Anda di halaman 1dari 12

Lubang Semut Sebuah Karya Seni Karawitan Kontemporer Dengan Media FL Studio 12

I Gusti Agung Bagus Krisnata,

Dr. Kadek Suartaya, SSkar., M.Si I Nyoman Kariasa, S.Sn., M.Sn

Program Studi S1 Seni Karawitan Jurusan Seni Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan

gungkrisna311@gmail.com

Lubang Semut merupakan karya seni musik kontemporer yang sumber idenya dari pengamatan
penata terhadap sarang semut. Ruang di dalam sarang semut yang terdiri dari jalan atau lorong
yang begitu banyak seakan membentuk banyak cabang yang berhubungan satu dengan yang
lainnya menjadi daya tarik tersendiri mengolahnya ke dalam bentuk musik kontemporer. Karya
musik Lubang Semut menggunakan beberapa instrumen gamelan Semara Pagulingan Saih Pitu
yang dimana penata tuang dalam media aplikasi Fl Studio 12 ( Fruity Loop) dengan
memasukkan sample instrumen yang telah penata buat. Karya musik Lubang Semut terdiri dari
3 bagian dengan memiliki beberapa penonjolan yang ada pada setiap bagiannya
Kata kunci : Lubang Semut, kontemporer, Fl Studio 12

Lubang Semut is a work of contemporary musical art whose source of ideas comes from the
observations of the arranger of the ant nest. The space in the ant nest, which consists of so many
roads or alleys, seems to form many branches that are connected to one another, which is the
main attraction of processing it into a contemporary musical form. Lubang Semut's musical work
uses several gamelan instruments Semara Pagulingan Saih Pitu, which the stylist casts in the Fl
Studio 12 (Fruity Loop) application media by entering samples of the instruments that the stylist
has made. Lubang Semut's music consists of 3 parts with several protrusions on each part
Keywords: Lubang Semurt, contemporary, Fl Studio 12
PENDAHULUAN kini berubah dimainkan secara lebih rumit
dan kompleks.
Seni karawitan merupakan seni olah vokal Belakangan ini hampir semua jenis
maupun instrumental yang dimiliki oleh barungan gamelan Bali dipakai komposer
daerah-daerah tertentu di Indonesia serta untuk menciptakan sebuah karya musik
memiliki jenis dan fungsi yang berbeda- baru atau musik kontemporer. Musik
beda. Di Bali khususnya, instrumen atau kontemporer merupakan musik kekinian
alat dalam seni karawitan disebut dengan tanpa adanya hal yang mengikat tanpa
gamelan dengan berlaras pelog dan adanya aturan tertentu dalam membuatnya,
selendro yang meliputi berbagai jenis komposer bebas mengekspresikan ide-
gamelan seperti, Gong Kebyar, Semara idenya yang dituangkan melalui alat atau
Pegulingan, Gong Gede, Semarandana, instrumen pendukung. Di Bali musik
Angklung dan lain sebagainnya. Menurut eksperimental atau kontemporer diartikan
jamannya gamelan Bali dapat digolongkan sebagai musik baru yang diciptakan dengan
menjadi tiga golongan yaitu golongan tua, konsep lebih bebas dan tidak terikat dengan
golongan madya, dan golongn baru aturan-aturan musik tradisi (Sugiartha,
(Bandem, 2013:63-64). Gamelan dari 2012:118).
golongan tua meliputi gamelan yang Sama halnya seperti membuat karya musik
barungannya hanya yang terdiri dari pada umumnya, seni musik kontemporer
instrumen bilah atau tanpa adanya istrumen juga dibuat berdasarkan ide dan konsep
yang terbuat dari kulit yaitu, Gambang, garapan yang jelas, walaupun musik
Gender Wayang, Selonding dan lain-lain, kontemporer itu sendiri bersifat bebas dan
dari gamelan golongan madya terdiri dari cenderung dimengerti oleh sang komposer
gamelan Semara Pagulingan, Bebarongan, saja. Memang sangat sulit membahasakan
Palegongan, Gong Gede, dan lain musik agar semua orang bisa memahami
sebagainya, sedangkan dari golongan baru apa yang kita buat, hal tersebut karena
terdiri dari barungan Gamelan Gong musik itu seperti teater energi yang hanya
Kebyar, Semarandana, Adi Merdangga, bisa dimengerti oleh dirinya sendiri akan
Bumbang dann masih banyak lagi. tetapi musik dapat diterapkan dengan hal
Instrumen tersebut memiliki laras, fungsi, lain diluar dirinya, seperti tari, film,
tehnik permainan yang berbeda-beda. pembacaan sajak (Abdul Sjukur, 2012:19-
Selain itu jenis repertoar gamelan yang ada
20).
juga beragam seperti Gending Lelambatan,
Dalam hal berkarya seni khususnya di ranah
Tari Kakebyaran, Tabuh Kreasi, Kreasi
akademik, hal yang harus dituntut adalah
Pepanggulan, Tabuh Kreasi Lelambatan
adanya suatu pembaruan dalam berkarya
dan lain sebagainya.
seni yaitu khususnya seni karawitan. Dalam
Dewasa ini, perkembangan seni musik
karya ini penata ingin bergerak menuju
tidak hanya dialami oleh musik-musik
kemajuan dalam hal seni karawitan, karena
barat, namun kesenian tradisi seperti seni
sebagai calon komposer akademik harus
gamelan juga mengalami perkembangan
bisa menciptakan terobosan atau ide-ide
yang sangat signifikan. Tabuh-tabuh atau
baru dalam berkarya seni ,agar kedepannya
gending yang dulunya sederhana dibuat
nanti pemikiran generasi muda tidak hanya
semakin rumit yang kaya akan
tentang tradisi yang sudah ada sejak dari
instrumentasi yang dimainkan secara
dulu. Dari hal tersebut penata ingin mencoba
enerjik, Gamelan Semara Pagulingan yang
membuat seni musik kontemporer dengan
dulunya hanya memainkan gending lembut
ide yang sudah penata tentukan.

2
Kita mengetahui, di alam bebas sarang dijadikan sebagai judul, yaitu “Lubang
semut memiliki bentuk yang beragam Semut” yang memiliki arti ialah keinginan
jenisnya, ada yang bergelantungan dan penata menyampaikan sesuatu yang ada di
menempel di pohon, bersarang pada dalam sarang semut ke dalam bentuk musik
gundukan tanah, batu atau semacamnya dan kontemporer.
ada juga bersarang di dalam tanah dan
mungkin banyak lagi jenisnya. Di bawah Proses Kreativitas
tanah sarang semut membentang luas dan Tahap penjajagan merupakan tahap awal
terdiri dari banyak ruang-ruang yang dari proses terbentuknya karya seni dalam
membentuk terowongan. Bagian gundukan bentuk apapun. Pada tahapan ini dimulai
sarang semut terhubung dengan terowongan dengan pencarian ide serta konsep yang
yang bentuknya vertikal atau tegak lurus ke merupakan pedoman utama dalam
bawah yang terhubung dengan cabang- mewujudkan karya seni. Pada tahap inilah
cabang terowongan yang lebih kecil. Selain ide dijadikan garis besar dalam mewujudkan
terowongan utama terdapat terowongan karya seni yang diinginkan. Dalam
khusus yang hanya digunakan beberapa penggarapan karya musik “Lubang Semut”
semut saja. Terowongan ini mengelilingi proses penjajagan tidak hanya dilakukan
seluruh wilayah sarang semut yang menjelang tahap pelaksanaan pagelaran
fungsinya untuk membawa makanan bagi Tugas Akhir.
para semut pekerja.
Proses penjajagan dilakukan saat penata
Pengamatan penata dari sarang semut ini menggarap ujian akhir semester VII yaitu
yaitu, penata menemukan sesuatu hal yang pada mata kuliah Garap Musik Kontemporer
unik dari sarang semut ini yakni, jika sarang pada bulan Januari 2020. Dalam proses
semut dilihat dari luar memang terlihat tersebut penata hanya menggunakan tiga
memiliki satu lubang yang sederhana dan buah pemade dan tiga buah kantilan
biasa saja tetapi, jika melihat isi di dalam gamelan Semara Pagulingan yang penata
sarang tersebut akan menemukan beberapa coba olah untuk gelaran ujian akhir semester
atau mungkin banyak cabang jalan atau yang dipentaskan di gedung Natya Mandala
seperti terowongan yang terhubung antara ISI Denpasar kala itu. Beranjak dari hal
satu dengan yang lainnya yang dibuat oleh tersebut, penata serius untuk menggunakan
koloni semut untuk tempat makanan atau karya tersebut dalam pencapaian penata
untuk melakukan aktivitasnya di dalam untuk mendapatkan gelar sarjana seni
sarangnya. Hal yang menarik penata untuk dengan mewujudkannya kembali pada
menjadikan sarang semut ini sebagai karya gelaran Tugas Akhir ini.
musik yaitu dari lorong-lorong yang terdapat
di sarang semut ini yang penata analogikan Pada bulan Februari 2020 penata
sebagai sebuah jalinan pola-pola serta ritme berkonsultasi dengan dosen sekaligus
yang coba penata olah kedalam bentuk pembimbing akademik (PA) Bapak Tri
musik kontemporer. Haryanto menanyakan kepada beliau terkait
karya komposisi ujian akhir Semester VII
Sebuah karya seni tidaklah sempurna tanpa apakah layak atau tidak untuk digunakan
adanya judul sebuah karya. Begitu pula dalam karya Tugas Akhir. Pada saat itu
dengan karya ini, membutuhkan sebuah penata memperlihatkan skrip karya serta
ungkapan yang tepat untuk dijadikan judul. hasil dari ujian komposisi tersebut dalam
Setalah melihat dari ide tersebut penata bentuk video. Dalam pertemuan tersebut,
memutuskan untuk sebuah ungkapan yang beliau menyarankan penambahan instrumen

3
dalam karya tersebut serta memperbanyak hitungan-hitungan ganjil seperti 3,5,7,9 yang
motif dan pola-pola agar karya tersebut disusun dan penata atur agar suatu karya
terlihat lebih kompleks. musik tidak monotone.
Setelah melakukan pertemuan dengan dosen Setelah mencoba membuat pola-pola
karawitan, penata mencoba mencari sumber- dengan sistem subdivisi, penata kemudian
sumber discografi seperti youtube, mp3, mencoba dalam membuat pola kotekan atau
serta soundcloud untuk sumber acuan dalam jalinan pada bagian 3 atau bagian akhir.
menggarap karya musik “Lubang Semut”. Pada bagian ini penata mencoba untuk
Selain itu pencarian personil atau pemain membuat suatu jalinan dengan ukuran yang
juga dilakukan penata untuk mendukung berbeda, jangkauan nada yang dimainkan
secara penuh dalam karya ini. yang berbeda juga. Hal ini dilakukan penata
agar sesuai dengan ide yang penata pakai
Dalam sebuah proses karya seni yaitu mengenai bentuk dari sarang semut
tidak hanya dapat dicapai dengan penjajagan yang bercabang-cabang. Pada percobaan
saja, proses percobaan ini dilakukan dengan pembuatan pola jalinan ini penata merasa
mencoba membuat motif-motif yang penata sedikit kesulitan, karena membuat jalinan
coba pada aplikasi multimedia berupa yang hampir pada setiap instrumennya tidak
aplikasi FruityLoop 12 dengan sama. Namun setelah beberapa kali
menggunakan sample gamelan Semara percobaan akhirnya penata menemukan pola
Pagulingan yang sudah penata miliki. Dari yang cocok yang kiranya dapat digunakan.
aplikasi tersebut penata dengan bebas bisa
mencoba membuat pola-pola baru yang Dalam proses pembentukan ini,
mendukung dalam proses penciptaan karya penata menemukan kendala dalam proses
ini. Pada proses percobaan ini penata penggarapan karya ini. Adapun kendala
memulai proses dari awal bulan Maret tersebut ialah dengan adanya pendemi
sampai dengan bulan April. mengingat adanya bencana dari virus corona
(Covid-19). Dengan adanya pandemi ini
Pada awal bulan Maret maka seluruh kegiatan dilakukan di rumah
penatamemulainya dengan membuat pola masing-masing, hal tersebut juga meyulitkan
pada setiap bagian sekaligus sedikit penata dalam proses penggarapan yang
merevisi karya ujian akhir semester VII melibatkan pendukung dari mahasiswa ISI
dengan penambahan berupa instrumen Denpasar. Dengan dikeluarkannya surat
jublag, jegog, & gong yang penata coba edaran Rektor ISI Denpasar mengenai
pada software Fruity Loop Studio 12 yang pelaksaan Ujian Akhir ditengah pandemi ini,
kemudian dituangkan ke dalam bentuk terdapat point- point penting yang tedapat
notasi guna mempermudah untuk dalam isi surat edaran tersebut yaitu : 1. Bisa
menuangkan secara langsung kepada para memakai hasil karya ujian dari semester
pemain/pendukung. Pada tahap ini penata terdahulu , 2. Memakai sarana multimedia
mencoba membuat pola-pola ritme dari dalam penggarapan karya Tugas Akhir
semua instrumen dan penata coba untuk (fruityloop, cubase, logic, musecore,dll) dan
menyusunnya pada aplikasi FL Studio 12, dalam bentuk video. 3. Membuat sebuah
hal ini bertujuan agar penata mengetahui penelitian (skripsi). Dari point-point tersebut
wujud kasar pada setiap bagian karya musik maka penata memilih penggarapan karya ini
“Lubang Semut”. Langkah selanjutnya yaitu dengan menggunakan aplikasi multimedia
mencoba membuat permaian aksentuasi berupa aplikasi FruityLoop 12. Perlu
serta subdivisi yang berbeda pada setiap diketahui aplikasi FL Studio atau Fuity
instrumen. Penata mencoba memasukan

4
Loops merupakan sebuah aplikasi pc atau Dalam pencetusan sebuah ide, dalam karya
komputer yang digunakan untuk merekam, ini penata mendapatkan ide dari
mengubah, dan membuat audio. FL Studio pengamatan penata secara tidak sengaja
dikembangkan oleh perusahaan aslah Belgia terhadap sarang semut yang penata lihat di
bernama Image-line pada bulan Desember halaman rumahnya. Setelah penata
tahun 1997 dan setelah mengalami mengakses di internet guna mencari tahu
perkembangan yang sangat pesat tahun 2014 lebih dalam tentang sarang semut tersebut,
FL Studio menjadi aplikasi audio dengan maka yang diperoleh yaitu bentuk dari
peminat yang begitu banyak diseluruh dunia. bagian dalam sarang semut. Seperti yang
Proses pembentukan karya ini penata kita ketahui bentuk dari sarang semut
lakukan pada bulan Mei yaitu setelah bermacam-macam, ada yang berbentuk
dikeluarkanya surat edaran dari kampus ISI menggunung, ada juga yang menempel di
Denpasar. Dengan menggunakan software dedaunan, pohon dan lain sebagainya
FruityLoop 12 penata melakukan proses tetapi, yang unikdari sarang semut yaitu
pembentukan motif dari hasil pola-pola yang bentuk dari sarang semut yang berada di
sudah dibuat saat tahap percobaan yang dalam tanah. Jika dilihat dari bagian luar
kemudian disusun secara berurutan agar sarang semut hanya memiliki satu buah
menjadi suatu komposisi musik yang lubang atau mebentuk gundukan tanah
menarik dan tidak monoton. untuk jalan mereka keluar atau masuk dari
sarangnya yang bentuknya terlihat
Setelah semua bagian tersusun dengan utuh, sederhana dan biasa saja, namun jika dilihat
penata mendengarkan hasil karya secara bagian dalam sarang semut akan banyak
berulang-ulang guna mencari bagian atau menemukan semacam jalan atau
pola yang perlu direvisi kembali. Tidak terowongan yang berhubungan dengan
menutup kemungkinan bagian-bagian yang jalan lainnya seakan membentuk cabang
tekah tersusun akan dirubah demi yang saling berkaitan. Terowongan utama
kesempurnaan karya musik. ini berbentuk vertikal atau tegak lurus ke
IDE GARAPAN bawah yang terhubung dengan cabang-
cabang kecil di dalamnya. Meskipun kecil,
Ide merupakan gagasan yang ada pada sarang semut dapat menampung lebih dari
benak seniman yang mendasari garap, 25.0000 ekor semut di dalamnya. Selain
terutama dalam proses penciptaan seni. Ide terowongan utama, terdapat juga
dapat diperoleh dari manapun, dimanapun, terowongan yang hanya digunakan oleh
dalam bentuk apapun (termasuk semut pekerja untuk membawa makanan ke
permasalahan seperti keseriusan, dalam sarang yang terhubung ke seluruh
keperihatinan, kepedulian, keterpaksaan) bagian sarang. Dengan kata lain , sebuah
dan melalui cara apapun, melalui emperik, sarang semut ini memiliki banyak jalan
membaca buku, ilham, mimpi, melihat yang bisa dilalui ke berbagai arah namun
pertunjukan, di kamar kecil, di pasar, tetap dalam satu ujung atau sumber.
melihat perempuan cantik, renungan, Berdasarkan ide tersebut, penata
termasuk juga cita-cita dari pengkarya mendapatkan sebuah hal yang bisa diolah
seperti mengharapkan cinta kasih atau ke karya ini yaitu dengan adanya lorong
simpati dari orang/pihak lain, termasuk yang bercabang pada sarang semut tersebut
mendapatkan uang, peluang kerja atau penata tafsirkan seperti pola-pola jalinan
bisnis, atau apapun (Supanggah dalam dan ritme yang ingin diolah dalam
Waridi, 2005:9). penciptaan karya ini. Lorong-lorong yang

5
seakan membentuk sebuah cabang yang olahan-olahan yang sudah disebutkan
saling berhubungan satu dengan lainnya diatas. Dalam komposisi ini penata pilah
diolah menjadi sebuah permainan jalinan menjadi tiga bagian yaitu:
atau kotekan serta pengolahan ritme yang Bagian 1 : Pada bagian satu (1)
dibuat berbeda pada setiap instrumen tetapi, mengambarkan tentang penafsiran penata
agar sesuai dengan tafsiran dari bentuk tentang sarang semut yang terlihat hanya
cabang yang terhubung ke berbagai arah. satu lobang. Aplikasi dalam karya penata
Dalam karya ini penata mengambil konsep mencoba mengolah permainan ritme satu
musik kontemporer yang dibuat tentunya nada yang dimainkan pada masing-masing
dengan berdasarkan kemampuan serta instrumen.
pengalaman penata dalam bidang musik. Bagian 2 :Pada bagian dua (2) ini
Komposisi ini memakai sistem kerja baru menggambarkan tentang realitas sarang
menurut penata dengan mencoba mengolah semut yang semakin ke dalam semakin
ritme-ritme, harmoni serta jalinan-jalinan banyak cabang. Aplikasi pada karya
nada yang akan digarap dalam karya ini. penata mengolah sistem aksentuasi serta
Pada karya ini, penata ingin mencoba permainan subdivisi pada instrumen yang
dengan tidak memakai penggunaan patet telah ditentukan. Penata mencoba
dalam komposisi ini, penata ingin mencoba membagi bagian 2 ini ke dalam dua pola
mengolah semua nada – nada dengan bebas yang berbeda untuk menggambarkan
tanpa bergantung dengan patet. adanya cabang dalam sarang semut.
Ritme dan jalinan yang dimainkan secara Bagian 3 : Bagian tiga ini menggambarkan
hitungan yang berbeda setiap pemainnya semakin kedalam ternyata sarang semut
yang membuat akan pentingnya konsentrasi semakin banyak cabangnya. Aplikasi dalam
dalam memainkan dalam setiap bagian dari karya, penata membuat permaian jalinan
karya ini. Memakai tehnik hitungan atau nada dari masing-masing instrumen yang
ketukan dalam komposisi ini bukan hanya penata buat dengan cara kerja atau
sekedar agar terlihat keren atau pengolahan yang baru serta mengeksplor ke-
professional, melainkan agar tujuh nada dalam gamelan Semara
menghilangkan kesan yang tidak jelas Pagulingan Saih Pitu.
dalam sebuah komposisi kontemporer,
karena pernyataan tersebut sering dijumpai Beranjak dari hal tersebut penata ingin
di masyarakat yang awam tentang musik mencoba merealisasikan ide ini ke dalam
kontemporer. bentuk komposisi musik kontemporer yang
Instrumen yang dipilih dalam penyajian lebih mengedepankan permaian jalinan,
karya ini yaitu memakai Gamelan Semara ritme, dinamika serta harmoni nada yang
Pagulingan Saih Pitu namun digarap di dibuat baru menurut penata.
dalam aplikasi FL Studio 12 atau Fruity RUANG LINGKUP
Loop dengan menggunakan sample
beberapa instrumen gamelan Semara Untuk membatasi tafsir dan pengertian dari
Pagulingan yang terdiri dari duah tungguh karya ini, maka penata memberikan batasan-
jegogan dan dua tungguh jublag, satu batasan mengenai ruang lingkup karya ini,
gong, dua tungguh pemade dan dua diantaranya :
tungguh kantilan. Alasan memilih Karya ini merupakan komposisi musik baru
instrumen tersebut adalah penata ingin yang lebih menekankan pengembangan pola
mencoba hal baru yang bisa dihasilkan jalinan, ritme serta harmoni dari ke-tujuh
menggunakan instrumen tersebut dengan nada yang ada pada gamelan Semara
Pegulingan Saih Pitu. Dalam karya ini juga

6
menawarkan sistem kerja dengan Gamelan Bali di Atas Pangung Sejarah. I
mereinterpretasi pola-pola tradisi yang ada Made Bandem. Yogyakarta (2013) Di dalam
dalam gamelan Bali yang kemudian dibuat buku ini menjelaskan sejarah,
dengan formula baru dalam sebuah perkembangan hingga fungsi gamelan Bali
pembentukan sebuah lagu dalam karya ini. khusunya gamelan Semar Pegulinngan.
Garapan ini disajikan dalam bentuk audio Selain itu dalam buku ini juga dijabarkan
yang dibuat dalam aplikasi FL Studio 12 mengenai sistem pola kotetekan dalam
(Fruity Loop) . Karya ini memiliki durasi gamelan Bali yang membuat penata
10:30 menit. mendapat stimulasi untuk membuat pola
kotekan hasil dari pengembangan dari pola
KAJIAN SUMBER sbelumnya.
Untuk menciptakan sebuah karya dalam Virus Setan. Slamet Abdul Sjukur.
tataran akademis, selain memerlukan ide dan Yogyakarta (2012) Disini dijelaskan tentang
konsep yang matang juga diperlukan pandangan mengenai pemikiran tentang
pengkajian sumber informasi yang jelas agar musik, bahasa musik dan lain sebagainya
nantinya karya tersebut dapat yang digunakan sebagai acuan dalam
dipertanggungjawabkan. Selain itu melalui penulisan dalam karya ini.
pengkajian sumberi-sumber yang relevan
maka dapat dijadikan sebagai sumber acuan Kamus Musik. Pono Banoe. Yogyakarta
yang berkontribusi untuk memberikan (2003). Dalam buku ini penata dapat
kualitas karya yang lebih berbobot. memahami pengertian dari unsur-unsur yang
Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam membentuk musik seperti, ritme, harmoni,
karya komposisi “Lubang Semut” ini jga tempo dan lain sebagainya.
didukung dengan beberapa sumber, baik
berua sumber tertulis (pustaka) maupun Sumber Discografi
sumber diskografi. Bali Alloy Overture. (2016). Brian Baum
Sumber Pustaka Busch rekaman audio (soundcloud). Dalam
karya ini terdapat jalinan – jalinan baru
Kreativitas Musik Bali Garapan Baru. I dalam instrument gamelan Bali serta
Gede Arya Sugiartha, (2013). Dalam buku perpaduan nada-nada harmoni yang
ini menjelaskan mengenai teori-teori menginspirasi penata dalam membuat karya
kretivitas dan fenomena kekaryaan seni ini.
karawitan di Bali. Dilengkapi juga dengan
proses kreativitas dari para seniman Bali Bebai. I Wayan Sudirana. Dalam karya ini
seperti I Nyoman Windha, I Ketut Suandita, penata terinspirasi dari pengolahan ritme-
Sang Nyoman Arsa Wijaya dan masih ritme serta ketukan yang bervariasi
banyak lainnya yang memerikan menambah istrumentasi dari karya ini.
pemahaman bahwa setiap seniman memiliki Piwal. (2018). I Putu Adi Septa Sweca
pandangan dan daya kreativitas masing- Putra. Dalam karya ini penata mendapat
masing mengenai pemaknaan karya seni motif pukulan atau jenis kotekan gangsa
karawitan. yang lain dari biasanya dan penata juga
The Komposer Journey. Erie Setiawan. mendapat teknik reinterpretasi dari jenis
Yogyakarta (2016). Penata mendapat motif pukulan gangsa.
rangsanagn melalui buku ini yaitu mengenai WUJUD GARAPAN
reinterpretasi sebuah pola lama atau tradisi
ke dalam bentuk yang baru.
7
Karya musik “Lubang Semut” merupakan STRUKTUR KARYA
karya yang terinspirasi dari bentuk dan
keunikan dari sarang semut atau rumah Struktur dari suatu karya seni menyangkut
semut. Bentuk sarang semut yang terlihat keseluruhan meliputi peranan masing-
biasa saja bila dilihat dari bagian luarnya, masing bagian untuk dapat dicapainya seuah
sedangkan jika ditelusuri ke dalam bagian bentuk karya musik. Secara struktural, karya
sarang tersebut penata menemukan bentuk musik “Lubang Semut” dibagai menjadi tiga
yang unik yang menyerupai semacam lorong garis besar yaitu terdiri dari bagian I, II,dan
yang membentuk seperti cabang-cabang III. Pembagian ini bermaksud agar terlihat
yang saling berhubungan satu dengan pada masing-masing penonjolan, perbedaan
lainnya. Dari keunikan bentuk di dalam karakteristik keberagaman motif serta style.
sarang semut tersebut penata kemudian Walaupun teridiri dari penonjolan serta
mengolah kedalam seni musik yang karakter yang berbeda disetiap bagiannya,
mengedepankan olahan ritme,jalinan nada, karya musik ini diharapkan mampu menyatu
serta harmoni yang dibuat sesuai antara bagian satu dengan yang lainnya yang
kemampuan penata. dihubungkan dengan transisi atau jembatan
penghubung. Selain menjadi penghubung ke
Judul “Lubang Semut” diambil dari setiap bagian transisi juga berfungsi untuk
keinginan penata dalam menceritakan apa pengatur perubahan tempo yang dimainkan.
yang ada di dalam sarang semut tersebut, Struktur karya musik “Lubang Semut” dapat
selain itu juga judul “Lubang Semut” diuraikan sebagai berikut :
merupakan kata lain dari sarang semut yang
penata gunakan agar terlihat lebih menarik. Bagian I

Terkait dengan media ungkap yang Merupakan bagian awal dari karya
digunakan, penata menggunakan beberapa musik. Pada bagian I ini penata mencoba
instrumen dari barungan gamelan Semara mengolah permainan ritme pada masing-
Pagulingan Saih Pitu. Adapun jenis masing instrumen yang penata bagi menjadi
instrumennya meliputi dua tungguh pemade, 4 (empat) pola pada setiap instrumennya.
dua tungguh kantilan, dua tungguh Pada permainan ritme ini penata mencoba
jublag/calung, dua tungguh jegogan dan meinterpretasi pola permanian kale. Pola
satu buah gong. Alasan penata permaian kale merupakan sebuah permaian
menggunakan instrumen tersebut yakni dengan menggunakan saru nada secara
keinginan penata untuk bereksperimen konstan. Namun dalam karya ini pola kale
dengan ketujuh nada gamelan Semara ini digarap dengan sentuhan baru sehingga
Pagulingan. menjadi sebuah pola ritme yang kompleks.
Pada pola satu penata memasukan
Secara konsep karya musik memakai konsep permainan kantilan satu dan dua yang
musik eksperimental atau kontemporer. berbeda dengan ukuran lagu 24 ketuk. Pola
Karya seni “Lubang Semut” mengolah kedua diisi dengan permainan instrumen
beberapa unsur musikal yakni ritme, Pemade satu dan dengan ritme yang berbeda
harmoni, dinamika, tempo, serta aksentuasi. namun dengan ukuran yang sama dengan
Sebagai karya seni musik, “Lubang Semut” pola nesatu. Pada pola ketiga diisi dengan
merupakan karya yang lebih permainan ritme instrumen jublag dan
mengedepankan olahan ritme, jalinan, jegogan. Pola terakhir penata coba dengan
aksentuasi, harmoni serta dinamika yang permaian ritme instrumen Gong dengan
penata sesuaikan menurut tafsiran penata ukuran yang ditentukan.
dengan ide yang digunakan.

8
Bagian II aksentuasi dengan ukuran 16 ketuk. Pola
ketiga yaitu terdiri dari permaian instrumen
Pada bagian dua ini penata menafsirkan jegogan dan pemade yang penata olah ke
adanya cabang atau lorong semut yang dalam pola subdivisi serta sedikit jalinan
semakin banyak di dalamnya, aplikasi pada dari instrumen pemade yang dimainkan
karya yakni dengan membuat pola dengan tempo sedikit lambat. Setelah
aksentuasi serta pola sub-divisi yang berakhirnya ketiga pola yang dimainkan
dimainkan pada instrumen yang telah terdapat sebuah transisi atau jembatan yang
ditentukan yang penata bagi menjadi tiga menghubungkan bagian dua ke bagian tiga
pola. Namun sebelum bagian II ini diawali dalam karya ini. Penata membagi transisi
oleh transisi yang menghubungkan antara tersebut ke dalam dua pola yakni, pola
bagian satu menuju ke bagian dua. Transisi pertama terdiri dari pola subdivisi dengan
merupakan sebuah pengantar, pengenalan hitungan 2,3 dan 4 yang penata tuangkan
tahap awal sebelum menuju ke bagian pada instrumen pemade dan kantilan. Pola
selanjutnya. Pada transisi ini penata kedua yaitu permainan pola aksentuasi yang
membuat 3 (tiga) pola yang dimainkan dimainkan dengan instrumen jublag dan
instrumen jublag, jegogan, pemade, dan jegogan.
kantilan. Pola pertama yaitu permainan pola
rampak semua instrumen dengan pola Bagian III
aksentuasi ritmik serta pemilihan nada yang
berbeda ankan menimbulkan harmoni yang Pada bagian tiga ini penata tafsirkan dengan
jarang kita dengar. Pola kedua yaitu semakin masuk ke dalam sarang semut
permaian instrumen jublag dan jegogan semakin banyak pula lorong-lorong yang
dengan memainkan permainan melodi ditemukan yangmenyerupai cabang-cabang
mandiri dengan hitunngan yang sudah yang begitu banyak. Pada karya ini penata
ditentukan dengan tempo lambat. Pola mencoba mengimplementasikannya ke
ketiga yaitu permainan pemade dengan pola dalam bentuk pola jalinan serta mencoba
jalinan dengan ukuran lagu yang dibuat mengolah harmoni nada yang dihasilkan
sedemikian rupa dan permainan kantilan dari pertemuan nada yang terjalin. Pola
dengan pola yang hampir sama namun jalinan ini tidak hanya dimainkan instrumen
ketukan yang dimainkan lebih rapat dari pemade / kantilan, tetapi penata mencoba
permainan pemade. melibatkan instrumen jublag dan jegogan
pada pola jalinan ini. Pada bagian tiga ini
Pola pertama pada bagian dua ini yaitu penata membagi jenis jalinan menjadi dua
permainan pola aksentuasi semua instrumen bagian yaitu pola jalinan pertama dan pola
kecuali instrumen gong. Pada pola satu ini jalinan kedua. Permainan pola jalinan
permainan dilakukan secara bersamaan pertama terdiri dari permaian pola yang
dengan hitungan berbeda pada setiap sama pada setiap instrumen namun, dengan
isntrumen. Instrumen pemade satu penempatan nada yang berbeda-beda
dimainkan dengan ketukan 3, pemade dua sedangkan pola jalinan kedua yaitu pola
dengan ketukan 7, instrumen kantilan satu jalinan acak atau permainan jalinan yang
dimainkan dengan ketukan 4 sedangkan memiliki ukuran berbeda yang bersifat lebih
kantilan dua dengan ketukan lima. Pada bebas pada setiap instrumennya. Permainan
instrumen jublag dan jegogan dimainkan jalinan yang pertama terdiri dari tiga pola
pola subdivisi 7,6,3,dan 4. Untuk pola dua yang di masing-masing pola memainkan
terdiri dari permaian instrumen jublag dan nada yang berbeda.
kantilan yang penata olah dengan permainan

9
Pada permainan jalian kedua pola permaian dalam gamelan Semara Pagulingan yang
jalinan dibuat penata lebih kompleks dengan terdiri dari Pengumbang dan Pengisep
alasan mencoba menafsirkan dari ide karya (Kartawan, 2009:16-17). Pada karya musik
ini yaitu dimana lorong-lorong sarang semut “Lubang Semut”, penata menggunakan dua
yang semakin banyak yang seakan tungguh pemade. Fungsi instrumen ini
membentuk cabang yang saling adalah untuk memainkan pola jalinan serta
berhubungan satu dengan yang lainnya. pola aksentuasi dengan susuan permaian
Pada permainan pola ini ukuran lagu dibuat yang diatur penata sehingga dapat
berbeda-beda per instrumennya serta menimbulkan bunyi baru dalam mengolah
perpaduan pertemuan nada-nada dari jalinan ke-tujuh nada yang ada dalam gamelan
tersebut yang menghasilkan harmoni. Semara Pagulingan khususnya pada
instrumen pemade.
INSTRUMENTASI
2) Instrumen Kantilan
Pada garapan karya musik “Lubang Semut”
menggunakan barungan gamelan Semara Gangsa Kantilan merupakan instrumen yang
Pagulingan Saih Pitu. Gamelan ini memiliki nada satu oktaf diatas dari nada
menggunakan laras pelog saih pitu (tujuh gangsa Pemade. Kantilan memiliki nada
nada), digunakan untuk mengiringi tarian paling tinggi dibandingkan dengan
Legong Keraton dan akhir-akhir ini instrumen lainnya, sehingga dapat
digunakan sebagai pengiring dramatari dipastikan bentuknya pun paling kecil.
Gambuh (Bandem, 2013:284). Gamelan ini Dalam setiap barungan utuh biasanya terdiri
merupakan salah satu jenis barungan dari empat sampai enam tungguh instrumen
gamelan yang ada di Bali. Masyarakat di kantilan. Instrumen kantilan memiliki nada
Bali umumnya mengenal dengan ada dua yang sama dengan pemade yaitu tujuh bilah
jenis gamelan Semara Pagulingan yaitu, nada dengan pengumbang dan pengisep
Semara Pagulingan Saih Lima dan Semara (Kartawan, 2009:17). Fungsi dari instrumen
Pagulingan Saih Pitu. Adanya kata saih kantilan hampir sama dengan pemade yaitu
mengindikasikan atau secara implicit kata memainkan beberapa permainan jalinan,
ini berarti nada atau jumlah nada dalam satu pola ritme, serta aksentuasi.
oktaf. Saih Lima berarti lima nada,
sedangkan Saih pitu berarti tujuh nada 3) Instrumen Jublag
(Kartawan, 2009:13). Dalam satu kesatuan Instrumen Jublag merupakan instrumen
barungan, gamelan Semara Pagulingan Saih dengan bentuk sedikit lebih kecil
Pitu nada-nada terdiri dari empat oktaf yang dibandingkan dengan instrumen Jegogan.
masing-masing terdiri dari tujuh nada. Nada dari instrumen jublag lebih tinggi satu
Adapun beberapa instrumen yang digunakan oktaf dengan instrumen jegogan. Dalam satu
dalam karya musik “Lubang Semut” yaitu barungan utuh jublag terdiri dari sepasang
sebagai berikut : yang terdiri atas pengumbang dan pengisep
1) Instrumen Pemade (Kartawan, 2009:16). Jublag merupakan
instrumen yang berfungsi memainkan
Gangsa Pemade memiliki tujuh bilah nada melodi pokok, namun dalam karya “Lubang
yang jika dilihat dari keseluruhan instrumen, Semut”, jublag memiliki peran tersendiri
gangsa pemade ini memiliki oktaf nomer yaitu lebih banyak memainkan melodi
dua tertinggi setelah instrumen kantilan. mandiri yang telah penata rancang
Instrumen pemade terdiri dari empat hingga sedemikian rupa. Dalam karya ini juga
enam tungguh dalam satu barungan utuh penata mencoba memakai instrumen ini

10
untuk memainkan pola-pola jalinan, pola untuk menjadikan sarang semut ini sebagai
kale, serta aksentuasi. Isntrumen ini ide penciptaan karya seni.
memiliki nada satu oktaf lebih rendang dari
gangsa pemade. Karya musik “Lubang Semut” terinspirasi
dari keunikan sarang semut. Pencarian lebih
4) Instrumen Jegogan mendetail tentang bagaimana sarang semut
tersebut dilakukan penata guna mencari
Instrumen Jegogan merupakan instrumen keunikan yang ada di dalamnya. Keunikan
yang berbentuk bilah yang ukurannya paling yang terdapat dalam sarang semut tersebut
besar dibandingkan instrumen berbilah adalah dengan adanya semacam lorong-
lainnya. Terdiri adtas dua tungguh lorong yang begitu banyak yang seakan
berpasangan yaitu pengumbang dang membentuk cabang yang saling berkaitan
pengisep. Jegogan berfungsi sebagai satu dengan yang lainnya. Hal tersebut
pemanghku melodi sehingga kuantitas penata jadikan ide pokok dalam karya yakni
pukulan akan ditentukan pada ruas-ruas dengan mengolah pola-pola jalinan yang
tertentu dalam satu melodi (Kartawan, dituangkan dalam gamelan Semara
2009:15). Instrumen ini terdiri dari tujuh Pagulingan Saih Pitu.
nada serta memiliki oktaf paling rendah
diantara instrumen lainnya.pada garapan ini Pada karya musik “Lubang Semut” media
penata memaikai dua tungguh jegogan yang ungkap yang digunakan yaitu beberapa
memiliki cara kerja berbeda dengan apa instrument dari gamelan Semara Pagulingan
yang terjadi pada konteks tradisi. Hal Saih Pitu yang menekankan pada kebebasan
tersebut karena permainan yang dilakukan dalam berkarya. Hal ini utamanya dapat
yaitu memainkan pola-pola jalinan, serta dicermati dari segi pola permainan, bentuk
memainkan pola melodi mandiri. struktur lagu yang dirancang sesuai dengan
pandangan subyektif penata. Maka dari itu ,
5) Instrumen Gong penata memiliki rasa keleluasaan untuk
Instrumen Gong merupakan salah satu mencari alternatif baru dalam berkreativitas.
instrumen yang berbentuk bulat serta “Lubang Semut” memang dapat dikatakan
memiliki pencon dibagian tengah. Secara sebagai kata lain dari sarang semut, namun
tradisi, instrumen ini dimainkan sebagai dalam hal ini penata megartikan “Lubang
tanda pengulangan dari gending atau sebagai Semut” sebagai keinginan penata
penanda struktur lagu. Dalam karya ini menyampaikan apa yang ada di dalam
penata memakai satu tungguh Gong yang sarang semut yang dituangkan dalam bentuk
fungsinya diluar dari konteks tradisi. Penata karya musik. Di dalam sarang semut
mengolah permaian pola ritme serta pola tersebut terdiri atas cabang yang saling
mandiri yang telah penata rancang berkaitan satu sama lain. Di dalam karya ini
sedemikain rupa. penata menerapkannya sesuai dengan
KESIMPULAN kemampuan yang penata miliki dalam
menafsirkan ide tersebut.
Komposisi yang berjudul “Lubang Semut”
merupakan karya musik yang bersifat Struktur dari karya musik “Lubang Semut”
eksperimental atau kontemporer, yang terdiri dari tiga bagian. Masing-masing
terlahir dari sebuah inspirasi yang penata bagian memiliki tema atau maksud
dapatkan dari pengamat sebuah sarang tersendiri sebagai titik sentral yang harus
semut. Keingintahuan penata terhadap digarap. Walaupun memiliki tema tersendiri,
sarang semut tersebut maka penata serius akan tetapi masing-masing dari tema

11
tersebut memiliki keterkaitan antara satu dan Yogyakarta: Kanisius.
lainnya. Sehingga tema tersebut dapat hadir
dalam satu komposisi karawitan baru dalam Djelantik, A. A. . (1999). Estetika Sebuah
tataran konsep. Pengantar. Jakarta: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia (MPSI).
Karya ini mmiliki durasi selama 10:30 menit
dan dalam bentuk media FuityLoop Studio Hadi, Y. Sumandiyo. 2003. Mencipta Lewat
12 yang dibuat dalam piranti lunak Tari. Yogyakarta: Manthili.
computer. Namun jika karya ini dipentaskan Kartawan, I. M. (2009). “Reformulasi
secara langsung maka karya ini menggnakan Sistem Patutan Pada Gamelan
sembilan (9) orang pemain gamelan dan Semara Pagulingan Saih Pitu.”
dipentaskan di gedung Natya Mandala ISI (Laporan Penelitian), Denpasar.
Denpasar.
Pramana,Riangga Budi. (2018). Sekilas
DAFTRA PUSTAKA Tentang Fl Studio. http://blog.isi-
Abdul Sjukur, S. (2012). Virus Setan. (E. dps.ac.id/budipramana/sekilas-
Setiawan, Ed.). Yogyakarta: Art tentang-fl-studio. 28-07-2020, 19:25
Music Today. Setiawan, Erie. (2016). The Komposer
Ashari, Avisena. (2020). Terlihat Kecil dari Journey. Yogyakarta: 6,5 Komposers
Luar, Ini Rahasia Sarang Semut Collective
yang Sebenarnya Luas!. Sugiarta, I. G. A. (2012). Kreativitas Musik
https://bobo.grid.id/amp/081989055/ Bali Garapan Baru. Denpasar: UPT
terlihat-kecil-dar-luar-ini-rahasia- Penerbitan ISI Denpasar.
sarang-semut-yang-sebenarnya-
luas?page=all. 16-01-2020,
16:00XBandem, I. M. (2013). Waridi. 2005. Menimbang Pendekatan
Gamelan Bali Di Atas Panggung Pengkajian dan Penciptaan Musik
Sejarah. Yogyakarta: Badan Penerbit Nusantara. Surakarta: Jurusan
STIKOM BALI. Karawitan bekerja sama Program
Banoe, P. (2003). Kamus Musik. Pendidikan Pascasarjana dan STSI
Press Surakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai