Jurnal Kasus 1 Abdul Chalid Burhan
Jurnal Kasus 1 Abdul Chalid Burhan
Abstract: Bronchial asthma in infants and children have higher number at incident than
that in adults which causes morbidity and mortality. The study was aimed to observe the
pattern of therapy of bronchial asthma at in patients children at Panti Rapih Hospital
Yogyakarta during the period 1999-2001. This research was non experimental with
descriptive non analytical design. It was performed in steps of .situational analysis, data
collection, and data analysis. The data were obtained, from medical record of Panti
Rapi17 Hospital Yogyakarta. There were 8 cases of bronchial asthma in 1999, 17 cases in
2000, and 6 cases in 2001. Number of drugs given to the patients were 4 to 8. From all
cases occurred during 1999-2001 74.2%. Were given sympathomimetic, 64.5% Xantin,
58.1 % corticosteroid, 81.7% antibiotic; 38.7% antialergy; 58.1 % cough medicine, 25.8%
analgetic antipirectic, and 51.6% rehydrates. From all drugs 81.9% are administered
orally, 13.0% parentally, and 5.1 % were inhalation.
1
Program Studi Farmasi Poltekkes Permata Indonesia
spontan atau sebagai akibat terapi. Tanda lebih berat keparahannya dibanding dengan
klinik asma berupa serangan episodik asma ekstrinsik. Asma intrinsik dan
berulang, batuk, nafas pendek, dada terasa imunologik di postulasikan sebagai hasil
terikat dan “Wheezing”, (Katzung,1995). b. berbagai abnormalitas control parasimpatik
Pembagian Asma Secara Minis yaitu Asma fungsi saluran nafas. (Robbins dan Kumar,
akut Intermiten, Asma akut dan status 1987).
asmatikus, dan Asma kronik persisten. Pengobatan asma ditujukan pada
Dasar kelainan asma adalah keadaan macam-macam aspek: (a) Kausal: mencari
bronkus (saluran nafas bagian dalam) yang dan menentukan sebabnya. (b) Simtomatis:
hiperreaktif terhadap berbagai rangsangan. pengobatan untuk menghilangkan gejala
Jika ada rangsangan pada bronkus yang asma. (c) Obat pencegah serangan : berguna
hiperreaktif maka akan terjadi sesuatu hal. untuk mencegah agar serangan asma tidak
1) Otot bronkus akan mengerut atau sering terjadi. (d) Imunoterapi: dengan jalan
menyempit, 2) Selaput lendir bronkus mengurangi bahan-bahan yang
membengkak, 3) Produksi lendir menjadi menyebabkan timbulnya serangan asma
banyak dan kental. Lendir yang kental ini (Sutaryo, 1985).
sulit dikeluarkan atau dibatukkan sehingga Prinsip umum pengobatan asma
penderita menjadi lebih sesak. bronkial adalah: (a) Menghilangkan
Faktor Penyebab Asma, a. Faktor dasar obstruksi jalan nafas dengan segera. (b)
adalah kausa atau faktor yang sudah ada Mengenal dan menghindari faktor-faktor
pada diri manusia itu untuk timbulnya yang dapat mencetuskan serangan asma. (c)
asma, antara lain faktor genetik, faktor Memberikan penerangan kepada penderita
hipereaktivitas bronkus, faktor alergi, b. atau keluarganya mengenai penyakit asma
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan maupun tentang perjalanan penyakitnya.
serangan asma akut, antara lain alergen, Obat-obat untuk asma terdiri dari dua
lingkungan kerja, polusi udara, iklim, bagian yaitu saat serangan asma dan
infeksi saluran nafas, olahraga, emosi, obat- pencegah serangan asma.
obatan (Sutaryo, 1985). Obat saat serangan asma. Antara lain:
Berdasarkan macam rangsangan atau Bronkodilator yang menyebabkan relaksasi
faktor pencetus asma patogenesisnya dapat otot-otot halus yang berada di saluran
dibedakan menjadi dua. Yaitu : Asma pernafasan (Warfield, 1996). Bronkodilator
ekstrinsik (imunologik), Bentuk asma sendiri terdiri atas 3 golongan yaitu:
ekstrinsik biasanya terdapat pada anak-anak simpatomimetik, xantin, atropine. Dan
dengan riwayat keluarga semua bentuk Kortikosteroid yaitu obat anti alergi dan
alergi yang jelas. Asma imunologik anti peradangan, contohnya prednison,
ekstrinsik adalah suatu hepersensitivitas metil prednisolon, hidrokortison
tipe 1 yang diperantarai oleh imunoglobulin (Baratawidjaya, 1990).
E yang selanjutnya disebut ig E yang dapat Obat-obatan untuk mencegah
membentuk anti bodi Ig E bila terkena serangan asma. (1) Sodium kromolin adalah
alergi antibodi ini terikat pada sel mati dan senyawa yang sudah lama tersedia bagi
basofil didalam mukosa trakea bronkial sel perawatan profilaksis asma, kurang lebih
ini bila terkena alergen akan mengeluarkan selama hampir 20 tahun. Hal ini diduga
histamin. Histamin dengan simultan dapat bahwa semua aktivitas kromolin merupakan
merangsang pembentukan indikator- hasil stabilitas tiang sel membran (Kelly
indikator prostaglandin PGD2 dan yang dan Kamada, 1997). (2) Ketotifen,
terpenting leukotrien LTD. (Robbins dan Dibandingkan dengan obat-obatan
Kumar. 19871). Yang kedua adalah Asma pencegah serangan asma yang lain seperti
intrinsik (Non imunologik) yang dapat Intal® atau kortikosteroid aerosol, obat ini
terjadi pada segala umur dan mempunyai lebih praktis dan mudah dipakai karena
kecenderungan lebih sering kambuh dan bentuk obatnya berupa tablet dan sirup.
(Sundaru, 1995). (3) Kortikosteroid aerosol, METODE PENELITIAN
Kebalikan dari obat yang bekerja sisternik,
obat aerosol bekerja dengan jalan Penelitian ini adalah penelitian non
menempel dipermukaan bagian tubuh yang eksperimental dengan rancangan deskriptif
sakit. (Sundaru, 1995). (4) Nedokromil, (5) non analitis. Lokasi penelitian adalah di
Antileukotrien Leukotrien adalah salah satu Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
mediator dari reaksi alergi yang dapat Bahan penelitian adalah lembar rekam
menyebabkan gejala asma (Sundaru, 1995). medik pada pasien anak yang menderita
(6) Suntikan alergen (Laprin) asma bronchial di Rumah Sakit Panti Rapih
Asma Bronkial pada Ana, Gejala yang Yogyakarta periode 1999-2001. Tahap-
tampak pada asma anak dapat berupa sesak, tahap penelitian ini terdiri atas : analisis
wheezing dan batuk, kombinasi dari situasi, pengambilan data (meliputi : proses
ketiganya atau berdiri sendiri-sendiri. Ada penelusuran data, proses pengumpulan data,
dua sasaran penanggulangan asma pada proses pencatatan data ) dan penyelesaian
anak. (a) Sasaran jangka pendek terutama data.
ditujukan untuk memperbaiki kualitas Tata cara analisis data penelitian
hidup anak sehari-hari dengan dilakukan dengan metode statistik deskrptif.
mengupayakan pengobatan serangan dan Data yang didapat disajikan dalam bentuk
pencegahan serangan asma (Rahajoe, tabel berdasarkan jumlah obat, golongan
1991). (b) Sasaran jangka panjang terutama obat, jenis obat, cara pemberian.
ditujukan untuk menunjang tumbuh
kembang anak seoptimal mungkin dan
menunjang kemungkinan tercapainya
prognosis asma dengan sebaik mungkin
(Rahajoe, 1991).
b. Xatin
Jumlah Kasus
No Jenis Xantin
1999 2000 2001
1 Aminofilin 2 6 2
2 Teofilin 2 9 4
c. Kartikosteroid
Jumlah Kasus
No Jenis Kartikosteroid
1999 2000 2001
1 Deksamesaton 3 1 5
2 Metilpredninson - 2 2
3 Budenosida - - 1
d. Antibiotika
No Jenis Antibiotika Jumlah Kasus
Nama Generik Nama Dagang 1999 2000 2001
1 Sefriakson Brodced 1 - -
2 Amikasin sulfat Mikasin 1 - -
3 Eritromisin Erythrocin 2 5 1
4 Gentamisin Garamycin 2 - -
5 Siprofloksasin Ciprofloxacin 1 - -
6 Tiamfenicol Thiamphenicol 1 - -
7 Streptomisin Streptomycin 1 1 -
8 Sifotaksime Claforam 1 1 -
9 Amoksisilin Amoksan 1 8 3
10 Spiramisin Spiradan - 1 -
11 Roksitromisin Rulit - 1 -
12 Azitromisin Zitromax - - 1
13 Sefiksim Cefspan - - 1
14 Kotrimoksasol Bactrim/sanprima 1 - -
e. Obat Batuk
Jumlah Kasus
No Jenis obat batuk Zat Aktif
1999 2000 2001
1 Mukolitik Ambroksol 2 5 -
Bromheksin - 2 -
2 Ekspektoran Syr.Thymi 1 3 2
Ammonium Chlorida 1 - -
Gliserilguaikolat - 1 -
f. Antialergi
Jumlah Kasus
No Jenis Antialergi
1999 2000 2001
1 Feniramin melaet 2 2 -
2 Difenhidramin HCL 1 1 -
3 Mephidrolin napadisilat 1 2 -
4 CTM - 5 2
5 Ketotifen 1 1 -
g. Analgetik Antiperik
Jenis yang digunakan adalah paracetamol.
h. Rehidrasi
Jumlah Kasus
No Jenis Rehidrasi
1999 2000 2001
1 RL 1 1 -
2 Dextrosa 4 6 4
Pasien menerima jumlah obat minimal pada Penggunaan obat batuk berguna
satu kasus 4 obat dan maskimal 8 obat. untuk mengurangi keluhan batuk yang
Variasi jumlah obat yang besar perlu dirasa mengganggu. Batuk terjadi karena
diperhatikan karena diberikan pada pasien adanya rangsangan saluran nafas akibat
anak yang kemungkinan dapat produksi dahak yang berlebihan yang
menimbulkan terjadinya interaksi obat, disebabkan karena radang bronkus.
timbulnya efek samping bahkan kematian. Anti alergi bermanfaat untuk
Selain itu dapat mempegaruhi kepatuhan mengatasi alergi yang timbul akibat adanya
pasien untuk mengikuti instruksi cara alergen. Penggunaan anti alergi (seperti
penggunaan dan peningkatan biaya yang tercantum dalam tabel) sudah
pengobatan selama perawatan di Rumah disesuaikan dengan keadaan asma pada
Sakit. Oleh karena itu perlu anak.
dipertimbangkan penyederhanaan jumlah Analgetik antipiretik biasanya
obat yang digunakan seminimal mungkin diberikan kepada pasien dengan
sesuai kebutuhan klinik untuk menghindari memberikan rasa nyaman akibat infeksi
dampak negatif yang mungkin timbul. yang terjadi (demam, pusing).
Kortikosteroid diberikan untuk menekan Infus cairan garam fisiologis dan
radang sebagai faktor penting terjadinya larutan glukosa diberikan jika penderita
hiperaktivitas bronkus, yang mana mengalami sesak dan mengalami kesukaran
hiperaktivitas bronkus merupakan kelainan makan dan minum.
sentral untuk terjadinya asma. Cara pemberian obat secara oral
Antibiotik merupakan pilihan obat mempunyai keuntungan mudah dalam
yang biasa digunakan dalam penangan penggunaan dan tidak menimbulkan
infeksi karena bakteri. Penggunaan ketakutan pada anak, efek samping dan
antibiotik dalam pengobatan asma bronkial biaya pengobatan ringan. Cara pemberian
pada anak memiliki prosentase yang tinggi parenteral digunakan pada pasien anak
dibandingkan pemakaian obat yang lain yang membutuhkan penanganan cepat
termasuk obat anti asma itu sendiri. Hal ini untuk mengatasi serangan asma. Cara
perlu diwaspadai mengingat penggunaan pemberian ini memberikan keuntungan
antibiotik yang tidak tepat akan antara lain efek terapi timbul cepat untuk
menyebabkan kuman menjadi kebal pasien yang kooperatif, berguna dalam
terhadap anti biotik. keadaan darurat, tidak sadar atau muntah,
walaupun biaya terapi mahal.
Sediaan inhalasi digunakan untuk periode1999-2001 berkisar antara
pengobatan simtomatis tanpa banyak empat sampai delapan obat.
memberikan efek samping, tetapi 2. Golongan obat yang diberikan pada
memerlukan alat dan metode khusus yang pasien anak asma bronkial meliputi
agak sulit dikerjakan terutama sediaan bronkodilator (simpatomimetik dan
inhalasi untuk anak, sehingga dosis efektiv xatin), kortikosteroid, antialergi,
yang diharapkan menjadi sangat bervariasi. antibiotik, analgetik antipiretik dan
Dari data, sediaan inhalasi yang digunakan rehidrasi.
dengan alat batu nebulizer. Nebulizer 3. Jenis obat yang diberikan antara lain
umumnya dipakai untuk penderita yang terbulatin, salbutanol, prokaterol HCL,
mendapat serangan asma akut, penderita aminofilin, teofilin, deksametason,
yang secara rutin harus memakai aerosol, metil prednison, budenosida, setriakson,
tetapi sulit memakai MDI (materied dose amikasin sulfat, eritomisin,
inhaler). Nebulizer dapat menjadi sumber siprofloksasin, gentamisin, tiamfenikol,
infeksi jika tidak dicuci dan dikeringkan streptomisin, feniramin maleat,
dengan benar. difenhidramin napadisila, CTM,
ketotifem, ambroksol, bromheksin,
KESIMPULAN DAN SARAN amonium klorida, gliseril guaikolat,
sirup thymi, ringer laktal (RL),
Kesimpulan dekstrosa.
1. Jumlah obat yang diberikan pada pasien 4. Cara pemberian obat di Rumah Sakit
anak asma bronkial rawat inap di Panti Rapih pada pasien anak asma
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta bronkial meliputi oral, parenteral dan
inhalasi.
Petunjuk Penulis
Dahlan., 2000, Penegakan Diagnosis dan Sundaru, H, 1995, Asma Apa Dan
Terapi Asma dengan Metode Obyektif, Bagaimana Pengobatannya ? Edisi HI,
Cermin Dunia Kedokteran, 128, 13-15. 1-176, FKUI, Jakarta.