
Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 dan
KTSP, Kurikulum Tingakat Satuan Pendidikan) tahun 2006, pendidikan
sains (IPA) disekolah dasar (SD) secara eksplisit berupa mata pelajaran
mulai diajarkan pada jenjang kelas tinggi. Sedangkan di kelas rendah
pembelajaran IPA ini terintegrasi bersama mata pelajaran lainnya,
terutama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui model
pembelajaran tematis. Dalam KTSP ditegaskan pengertian Sains (IPA)
sebagai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) diharapkan dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam
sekitarnya.
Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung. Dalam pembelajaran tersebut siswa difasilitasi untuk
mengembangkan sejumlah keterampilan proses (keterampilan atau kerja
ilmiah) dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah tentang
dirinya dan alam sekitar. Pada prinsipnya, pembelajaran IPA harus
dirancang dan dilaksanakan sebagai cara ‘mencari tahu’ dan cara
‘mengerjakan/melakukan’ yang dapat membantu siswa memahami
fenomena alam secara mendalam (Depdiknas, 2004:3).
Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual
anak seusia siswa SD maka penyajian konsep dan keterampilan dalam
pembelajaranIPA harus dimulai dari nyata (konkrit) ke abstrak; dari
mudah ke sukar; dari sederhana ke rumit, dan dari dekat ke jauh. Dengan
kata lain, mulailah dari apa yang ada di sekitar siswa dan yang dikenal,
diminati serta diperlukan siswa. Secara psikologis, anak usia SD berada
dalam dunia bermain. Tugas guru adalah menciptakan dan

14
mengoptimalkan suasana bermain tersebut dalam kelas sehingga menjadi
media yang efektif untuk membelajarkan siswa dalam IPA. Sesekali
tidak boleh terjadi, pembelajaran IPA di SD justru mengabaikan apalagi
menghilangkan dunia bermain anak. Pembelajaran IPA akan berlangsung
efektif jika kegiatan belajar mengajarnya mampu mencitrakan kepada
siswa bahwa kelas adalah tempat untuk bermain, aman dari segala bentuk
ancaman dan hambatan psikologis, serta memfasilitasi siswa untuk secara
lugas mengemukakan dan mencobakan ide-idenya.

6. Hasil Belajar
Tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil
yang diperoleh melalui proses belajar. Hasil belajar merupakan
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Menurut Lufri dkk. (2007:11), “Hasil belajar merupakan pola-
pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap, apresiasi,
kemampuan (ability), dan keterampilan”.
Gagne mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang
merupakan hasil belajar yang membutuhkan kondisi atau lingkungan
belajar untuk pencapaiannya. Suprijoni (2012:5-6) mengemukakan kelima
macam kemampuan hasil belajar tersebut yaitu:
a. Informasi verbal yaitu kemampuan mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang yang merupakan aktivitas kognitif yang bersifat khas.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dn mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri yang meliputi penggunaan konsep dan
kemampuan memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain
keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, daln
sebagainya.

15
e. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar
perilaku.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Sudjana (2011:23) menjelaskan secara rinci
ketiga cakupan hasil belajar tersebut yaitu:
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang meliputi 6 aspek yaitu:
1) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan yaitu kemampuan untuk mengingat kembali atau
mengenal hal-halyang telah dipelajari.
2) Pemahaman
Pemahaman merupakan kemampuan memahami hubungan atau
menangkap arti dan makna diantara konsep dan fakat-fakta tentang
suatu hal.
3) Aplikasi
Aplikasi merupakan kemampuan untuk memilih konsep, fakta,
dalil, aturan, hukum, dan sebagainya serta menerapkan secara tepat
dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
4) Analisis
Analisis merupakan kemampuan atau menjabarkan suatu yang
komplek menjadi hal yang lebih sederhana dan mudah dipahami.
5) Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan siswa untuk menganalisis suatu
hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar.
6) Evaluasi
Evaluasi merupakan kemampuan sejauh mana siswa dapat
menerapkan konsep aturan atau pengetahuan yang ada untuk
menilai sesuatu yang lain.
b. Ranah Afektif
Tipe hasil belajar afektif terlihat dalam berbagai tingkah laku
siswa seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,

16
menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial
lainnya.
c. Ranah Psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris dapat dilihat dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Terdapat
enam tingkatan keterampilan, yaitu gerakan refleks (keterampilan pada
gerakan yang tidak sadar), keterampilan pada gerakan, kemampuan
perseptual, kemampuan di bidang fisik, gerakan-gerakan skill,
kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi.
Ketiga bidang tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus dapat
memperlihatkan hasil belajar siswa di sekolah. Secara teknik, rumusan
tujuan pembelajaran memuat hasil belajar yang diharapkan dapat dikuasai
oleh siswa meliputi ketiga aspek tersebut (Sudjana, 2011:49-50).
Jadi, hasil belajar merupakan ukuran yang digunakan untuk
menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami
suatu mata pelajaran. Dengan demikian hasil belajar yang diperoleh siswa
dapat diketahui melalui penilaian hasil.

H. RENCANA DAN PROSEDUR PNELITIAN


1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas III SD Negeri 02
Tarantang. Dan mata pelajaran yang menjadi subjek  penelitian yaitu mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi pokok “Pertumbuhan
dan Perkmbangan Makhluk Hidup”.
Jumlah siswa kelas III SDN 02 Tarantang pada saat ini yaitu sebanyak 18
orang, terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa  perempuan.
Kapasitas tempat duduk terdiri atas 18  meja dan 18 tempat duduk/ kursi.
Tingkat kemampuan para siswa bervariasi ada yang kurang, ada yang
sedang dan ada pula beberapa orang di atas rata-rata.

2. Tempat dan Waktu

17
Peneltian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Tarantang
Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota pada tanggal 1 November
2017 sampai 8 November 2017.

3. Prosedur Penelitian
a. Perencanaan
Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah:
1) Menganalisis data nilai Ulangan Harian IPA dengan materi
Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup di Kelas III
SDN 02 Tarantang Kecamatan Harau.

2) Menentukan jadwal penelitian.


3) Mempersiapkan Silabus, membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), bahan ajar, Lembar Diskusi Siswa, Soal tes
yang digunakan selama penelitian.
4) Mempersiapkan hal-hal lain yang mendukung model pembelajaran
kooperatif tipe STAD disertai media audio visual seperti
pembagian kelompok diskusi. Dalam penelitian ini pembagian
kelompok dilakukan berdasarkan kemampuan akademik siswa
pada mata pelajaran IPA. Dengan demikian, dalam satu kelompok
terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
5) Menyiapkan media pembelajaran. Media audio visual yang
digunakan adalah media pembelajaran yang diperoleh dari
internet. Untuk mendukung media audio visual, infokus, speaker
dan laptop sudah tersedia di sekolah.
6) Berkoordinasi dengan teman sejawat

b. Tahap pelaksanaan
Tahapan ini dimulai dari pelaksanaan pembelajaran
“Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup”, dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai
media audio visual sesuai dengan RPP. Penelitian ini dilaksanakan

18
dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dua kali  pertemuan (4 x
35 menit). Pertemuan pertama persiapan dan perencanaan penelitian
dan pertemuan kedua melaksanakan penelitian.
Dengan demikian langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kegiatan Pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD disertai media audio visual
Siklus II Siklus II
a) Guru mengkondisikan a) Guru mengkondisikan siswa
siswa agar siap untuk agar siap untuk belajar.
belajar. b) Guru mengecek kehadiran
b) Guru mengecek siswa.
kehadiran siswa. c) Guru memberikan apersepsi
c) Guru memberikan sebelum masuk ke materi
apersepsi sebelum masuk pelajaran.
ke materi pelajaran. d) Guru memotivasi siswa agar
d) Guru memotivasi siswa siap untuk menerima
agar siap untuk pelajaran.
menerima pelajaran. e) Guru menyampaikan tujuan
e) Guru menyampaikan pembelajaran yang akan
tujuan pembelajaran dicapai.
yang akan dicapai. f) Guru menyajikan materi
f) Guru menyajikan materi pelajaran dengan
pelajaran dengan menggunakan media
menggunakan media pembelajaran yaitu media
pembelajaran yaitu audio visual.
media audio visual. g) Guru memberi penguatan
g) Guru membagi siswa terhadap materi pelajaran
kedalam lima kelompok yang telah dilihat siswa pada
dan meminta siswa untuk media.
duduk pada kelompok h) Guru meminta siswa untuk
yang telah ditentukan. duduk pada kelompok yang
h) Siswa ditugaskan telah ditentukan.
menjawab soal LDS i) Siswa ditugaskan menjawab
yang telah dibagikan per soal LDS yang telah
kelompok. dibagikan per kelompok.
i) Setelah diskusi kelompok j) Setelah diskusi kelompok
selesai sesuai dengan selesai sesuai dengan waktu
waktu yang telah yang telah ditentukan, guru
ditentukan, guru meminta salah satu
meminta salah satu kelompok mempresentasikan
kelompok hasil diskusi kelompoknya
mempresentasikan hasil dan membimbing siswa
diskusi kelompoknya dan dalam menyampaikan hasil
membimbing siswa diskusi serta member
dalam menyampaikan penguatan terhadap hasil

19
hasil diskusi serta diskusi.
member penguatan k) Guru meminta siswa
terhadap hasil diskusi. mempersiapkan diri untuk
j) Guru meminta siswa melaksanakan kuis tentang
mempersiapkan diri materi yang telah dibahas.
untuk melaksanakan kuis l) Guru bersama siswa
tentang materi yang telah menyimpulkan pelajaran
dibahas. yang telah diberikan.
k) Guru bersama siswa m) Siswa diberi tugas oleh guru
menyimpulkan pelajaran membaca materi pelajaran
yang telah diberikan. selanjutnya.
l) Siswa diberi tugas oleh n) Guru menutup pelajaran
guru membaca materi dengan mengucapkan salam
pelajaran selanjutnya. dan meminta salah satu
m) Guru menutup pelajaran siswa untuk memipin doa
dengan mengucapkan sebelum keluar kelas.
salam dan meminta salah
satu siswa untuk
memipin doa sebelum
keluar kelas.
Setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
disertai media audio visual, di akhir pertemuan pada tiap siklus
dilakukan tes akhir hasil belajar (posttest) untuk melihat peningkatan
hasil belajar siswa.

c. Observasi/ Pengamatan
Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai
media audio visual dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Hal ini dilaksanakan secara intensif, objektif, dan sistematis.
Pengamatan akan dilakukan oleh teman sejawat (Guru kelas IV) pada
waktu melaksanakan tindakan pembelajaran. Keseluruhan hasil
pengamatan direkam dalam bentuk lembar pengamatan.
Pengamatan dilakukan secara terus menerus mulai dari siklus I
sampai siklus II. Pengamatan yang dilakukan pada satu siklus dapat
mempengaruhi penyusunan tindakan pada siklus selanjutnya. Hasil
pengamatan ini kemudian didiskusikan dengan teman sejawat,
kemudian diadakan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya.

20
d. Refleksi
Refleksi diadakan setiap satu tindakan berakhir. Dalam tahap
ini peneliti dan teman sejawat mengadakan diskusi terhadap tindakan
yang baru dilakukan. Hal-hal yang didiskusikan adalah: a)
menganalisis tindakan yang baru dilakukan, b) mengulas dan
menjelaskan perbedaan rencana yang ada dalam RPP dan pelaksanaan
tindakan yang telah dilakukan, c) melakukan intervensi, pemaknaan,
dan penyimpulan data yang diperoleh. Hasil refleksi bersama ini
dimanfaatkan sebagai masukan pada tindakan selanjutnya. Salain itu
hasil kegiatan refleksi setiap tindakan digunakan untuk menyusun
simpulan terhadap hasil tindakan I dan II.

I. JADWAL PENELITIAN
Penelitian di laksanakan di kelas III SD Negeri 02 Tarantang Kecamatan
Harau dengan jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
N Materi
Hari/ tanggal Siklus
O
Pertumbuhan dan
1 Rabu, 1 November 2017 I
Perkembangan Makhluk Hidup
Pertumbuhan dan
2 Rabu, 8 November 2017 II
Perkembangan Makhluk Hidup

J. BIAYA PENELITIAN
Rincian perkiraan biaya pelaksanaan PTK ini adalah sebagai berikut :
1. Foto copy Bahan Ajar dan LDS Siswa dan Kelompok untuk dua siklus
Rp. 60.000,-
2. Foto copy soal test Rp 150 x 18 = Rp 2.700
3. Penggandaan dan jilid laporan Rp. 40.000,-
Total biaya penelitian adalah Rp 102.700,-

K. PERSONALIA PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan secara individu. Adapun identitas peneliti adalah
sebagai berikut:

21
Nama                           : ANNISA WAHYUNI
Jabatan : Guru Kelas
Kelas/ Semester         : III / I

Sedangankan yang menjadi observer adalah :


Nama : SURTINI, S.Pd
Golongan : IV/a
Jabatan : Guru Kelas IV

22
L. DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Asma, Nur. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang: UNP Pres.

Isjoni. 2012. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Jacobsen, dkk. 2009. Methods for Teaching. Terjemah oleh Achmad Fawaid
dan Khoirul Anam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Lufri, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP.

Muslikhah. 2010. “Pembelajaran Biologi Menggunakan Model STAD


dengan Media Cetak (LKS) dan Video ditinjau dari Gaya berpikir dan
Interaksi Sosial Siswa”. Tesis. http://jurnal.untan.ac.id/. Diunduh 15
Januari 2014.
Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Romi. 2012. “Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Media Audio Visual
Kelas IV SDN 03 Segedong Bengkayang”. Artikel Penelitian
http://library.ikippgrismg.ac.id/. Diunduh 15 Januari 2014.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sudjana. Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Thobroni, Muhammad dan Arif Mustafa. 2011. Belajar dan Pembelajaran:


Pemgembangan Wacana dan Praktek Pembelajaran dalam
Pembangunan Nasional. Jogjakarta: AR-Ruzz Media.

Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta:


Bumi Aksara.

Widiastiti, dkk. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


STAD Berbantuan Media Audio Visual terhadap Hasil Belajar IPA
Kelas V SD Gugus 1 Mengwi 23 Badung”. Artikel Penelitian.
http://ejournal.undiksha.ac.id/. Diunduh 18 Januari 2014.
M. LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Instrumen Penelitian

2. Riwayat Hidup Tim Peneliti

3. Surat keterangan

24

Anda mungkin juga menyukai