Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS NILAI DAN PERANAN DALAM MENUMBUHKAN

KESADARAN NASIONALISME DI ERA MILENIAL

Lisda Ariani
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Manajemen
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan
Email : arianilisda130@gmail.com

Abstrak

Sebuah negara bangsa tidak dapat menghindari tantangan globalisasi, tetapi


dengan mengikuti prinsip-prinsip nasional akan tetap dapat mempertahankan
prinsip-prinsipnya, dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsipnya, maka
dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip nasionalnya, "Jurnal ini
berpendapat bahwa memelihara semangat nasionalistis dalam pikiran generasi
muda sejak masa kanak-kanak akan membuat mereka lebih tahan terhadap
pengaruh negatif dan kemerosotan moral yang merajalela di era globalisasi.
Dengan demikian, dengan memperkuat moralitas dan etika melalui pendidikan
Pancasila, generasi muda Indonesia akan lebih diperlengkapi untuk menghadapi
globalisasi dan menjaga identitas Indonesia secara bersamaan.

Kata Kunci: Pancasila, globalisasi, generasi muda, nasionalisme

1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini
adalah memudarnya semangat nasionalisme dan patriotismedi kalangan
generasi muda. Hal ini disebabkan banyaknya pengaruh budaya asing yang
banyak masuk di negara kita, akibatnya banyak generasi muda yang
melupakan budaya sendiri karena menganggap bahwa budaya asing
merupakan budaya yang lebih modern dibanding budaya bangsa sendiri.
Hal ini berakibat nilai-nilai luhur bangsa banyak diabaikan hampir terjadi
disebagian besar generasi muda. Melalui organisasi dan jaringannya yang
luas, pemuda dan generasi muda dapat memainkan peran yang lebih besar
untuk mengawal jalan pembangunan nasional. Berbagai permasalahan
yang timbul akibat rasa nasionalisme dan kebangsaan yang memudar
banyak terjadi belakangan ini, banyak generasi muda atau pemuda yang
mengalami disorientasi, dislokasi dan terlibat pada suatu kepentingan yang
hanya 2 mementingkan diri pribadi atau sekelompok tertentu dengan
mengatasnamakan rakyat sebagai alasan dalam kegiatanya. Pancasila
sebagai dasar dan ideologi negara merupakan hasil kesepakatan bapak
pendiri bangsa ketika negara Indonesia didirikan, dan hingga sekarang di
era globalisasi, negara Indonesia tetap berpegang teguh kepada pancasila
sebagai dasar negara. Sebagai dasar negara, Pancasila harus menjadi acuan
negara dalam menghadapi berbagai tantangan global dunia yang terus
berkembang. Di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat penting
untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia, karena
dengan adanya globalisasi batasan batasan diantara negara seakan tak
terlihat, sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah
ke masyarakat.
Hal ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi bangsa
indonesia, jika kita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yang timbul
dari dampak globalisasi tentunya globalisasi itu akan menjadi hal yang
positif karena dapat menambah wawasan dan mempererat hubungan antar

2
bangsa dan negara di dunia, sedangkan hal negatif dari dampak globalisasi
dapat merusak moral bangsa dan eksistensi kebudayaan Indonesia. Untuk
itu jurnal ini dibikin agar menambah wawasan mengenai nilai dan peranan
Pancasila di era global. Agar nilai-nilai Pancasila tidak dilupakan oleh
kalangan masyarakat karena ada kebudayaan asing yang masuk ke
Indonesia. Dengan mempelajari dan lebih memahami arti penting nilai
serta peranan Pancasila, dapat menumbuhkan rasa kesadaran nsionalisme
dalam melakukan aktivitas sehari-sehari dengan menerapkan nilai-nilai
Pancasila di dalam kehidupan.

2. Rumusan Masalah
 Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran nasionalisme terhadap
nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda di era milenial saat ini?
 Bagaimana cara membangun peranan kesadaran nasionalisme
terhadap Pancasila bagi generasi muda di era milenial saat ini?

3
B. PEMBAHASAN
1. Menumbuhkan kesadaran nasionalisme nilai-nilai Pancasila bagi
generasi muda di era milenial
Membangun wawasan global warga negara muda berlandaskan
pada nilai-nilai Pancasila sebagai karakter bangsa Indonesia, sebenarnya
secara lebih khusus dapat menggunakan sila kedua, yakni “kemanusiaan
yang adil dan beradab” sebagai pintu masuk dalam pergaulan
internasional. Sila kedua Pancasila memberi peluang kepada bangsa
Indonesia, untuk masuk dan terlibat dalam pergaulan global. Berdasarkan
sila kedua Pancasila, manusia tidak dilihat dari latar belakang bangsanya
melainkan dilihat dari kedudukannya sebagai manusia yang memiliki
harkat dan maratabat.
Generasi Milenial merupakan generasi diusia produktif. Generasi
yang akan memainkan peranan penting dalam kelangsungan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Generasi Milenial adalah generasi yang sangat
identik dengan kehidupan yang serba digital dan mahir dalam teknologi.
Keunggulan generasi ini memiliki kreatifitas tinggi, penuh percaya diri
serta terkoneksi antara satu dengan yang lainnya. Namun karena hidup di
era yang serba otomatis, serba canggih, generasi ini cenderung
menginginkan sesuatu yang serba instan dan sangat gampang dipengaruhi,
menjadi kurang peduli dan respek terhadap lingkungan sekitar.
Semangat nasionalisme dan patriotism di kalangan generasi
milenial mulai menurun. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya generasi
milenial yang menganggap bahwa budaya barat lebih modern dibanding
dengan budaya sendiri. Generasi milenial terutama di kalangan mahasiswa
pelajar, banyak mengikuti budaya barat dari pada budaya sendiri. Hal ini
bisa dilihat dari cara bersikap, berpakaian, berbicara sampai pola hidup
yang cenderung meniru budaya asing dari pada budayanya sendiri. Hal ini
terjadi di hamper seluruh pelosok bukan hanya di kota-kota besar akan
tetapi sudah merambah ke pelosok-pelosok desa.

4
Menurut Rajasa (2007)1, generasi muda mengembangkan karakter
nasionalisme melalui tiga proses yaitu :
1.Pembangun Karakter (character builder) yaitu generasi muda berperan
membangun karakter positifr bangasa melalui kemauan keras, untuk
menjunjung nilai-nilai moral serta menginternalisasikannya pada
kehidupan nyata.
2.Pemberdaya Karakter (character enabler), generasi muda menjadi role
model dari pengembangan karakter bangsa yang positif, dengan
berinisiatif membangun kesadaran kolektif denhgan kohesivitas tinggi,
misalnya menyerukan penyelesaian konflik.
3.Perekayasa karakter (character engineer) yaitu generasi muda berperan
dan berprestasi dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta terlibat
dalam proses pembelajaran dalam pengembangan karakter positif banmgsa
sesuai dengan perkembangan zaman.
Dari konsep Rajasa tersebut dapat dianalisa bahwa generasi muda
sebagai pilar bangsa memiliki peran yang sangat penting. Masa depan
bangsa tergantung dari para generasi muda dalam bersikap dan bertindak.
Menjunjung nilai-nilai moral yang baik berdasarkan nilai-nilai Pancasila
dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sangat penting dilakukan.
Rasa nasionalisme yang harus ditumbuhkan di kalangan generasi
muda bukan nasionalisme yang sempit, akan tetapi nasionalisme yang
menjunjung tinggi bangsa dan negara sendiri akan tetapi masih
menghargai bangsa lain, Pancasila berperan besar dalam menumbuhkan
rasa nasionalisme dan patriotism di kalangan generasi milenial. Apapun
langkah tindakan yang dilakukan harus selalu didasrakan nilai-nilai
Pancasila. Pancasila yang memiliki lima sila yang antarasila satu yang lain
saling menjiwai dan dijiwai dan menunjukan satu kesatuan yang utuh,
memiliki makna yang sangat dalam untuk menjadi landasan bersikap
bertindak dan bertingkah laku.

1
Rajasa,2007,Hal 7

5
Berbagai tantangan sudah dialami bangsa Indonesia untuk
menggantikan ideologi Pancasila tidak menggoyahkan keyakinan kita
bahwa Pancasila yang cocok sebagai dasar negara dan sebagai ideologi
sejati di negara Indonesia. Pancasila dijadikan acuan para generasi muda
dalam bersikap bertindak dan bertutur kata yang sesuai dengan norma
Pancasila.

2. Membangun peranan kesadaran nasionalisme terhadap Pancasila bagi


generasi muda di era milenial.
Generasi muda adalah generasi penerus perjuangan bangsa dan
pemegang estafet kepemimpinan bangsa, karena itu perlu kiranya dalam
diri pribadi mereka ditanamkan nilai-nilai budaya bangsa yang telah
diyakini kebenarannya, diterima, diikuti, dibela dan diperjuangkan. Nilai
yang dimaksud adalah yang terkandung dalam sila-sila Pancasila yang
meliputi nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan bangsa, kerakyatan dan
keadilan. Tanpa ada proses sosialisasi nilai-nilai Pancasila kepada generasi
muda, niscaya nilai-nilai luhur Pancasila tidak dikenalnya, bahkan
diabaikannya. Bila hal ini dibiarkan, maka akibatnya dalam diri generasi
muda terjadi kegelisahan, kegalauan dan kegoyahan karena tidak
mantapya kepribadian mereka. Hal yang demikian ini sangat
membahayakan keberadaan bangsa Indonesia, karena tidak menutup
kemungkinan akan terjadi konflik yang berkepanjangan yang akhirnya
akan memecah persatuan dan kesatuan bangsa. Melalui pendidikan
Pancasila diharapkan nilai-nilai luhur Pancasila tersebut tersosialisasi
bahkan terinternalisasi dalam diri pribadi generasi muda, utamanya
mahasiswa dan dalam diri mereka akan tumbuh sikap demokratis serta
analitis kritis dalam menghadapi segala permasalahan kehidupan dan
dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila.

6
Latif (2011)2 menyatakan bahwa internasionalisme yang dikembangkan di
Indonesia diberi sentuhan dan bobot spirit egalitarianisme. Sebagai warga negara
dunia memiliki kesamaan dan kesederajatan antarbangasa. Oleh karena itu, perlu
untuk saling menghargai dan menghormati antarsesama warga bangsa dan umat
manusia di atas muka bumi. Dengan demikian, nasionalisme yang dikembangkan
di Indonesia memperjuangkan kesamaan kemanusiaan. Nasionalisme yang
berperikemanusiaan inilah yang kemudian terpatri secara utuh dalam sila kedua
Pancasila. Rumusan sila kedua Pancasila menunjukkan bahwa cita-cita
kemanusiaan menjadi jiwa kemerdekaan. Gagasan yang dikemukakan oleh para
pendiri bangsa dalam merumuskan Pancasila, menunjukkan bahwa mereka
mampu meneropong jauh ke depan. Mereka menekankan pentingnya prinsip-
prinsip yang harus dijunjung tinggi oleh suatu bangsa yang baru merdeka dan
beradab.
Prinsip yang terkandung dalam sila kedua Pancasila sebagai landasan
pengembangan wawasan global warga negara adalah prinsip nasionalisme yang
luas. Nasionalisme yang digagas Bung Karno dalam pidatonya tanggal 1 Juni
1945 bukan nasionalisme yang picik, melainkan nasionalisme yang luas.
Soekarno mengatakan “kita cinta tanah air yang satu, merasa berbangsa yang
satu, mempunyai bahasa yang satu. Tetapi tanah air kita Indonesia hanya satu
bagian kecil saja dari dunia” (Soekarno,2006: 107). Kebangsaan yang digagas
oleh Bung Karno, bukan kebangsaan yang menyendiri, bukan chauvinisme.
Melainkan kebangsaan yang mengakui keberadaan bangsa-bangsa lain di dunia.
Bung Karno menginginkan tercapainya persaudaraan dunia. Dengan kata lain,
tujuannya bukan hanya mendirikan negara Indonesia merdeka, tetapi juga harus
menuju pada kekeluargaan bangsa-bangsa. Sila “kemanusiaan yang adil dan
beradab” menurut Latif (2011:242) memuat prinsip persaudaraan universal yang
memberi keseimbangan antara pemenuhan hak individu dan sosial. Prinsip ini
pula yang dijadikan sebagai landasan untuk membangun negara-bangsa yang
humanis.

2
Latif,2009,Hal 156

7
Prinsip kesamaan kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi dasar bagi
bangsa Indonesia untuk memiliki komitmen kemanusiaan menembus batas-batas
lokal, nasional, atau regional, dan menjangkau persaudaraan antarmanusia dan
antarbangsa secara global. Prinsip kedua Pancasila dirumuskan oleh para pendiri
bangsa dengan kesadaran bahwa warga negara Indonesia merupakan bagian dari
warga dunia yang tidak tidak bisa lepas dari pergualan antarbangsa di dunia.
Sila kedua Pancasila menjadi pintu utama pengembangan wawasan global
warga negara. Kemanusiaan menjadi dasar pentingnya melakukan kerjasama
antarbangsa di dunia. Nilai kemanusiaan melintasi batas-batas lokal, regional, dan
nasional. Selain itu, nilai kemanusiaan bersifat universal dan berlaku di negara
manapun. Dalam konteks pengembangan wawasan global warga negara muda di
sekolah, maka Pancasila harus dipahami sebagai konten dan perilaku. Dengan
kata lain, seharusnya orang Indonesia memiliki pengetahuan yang benar tentang
Pancasila dan perilakunya dapat mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.

8
C. Penutup
Dari hasil penelitian di atas, bahwa untuk menumbuhkan dan membangun
rasa kesadaran nasionalisme baik itu dalam nilai-nilai ataupun peranan
yaitu dengan kita sadar dan menjujung tinggi dasar negara yaitu Pancasila.
Dizaman era milenial saat ini, generasi muda sangat terpengaruh dengan
masuknya kebudayaan asig yang membuat pola pikir generasi muda saat
ini tertutup untuk mencintai dan selalu melanggar nilai-nilai yang sudah
ditentukan. Seharusnya, sebagai warga negara Indonesia, kita herus
mencintai kebudayaan dan menaati peraturan serta nilai-nilai yang sudah
ditetapkan.
Tidak hanya itu, Pancasila juga sebagai landasan dalam
pengembangan wawasan global warga negara, membawa implikasi bahwa
warga negara muda di sekolah semestinya tidak hanya menghapal nilai-
nilai Pancasila atau menjadikannya sebagai slogan, melainkan harus
diterapkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai
global yang berkembang harus dapat berakomodasi dengan nilai-nilai
Pancasila. Warga negara muda Indonesia yang berjiwa Pancasila harus
memiliki wawasan global, karena dalam prinsip kemanusiaan (humanity)
yang ada pada sila kedua Pancasila mengandung dimensi yang dapat
membuat warga negara Indonesia memiliki wawasan global.

9
Daftar Pustaka
Surono,ed. 2010. Nasionalisme dan Pembangunan Karakter
Bangsa. Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila Press.
Darmiyati, Tri. 2011. “Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai-nilai
Nasionalisme”. Jakarta.
Latif, Y. 2011. Negara Paripurna: Historisitas,Rasionalitas, dan
Aktualitas Pancasila. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Soekarno. 2006. “Lahirnya Pancasila”, dalam Ana, I. D.,
Hawibowo, S. Dan Wahyudi, A. (eds.), Pemikiran Para Pemimpin Negara
tentang Pancasila. Yogyakarta:Aditya Media dan Pusat Studi Pancasila
(PSP), Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada.
Abdul Latif. 2009 Pendidikan Berbasis Nilai Kemanusiaan,
Bandung: Refika Aditama.

10

Anda mungkin juga menyukai