Rumah Singgah Sociopreneur Sebagai Upaya Untuk Mengurangi Jumlah Pengangguran Terdidik Di Provinsi Jambi Abstrak - Compress Dikonversi
Rumah Singgah Sociopreneur Sebagai Upaya Untuk Mengurangi Jumlah Pengangguran Terdidik Di Provinsi Jambi Abstrak - Compress Dikonversi
ABSTRAK
I. PENDAHULUAN
Provinsi Jambi memiliki Sumber daya alam yang melimpah dan jumlah
penduduk yang besar, hal ini merupakan potensi yang luar biasa untuk menjadikan
*
Penulis adalah mahasiswa pada Fakultas Pertanian dan Hukum
Universitas Jambi
Provinsi Jambi sebagai daerah yang sejahtera. Rendahnya kualitas sumber daya manusia
menjadi tantangan pemerintah dalam mengembangkannya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi pada Tahun 2010
terdapat 5.929 Sarjana Strata 1 yang mengganggur. Jumlah sumber daya yang
potensial tersebut perlu diberikan pemahaman dan motivasi positif untuk menciptakan
kesempatan kerja. Perlu dirubah pola pikir para pengangguran dari “pencari kerja”
menjadi “pencipta lapangan kerja”.
Dari uraian diatas mendorong penulis untuk memberikan gagasan kreatif berupa
pendirian Rumah Singgah Sociopreneur sebagai wadah untuk mengembangkan
keahlian dan akses terhadap permodalan usaha sehingga memberikan motivasi untuk
menciptakan lapangan usaha . Gagasan tersebut dituangkan dalam karya ilmiah
berjudul “Rumah Singgah Sociopreneur Sebagai Upaya Mengurangi Jumlah
Pengangguran Terdidik di Provinsi Jambi”.
Menurut Robert T Kiyosaki, penulis buku Rich Dad Poor Dad dan The
Cashflow Quadrant (2001), beliau menyatakan ada 4 cara manusia mendapatkan
penghasilan, yang terbagi menjadi 2 quadran:
a. Quadran kiri
b. Quadran kanan
2. Penanam Modal/Investor, berasal dari bisnis owner, saat mereka sudah menikmati
passive income maka mereka akan berinvestasi dan membuat unag yang bekerja
untuk mereka.
III. PEMBAHASAN
Para lulusan sarjana masih banyak berpikir untuk menjadi pekerja atau
employee sebagaimana yang dikatakan oleh Robert T. Kiyosaki. Semua responden
mengatakan bahwa alasan utama mereka menganggur dikarenakan sempitnya
lapangan pekerjaan. Dengan mengacu pada alasan tersebut, dapat dilihat rendahnya
motivasi dan inisiatif para lulusan perguruan tinggi untuk menciptakan lapangan
pekerjaan.
Selain itu ditemukan juga fakta bahwa rendahnya soft skill yang dimiliki
lulusan perguruan tinggi seperti kemampuan bahasa inggris yang lemah , kreatifitas
yang rendah, kurangnya semangat kewirausahaan dan kurang cekatan menyikapi
perkembangan zaman merupakan faktor utama tingginya jumlah pengangguran
terdidik di Provinsi Jambi. Berikut Tabel yang menggambarkan Pengangguran
Terbuka di Provinsi Jambi dari Tahun 2008 – 2010.
Konsep rumah singgah yaitu membangun sebuah rumah sebagai wadah untuk
membekali kemampuan (semangat wirausaha, motivasi diri dan kreatifitas) pada
pengangguran. Kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan singkat untuk menjadi
wirausahawan serta pelatihan keterampilan seperti menjahit, membatik, memahat, dan
menganyam. Peserta juga dibekali dengan pelatihan tentang berbicara di depan umum
dan motivasi diri. Kegiatan ini dibimbing oleh mereka yang kompeten di bidangnya
masing-masing, seperti para pemilik usaha yang sukses. Pelatihannya berlangsung
selama satu sampai dua bulan. Tujuan utamanya ialah pembinaan mental,
kemampuan, keberanian, dan kreatifitas untuk mewujudkan jenis-jenis usaha yang
memiliki profit oriented. Peserta berjumlah sekitar 50 orang dan dibagi menjadi
beberapa kelompok untuk kemudian dibina untuk menemukan ide kreatif demi
membangun sebuah usaha mandiri.
Peran pemerintah daerah dalam program ini ialah menyediakan sarana dan
prasarana rumah singgah, anggaran dana untuk praktek pengembangan usaha yang
telah dibina di rumah ini serta mengawasi usaha yang tengah berjalan.
Sisi kewirausahaan sosial dalam program ini adalah setelah usaha berjalan dan
mendapatkan laba, setiap kelompok menyisihkan 5-10 persen dari laba yang mereka
peroleh untuk panti asuhan, panti jompo, lembaga sosial masyarakat serta program-
program sosial lain yang ada dilingkungannya. Sehingga tercipta hubungan yang
harmonis antara pemilik usaha dan masyarakat. Hal ini secara tidak langsung turut
membantu pemerintah dalam upaya mengentaskan kemiskinan dan menciptakan
kehidupan yang rukun dan sejahtera.
Dengan pelaksanaan rumah singgah yang berkala dan rutin, pemerintah daerah
mendapat umpan balik dari keberhasilan tim kerja yakni memajukan perekonomian
daerah provinsi Jambi, mengurangi jumlah pengangguran serta mengurangi angka
kemiskinan
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Kiyosaki, Robert T, & Lecht, Sharon L. (2001). The Cashflow Quadrant. Jakarta:
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Surat Kesepakatan Bersama antara Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI dengan
Menteri Pendidikan Nasional RI dan Ketua Umum Kamar Dagang dan
Industri Indonesia Nomor : KEP.104/MEN/II/2007 tentang keterpaduan
program siap kerja dan pemahaman hubungan industrial bagi siswa sekolah
menengah kejuruan atau sederajat, mahasiswa dan peserta didik pada satuan
pendidikan nonformal