Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

KJJ

Disusun Oleh:
Husnia Susi Hartati (1130018001)/ 5A

Dosen Fasilitator:
Priyo Mukti Pribadi Winoto, S.Kep., Ns., M.Kep/ 1301837

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
Skill Trauma Assessment
Pada penilaian trauma yang harus dilakukan pertama kali oleh penolong adalah
menggunakan sarung tangan dan pelindung mata untk menghindari kontak dengan
zat tubuh dari korban. Kemudian melakukan evaluasi pada lima area yaitu:
1. Memastikan tempat dan situasi aman dan terkendali
2. Menilai mekanisme luka, apakah terjatuh dari tangga atau kecelakaan
kendaraan bermotor
3. Menentukan jumlah dari pasien
4. Meminta bantuan, jika diperlukan
5. Mempertimbangkan keseimbangan atau kondisi dari tulang belakang
(spine), menstabilkan antara posisi kepala dan leher
Penolong harus mampu untuk melakukan penilaian secara cepat terhadap pasien
trauma dengan tiga poin utama yakni:
1. Keadaan umum dari korban, apakah korban dalam keadaan menahan sakit
atau tidak
2. Menilai respon korban dan level kesadaran dari korban tersebut, hal ini
dapat dilakukan dengan cara memanggil korban dan melakukan rangsang
nyeri pada area sternum korban.
3. Memastikan kondisi kepala apakah ada cedera kepala dan apakah korban
dalam kondisi mengancam jiwa.
Setelah melakukan 3 poin penilaian tersebut dengan cepat selanjutnya lakukan
ABCD (airway, breathing, circulation and disability). Airway atau pembebasan
jalan nafas ini yaitu proses membuka jalan nafas pasien dan memastikan bahwa
jalan nafas tidak ada sumbatan sehingga jalan nafas dalam keadaan paten. Pada
pemeriksaan airway ini dapat dilakukan look, listen and feel. Jika ada sumbatan
pada jalan nafas maka dilakukan pembebasan terlebih dahulu, jika tidak ada
sumbatan maka dapat langsung ke tahap breathing.
Setelah dipastikan kondisi jalan nafas dalam keadaan paten maka selanjutnya
yang bisa dilakukan oleh penolong adalah breathing. Pada pasien yang kondisi
jalan napasnya paten penolong dapat langsung melakukan pemeriksaan pada nafas
seperti menggunakan alat bantu stetoskop apakah ada suara tambahan atau tidak.
Ada empat poin yang harus diperhatikan dalam proses breathing ini yaitu:
1. Menilai pernafasan
2. Memastikan bahwa ventilasi cukup
3. Melakukan pengendalian luka yang bisa menyebabkan komplikasi pada
pernafasan
4. Kemudian lakukan pemberian terapi oksigen.
Setelah diberikan oksigen atau maka langkah selanjutnya yakni circulation.
Pada sirkulasi ini penolong harus melakukan pengecekan pada nadi apakah nadi
teraba lemah, melakukan pengecekan pada area kulit mulai dari warna, suhu dan
kondisi dari kulit tersebut, kemudian melakukan penilaian dan mengontrol
perdarahan serta lakukan penanganan segera pada pasien syok. Setelah ABC
dilakukan maka selanjutnya yakni disability. Disability adalah penilaian dasar
neurologi yang dapat membantu untuk menghitung GCS (glasgow coma scale).
Hal ini untuk mengevaluasi respon membuka mata, respon suara dan respon
motoric. Selain ABCD penolong juga harus memperhatikan poin E (exposure),
poin ini untuk menilai apakah ada luka pada area tubuh korban.
Setelah dilakukan ABCD maka dapat dilakukan pemindahan atau
transportasi. Transportasi adalah proses untuk memindahkan dari satu tempat ke
tempat lain yang lebih aman dan dapat dilakukan penanganan lebih lanjut.
Transportasi merupakan salah satu komponen penunjang yang sangat penting.
Tehnik pengangkutan yang salah akan berdampak berbahaya bagi korban.
Pemindahan korban tidak selalu menggunakan alat transportasi, baik yang
sederhan maupun dengan alat transportasi seperti ambulans. Prinsip dasar dalam
proses pemindahan korban adalah tidak menyebabkan kondisi korban makin jelek,
maka sebelum pemindahan harus mempertimbangkan kondisi korban agar tetap
aman dan nyaman bagi penolong, Maka upaya pemindahan korban harus
mempertimbangkan:
1. Pemindahan korban dilakukan apabila diperlukan betul dan tidak
membahayakan penolong
2. Berikan penjelasan pada korban yang sadar agar kooperatif
3. Libatkan penolong lain
4. Pertolongan pemindahan korban dibawah satu komando
5. Gunakan tehnik mengangkat korban dengan benar
Transportasi pasien ini dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi.
Transportasi disesuaikan dengan kondisi dari GCS pasien. Melakukan pemilihan
transportasi yang sesuai dengan kondisi dan keadaaan dari pasien. Lakukan juga
penilaian tanda-tanda vital (pemeriksaan nadi, pernafasan, tekanan darah jika
diperlukan dan kadar oksigen dalam darah atau SPO2), minta bantuan teman
untuk melakukan hal itu dan lakukan pencatatan kasus. Sebelum melakukan
transportasi ini pastikan ketika melakukan semua penilaian dari atas ujung kepala
hingga ujung kaki atau lebih dikenal dengan secondary survey. Seiring dengan
secondary survey pasien trauma biasanya sering membutuhkan X-Ray dada, X-
ray pelvis, dan USG dibagian abdomen. Hal ini akan memudahkan untuk melihat
kondisi bagian dalam dari tubuh pasien tersebut. Pada area kepala yang harus
diperhatikan yakni semua area kepala dari belakang kepala, area mata, tulang pipi,
hidung, mulut, kulit kepala pada bagian telinga, dan juga lakukan pengecekan
pada bagian pupil mata (reaktivitas dari pupil, bentuk pupil dan persamaan antara
kedua pupil mata). Pengecekan head to toe antara lain:
1. Pada bagian leher lakukan pengecekan pada trakea dan pastikan berada
pada tengah leher. Lakukan pengecekan JVP dan lakukan perabaan di
bawah spinal. Lakukan juga pengecekan pada bahu.
2. Pada bagian dada lakukan inspeksi pada bagian klavikula, sternum dan
lakukan palpasi pada tulang iga untuk mengetahui apakah ada krepitasi
atau tidak
3. Untuk mengetahui apakah ada luka memar pada pasien penolong dapat
membuka baju korban atau bisa saja dengan mengangkat dan langsung
melihatnya
4. Pada bagian abdomen, semua kuadran dilakukan palpasi dan rasakan
aakah ada kekakuan
5. Pada bagian pelvis juga dilakukan pemeriksaan kestabilan.
6. Pada ekstremitas juga lakukan pemeriksaan IPPA baik ekstremitas atas
maupun bawah. Periksa apakah ada patah tulang atau tidak.
7. Kemudian lakukan pemeriksaan pada bagian nadi, periksa apakah pasien
masih merasakan nyeri dan apakah pasien dapat dipindahkan dengan baik
8. Setelah semua dilakukan pengecekan dan dalam keadaan stabil maka dapat
dilakukan secondary injuries.
9. Secondary injuries ini merupakan proses pembebatan dan pembidain
untuk mengurangi dan menghentikan banyaknya darah yang keluar dari
korban. Setelah itu dapat dilakukan logroll pada pasien, jika dua penolong
maka satu orang memegang kepala pasien untuk menjaga kestabilan
kepala dan memastikan kepala tidak banyak melakukan pergerakan.
Penolong yang lain melakukan gerakan memiringkan pasien dengan satu
tangan berada pada lengan atas pasien satu tangan berada pada bagian
pelvis. Jika tiga penolong satu memegang area kepala hingga leher dan
memastikan kestabilannya, satu orang disamping pasien untuk memegang
badannya dan satu lagi memegang area pelvis dan tungkai.
10. Lakukan perhitungan 1 2 3 agar saat posisi kepala dan badan dimiringkan
bisa secara bersamaan.
11. Setelah pasien berada dalam posisi miring penolong melakukan
pengecekan pada area servikal hingga sacrum. Pertahankan kesegarisan
kepala dan leher penderita sewwktu orang kedua memeriksa.
12. Kemudian letakkan spine board pada bagian bawah tubuh korban
13. Selanjutnya baringkan kembali korban pada spine board tersebut. pada
saat akan membaringkan pasien sebaiknya penolong menghitung secara
bersamaan agar kestabilan dari tubuh pasien tetap terjaga.
14. Luruskan tangan dan paha korban agar nyaman saat dilakukan perjalanan.
15. Lakukan penilaian kembali pada korban, dan korban siap dipindahkan.
Setelah dilakukan tindakan pemindahan atau transportasi maka penolong
harus melakukan dokumentasi atau pencatatan berupa tanggal waktu pertolongan,
jumlah korban, evaluasi dan respon pasien serta tanda tangan nama terang
peetugas.

Anda mungkin juga menyukai